The Effect of Employee Empowerment, Team Work and Employe Training on Job
Satisfaction (Study on Employee PT. Kusumahadi Santosa and PT. Dan Liris)
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah 1) Meneliti pengaruh Pemberdayaan Karyawan terhadap Kepuasan Kerja;
Memeriksa pengaruh Tim Kerja terhadap Kepuasan Kerja; 3) Meneliti pengaruh Pelatihan Karyawan
terhadap Kepuasan Kerja. Penelitian ini dilakukan pada karyawan PT. Kusumahadi Santosa dan PT.
Dan Liris. Penelitian ini adalah metode survei. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 148
responden. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling seperti untuk pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan SPSS 23. Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Pemberdayaan Karyawan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Kepuasan Kerja; 2) Kerja tim memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Kepuasan Kerja; 3) Pelatihan Karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan
Kerja. Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar perusahaan meningkatkan jumlah pelatihan
yang diberikan guna meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Karyawan harus lebih peduli,
menghormati dan juga menjaga hubungan dengan rekan kerja / anggota tim sehingga hubungan
dengan anggota tim lebih baik yang akan meningkatkan kepuasan kerja.
Kata Kunci: pemberdayaan karyawan, kerja tim, pelatihan karyawan dan kepuasan kerja
ABSTRACT
The study purposes were 1) Examining the effect of Employee Empowerment on Job Satisfaction;
Examining the effect of Team Work on Job Satisfaction; 3) Examining the effect of Employee Training
on Job Satisfaction. This research was conducted on employees of PT. Kusumahadi Santosa and PT.
Dan Liris. This research is a survey method. The sample used in this study were 148 respondents.
Sampling technique used is convenience sampling as for the collection of data in this study using a
questionnaire. Data were analyzed using SPSS 23. The results of this study can be concluded that: 1)
Employee Empowerment has negative effect and not significant on Job Satisfaction; 2) Teamwork has
positive and significant influence on Job Satisfaction; 3) Employee Training has positive and significant
influence on Job Satisfaction. From the results of this study the authors suggest that companies
increase the amount of training provided in order to increase employee job satisfaction. Employees
should be more caring, respectful and also maintain relationships with coworkers / team members so
that relationships with team members are better that will increase job satisfaction.
Keyword: employee empowerment, team work, employee training and job satisfaction
PENDAHULUAN
Semua jenis organisasi sadar bahwa karyawan mereka adalah sumber yang paling
penting bagi mereka. Namun, untuk membuat sumber daya ini beroperasi dengan baik
pada kapasitas, kekuatan, dan komitmen maksimum mereka di tempat kerja, perlu untuk
sering memeriksa kepuasan mereka tentang bekerja di organisasi mereka dan untuk terus
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan organisasi. Penelitian sebelumnya menemukan
bahwa kepuasan kerja dan kesejahteraan memiliki efek langsung terhadap kinerja
organisasi dan akibatnya menghasilkan peluang sukses yang lebih besar (Singh, 2012).
Menurut George dan Jones (2008), kepuasan kerja dapat dievaluasi melalui perasaan dan
keyakinan karyawan tentang pekerjaan mereka saat ini. Kepuasan kerja adalah alat kunci
yang mengarah pada sikap kerja yang baik. Terutama, karyawan yang puas cenderung
lebih kreatif, fleksibel, inovatif, dan loyal (Mohammed & Eleswed, 2013). Oleh karena itu,
organisasi harus berinvestasi dalam mengembangkan program atau kegiatan yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan mereka. Dipercaya bahwa melalui tingkat
kepuasan kerja yang lebih tinggi, kinerja organisasi dapat diperbesar dalam jangka
panjang.
Kepuasan kerja adalah topik yang diteliti secara luas yang menarik perhatian
beberapa peneliti dari berbagai disiplin ilmu (Luthans, 2005). Meningkatnya jumlah
penelitian pada topik ini menunjukkan signifikansinya. Selain itu, kepuasan kerja adalah
salah satu variabel kunci yang mempengaruhi keberhasilan organisasi, dan perlu
memperhatikannya agar tidak menimbulkan dampak negatif pada kinerja organisasi
(Bakotic & Babic, 2013). Terutama, kepuasan dan motivasi karyawan untuk bekerja secara
efektif sangat penting bagi organisasi untuk mempertahankan diri dan tetap kompetitif.
Kepuasan kerja dapat dievaluasi berdasarkan karakteristik pekerjaan dan perasaan seorang
karyawan tentang pekerjaannya. Karyawan yang puas cenderung menunjukkan sikap positif
dalam pekerjaan mereka dan cenderung lebih produktif. Menurut Mohammed dan Eleswed
(2013), ketika karyawan puas dengan pekerjaan mereka, mereka akan menjadi lebih loyal
dan berkomitmen terhadap organisasi.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pemberdayaan karyawan dan kerja tim. Randolph (1995) menunjuk
pemberdayaan karyawan untuk mengalihkan kekuasaan dari manajemen kepada karyawan.
Orang yang diberdayakan dalam organisasi mana pun biasanya akan memelihara
kompetensi mereka untuk menjalankan tugasnya dengan baik seperti yang diharapkan
dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka (Jacquiline, 2014). Demikian
pula, kerja sama tim mengacu pada tindakan karyawan yang disatukan untuk mencapai
tujuan atau sasaran tertentu, dengan mempertimbangkan penempatan kepentingan
organisasi sebagai prioritas utama (Chukwudi, 2014). Kerja tim memang penting untuk
memastikan operasi organisasi yang efektif. Melalui kerja sama tim, setiap anggota akan
memiliki kesempatan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuannya
dengan bekerja dengan orang lain dalam tim (Frobel & Marchington, 2005).
LANDASAN TEORI
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian Hanaysha dan Tahir tahun 2015, dalam studi penelitianya menguji
apakah terdapat pengaruh antara pemberdayaan karyawan, kerja tim dan pelatihan
karyawan terhadap kepuasan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberdayaan
karyawan, kerja tim dan pelatihan karyawan berpengaruh positif terhadap kepuasan
kerja. Penelitian berikutnya oleh Carol A. Wong & Heather K.S. Laschinger (2012) dengan
judul Authentic leadership, performance, and job satisfaction: the mediating role of
empowerment. Variabel yang diteliti adalah Authentic Leadership, Empowerment,
Performance dan Job Satisfaction. Hasil analisis dari Carol A. Wong & Heather K.S.
Laschinger (2012) ini menunjukkan bahwa Authentic Leadership berpengaruh positif
terhadap Empowerment. Kemudian Empowerment (pemberdayaan) berpengaruh positif
terhadap Performance dan Job Satisfaction (kepuasan kerja).
Penelitian berikutnya oleh H. Vasudevan (2014) dengan judul Examining the
Relationship of Training on Job Satisfaction and Organizational Effectiveness. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap apakah terdapat hubungan antara Training, Job Satisfaction,
Work Commitment dan Job Performance. Hasil analisis dari H. Vasudevan (2014) ini
menunjukkan bahwa Training (pelatiihan) berpengaruh positif terhadap Job Satisfaction
(kepuasan kerja), Work Commitment (komitmen kerja) dan Job Performance (performa
kerja).
Pengaruh Pemberdayaan Karyawan pada Kepuasan Kerja
Pemberdayaan karyawan terjadi ketika seorang karyawan cenderung berbagi
informasinya, meningkatkan kemampuan intelektualnya untuk mendapatkan otonomi
sambil mengambil keputusan (Karim & Rehman, 2012). Wellins (1991) menegaskan bahwa
sebuah organisasi yang berfokus pada pemberdayaan karyawan akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang. Pemberdayaan mencakup
pembagian kekuasaan antara manajemen puncak dan tingkat yang lebih rendah (Khan,
Tariq, Hamayoun, & Bhutta, 2014).
Karyawan yang merasa diberdayakan biasanya adalah mereka yang merasakan dan
memperoleh kekuasaan untuk mengatasi situasi, kejadian, atau individu yang
menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka (Conger & Kanungo, 1988).
Pemberdayaan adalah strategi yang efektif dimana sebuah organisasi menggunakannya
untuk meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab para pegawainya, karena diterima
bahwa jika seorang karyawan diberdayakan, dia akan lebih efisien dalam menjalankan
tugasnya (Saifullah, Alam, Zafar, & Humayon, 2015).
karena memperkuat tingkat kompetensi di antara karyawan (Bhat, 2013). Hal ini juga dapat
membantu karyawan untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, perilaku, dan
mendapatkan rasa dihargai dan percaya diri untuk tampil secara efektif dan efisien untuk
mempertahankan kinerja organisasi. Akibatnya, investasi dalam pelatihan karyawan dapat
menghasilkan posisi keuangan yang menguntungkan (Sultana, Irum, Ahmed, & Mehmood,
2012).
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian, Populasi dan Sampel
Menurut Sekaran (2006), berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dikategorikan ke
dalam penelitian cross sectional, yaitu penelitian yang pengambilan datanya dilakukan
melalui penyebaran kuesioner hanya dalam satu waktu saja. Unit analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah individu yaitu karyawan PT. Kusumahadi Santosa dan PT. Dan
Liris.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Kusumahadi Santosa dan PT. Dan
Liris. Jumlah indikator yang digunakan adalah 20 item sehingga jumlah sampel yang harus
dipenuhi adalah 20 x 5 = 100 responden. Namun untuk mengantisipasi kemungkinan
adanya data yang rusak, maka jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 150 responden.
Dikarenakan ada beberapa sampel yang rusak maka sampel akhir dalam penelitian ini
adalah 148 responden. Kuesioner ini dibuat dengan menggunakan skala likert 5.
Pengukuran Variabel
Pemberdayaan karyawan (Employee Empowerment) adalah strategi yang efektif
dimana sebuah organisasi menggunakannya untuk meningkatkan kemampuan dan
tanggung jawab para pegawainya, karena diterima bahwa jika seorang karyawan
diberdayakan, dia akan lebih efisien dalam menjalankan tugasnya (Saifullah, Alam, Zafar, &
Humayon, 2015). Kerja tim (Teamwork) di definisikan sebagai kelompok orang yang saling
mendukung untuk mencapai suatu tujuan (Kalisch dan Lee, 2009).
Pelatihan merupakan strategi utama organisasi untuk membangun keunggulan
kompetitif dan kelangsungan hidup yang berkelanjutan di abad ini. Ini adalah proses
merancang program pembelajaran khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan karyawan atau membantu mereka memperbaiki setiap kekurangan untuk
bekerja dengan baik di tempat kerja (Poh dan Abd Hamid, 2001). Kepuasan kerja
didefinisikan sebagai hasil atas evaluasi karakteristik pekerjaan. Kepuasan kerja
merupakan perasaan karyawan terhadap pekerjaan mereka dan aspek- aspek lain yang
berkaitan (Hedge dan Borman, 2012).
Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah dengan teknik factor
analysis, yaitu merupakan bentuk pengujian kembali dari konstruk yang telah diteliti pada
penelitian sebelumnya dimana faktor-faktor yang membentuk konstruk tersebut telah
berhasil teridentifikasi. Maka teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hair, Anderson, Tatham, & Black (1998) menyatakan
bahwa suatu factor analysis dinyatakan feasible atau dapat dikerjakan apabila memenuhi
syarat sebagai berikut: Uji KMO dan Barlett’s Test diatas 0,5 dan signifikan dibawah 0,05
dan Koefisien Anti Image Matrices sebagai measure of sampling adequacy minimal 0,5.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan
bantuan perangkat lunak SPSS 23. Menurut Sekaran (2006), terdapat klasifikasi nilai
Cronbach’s Alpha sebagai berikut: Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,80 – 1,0 dikategorikan
reliabilitas baik. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,60 – 0,79 dikategorikan reabilitas dapat
diterima. Dan nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 dikategorikan reliabilitas buruk.
Pengukuran
Pengukuran variabel didasarkan pada landasan teori dan penelitian
sebelumnya. Pengukuran pemberdayaan karyawan (Employee Empowerment)
menggunakan instrumen sebanyak 5 item yang dikutip dari penelitian Men
(2010). Pengukuran kerja tim (Teamwork) menggunakan instrumen sebanyak 6 item yang
dikutip dari penelitian Shanahan, Best, Finch, dan Sutton (2007).
Pengukuran pelatihan karyawan (Employee Training) menggunakan instrumen
sebanyak 6 item yang dikutip dari penelitian Schmidt (2014). Pengukuran kepuasan kerja
(Job Satisfaction) disusun menggunakan instrumen sebanyak 4 item pertanyaan yang
dikutip dari penelitian Sabri, Ilyas, dan Amjad (2011).
Tabel 2 menujukan nilai KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) pada penelitian
ini sebesar 0,867. Karena nilai MSA diatas 0,5 serta nilai Barlett test sehingga dapat
disimpulkan layak.
Component
1 2 3 4
PBK3 .794
PBK4 .847
PBK5 .580
KT1 .828
KT2 .867
KT3 .817
KT4 .882
KT5 .865
KT6 .883
PK1 .789
PK2 .756
PK4 .801
PK5 .804
KK2 .800
KK3 .780
KK4 .826
Sesuai dengan hasil Uji Validitas dengan jumlah 148 responden, keseluruhan
item dinyatakan valid karena memiliki factor loading >0,50 seperti pada tabel 3
Dari hasil pengolahan pada tabel 4 menunjukan bahwa semua variabel dinyatakan
valid dan diterima dikarenakan memiliki Cronbach’s Alpha > 0,60. Variabel kerja tim dan
pelatihan karyawan dikategorikan reliabilitas sangat baik karena lebih dari 0,8. Sedangkan
variabel pemberdayaan karyawan dan kepuasan kerja dikategorikan reliabilitas yang dapat
diterima.
Pengujian Hipotesis Menggunakan SPSS
Penelitian Ini memakai metode analisis regresi linier sederhana untuk menguji suatu
hipotesis, hasil pengujian ditunjukan pada tabel 5 dan 6. Pada tabel 5 menunjukan
pengaruh pemberdayaan karyawan, kerja tim dan pelatihan karyawan pada kepuasan kerja.
Hasilnya sebagai berikut.
Variabel β t Signifikan
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa variabel kerja tim berpengaruh positif dan
signifikan pada kepuasan kerja (β = 0,207; t = 2,295; p = 0,023<0,05). Variabel pelatihan
karyawan juga berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan kerja (β = 0,295; t =
3,180; p = 0,002<0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kerja tim dan pelatihan
karyawan berpengaruh pada kepuasan kerja. Sedangkan variabel pemberdayaan karyawan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada kepuasan kerja (β = -0,140; t = -0,165; p =
0,869>0,05). atau bisa dikatakan tidak ada pengaruh antara pemberdayaan karyawan dan
kepuasan kerja.
Hasil Pengujian Model Menggunakan Variabel Kontrol
Pada tabel 6 menunjukan dua model regresi yang diuji. model 1 hanya menguji
variabel independent, yaitu pemberdayaan karyawan, kerja tim dan pelatihan karyawan.
Pada model 2, diuji pengaruh variabel kontrol yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
dan lama bekerja. Hasilnya variabel kontrol tersebut tidak memiliki pengaruh pada
pemberdayaan, kerja tim, pelatihan karyawan maupun kepuasan kerja.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.704 .348 4.891 .000
PBK -.014 .086 -.014 -.165 .869
KT .182 .079 .207 2.295 .023
PK .273 .086 .295 3.180 .002
2 (Constant) 1.767 .642 2.751 .007
PBK -.017 .087 -.016 -.190 .849
KT .174 .082 .198 2.116 .036
PK .272 .088 .294 3.080 .002
Jenis_Kelamin -.001 .116 .000 -.005 .996
Umur .070 .104 .094 .677 .499
Pendidikan -.036 .104 -.030 -.351 .726
Lama_bekerja -.043 .133 -.044 -.320 .750
Sumber: Data primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa semua variabel kontrol tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen dan dependen. Variabel kontrol
usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja memiliki tingkat signifikansi
>0,05 hal itu menandakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan.
Pembahasan
Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa pemberdayaan karyawan tidak
berpengaruh signifikan pada pada kepuasan kerja. Semakin tinggi atau rendah tingkat
pemberdayaan karyawan tidak akan berpengaruh signifikan pada tingkat kepuasan kerja.
Karyawan PT. Kusumahadi Santosa dan PT. Dan Liris yang mendapatkan pemberdayaan
yang tinggi belum tentu mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi, begitu juga dengan
sebaliknya.
Pada pengujian hipotesis kedua pada tabel 3 menunjukan bahwa kerja tim
berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi tingkat kerja sama karyawan di perusahaan maka kepuasan kerja dari
karyawan juga akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hanaysha dan Tahir (2015). Menurut Dash, Banerjee, dan Mitra (2014), kerja sama tim
kolaboratif di antara anggota organisasi dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja
karyawan. Dukungan lebih lanjut terlihat dalam studi Gallie, Zhou, Felstead, dan Green
(2009) yang menemukan bahwa kerja tim memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan kerja. Hal ini berarti kerja tim yang lebih baik akan meningkatkan kepuasan kerja
karyawan.
Pada pengujian hipotesis ketiga pada tabel 3 menunjukan bahwa pelatihan karyawan
berpengaruh positif dan signifikan pada kepuasan kerja. Semakin banyak pelatihan yang
diterima oleh karyawan akan meningkatkan kepuasan kerja. Sebagian besar penelitian
sebelumnya termasuk Leppel, Brucker, dan Cochran (2012) dan Chiang dkk. (2005)
menganggap pelatihan sebagai alat yang penting dan efektif untuk berhasil mencapai
tujuan dan sasaran organisasi, dan memperkuat kepuasan kerja. Adesola dkk. (2013)
melaporkan bahwa pelatihan dan pengembangan memiliki pengaruh positif terhadap
kepuasan kerja. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanaysha dan Tahir
(2015).
DAFTAR PUSTAKA
Balzer, W. K., et al. 1997. User’s Manual for the Job Descriptive Index (JDI; 1997 revision)
and the Job in General Scales. Bowling Green, Ohio: Bowling Green State University,
Department of Psychology.
Benrazavi, S. R., & Silong, A. D. 2013. Employees' Job Satisfaction and its Influence on
Willingness to Work in Teams. Journal of Management Policy and Practice, 14(1),
127-140.
Berman, K. F., et al. 1995. Physiological Activation of a Cortical Network During
Performance of the Wisconsin Card Sorting Test: a Positron Emission Tomography
Study. Neuropsychologia, 33(8), 1027-1046.
Bhat, Z. H. 2013. Impact of Training on Employee Performance: A Study of Retail Banking
Sector in India. Indian Journal of Applied Research, 3(6), 292-293.
Chiang, C. F., Back, K. J., & Canter, D. D. 2005. The Impact of Employee Training on Job
Satisfaction and Intention to Stay in the Hotel Industry. Journal of Human Resources
in Hospitality & Tourism, 4(2), 99-118.
Chukwudi, D. 2014. The Impact of Teamwork on Organizational Productivity. Retrieved
on 6 October, 2014 from: http://nairaproject.com/projects/522.html. Diakses 1 Maret
2018.
Conger, J. A., & Kanungo, R. N. 1988. The Empowerment Process: Integrating Theory and
Practice. Academy of Management Review, 13(3), 471-482.
Ergeneli, Azize., Gohar, Raheel., dan Temirbekova, Zhanar., 2007. Transformational
Leadership: Its Relationship to Culture Value Dimension. International Journal of
Intercultural Relations. 31,703-724.
Frobel, P., & Marchington, M. 2005. Team Working Structures and Worker Perceptions: a
Cross-National Study in Pharmaceuticals. The International Journal of Human
Resource Management, 16(2), 256-276.
George, J. M., & Jones, G. R. 2008. Understanding and Managing Organizational Behavior
(Fifth Edition). Upper Saddle River: New Jersey, Pearson Prentice Hall.
Griffin, M. A., Patterson, M. G., & West, M. A. 2001. Job Satisfaction and Teamwork: The
Role of Supervisor Support. Journal of Organizational Behavior, 22(5), 537-550.
Hair, J. F., Anderson, R. E., Tatham, R. L., & Black, W. C. 1998. Multivariate Data Analysis.
Upper Saddle River: Prentice Hall International Inc.
Hanaysha, J., & Tahir, P. R. 2015. Examining the Effects of Employee Empowerment,
Teamwork, and Employee Training on Job Satisfaction. Procedia – Social and
Behavioral Science, 209, 272-282
Hedge, J. W., & Borman, W. C. (Eds.). 2012. The Oxford handbook of work and aging.
Oxford University Press, USA.
Hoppok, R., dan Spielgler. 1938. Job Satisfaction. Occupations: The Vocational Guidance
Journal, 16(7), 636-643.
Huxtable, N. 1995. Small Business Total Quality. London,UK : Chapman&Hall.
Jacquiline, F. N. 2014. Employee Empowerment and Job Satisfaction. Research journali's
journal of human resource, 2(2), 1-12.
Jiang, X. 2010. How to Motivate People Working in Teams. International Journal of business
and Management, 5(10), 223-229.
Karia, N., & Asaari, M. H. A. H. 2006. The Effects of Total Quality Management Practices
on Employees' Work-Related Attitudes. The TQM magazine, 18(1), 30-43.
Kalisch, B. J., & Lee, H. 2009. Nursing Teamwork, Staff Characteristics, Work Schedules,
and Staffing. Health Care Management Review, 34(4), 323-333.
Khan, M. K., Tariq, A., Hamayoun, A. A., & Bhutta, M. H. 2014. Enhancing Organizational
Commitment Through Employee Empowerment- Empirical Evidence from Telecom
Sector Employees. Middle-East Journal of Scientific Research, 21(1), 148-157.
Kirkman, B. L., & Rosen, B. 1999. Beyond Self-Management: Antecedents and
Consequences of Team Empowerment. Academy of Management Journal, 42(1),
58-74.
Kreitner, Robert., dan Angelo Kinicki. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Kyzlinkova, R., Dokulilova, L., & Kroupa, A. 2007. Teamwork and High Performance Work
Organisation. Dublin, European Foundation for the Improvement of Living and
Working Conditions.
Mafini, C., & Pooe, D. R. 2013. The Relationship Between Employee Satisfaction and
Organisational Performance: Evidence from a South African Government Department.
SA Journal of Industrial Psychology, 39(1), 1-9.
Men, L. R. 2010. Measuring the Impact of Leadership Style and Employee Empowerment
on Perceived Organizational Reputation. Retreived on 23 June, 2015 from:
http://www.instituteforpr.org/wp-content/uploads/KEPRRA-the-Impact-of-Leadership-
Style-and-Employee-Empowerment-on-Perceived-Organizational-Reputation.pdf.
Diakses 1 Maret 2018
Menon, Sanjay T. 2001. Employee Empowerment: An Integrative Psychological Approach.
Journal Applied Psycholog : An International Review, 50 (1), 153-180.
Mohammed, F., & Eleswed, M. 2013. Job Satisfaction and Organizational Commitment: A
Correlational Study in Bahrain. International Journal of Business, Humanities and
Technology, 3(5), 43-53.
Mullins, L. J., & Peacock, A. 1991. Managing Through People: Regulating the Employment
Relationship. Administrator, 1, 32-35.
Nickerson, A. B., & Nagle, R. J. 2005. Parent and Peer Attachment in Late Childhood and
Early Adolescence. The Journal of Early Adolescence, 25(2), 223-249.
Ongori, H. 2009. Managing Behind the Scenes: A View Point on Employee Empowerment.
African Journal of Business Management, 3(1), 009-015.
Rae, K. 2013. How Perceptions of Empowerment and Commitment Affect Job Satisfaction: a
Study of Managerial-Level Effects. Accounting, Accountability & Performance, 18(1),
35-62.
Raza, H., Mahmood, J., Owais, M., & Raza, A. 2015. Impact of Employee Empowerment on
Job Satisfaction of Employees in Corporate Banking Sector Employees of Pakistan.
Journal of Applied Environmental and Biological Sciences, 5(2), 1-7.
Sabri, P. S., Ilyas, M., & Amjad, Z. 2011. Organizational Culture and its Impact on the Job
Satisfaction of The University teachers of Lahore. International Journal of Business
and Social Science, 2(24), 121-128.
Salas, E., Sims, D. E., & Burke, C. S. 2005. Is There a "Big Five" in Teamwork? Small Group
Research, 36(5), 555-599.
Schmidt, S. W. 2004. The Job Training and Job Satisfaction Survey Technical Manual (East
Carolina University). Online Submission. Retreived on 29 October 2015 from:
http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED494451.pdf. Diakses 1 Maret 2018.
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business: A Skill Building Approach, 4th Edition.
John Wiley and Sons: Australia.
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business Fourth Edition. New York: John Wiley
& Sons, Inc.
Shanahan, C., Best, C., Finch, M., & Sutton, C. (2007). Measurement of the Behavioural,