Anda di halaman 1dari 10

KASUS OSCE 4 (4 AGUSTUS 2021)

1. Pemeriksaan fisik yang sesuai pada manekin


o Sapa pasien dan persilakan duduk, perkenalkan diri dan informed consent.
o Cuci tangan, persiapan alat.
o Pemeriksaan perut
A. Regio costo-vertebralis
Pasien posisi baring terlentang (supine position)
 Inspeksi
Perhatikan tanda radang hembat, trauma (luka lecet/ gores),
benjolan di RCV/ lateral abdomen yang ikut gerak nafas (tumor)
 Palpasi
Palpasi bimanual ginjal (1 tangan di costo-vertebralis dan 1 tangan
di depan dinding perut). Pemeriksaan dalam keadaan inspirasi
dan ekspirasi. Apakah ada nyeri saat palpasi dan bagaimana
konsistensi ginjal?
 Perkusi
Lakukan di daerah costo-vertebralis. Lihat perluasan dan
progresifisitas daerah pekak (dullness)
 Auskultasi
Pemeriksaan dengan stetoskop : terdengar suara bising (systolic
bruit) jika ada stenosis atau aneurisma arteri renalis.
 Transilluminasi
Gunakan senter pada sisi massa dii kamar gelap. Interpretasi (+)
jika kista ginjal atau hidronefrosis dengan cairan transparan.
B. Pemeriksaan Supra Pubik
 Inspeksi :
 Normal : kosong atau volume <150 cc  tidak teraba/
terlihat
 Lihat penonjolan yang bulat antara simfisis pubis dan
umbilicus  buli-buli penuh.
 Benjolan tidak teratur di supra pubis  tumor buli-buli
besar.
 Palpasi
 Nyeri tekan supra pubis  sistitis
 Tumor buli-buli, uterus, ovarium yang besar dan
seminoma teraba di supra pubis
 Perkusi
 Buli-buli kosong  tidak dapat diidentifikasi dengan
perkusi
 Pekak (dullness) di supra pubis  isi buli-buli >150 cc atau
kista ovarium pada wanita
o Pemeriksaan genitalia eskterna pria
A. Penis
 Inspeksi
 Perhatikan dari ujung penis sampai pangkal
 Sudah dirkumsisi atau belum? Bila belum perhatikan
preputium :
 Preputium terlalu panjang  hipospadia
 Orificium kecil dan konstriksi ketat hingga
preputium tidak dapat ditarik ke belakang
melewati glans penis  fimosis
 Preputium yang fimosis kalau dipaksa ditarik ke
belakang corona glands dan tidak segera di reposisi
Kembali  parafimosis
 Bila sudah disirkumsisi, perhatikan :
 Glans penis
Periksa apakah ada herpes progenitalis, radang
glans penis (balanitis).
 Meatus uretra
Apakah ada iritasi kronis? Urethral discharge
(nanah, darah) ? nanah  urethritis; darah 
ruptur uretra, batu, tumor uretra.
 Hipoplasia penis (mikropenis)
 Apakah hipospadia penis bengkok ke arah ventral
(chordae)?  curvature penis.
 Palpasi
 Raba seluruh penis mulai dari preputium, glans dan batang
penis serta uretra.
 Apakah teraba massa lunak atau keras di bawah
preputium  fimosis
 Uretra seperti tali dan pancaran kencing kurang 
striktur uretra
B. Skrotum dan isinya
 Inspeksi
 Normal : kanan lebih tinggi dari kiri
 Apakah ada abses, fistel, efema, gangrene (skrotum
tegang, kemerahan, nyeri, basah)
 Adakah pembesaran sktrotum? Gambaran kebiruan
menonjol dan berkelok-kelok sepanjang skrotum? Bengkak
kebiruan bekas trauma? Perdarahan?
 Palpasi
Raba testis. Apakah teraba keras (seminoma)? Nyeri tekan?
Fluktuasi? Apakah teraba massa (hernia skrotalis)? Apakah terasa
sensasi seperti meraba cacing dalam kantung (varicocele)?
 Transilluminasi
Lakukan di tempat yang gelap dan sinari skrotum dengan cahaya
terang. Jika isi skrotum tampak menerawang seperti cairan kistus
 transilluminasi (+)
o Pemeriksaan colok dubur
Minta pasien untuk BAK terlebih dahulu
Atur posisi penderita dengan posisi lithotomi, cuci tangan, pakai
handschoen dan oleskan jari telunjuk dengan lubrikan
Inspeksi perineum : pisahkan kedua bokong dengan tangan kiri. Nilai kulit
sekitar perineum (tanda inflamasi, sinus pilonidal, fistula ani, prolapse
rectum, hemorrhoid).
Masukkan jari telunjuk secara perlahan ke orificium anal dan tekan
secara perlahan u/ relaksasi spinkter ani eskterna.
Selanjutnya masukkan telunjuk sampai mencapai ampulla rectum, nilai
apakah ada massa atau tekanan pada daerah rectum.
Dorong telunjuk ke arah jam 12 hingga mencapai bagian prostat. Nilai
permukaan prostat (halus atau bernodul), konsistensi (kenyal, keras,
halus), bentuknya, ukuran (normal, membesar, atrofi), sensitifitas
terhadap tekanan (nyeri atau tidak), mobilitas atau terfiksasi.
Setelah selesai, keluarkan jari dan berilah pasien tissue untuk
membersihkan dirinya.
2. Tatalaksana non-farmakologi (pasang kateter)
 Pasien tidur terlentang, alat & bahan, cuci tangan, handschoen
 Isi spuit 5 cc dengan jelly (xylovaine gel 3-5 cc)
 Isi spuit 10 cc dengan akuades
 Cek apakah balon kateter masih berfungsi dengan baik dengan menggunakan
spuit isi akuades, lalu dihisap Kembali)
 Pastikan urinal bag tertutup dan diletakkan lebih rendah dari bed pasien
 Desinfeksi OUE, tutup dengan duk
 Tangan kiri memegang penis, tangan kanan menyuntikkan jelly kedalam uretra
 Masukkan kateter scr smooth dan gentle
 Pastikan ujung kateter udah sampai VU (tanda : urin keluar melalui kateter lalu
tamping melalui bengkok)
 Kembangkan balon kateter dengan spuit akuades
 Pada tempat masuknya kateter beri salep antiseptic/ antibiotic
 Fiksasi penis dan kateter dengan plester di daerah inguinal
 Hubungkan urinal bag dengan ujung kateter (lubang yang lurus)
 Bersihkan alat dan bahan habis pakai, cuci tangan, lengkapi RM, dan jelaskan
bahwa prosedur pemasangan keteter telah selesai.
 Edukasi :
o Mencuci area kulit disekitar area pemasangan kateter dengan sabun yang
lembut dan air, paling sedikit dua kali sehari. Keringkan dengan handuk
bersih
o Cuci tangan dengan air hangat, sebelum dan sesudah menyentuh kateter
o Pastikan tubuh terhidrasi dengan baik, dengan minum air secukupnya
sehingga urin yang dihasilkan tetap berwarna jernih, mengonsumsi
makanan berserat tinggi seperti buah dan sayur
o Dilarang mengoleskan lotion atau bedak ke area di sekitar kateter

3. Pemeriksaan penunjang
 Prostate Specific Antigen (PSA) : rentang normal nilai PSA untuk usia 60-69 tahun
(di scenario, pasien usia 68 tahun) adalah 0 – 4,5 ng/mL. Nilai PSA >4 ng/mL :
indikasi Tindakan biopsy prostat.
 Flowmetri : Qmax turun (laju pancaran urine maksimal) , biasanya <15cc
 TRUS/ TAUS (Transrectal/ Transabdominal Ultrasonography) : volume prostat
dan gambaran hipoekoik
 Intravenous Pyelography (IVP) dan sistogram

4. Diagnosis : Benign Prostate Hyperplasia/ Hiperplasia Prostat Jinak


Diagnosis banding : striktur uretra, kontraktur leher kandung kemih, batu buli, kanker
prostat.

1. Resusitasi Neonatus
 Selamat pagi Bu, perkenalkan saya dr. X. Disini bayi Ibu mengalami
kegawatdaruratan yakni tidak dapat bernapas normal, oleh karena itu perlu kita
lakukan resusitasi. Resusitasi ini gunanya untuk membuka jalan nafas agar bayi
dapat bernafas spontan, mungkin nanti akan sedikit tidak nyaman, kami perlu
kerja sama dari Ibu. Apakah Ibu bersedia?
 Persiapan alat : handschoen, ambubag set, spuit untuk epinefrin, kain 3 (untuk
membersihkan bayi dan untuk penampang kepala bayi, dan untuk bedong bayi.
 Pastikan meja resusitasi datar rata dan keras
 Hidupkan lampu pemancar untuk penghangat bayi.
 Cuci tangan + pakai handschoen
 Penilaian sepintas (initial assessment) : apakah bayi dapat bernafas spontan?
Nafas megap-megap? Sianosis? Bayi menangis? Laju denyut jantung (LDJ) bayi?
 Langkah awal : termoregulasi, bersihkan jalan nafas pakai sungkup, beri
rangsangan taktil
 Evauasi : bisa bernafas spontan? Warna kulit? LDJ ? <60 x/ menit
 VTP : ambubag selama 30 detik
 Evaluasi : bisa bernafas spontan? warna kulit? Saturasi oksigen? LDJ? <60 x/m
 Kompresi dada + VTP dengan rasio 3:1 (3x kompresi, 1x VTP) selama 1 menit
 Evaluasi : bisa bernafas spontan? Warna kulit? Saturasi O2 ? LDJ? <60 x/m
 Beri epinefrin dengan konsentrasi 1:10.000 dan dosis 0,01 – 0,03 mg/ KgBB dan
lanjut kompresi dada + VTP selama 1 menit
 Evaluasi :
o LDJ? >60 x/m : kompresi dada hentikan, lanjut VTP.
o Tidak bernafas dan telah di ventilasi >2 menit : rujuk sambal lakukan VTP
dan kompresi dada, diselingi pemberian epinefrin 3-5 menit.
o Jika sudah bisa bernafas spontan tapi saturasi oksigen masih 72% = bayi
bernapas spontan tapi ada distress napas = beri CPAP (continuous
positive airway pressure/ tekanan positif berkelanjutan pada jalan
napas)

2. Tatalaksana pasca resusitasi neonatus : pemberian CPAP


 Target saturasi oksigen pada bayi baru lahir ≥ 90 %
 Tindakan pemberian CPAP dengan alat T-Piece Resuscitator di fasilitas lengkap
atau Jackson-Rees pada fasilitas terbatas
 Sesuai scenario, Tindakan dilakukan di RS Tipe C (fasilitas terbatas). Jadi beri
Tindakan CPAP dengan alat Jackson-Rees.
 Sebelum pemasangan, ukur dulu PEEP (Positive End-Expiratory Pressure/ tekanan
positif akhir ekspirasi) dengan menggunakan manometer jarum tambahan dan
dapat diatur dengan katup CPAP (biasanya PEEP diberikan 5-8 cm H 2O (umumnya
dimulai dari 7 cm H2O)
 Hubungkan sungkup wajah dengan dengan Jackson-Rees
 Evaluasi : jika masih ada retraksi, naikkan PEEP sampai max 8 cm H 2O, sebelum
memutuskan untuk intubasi.
 Apabila pemberian CPAP telah mencapai PEEP sebesar 8 cm H2O dan FiO2 telah
di atas 40% namun bayi masih mengalami distres pernapasan = intubasi
1. Anamnesis ginekologi
 Silahkan masuk Ibuk, silahkan duduk.
 Selamat pagi Buk, perkenalkan saya dr. X yang bekerja di klinik ini.
 Disini saya akan menananyakan beberapa hal terkait keluhan/ alasan kedatangan
ibuk ke klinik ini, mungkin akan sedikit sensitif, ibuk silahkan dijawab dengan
benar dan jujur ya buk, data akan saya rahasiakan, karena ini penting untuk
keberhasilan terapi atas keluhan ibuk. Apakah ibu bersedia?
 Identitas pasien : nama, usia, alamat, pekerjaan, sudah menikah?
 Keluhan utama : keputihan sejak 1 bulan yang lalu
 RPS :
o Keadaan pasien saat terjadi keluhan : apakah mengganggu kegiatan
pasien? Rasa tidak nyaman? Udah minum obat atau udah pernah
berobat?
o Keluhannya terjadi sepanjang hari atau di waktu tertentu? Apakah ada
efeknya terhadap siklus menstruasi?
o Apakah keluhan ini pertama x terjadi atau sudah pernah sebelumnya?
o Ada nyeri? Jika ada = dimana nyeri? Tingkat keparahan nyeri (skala 1-10
dengan 1 tidak nyeri dan 10 sangat nyeri)? Apa ada keram? Apakah ada
factor yang memperburuk/ memperingan? Misalnya kebersihan alat
genital? Pola makan dan gaya hidup yang tidak tepat? Asupan junk food,
makanan berminyak dan pedas? Minum alcohol dan merokok? Terlalu
memanjakan diri dalam aktivitas sesual (sebelum menanyakan ini,
permisi deluan karena sensitif)
o Apakah keluhan pasien mengganggu keseharian pasien?
o Udah mendapatkan pengobatan untuk keluhan ini sebelumnya?
o Apakah keluhan bertambah parah seiring berjalannya waktu dari awal
keluhan hingga saat ini?
 Riwayat menstruasi :
o Kapan haid pertama (menarche) : rata2 usia 12-13 tahun dengan rentang
9-17 tahun.
o HPHT?
o Pola menstruasi dengan gejala terkait :
 Lama siklus : rata-rata 28 hari (hari pertama dari 1 periode mens
sampai hari pertama periode menstruasi berikutnya)
 Durasi aliran menstruasi : biasanya 3-5 hari dengan kisaran 1-7
hari.
 Jumlah darah yang keluar : rata-rata 30 mL dengan kisaran 10 – 80
mL
 Munculnya gejala premenstrual : nyeri payudara, distensi
abdomen, berat badan, nafsu makan meningkat, lekas marah, dll
 Munculnya nyeri yang berhubungan dengan menstruasi : sakit
perut atau punggung bawah.
 Pendarahan tambahan (spotting/ bercak)
 Kontrasepsi
o Metode kontrasepsi saat ini : apakah puas dengan metode ini atau ada
keinginan untuk mengganti
o Metode kontrasepsi sebelumnya yang pernah digunakan
 Sitologi serviks dan vagina
o Tanggal dan hasil terbaru pemeriksaan pap smear
o Apakah sebelumnya ada riwayat hasil pap smear yang abnormal. Jika iya,
pengobatan apa yang dilakukan?
 Riwayat infeksi : riwayat IMS dan cara penanganannya? (permisi dulu sebelum
bertanya karena sensitif)
 Riwayat kesuburan : anak berapa? Mudah hamil/ tidak? Ada gangguan fertilitas
sebelumnya? Sudah ditangani ? bagaimana hasilnya?
 Riwayat aktivitas seksual : apakah normal? Atau sudah lama berhenti? Ada nyeri
saat berhubungan? Mohon maaf buk, tidak ada riwayat kekerasan? (hati-hati jika
menanyakan ini karena dapat mempengaruhi emosi pasien)
 Riwayat kehamilan dan persalinan? Udah berapa anaknya? Apakah
kehamilannya di Rahim atau di luar Rahim? Persalinan Caesar/ pervaginam?
Semua persalinan berhasil/ ada komplikasi? Apakah ada riwayat infeksi atau
gangguan saat kehamilan dan persalinan? Apakah bayi cukup bulan saat
dilakukan persalinan? Siapa yang bantu persalinan?
 RPD : masalah ginekologis? Riwayat opname? Operasi? Transfuse darah?
 Riwayat pribadi : konsumsi obat-obatan? Alergi obat? Pola makan teratur?
Olahraga? Diet? Tidur cukup? Stress ?
 RPK : kanker, diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, osteoporosis?
 Cross check
 Ada yang mw ditanyakan pasien?

2. Pemeriksaan fisik ginekologis


 Baik ibu berdasarkan keluhan ibu perlu kita lakukan pemeriksaan ya buk,
mungkin akan sedikit tidak nyaman, apakah ibu bersedia?
 Ibu silahkan ke kamar mandi dulu ibu untuk BAK, karena ini pemeriksaan di
daerah genitalia, ibu silahkan pakai sarung ya buk. Saya akan mempersiapkan
alat dan cuci tangan
 Nyalakan lampu periksa dan arahkan ke area pemeriksaan
 Pasien dalam posisi litotomi
 Cuci tangan dan pakai handschoen
 Simulasi toilet vulva dan sekitarnya secara lege artis (kanan, kiri, tengah)
 Pasang duk steril
 Inspeksi :
o Mons pubis : apakah persebaran rambut merata? Kelainan pada folikel
rambut?
o Keadaan kulit daerah vulva : luka, vesikel atau nodul, tumor?
o Klitoris : pembesaran atau tidak?
o Labium majus dan minus : simetris atau tidak, luka, pembengkakan,
penonjolan?
o Perineum : pembengkakan, sikatriks atau bekas episiotomy, tumor?
o Introitus vagina : discharge yang mengalir dari liang vagina?
 Spekulum : pasang dengan tangan kanan dengan cara dan arah yang benar,
kunci kedudukan speculum
 Catatan : jika ingin melakukan pap smear dan iva test langsung lakukan
sebelum pemeriksaan bimanual.

3. Pemeriksaan IVA test


 Setelah pemasangan speculum dan serviks ditampilkan, oleskan larutan asam
asetat 3-5% pada regio Squamo-Columner Junction (SCJ) pada serviks (dengan
menggunakan lidi kapas)
 Amati perubahan warna yang terjadi pada SCJ setelah 20 detik
 Interpretasi :
o (+) : jika pulasan tampak bercak warna putih (aceto white epithelium/
WE) pada regio SCJ
o (-) : jika tidak tampak lesi keputihan (acetowhite) pada pulasan regio SCJ
atau bercak keputihan jauh/ tidak berhubungan dengan regio SCJ
o Dicurigai keganasan jika tampak lesi ulseratif, cauliflower-like (seperti
bunga kol) disertai bercak perdarahan atau mudah berdarah jika
disentuh.

4. Pemeriksaan Pap Smear


 Amati dan deskripsikan keadaan serviks
 Ambil speculum ayre dan masukkan bagian ujung yang lebih pendek (bercabang
dua) ke dalam ostium uteri eksterna (ektoservik) (regio SCJ) dan putar 360 0
searah jarum jam
 Oleskan hasil usapan tsb ke salah satu bagian ujung objek glass
 Ambil sikat cytobrush, kemudian masukkan ke muara kanalis servikalis
(endoserviks) dan putar 3600 searah jarum jam
 Oleskan hasil usapan tadi juga ke objek glass sebelumnya pada tempat yang
berbeda (ujung yang berlawanan dengan cara diputar ke arah sebaliknya
 Cabut speculum sesudah mengendorkan sekrup pengunci
 Letakkan sepkulum ke mangkok antiseptic
 Fiksasi objek glass dalam alcohol 95% selama 30 menit dan beri label pada
sediaan dan kirim ke laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai