Permenperind No 14 2010
Permenperind No 14 2010
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas
dan mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan
baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed
methane, dan limbah refinery (coke).
1
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Pohon industri petrokimia berbasis migas dan kondensat dapat dilihat pada
gambar 1.1, sedangkan pohon industri berbasis batubara (sumber tidak
terbarukan lainnya) dan biomassa (sumber terbarukan) dilihat pada gambar
1.2. dan gambar 1.3.
2
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
3
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
HIDROGEN
Batubara Distilasi kering
Kokas Gasifikasi
Minyak
Metanol
bumi
Oksidasi parsial H2 + CO Amoniak
Minyak
Urea
berat
Gas nafta Steam Reforming H2
Elektrolisis
KOMPLEKS OLEFIN
KOMPLEKS AROMATIK
Ekstraksi Serat
Reforming Aromatik
BTX sintetis
Gas dari
batubara Benzena
Ekstraksi
Gas dari
kokas
4
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
5
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
BAB II
SASARAN
6
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
7
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Visi :
Mewujudkan industri petrokimia yang berdaya saing dan mandiri.
Misi :
Pemantapan struktur industri petrokimia
Peningkatan efisiensi.
Perluasan lapangan kerja.
Percepatan alih teknologi
Strategi
a. Peningkatan utilisasi :
- Penguasaan pasar Dalam Negeri dan pasar ekspor, serta peningkatan
informasi pasar.
- Peningkatan efisiensi bahan baku dan energi.
- Optimalisasi pemanfaatan bahan baku dalam negeri.
- Penciptaan iklim usaha kondusif terhadap industri daur ulang
petrokimia.
- Integrasi industri petrokimia hulu dengan industri migas.
8
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Kebijakan
9
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
10
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
11
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Industri Terkait
Industri Inti Industri Pendukung
Produk Plastik; Tekstil; Coating/Painting Product; Speciality
Industri dasar olefin, Refinery, Kondesat; Naphta; Gas Alam; Residu;
Chemical; Pharmacy ; Perlengkapan Otomotif ; Peralatan Listrik ;
aromatik dan C1
Karet Sintetis ; Serat Sintetis, Mesin dan peralatan, Transportasi.
Sasaran Jangka Menengah 2010 – 2014
1. Optimalisasi pemanfaatan kapasitas terpasang industri petrokimia dari 81 % (2009) menjadi lebih dari 85 % Sasaran Jangka Panjang 2015 – 2025
(2014). 1. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu :
2. Meningkatnya pemanfaatan bahan baku lokal menjadi lebih dari 20 % (2014). • Olefin : ethylene dari 750.000 Ton/Tahun menjadi 1,6 Juta Ton/Tahun,
3. Meningkatnya kapasitas produksi industri petrokimia hulu : Propylene dari 1,270 juta Ton/Tahun menjadi 1.334 juta Ton/Tahun.
• Olefin : Ethylene dari 600.000 Ton/Tahun menjadi 750.000 Ton/Tahun, Propylene dari 865.000 Ton/Tahun • Aromatik : Toluene 170.000 Ton/Tahun, Benzene 440.000
menjadi 1.270.000 Ton/Tahun. Ton/Tahun, Paraxylene 796.000 Ton/Tahun menjadi 1,25 juta
• Aromatik : Toluene dari 100.000 Ton/Tahun menjadi 170.000 Ton/Tahun, Benzene 440.000 Ton/Tahun, Ton/tahun dan Orthoxylene 120.000 Ton/Tahun.
Paraxylene 796.000 Ton/Tahun, Orthoxylene 120.000 Ton/Tahun. • Berbasis C1 : amoniak 6,8 Juta Ton/Tahun menjadi 7,5 Juta
• Berbasis C1 : amoniak 6,4 Juta Ton/Tahun menjadi 6,8 Juta Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun. Ton/Tahun, methanol 990.000 Ton/Tahun menjadi 1,5 Juta
4. Terintegrasinya pengembangan industri petrokimia dengan pendekatan klaster, untuk berbasis aromatik Ton/Tahun.
berlokasi di Jawa Timur (Tuban, Gresik, Lamongan) dan berbasis C1 berlokasi di Kalimantan Timur (Bontang) 2. Terintegrasinya industri migas dengan industri petrokimia hulu, industri
serta didukung oleh industri berbasis olefin di Banten (Anyer, Merak, Cilegon, Serang) dan Jawa Barat petrokimia antara dan industri petrokimia hilir melalui jaringan distribusi dan
(Balongan). infrastruktur yang efektif dan efisien
Strategi
Sektor : Peningkatan produksi guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversifikasi produk, peningkatan nilai tambah, peningkatan kandungan lokal (bahan baku/penolong, peralatan
pabrik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi), integrasi industri migas dengan industri petrokimia, restrukturisasi usaha (merjer dan akuisisi), dan promosi investasi industri
petrokimia unggulan.
Teknologi : Meningkatkan litbang teknologi proses dan produk dengan inovasi dan lisensi
Pengembangan rekayasa dan engineering industri peralatan pabrik.
Infrastruktur : Pengembangan dan pembangunan infrastruktur di daerah klaster industri petrokimia yang berdaya saing
Insentif : Penciptaan insentif baik fiskal maupun non fiskal untuk pengembangan industri petrokimia
Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah ( 2010 – 2014)
1. Mengupayakan insentif fiskal dan non fiskal Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang ( 2015 – 2025)
2. Usulan kebijakan mengenai alokasi bahan baku (Domestic Market Obligation) 1. Mengembangkan diversifikasi sumber bahan baku dan sumber energi
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri petrokimia industri petrokimia.
4. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk petrokimia yang terintegrasi. 2. Peningkatan kapasitas industri petrokimia.
5. Peningkatan kualitas SDM melalui training dan kerjasama pihak industri dengan lembaga pendidikan/Perguruan 3. Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk
Tinggi. petrokimia yang terintegrasi.
6. Peningkatan aktivitas kelompok kerja dalam mengevaluasi pengembangan industri petrokimia. 4. Peningkatan kualitas SDM melalui trainning & standar kompetensi kerja
7. Promosi investasi industri petrokimia nasional industri petrokimia.
8. Pembangunan centre of excellence industri petrokimia 5. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industri
9. Harmonisasi tarif bea masuk industri petrokimia petrokimia antara lain pelabuhan, jalan akses, dan utilitas.
10. Pengembangan industri petrokimia berbasis batubara dan biofeed stok. 6. Pengembangan centre of excellence industri petrokimia.
11. Melakukan koordinasi antara industri pembuatan peralatan, Engineering Procurement & Construction (EPC) dan 7. Pembangunan refinery yang terintegrasi dengan industri petrokimia.
jasa perawatan pabrik.
12. Mengembangkan lokasi klaster industri petrokimia di daerah lainnya.
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Indikasi Lokasi: Jawa Timur, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Jasa :
Assosiasi
Lembaga Litbang/PT: Transportasi Darat-
INAPLAS, APKODI,
PT (ITB/UGM/UI dll), Laut, Penyedia mesin
APROBSI, APPI, AIFTA,
BPPT, LIPI peralatan, keuangan,
Tabel 1. ARSI, FIKI
konsultasi.
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Nasional
Working Group
Daerah
Working Group
Nakertrans
Kemristek
Kem. ESDM
Rencana Aksi 2010 – 2014
Pers/Ind.
KemHub
Propinsi
Kemdag
KemPU
Kab./Kota
Kemperin
BKPM
Asosiasi
Kemkeu
Kem.
BPPT
PT
LIPI
1. Mengupayakan insentif fiskal O O O O O O O O O O
dan non fiskal
2. Usulan kebijakan mengenai
alokasi bahan baku (Domestic O O O O O O O O O O
Market Obligation .
3. Peningkatan kualitas dan
kuantitas infrastruktur O O O O O O O O O O O O
pendukung industri petrokimia
4. Peningkatan kegiatan riset
teknologi industri dan rekayasa O O O O O O O O O
O O O O
produk petrokimia yang
terintegrasi
5. Peningkatan kualitas SDM
melalui training dan kerjasama O O O O O O O O
O O O
pihak industri dengan lembaga
pendidikan/Perguruan Tinggi.
6. Peningkatan aktivitas kelompok
kerja dalam mengevaluasi O O O O O
O O
pengembangan industri
petrokimia
7. Promosi investasi industri O O O O O O O O O
petrokimia
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Nasional
Working Group
Daerah
Working Group
Nakertrans
Kemristek
Kem. ESDM
Rencana Aksi 2010 – 2014
Pers/Ind.
KemHub
Propinsi
Kemdag
KemPU
Kemperin
Kab./kota
BKPM
Asosiasi
Kemkeu
Kem.
BPPT
PT
LIPI
8. Pembangunan centre of O O O
O O O O O O O O O O O
excellence industri petrokimia
9. Harmonisasi tarif bea masuk O O O O O
O O
industri petrokimia
10. Pengembangan industri
petrokimia berbasis batubara O O O O O O O O O O O O O O O
dan biofeedstok
11. Melakukan koordinasi antara
industri pembuatan peralatan,
Engineering Procurement & O O O O O O O O O O O O O
Construction (EPC) dan jasa
perawatan pabrik.
12. Mengembangkan lokasi klaster
industri petrokimia di daerah O O O O O O O O O O O O O O O O O O
lainnya
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
Penyusunan Kemperin Menko Perekonomian, Tersusunnya Perubahan Peta Terbitnya Permenperin Selesai tanggal -
Perubahan Peta KemESDM, Kemdag, Panduan (Roadmap) Klaster tentang Perubahan Peta 29 Januari 2010
Panduan Kemkeu, Industri Petrokimia Panduan (Roadmap)
(Roadmap) Kemnakertrans, Klaster Industri Petrokimia
Klaster Industri Meneg BUMN,
Petrokimia. KemPU, Pemda
setempat
Penyusunan Kemperin Menko Perekonomian, Tersusunnya Tim Monitoring Terbentuknya Tim Selesai tanggal Rapat
kelompok kerja KemESDM, Kemdag, dan Evaluasi Pengembangan Monitoring dan Evaluasi 29 Januari 2010 koordinasi
dalam Kemkeu, Klaster Industri Petrokimia Pengembangan Klaster
mengevaluasi Kemnakertrans, Meneg Nasional Industri Petrokimia
pengembangan BUMN, KemPU, Pemda Nasional
industri setempat
petrokimia
Pengkajian Kemperin BP Migas, Ditjen Tersusunnya kajian Tersedianya FS Nopember 2011 Pihak ketiga
Pengembangan Migas, Menko pembangunan 3 (tiga) pembangunan 3 (tiga)
Bahan Baku Perekonomian, Pemda refinery/steam cracker yang refinery/steam cracker
Industri Setempat terintegrasi untuk mendukung dalam rencana aksi
Petrokimia ketersediaan bahan baku Pengembangan Industri
naphta industri petrokimia dan Petrokimia di Propinsi
BBM di dalam negeri dengan Banten, Jatim dan Kaltim.
kapasitas masing-masing
300.000 barrel/hari.
Pengkajian Kemperin Menko Perekonomian, Tersusunnya kajian Adanya hasil studi Nopember 2011 Pihak ketiga
Pengembangan Kem.ESDM, Kem Tan, pemanfaatan sebagai bahan kelayakan pemanfaatan
bahan baku BP Migas, KemRistek, baku alternatif Industri bio feed stock dan
alternatif : PT. Pertamina. petrokimia batubara sebagai bahan
biofeed stok dan 1. Biofeed stok baku alternatif Industri
batubara. 2. Batubara petrokimia
1
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
2
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
3
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
4
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
5
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010
6
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI
NOMOR : 14/M-IND/PER/1/2010