Anda di halaman 1dari 83

STANDAR 5

KURIKULUM, PEMBELAJARAN DAN SUASANA AKADEMIK

5.1 Kurikulum
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, bahan kajian, bahan pelajaran serta cara penyampaiannya, dan penilaian hasil belajar yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi.

Kurikulum seharusnya memuat standar kompetensi lulusan yang terstruktur dalam


kompetensi utama, pendukung dan lainnya yang mendukung tercapainya tujuan,
terlaksananya misi, dan terwujudnya visi program studi. Kurikulum memuat mata
kuliah/modul/blok yang mendukung pencapaian kompetensi lulusan dan memberikan
keleluasaan pada peserta didik untuk memperluas wawasan dan memperdalam keahlian
sesuai dengan minatnya, serta dilengkapi dengan deskripsi mata kuliah/modul/blok, silabus,
rencana pembelajaran dan evaluasi.

Kurikulum harus dirancang berdasarkan relevansinya dengan tujuan, cakupan dan kedalaman
materi, pengorganisasian yang mendorong terbentuknya hard skills dan keterampilan
kepribadian dan perilaku (soft skills) yangdapat diterapkan dalam berbagai situasi dan
kondisi.

5.1.1 Kompetensi Pendukung dan Kompetensi lainnya


Uraikan secara ringkas kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya yang merupakan
kekhususan atau keunggulan program studi.

Lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas akan memiliki kompetensi yang dibangun dengan fondasi yang terdiri
atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif,
dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran,
keterampilan klinis dan pengelolaan masalah kesehatan. Area kompetensi disusun sesuai
dengan kompetensi yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) 2020.

Kompetensi Utama di dalam kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu


1
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas terdiri dari kompetensi penyakit
dan kompetensi keterampilan klinis. Setiap kompetensi memiliki standar kedalaman
penguasaan yang dikelompokkan menjadi:
Definisi tingkat kedalaman penguasaan pada bahan kajian kompetensi penyakit:
1. Tingkat 1 (Mengenali dan menjelaskan)
Lulusan dokter spesialis mata mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit,
dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.

2. Tingkat 2 (Mendiagnosis dan merujuk)


Lulusan dokter spesialis mata mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut
dan menentukan rujukan ke subspesialis terkait, serta dapat melakukan perawatan lanjut
setelah dirujuk balik.

3. Tingkat 3 (Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk)


Kompetensi tingkat 3 terbagi menjadi dua bagian, yaitu bukan kasus gawat darurat dan kasus
gawat darurat.
3a. Bukan Gawat Darurat
Lulusan dokter spesialis mata mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter spesialis mata mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter
spesialis mata juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
3b. Gawat darurat
Lulusan dokter spesialis mata mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter spesialis mata mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter
spesialis mata juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

4. Tingkat 4 (Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas)


Lulusan dokter spesialis mata mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
1. Bidang Miopia 4
Refraksi dan Hipermetropia 4
Optimasi Astigmatisma 4
Visual Presbiopia 4
Anisometropia 4
Gangguan akomodasi 3
Keratokonus 3
Kelainan refraksi pasca bedah refraktif 3
Kelainan refraksi pasca keratoplasti 3
Aniseikonia 3
2. Bidang Katarak senilis 4
Katarak dan Katarak juvenil 4
Bedah Katarak traumatika 4
Refraktif Aniridia 3
Katarak akibat penyakit mata lain 3
Katarak dengan high myopia 3
Katarak dengan high astigmatism 3
Katarak pasca keratoplasti 3
Katarak pasca bedah vitreoretina 3
Katarak dengan kekeruhan kornea 2
Katarak tanpa penyulit terkait penyakit 4
metabolik, sistemik, dan obat
Katarak dengan pseudoexfoliation syndrome 3
Subluksasi lensa 3
Dislokasi lensa (anterior/ posterior) 3
Sferofakia 2
Subluksasi IOL 3
Surgical Induced Astigmatism 3
Desentrasi IOL 3
Afakia 3
Komplikasi bedah katarak (endoftalmitis, 3
kenaikan TIO, edema macula kistoid, kebocoran
luka, perdarahan intra okular, endothel
decompensation)
Toxic anterior segment syndrome 3
Katarak dengan penyulit (extreme short or long 2
axial length, short ACD, poorly dilated pupil)
Pterigium 4
Pinguekula 4
Degenerasi kornea 3
Corneal ectatic
3 disorder 3
Distrofi kornea 3
Sikatriks kornea 3
Keratopati bullosa 3
Kelainan refraksi terkait pilihan tindakan bedah 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
refraktif
Katarak sekunder (PCO) 4
Band Keratopathy 3
Trauma tembus kornea 4
Trauma non perforasi pada kornea 4
Trauma kimia fase akut 4
Masalah ocular surface akibat trauma kimia 3
Neoplastic disorder of the cornea 2
Neoplastic disorder of the conjunctiva 2
Kelainan kornea akibat masalah sistemik 1
3. Bidang Glaukoma primer sudut terbuka 4
Glaukoma Glaukoma normotensi 4
Suspek glaukoma 4
Hipertensi okular 4
Glaukoma Sekunder Sudut Terbuka
Pseudoexfoliation Syndrome 4
Pigment Dispersion Syndrome 4
Glaukoma fakolitik 3
Lens Particle Glaucoma 3
Phacoantigenic Glaucoma 3
Tumor intraokular 3
Inflamasi okular dan glaukoma sekunder 3
Peningkatan tekanan episklera dan 3
Glaukoma
Hifema traumatik 4
Hemolytic and Ghost Cell Glaucoma 3
Angle Recession Glaucoma 4
Glaukoma terkait pernbedahan 3
Schwartz Syndrome 3
Drugs Induced glaucoma 4
Primary Angle Closure Disease
Primary Angle Closure Suspect 4
Primary Angle Closure 3
1. Acute 4
2. Subacute or Intermittent 3
Glaukoma primer sudut tertutup 3
Sindrom Plateau Iris 3
Secondary Angle Closure dengan Blok Pupil
Glaukoma4 fakomorfik 3
Ectopia Lentis 3
Glaukoma Afakik dan Pseudofakik 3
Secondary Angle Closure tanpa Blok Pupil
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan

Glaukoma neovaskular 3
Iridocorneal Endothelial Syndrome 3
Tumor 3
Inflamasi 3
Glaucoma Malignan 3
Ablasi retina Non-rhegmatogenous 3
dan Uveal Effusion
Drugs Induced 4
Glaukoma kongenital primer 3
Glaukoma juvenil sudut terbuka 3
Glaukoma Sekunder dengan Anomali Okular dan Sistemik
yang Terkiat
Axenfeld-Rieger Syndrome 3
Peters Anomaly 3
Aniridia 3
Sturge Weber Syndrome 3
Neurofibromatosis 3
Kelainan lainnya 3
Glaukoma afakik pada anak 3
Hipotoni post operatif 3
4. Bidang Kelainan Makula
Vitreoretina Dry Age Macular Degeneration (AMD) 4
Wet Age Macular Degeneration (AMD) 3
Sindrom Histoplasmosis Okular 1
Angioid Streak 1
Myopia Pathologik 3
Choroidal Neovascularization (CNV) 3
ldiopatik
Cystoid Macular Edema (CME) 4
Kelainan Pembuluh Darah Retina
Retinopati Diabetik Non Proliferatif (Non 4
Proliferative Diabetic)
Retinopati Diabetik Proliferatif 3
(ProliferativeDiabetic Retinopathy(PDR)
Retinopati hipertensi 4
Koroidopati hipertensi 4
Neuropati optik hipertensi 4
Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) 3
Central Retinal Vein Occlusion (CRVO) 3
5
Sindrom iskemik okular 2
Branch Retinal Artery Occlusion (BRAO) 3
Central Retinal Artery Occlusion (CRAO) 3
Oklusi aretri Cilioretina1 3
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Oklusi Arteri Ophthalmic 3
Makroaneurisma Arterial 3
Retinopati Sickle Cell 3
Vaskulitis 3
Coats Disease 3
Telangiektasis Parafoveal 2
Penyakit Von Hippel-Lindau 1
Sindrom Wybum Mason 1
Retinal Cavernous Hemangioma 1
Retinopati akibat Radiasi 3
Retinopati Valsalva 3
Purtscher-and Purtscheriike Retinopathy 3
Sindrom Terson 3
Retinopathy of Prematurity (ROP) 2
Kelainan Koroid
Central Serous Choroidopathy (CSC) 3
Choroidal Perfusion Abnormalities 1
Hemangioma koroid 2
Uveal Effsion Syndrome 1
Bilateral Diffuse Uveal Melanocytic 1
Proliferation
Inflamasi Koroid dan Retina
White Dot Syndromes 2
Choroidal Autoimmune Conditions 1
Sympathetic Ophthalmia 3
Lim lntraocular Lymphoma 2
Retinitis Cytomeglovirus (CMV) 3
Non-CMV Necrotizing Herpetic Retinitis 3
Endoftalmitis Bakterial Endogen 3
Endoftalmitis jamur 3
Tuberkulosis okular 3
Korioretinits sifilis 3
Cat-scratch Disease 1
Retino-koroiditis Toxoplasma 4
Toxocariasis 2
Lyme Disease 1
Diffuse Unilateral Subacute Neuroretinitis 1
Congenital and Stationary Retinal Disease
Color Vision (cone system) abnormalities 2
Night Vision
6 (rod system) abnormalities 2
Hereditary Retinal And Choroidal Dystrophies
Retinitis Pigmentosa 3
Leber CongenitalAmaurosis 3
Cone Dystrophies 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Stargardt Disease 2
Vitelliform Degenerations 2
Pattern Dystrophies 1
Sorsby Macular Distrophy 1
Choroidal Dystrophies 1
X-Linked Retinochisis 1
Enhanced S-cone Syndrome 1
Degenerasi Retina
Bardet-Biedl Syndrome 1
Usher Syndrome 2
Retinal Albinism 1
Systemic Drug Induced Retinal Toxicity
Drug causing RPE+Photoreceptor 2
abnormalities
Drug causing Occlusive Retinopathy 2
Drug causing Ganglion cells + 2
Optic nerve abnormalities
Drug causing Macular Edema 2
Drug causing Crystalline Retinopathy 2
Drug causing Color vision and ERG 2
abnormalities
Ablasio Retina
Retinal Breaks 3
Posterior Vitreous Detachment (PVD) 4
Lattice Degeneration 3
Vitreoretinal Tufts 3
Meridional Folds 3
Paving-stone Degeneration 4
Hiperplasia Retinal Pigment Epithelium 4
(RPE)
Hipertrofi Retinal Pigment Epithelium 4
(RPE)
Ablasi retina 3
Optic Pit Maculopathy 1
Diseases of The Vitreous and Vitreoretinal
Epiretinal membranes 2
Vitreomacular Traction Diseases 2
Idiopathic Macular Hole 2
Wagner and Stickler Syndromes 1
Familial Exudative Vitreoretinopathy 1
Asteroid7Hyalosis 4
Manifestasi Trauma Pada Segmen Posterior
Perdarahan Vitreus 3
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Kommosio Retina 4

Ruptur koroid 3
Macular Hole pasca trauma 3
Ruptur sklera 4
Trauma Laserasi dan Penetrasi 4
Trauma Perforasi 4
Benda asing intraokular 3
Endoftalmitis pasca trauma 3
Ophthalmia simpatika 4
Solar Retinopathy 4
5. Bidang Infeksi ekstra dan intra okuler
Infeksi dan Blefaritis
Imulogi a. Blefaritis anterior 4
Hordeolum 4
Konjungtivitis
a. Viral 4
b. Bakterial 4
Keratitis infeksius/ ulkus kornea Tanpa komplikasi ke
intraokular
a. Viral keratitis 4
b. Bakterial keratitis 4
c. Fungal keratitis 4
d. Acanthamoeba keratitis 3
Endoftalmitis membutuhkan vitrektomi
a. Eksogen 3
b. Endogen 3
Panoftalmitis 3
Selulitis
a. Selulitis preseptal 4
b. Selulitis orbita 3
lnfeksi sistem lakrimal
Dakriosistitis/ dakrioadenitis 4
INFLAMASI MATA
Inflamasi ekstra dan intraokuler
Blefaritis
a. Blefaritis posterior ringan (MGD) 4
Dry eye syndrome
a. Mild 4
8
b. Moderate 4
c. Severe 3
Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) 4
Konjungtivitis (keterlibatan komea minimal)
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan

a. Alergi/ vernal/ atopik 4


b. Toksik 4
c. Contact-lens induced 4
d. Ligneous 3
Episkleritis 4
Skleritis
a. Skleritis anterior non nekrotikans 4
b. Skleritis anterior nekrotikans 3
c. Skleritis posterior 3
Keratitis non-infeksius
a. Thygeson superficial punctate kertitis 3
b. Marginal keraiitis 3
Immune-related disease
Peripheral ulcerative k.eratitis 3
Mooren Ulcer 3
Steven-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic 4
Epidermal Necrolysis (TEN) pada keadaan
akut
Ocular cicatrical pemphigoid (OCP) 3
Ocular graft-vs-host disease 3
Interstitial keratitis associated with systemic 3
infection disease
UVEITIS
Uveitis anterior
a. Infeksi
• Toksoplasmosis 4
• Tuberkulosis 3
• Sifilis 3
b. Inflamasi/ immune related
• Vogt-Koyanagi Harada Syndrom 3
• Behcet's disease 3
• Drug-induced uveitis 3
• Lens-associated uveitis 3
• HLA-B27 associated 3
• Fuch's Uveitis Syndrome 3
• Juvenile rheumatoid arthritis 3
• Ankylosing spondylitis 3
9 syndrome
Reiter's 3

• Inflammatory boweldisease 3
• Psoriatic arthritis 3
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan

• Sarcoidosis 3
c. Idiopatik 3
Uveitis intermediet
a. lnfeksi
• Lyme disease 3
b. Inflamasi/ immune-related
• Pars planitis 3
• Sarcoidosis 3
• Inflammatory bowel disease 3
• Multiple sclerosis 3
c. Idiopatik 3
Uveitis posterior
a. Infeksi
• Ocular to xoplasmosis 4
• CMV retinitis 3
• Tuberkulosis 4
• Sifilis 3
• Herpes simplex 3
• Onchocerciasis 2
• Cysticercosis 2
• Meningokokus 2
• Toxocariasis 2
• Nocardiosis 2
• Cat-scratch disease 2
b. Inflamasi/immune-related
• Sarcoidosis 3
• Vogt-Koyanagi-Harada Syndrome 3
• Symphatetic ophthalmia 3
• Systemic lupus erythematosus 3
• Polyarteritis nodosa (PAN) 3
• Birdshot uveitis 2
c. Idiopatik 2
Panuveitis
a. Infeksi
10
• Ocular tuberculosis 3
• Herpes simplex 3
• Ocular syphilis 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan

• Lepra 2
b. Inflamasi/immune-related
• Ocular Behcet's 3
• Vogt-Koyanagi-Harada Syndrome 3
• Symphatetic ophthalmia 3
• Sarcoidosis 3
Masquerade syndrome 3
6. Bidang Papiledema
Neuro a. Papiledema ec space occupying lesion 3
Oftalmologi (SOL)
b. Idiopathic intracranial hypertension (UH) 3
c. Hipertensi maligna 3
Neuritis optik
a. Tipikal ( demyelinating) 4
b. Atypical [lain-lain) 3
c. Neuromyelitis optika 3
Neuropati optik iskemik
a. Arteritik 3
b. non arteritik 4
Diabetik Papilopati 3
Papilofeblitis 2
Sindrom Paraneoplastik 2
Neuropati optik Infiltratif dan 4
Kompresif
Perdarahan Retrobulbar 4
Optic disc drusen 2
Neuropati optik herediter
a. Leber's heredity optic neuropthy 2
b. Autosomal Dominant Optic 1
atrophy
c. Optic nerve hypoplasia 2
d. Congenital optic disc anomalies 2
Neuropati optik toksik atau
nutrisional
a. Neuropati optik toksik Methanol 3
b. Neuropati optik toksik 3
Ethambutol
c. 11
Neuropati optik toksik karena 3
ob at lain
d. Neuropati optik nutrisional 2
Neuropati optik traumatik (direct and 3
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan

indirect)
Neuropati optik iskernik posterior 2
Atrofi nervus optik 3
Foster kennedy syndrome 3
Lesi Khiasma 3
Lesi Retrokiasma 3
Lesi traktus optik 3
Lesi Lateral Geniculate body 3
Lesi lobus temporal 3
Lesi lobus parietal 3
Lesi lobus oksipital 3
Monocular visual loss 2
Binocular visual loss 2
Ocular stability dysfunction 1
Vestibular dysfunction 1
Optokinetic nystagmus dysfunction 1
Saccadic dysfunction 1
Ocular motor apraxia 1
Pursuit dysfunction 1
Convergence insuffiency 2
Divergence insuffiency 2
Nuclear cause of diplopia 2
Internuclear cause of diplopia 2
Infranuclear cause of diplopia 2
Parese nervus III (Okulomotor)
a. Melibatkan pupil (pupil 3
involvement)
b. Tanpa melibatkan pupil (pupil 3
sparing)
Parese nervus IV (Troklearis) 3
Parese nervus VI (abdusens) 3
Fistula sinus carotid-cavernous 3
Sindrom Tolosa-Hunt 3
Myastenia Gravis Okuler 3
Miositis orbita 3
Tyroid Eye Disesase {TED)
12a. 4
Mild
b. Moderatsevere 3
Nystagmus pada anak 2
J Gaze evoked nystagmus 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Vestibular nystagmus 2
Acquiredpendularnystagmus 1
See saw nystagmus 1
Anisokoria equal in dim 4
and bright light
Anisokoria greater in dim 3
light
Anisokoria greater in bright light 3
a. Adies tonic pupil 3
b. Third nerve palsy 3
Agryl Robertson pupil 1
Aberrant regeneration 1
Ptosis (kecuali myasthenia gravis 2
okular, parese nervus ill dan
Kelainan nervus VII (fasialis) 2
Blefarospasme esensial 3
Spasme Hemifacial 3
Migrain 2
Tension headache 2
Trigeminal neuralgia 2
Occipital neuralgia 2
Herpes Zoster Ophthalmia (HZO) facial 2
pain
lmunologic disorder (di luar 2
Ocular Myastenia Gravis, Multiple
Terkait kehamilan 1
Kelainan Cerebrovaskular (selain 2
fistula Carotid Cavernous)
Penyakit infeksi 3
Terapi radiasi 2
KELAINAN PENGLIHATAN
WARNA
Herediter 4
Dapatan 3
Thepatient with non organic ophthalmic 1
disorder
7. Bagian Delayed visual maturation dan 2
Pediatrik cortical visual
Oftalmologi Kelainan palpebra
dan a. Kelainan
13 palpebra kongenital 2
Strabismus
b . Infeksi dan inflamasi palpebra 4
c. Neoplasma dan non infeksi 3
d. Kelainan palpebra didapat 3
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Kelainan orbita
a. Malformasi kraniofasial 2
b. Infeksi dan inflamasi (Selulitis preseptal,
selulitis orbita dan inflamasi orbita pada
anak)
1. Selulitis preseptal 4
2. Selulitis orbita 3
3. Inflamasi orbita pada anak 3
Neoplasma
a. Tumor jinak 3
b. Neoplasma malignant Primer 2
c. Neoplasma malignant sekunder 2
d. Neoplasma yang berasal dari 2
hematopoietic lympho- proliferative dan
histiositik
Abnormalitas sistem lakrimalis
a. Anomali kongenital dan developmental 2
b. Obstruksi duktus nasolakrimal 3
Penyakit pada kornea, segmen anterior dan iris
a. Anomali kongenital dan developmental 3
pada
b. Anomali kongenital dan developmental 3
pada
c. Anomali kongenital dan developmental 3
pada iris dan pupil
d. Kelainan kornea didapat (keratitis) 4
e. Kelainan kornea dan iris Yang 3
berhubungan dengan kelainan sistemik
f. Tumor pada kornea, iris dan segmen 3
anterior
External eye diseases of the eye
a. Konjungtivitis lnfeksi
1. Oftalmia neonatorum 4
2. Konjungtivitis bakteri 4
3. Konjungtivitis virus
b. Kelainan inflamasi
1. Blefaritis 4
2. Alergi mata 4
3. Konjungtivitis ligneous 4
c. Kelainan konjungtiva lainnya 3
Papilloma, kista epithelial konjungtiva,
14
nevus konjungtiva, Steven Johnson
Syndrome
Glaukoma pediatrik
a. Glaukoma pediatrik primer 3
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
b. Glaukoma pediatrik sekunder 3
Katarak dan kelainan lensa lainnya pada anak
a. Katarak pediatrik 3
b. Abnormalitas lensa 3
c. Dislokasi lensa 3
Uveitis pediatrik
a. Uveitis anterior 4
b. Uveitis intermediate 3
c. Uveitis posterior 3
d. Panuveitis 3
e. Masquerade syndrome 3
Kelainan retina dan vitreus
a. Abnormalitas kongenital dan
developmental
1. PFV (Persistent Fetal Vasculature) 2
2. ROP (Retinopathy of Prematurity)
a. Type 1 2
b. Type 2 3
3. Kelainan herediter retina 2
4. Distrofi makula herediter 2
b. Infeksi retina dan vitreus
1. HIV (Human Immunodeficiency 3
Virus), HSV (Herpes Simplex Virus)
dan CMV
2. Tumor 3
3. Retinoblastoma 3
c. Kelainan didapat
Coats disease 3
d. Manifestasi retina yang berhubungan 3
dengan kelainan sistemik (Albinism,
Diabetes Melitus)
e. Abnormalitas pada diskus optikus
1. Anomali developmental dan atrofi optik 2
2. Neuritis optik 3
3. Edema papil 3
Trauma okuler pada anak
a. Trauma kecelakaan
1. Trauma superlisial,penetrasi dan tumpul 4
2. Orbital fracture dan traumatic optic 3
neuropathy
3. Trauma
15 Tumpul 4
b. Trauma non kecelakaan
Abuse head/ okular trauma 3
Manifestasi okular pada kelainan sistemik
a. Kelainan genetik (Kromosom) 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
b. Infeksi intrauterin/ perinatal 3
c. Keganasan 3
PENYAKIT
Terminologi strabismus 4
Anatomi dan fisiologi otot penggerak bola mata 4
Fisiologi motorik 4
Fisiologi dan patologi sensori 4
Amblyopia
a. Deprivasi 3
b. Refraktif 4
c. Strabismik 3
Esodeviasi
a. Esotropia kongenital 2
b. Esotropia akomodatif 2
c. Acquired non accommodative esotropia 2
d. Nistagmus dan esotropia 2
e. Incommitant esotropia 2
Exodeviasi
a.Pseudoexotorpia, exophoia dan intermittent 2
b.Conuergence weakness exotropia 2
c Exotropia konstan 2
d.Exotorpia bentuk lainnya 2
Pattern strabismus
A/V Pattern 2
Deviasi vertikal
Icommitant, commitant dan DVD (Dissociated 2
Vertical Deviation)
Special form of strabismus
a. Congenital cranial disinnervasi 2
b.Bentuk lain strabismus 2
Nistagmus pediatrik 2
8. Bagian Kelainan Kelopak
Rekonstruksi Kelainan Kongenital
Okuloplasti BPES (Blefaropimosis, Ptosis, Epicantus 2
Onkologi syndome)
Ektropion 4
Euribleparon 2
Ankylobleparon 4
Epikantus 2
Enteropion 4
Distrikiasis
16 4
Koloboma 2
Cryptotalmos 2
Mikropthalmos 2
Oriental lid crease 4
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Kelainan yang didapat
Kalazion 4
Hordeolum 4
Edema kelopak mata 4
Sindrom Floppy Eyelid 2
Tricotilomania 2
Simblefaron, trichiasis 4
Enteropion, ekteropion 4
Retraksi kelopak mata, Paralisis wajah, distonia 2
Hemangioma infantil 4
Papiloma 4
Keratosis seboroik 4
Pseudo epiteliomatous hiperplasia 4
Verucca vulgaris 4
Cutaneus horn 4
Kelainan pada kelenjar minyak dan kelenjar
keringat
Kista meibomian 4
Ecrine hidrosistoma 4
Syringoma 4
Plemorfic adenoma 3
Milia (Apocrine hidrocystoma) 4
Cylindroma 3
Kelainan folikel bulu mata
Tricoepitelioma 3
Tricifollikuloma 3
Trichylemmoma 3
Pilomatricoma 3
Kelainan melanositik Jinak
Nevus 4
Frecke 2
Lentigo simplek 2
Solar lentigo 4
Blue Nevi 2
Dermal Melanocynosis 2
Lesi epidermal premalignant
Actinic keratosis 2
Lesi in situ epitelial
Keratoacantoma 2
Squamous cell ca insitu 2
Lentigo maligna
17 2
Tumor ganas kelopak
Basal cell carcinoma 2
Squamous cell Carcinoma 2
Sebaceous adeno cell ca 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Melanoma 2
Sarkoma Kaposi 2
Merkel cell carcinoma 2
Trauma Kelopak Mata
Trauma tumpul 4
Trauma Tembus 4
Lacerasi tanpa keterlibatan margo kelopak mata 4
Lacerasi dengan keterlibatan margo kelopak 4
mata
Trauma kantus kelopak mata 4
Reparasi sekunder 2
Gigitan manusia dan binatang 3
Trauma luka bakar 3
Laserasi dengan kehilangan jaringan 4
Skin loss <30% 4
Skin loss 30-50% 3
Skin loss > 50% 3
Trauma kanalikuli, sakus, duktus nasolakrimal 4
Kelainan Degeneratif
Dermatokalasis 4
Blefarokalasis 4
Ptosis 2
Brow ptosis 2
Aging face 2
Sistem Lakrimal
Duplikasi 2
Aplasia dan hipoplasia Punctum 2
Obtruksi ductus nasolakrimal kongenital 3
Agenesis dan disgenesis puctum dan canalikuli 2
Dacryosistocele 2
Kelainan punctum (eversipunctum) 2
Kelainan kanalikuli 2
Obtruksi ductus nasolakrima didapat 2
(involusional stenosisdacryolith)
Dakrioadenitis
Kanalikulitis 4
Dakriosistitis 4
Turmor sakus lakrimal primer, sekunder dan 2
metastatik
Kelainan Orbita
Slndrom 18 anomali kraniofacial kongenital 2
(Goldenhar syndrome Treacher collin syn, dsb)
Congenital orbital tumor 2
Hamartoma dan choristomas 2
Kista dermoid 2
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Dermolipoma 2
Teratoma 2
Inflamasi Orbita
Selulitis (preseptal, pretarsal dan orbital) 4
Necrotizing fascitis 3
Orbital tuberkulosis 2
Zygomikosis 2
Aspergilosis 2
Parasitic desease 2
Inflamasi Non Infeksi
Tiroid Ege desease 3
IgG4 related desease 2
Vaskulitis 3
Giant cel arteitis 2
Polyorteitis nodusa 2
Sarcoidosis 2
Inflamasi orbital non spesifik (Non Specific 3
Orbital Inflammation (NSOI)) (Miositis, orbital
pseudotumor, dacryoadenitis)
Kelainan dan Neoplasma Orbita
Kelainan Vaskuler
Infantile (capilary) hemangioma 4
Cavernose hemangioma 3
Hemangiopericitoma 2
Limfatic malformasi (limfangioma) 2
Orbital varices 2
Arterios Venous Malformation (AVM) 2
Arterios Venous Fistula (AVF) 2
Orbital Hemorages 3
Kelainan neural
Glioma saraf optik 2
Neurofibroma 2
Neurolibromatosis 2
Meningioma 2
Shwanoma 2
Tumor mesenkim
Rhabdomyosarcoma 2
Fibrous histocitoma 2
Soliter fibrous tumor 2
Fibrous displasia 2
Kelainan 19Limfoproliferatif
Limfoid hiperplasia 2
Limfoma 2
Plasma cel tumor 2
Tumor kelenjar lakrimal
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Plemorfik adenoma 2
Adnoid cystik carcinoma 2
Malignant mix tumor 2
Tumor metastasis
Neuroblastoma 2
Metastatis dari karsinoma mamma, ca 2
broncogenic, ca prostate
Trauma
Midfacial (Lefort fracture) 2
Fraktur Zigoma 2
Fraktur Apex orbita 2
Fraktur dinding aobita (medial, dasar, 2
lateral,atap)
Benda asing orbita 2
Perdarahan orbita 3
Penurunan tajam penglihatan dengan media 2
jernih (Traumatic Optic Neuropathg (TON))
Tumor
Melanoma 2
Retinoblastoma 2
Angiomatous tumor 2
Sistemik Malignan yang mengenai intraocular 2
Socket Anoftalmia
Kontraktur soket 2
9. Bidang Epidemiologi dan Biostatistik
Oftalmologi Definisi prevalensi, insidensi, risiko serta odds 4
Komunitas Jenis desain penelitian 4
Penentuan Studi desain 4
Variabel penelitian 4
Jenis dan jumlah Sampling 4
Penentuan Uji Statistik 3
Analisis hasil Uji statistik 3
Promosi Kesehatan
Edukasi dan komunikasi massa 4
Strategi Identifikasi masalah kesehatan mata 3
Prinsip ekonomi kesehatan mata 2
Konsep permintaan (demand) dan pasokan 2
(supply)
Qalg dan Dalg penyakit mata 2
Pencegahan Kebutaan dan Gangguan
Penglihatan
20
Skrining Kebutaan dan Gangguan Penglihatan 4
Prevalensi Katarak global, nasional dan lokal 4
Cataract Surgical Rate (CSR) 4
Cataract Surgical Coverage (CSC) 4
No. Bahan Deskripsi/ Uraian Bahan Kajian Kedalaman
Kajian Penguasaan
Skrining katarak yang efektif di komunitas 4
Penyusunan Tim Penanggulangan kebutaan 3
katarak
Prevalensi kelainan refraksi global, nasional dan 4
lokal
Skrining kelainan refraksi di komunitas 4
Penyusunan Tim Penanggulangan kebutaan 3
akibat kelainan refraksi
Prevalensi retinopati diabetik global, nasional 4
dan lokal
Skrining retinopati diabetik efektif di komunitas 4
Penyusunan Tim Penanggulangan kebutaan 3
akibat Retinopati Diabetik
Prevalensi penyakit glaukoma global, nasional 4
dan lokal
Program berbasis komunitas untuk penyakit 3
glaukoma
Prevalensi kebutaan pada anak global, nasional 4
dan lokal
Program berbasis komunitas untuk penyakit 3
kebutaan pada anak
Program Global WHO
World Report on Vision 3
Prinsip dasar VISION 2020 4
Komponen strategi VISION 2020 4
Implementasi program VISION 2020 3
Keterampilan Klinis
Prinsip operasi katarak massal di komunitas 4
Program operasi katarak massal multisektoral 3
Operasi katarak massal yang cost-effective 3
Monitoring dan evaluasi hasil (outcome) operasi 4
katarak
Program Perencanaan
Advokasi kesehatan mata 3
Penyusunan program perencanaan kesehatan 3
mata yang komprehensif

Definisi tingkat kedalaman penguasaan pada bahan kajian kompetensi keterampilan klinis:
1. Tingkat 1 (Mengetahui dan menjelaskan)
Lulusan dokter spesialis mata21mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek
biomedik, dan psikososial ketrampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada
pasien/klien dan keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya, tentang prinsip, indikasi,
dan komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai melalui perkuliahan,
diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian
tulis.

2. Tingkat 2 (Pernah melihat atau di demonstrasikan)


Lulusan dokter spesialis mata menguasai pengetahuan teoritis dari ketrampilan ini dengan
penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat
dan mengamati ketrampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung
pada pasien/ masyarakat. Pengujian ketrampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan
ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/ atau lisan (oral test).

3. Tingkat 3 (Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi)


Lulusan dokter spesialis mata menguasai pengetahuan teori ketrampilan ini termasuk latar
belakang biomedik dan dampak psikososial ketrampilan tersebut, berkesempatan untuk
melihat dan mengamati ketrampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih ketrampilan tersebut pada alat peraga dan/
atau standardized patient. Pengujian ketrampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunalan
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of
Technical Skills (OSATS).

4. Tingkat 4 (Mampu melakukan secara mandiri)


Lulusan dokter spesialis mata dapat memperlihatkan ketrampilannya tersebut dengan
menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan
pengendalian komplikasi. Selain pemah melakukannya di bawah supervisi, pengujian
ketrampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya
mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

No.

Bahan Kajian

Deskripsi/
22 Uraian Bahan Kajian

Kedalaman Penguasaan
1.
Bidang Refraksi dan Optimasi Visual
Melakukan refraksi subjektif untuk gangguan refraksi spheris kornpleks,
termasuk astigmatisma dan gangguan refraktif pascaoperasi.
4

Melakukan refraksi subjektif sikloplegik untuk gangguan refraksi


spheris kompleks, termasuk astigmatisma dan gangguan refraktif
pascaoperasi
4

Pemeriksaan streak retinoskopy


4

Mengerjakan & menginterpretasikan basil keratometri


4

Pemeriksaan lensometri
4

Menginterpretasikan basil topografi kornea


3

Melakukan pemeriksaan astigmatisme dengan teknik


4

Melakukan pemeriksaan astigmatisme dengan teknik Jackson Cross


4

Melakukan pemeriksaan astigmatisme dengan teknik


4

Melakukan pemeriksaan binocular balance


4

Melakukan pemeriksaan duochrome


4
23

Membuat resep kacamata single vision


4
Membuat resep kacamata bifokal
4

Membuat resep kacamata intermediet

Membuat resep kacamata trifokal / multifokal /progresif


4

Membuat resep kacamata p r i s m a


3

Membuat resep kacamata iseikonic


2

Pemeriksaan biometri
4

Interpretasi pemeriksaan pachymeter


2

Interpretasi pemeriksaan Specular Microscope


2

Interpretasi pemeriksaan OCT anterior


2

Pemeriksaan Worth Four Dot Test


4

Pemeriksaan Stereoacuity test dekat


4
24

Pemeriksaan Pupil Distance


4
Melakukan pengukuran akomodasi dengan berbagai teknik (teknik sferis, RAF (Royal Air Forse)
Rules)
3

Menentukan power adisi pada presbiopi


4

Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan pada pasien low vision,


termasuk dengan kartu baca Log
4

Melakukan pemeriksaan sensitivitas kontras pada pasien low vision


4

Melakukan pemeriksaan Amsler grid pada pasien low vision


4

Melakukan pemeriksaan perimetri konfrontasi pada pasien low vision


4

Melakukan pemeriksaan persepsi warna pada pasien low


4

Mendemonstrasikan pemakaian alat-alat low vision


3

Mengedukasi cara penggunaan alat bantu optik low vision


3

Mengedukasi cara penggunaan alat bantu non optik low


4

Menentukan magnifikasi untuk penglihatan dekat (Kestenbaum)


3
25

Mengedukais pasien mengenai berbagai metode rehabilitasi low vision


3
Fitting lensa kontak lunak untuk kasus sederhana
4

Fitting lensa kontak RGP sferis untuk kasus sederhana


4

Edukasi pasien mengenai tata cara pemakaian & pemeliharaan lensa


kontak
4

Edukasi pasien mengenai komplikasi & problem lain terkait lensa


kontak
4

Fitting lensa kontak torik


2

Fitting lensa kontak keratokonus dan kelainan kornea


2

Fitting lensa kontak pada bayi


2

Fitting lensa kontak skleral


2

Fitting lensa kontak orthokeratologi


2

Melakukan over refraksi pada lensa kontak


4

Melakukan pemasangan bandage contact lens


26
4

Melakukan pemasangan lensa kontak prostetik


4
2.
Bidang Katarak dan Bedah Refraktif
Seleksi pasien katarak untuk operasi
 Pemeriksaan tajam penglihatan dengan koreksi terbaik
 Pemeriksaan potensi penglihatan pasca operasi
 Edukasi manfaat dan risiko operasi
 Pemeriksaan pendahuluan (biometri, kondisi kesehatan umum)
 Menentukan pasien untuk operasi katarak dengan resiko rendah
4

Melakukan injeksi local anestesia blok (peribulbar, retrobulbar, para bulbar)


4

Mengerjakan prosedur persiapan dasar untuk bedah katarak


 Informed consent
 Identifikasi instrumen dan sterilisasi
 Teknik sterilisasi lapangan operasi
 Pemakaian sarung tangan dan jubah operasi
 Preparasi dan pemasangan duk
 Pemberian obat pre operasi
4

Interpretasi klinis hasil biometri


4

Mengginakan mikrospkop operasi untuk bedah


4

Melakukan bedah manuak ekstrakapsular dalam setting praktek, termasuk penguasaan


prosedur berikut :
 Konstruksi Iuka.
 Kapsulotomi anterior/kapsulorhexis.
 Instilasi dan pembersihan viskoelastika.
 Teknik ekstrakapsular manual (lens delivery)
 Irigasi dan aspirasi korteks
 Implantasi lensa intraokuler standar
 Penggunaan obat intrakameral terkait operasi katarak
4

27
Mengerjakan parasentesis bilik mata depan.
4
Melakukan evaluasi pascaoperasi pasien katarak tanpa komplikasi
4

Melakukan evaluasi pasca operasi katarak dengan komplikasi.


3

Melakukan fakoemulsifikasi pada katarak tanpa komplikasi dalam setting


praktek, termasuk penguasaan prosedur berikut :
 Konstruksi Iuka.
 Kapsulorhexis.
 Ocular viscoelastic device
 Teknik fakoemulsifikasi (sculpting,cracking,chopping, segment and
epinucleus removal).
 Teknik irigasi dan aspirasi dengan mesin
 Implantasi IOL (rigid/ foldable)
4

Implantasi sekunder lensa intraokular


2

Reposisi lensa intraokular


2

Reformasi bilik mata depan


4

Reposisi iris
4

Pengelolaan kejadian intar- dan pasca operatif yang mungkin terjadi selamata atu sebagai
akibat dari bedah katarak, termasuk :

a. Kebocoran vitreous
4

28
b. Ruptur kapsul
4
c. Perdarahan segemen anterior atau posterior
3

d. Tekanan posterior positif


3

e. Ablasi khoroid
3

f. Perdarahan ekspulsif
3

g. Hilangnya anestesia
4

h. Kenaikan tekanan in traokuler


4

i. Penggunaan obat-obatan topikal dan sistemik


4

j. Astigmatisma
3

k. Refraksi pasca operasi ( sederhana & kompleks)


4

l. Edema kornea.
3

m. Dehisensi Iuka.
4

n. Hifema.
29 4

o. Korteks residual
3
p. Nukleus jatuh
3

q. Uveitis
4

r. Edema makula kistoid


3

s. Kenaikan tekanan intra okuler dan glaukoma


4

t. Infeksi intraokular pascaoperasi segera dan lanjut


3

Mengerjakan perbaikan laserasi kornea (repair corneal rupture)


4

Melakukan dan membaca pakirnetri mikroskopi endotel, topografi kornea


terkomputasi
3

Melakukan bedah kornea yang lebih kompleks (keratoplasti tembus dan


larnelar, prosedur keratorefraktif, keratektomis fototerapetik)
2

Transplantasi kornea
2

Keratoplasti lamelar
2

Transplantasi kornea lainnya (Deep Anterior Lamellar Keratoplasty


30
(DALK), descement;s strpipping automated Endotelial keratoplasty (DSAEK),
Descement;s Membrane Endotelial Keratoplasty (DMEK)
1
Keratomileusi
1

Keratoprostesis
1

Termokeratoplasti
1

Keratotomi radial
1

Epikeratofakia

Tatto komea
2

Cornea crosslinking
1

Operasi lainnya pada iris


1

Pengangkatan benda a ing dari lensa menggunakan magnet


1

Pengangkatan benda as mg dari lensa tan pa menggunakan magnet


1

Ekstraksi lensa intrakapsular


2

31
Ekstraksi lensa ekstrakapsular dengan teknik
4
Kapsulotomi bedah (after cataract)
2

Pengangkatan lensa yang telah tertanam


Pengangkatan pseudofakos (explantasi lensa intra okular)
2

Implantasi Phakic IOL


2

Refractive Lens Exchange


2

Implantasi Multifocal IOL


2

Implantasi Toric IOL


2

Implantasi Accomodating IOL


1

Bioptics
1

IOL power calculation after refractive surgery


2

Eksisi pterygoim dengan graft


4

Ocular surface surgery (amnion membrane transplantation, anterior stromal puncture,


dll)
2
32

LASIK
2
3.
Bidang Glaukoma
Melakukan tonometri
4

Melakukan gonioskopi
4

Mengerjakan pemeriksaan stereo saraf optik, menggunakan lensa 90 (60 178) dioptri
4

Intepretasi pemeriksaan lapang pandang


4

Interpretasi pemeriksaan pachymetry


4

Interpretasi pemeriksaan Neuroretinal Rim, Retinal Nerve Fiber l,ayer dan Retinal Ganglion
Cell
4

Melakukan surgical iridektomi pada sudut tertutup primer


4

Melakukan iridektomi sekunder


2

Mengerakan iridotomi perifer laser argon atau YAG untuk glaukoma sudut tertutup rutin.
4

Mengerakan trabekuloplasti laser argon.


2

Mengerjakan siklofotokoagulasi.
4

33
Melakukan trabekulektomi pertama rutin dengan atau tanpa antimetabolit
4
Mengelola bilik mata depan dangkal pasca trabekulektomi
3

Mengerjakan perbaikan rutin bleb filtrasi


2

Melakukan prosedur Nd YAG atau argon laser pada pasien glaukoma (misal pasien
monokular, laser ulangan, lisis vitreous, lisis jahitan)
4

Mengerakan iridotomi perifer laser untuk glaukoma yang lebih lanjut (misalnya pasien
monokular, penutupan sudut akut, kornea keruh)
2

Melakukan penanganan laser (misal trabekuloplasti, iridoplasti) untuk kasus-kasus glaukoma


yang lebih lanjut (penanganan ulangan, pasien monokular)
2

Mengerjakan siklofotokoagulasi untuk kasus2 4 kasus yang lebih lanjut (misal sebelumnya,
monokular)
4

Mengerjakan trabekulektomi ulangan dengan atau tanpa antimetabolit


2

Menjelaskan, mengelola, dan menangani secara bedah jika perlu, bilik mata depan yang
dangkal.
2

Melakukan teknik-teknik lebih lanjut untuk memperbaiki bleb rembes (misal bleb gagal, bleb
bocor)
2

Mengenali dan menangani komplikasi bleb bed glaukoma.


2

34
Melakukan operasi kombiinasu glaukoma dengan katarak
2
Melakukan operasi glaukoma implan
2

Melakukan trabekulotomi
2

Melakukan trabekulektomi kombinasi trabekulotomi


2

Melakukan goniotomi
2

Melakukan sklerostomi
2

Melakukan vitrektomi anterior pada glaukom sekunder


2

Melakukan operasi katarak pada glaukoma a 2 4 pada glaukoma primer yang terkontrol
4

Melakukan aspirasi irigasi pada hifema


4

Melakukan penatalaksanaan hipotoni okular pascaoperasi


2
4.
Bidang Vitreoretina
Pemeriksaan Oftalmoskopi direk
4

Pemeriksaan Oftalmoskopi indirek dengan


atau tanpa indentasi sklera
4

Pemeriksaan slit lamp biomicroscopy


35 d
condensing lens (lensa +78D, +90D dll)
4
Pemeriksaan dengan slit lamp dengan contact lens (3-mirror, wide biomicroscopy , field dll)
4

Pemeriksaan dan lnterpretasi Utrasonographgy (USG)


4

Pemeriksaan dan interpretasi Optical Coherence Tomography (OCT)


4

Interpretasikan hasil pemeriksaan Fundus Florescein Angiograpy (FFA)


4

Pemeriksaan dan interpretasi Indocyanine green (ICG)


2

Pemeriksaan dan interpretasi Electroretinogram (ERG)/ Electrooculography


2

Laser indircct ophthalmoscope


2

Laser fotokoagulasi pada diabetic focal/ grid macular


2

Laser peipheral scatter photocoagulation (panretinal).


4

Laser rctinopexg (demarcation) pada kasus


isolated retinal breaks.
3

Fundus drauing retina


4

Cryotherapy pada retinal break 36


2

Scleral buckling.
3

Vitrektomi sederhana termasuk Pars plana vitrektomi


2

injeksi intra-vitreal; injeksi anti Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) pada pasien
dewasa
4

Injeksi vitreous substitute


2

Pengambilan benda asing dari segmen posterior mata dengan magnet


2

Pneumatik retinopeksi
3

Parasintesis humor aqueous pada kasus CRAO


4

Aspirasi vitreus untuk diagnostik


4
5.
Bidang Infeksi dan Imonulogi
Kelopak Mata dan Sistem Lakrimal

Pemeriksaan silia
4

Insisi dan kuretase hordeolum


4

Tarsorafi
37 4

Oklusi punctum
3
Konjungtiva dan Sklera

Pemeriksaan Ferning dry eye (TBUT, fluoresin, Schirmer, Ferning)


4

Tes epinefrin
4

Ekstraksi corpus alienum konjungtiva


4

Hapusan konjungtiva untuk pemeriksaan mikrobiologi


4

Melepaskan pseudomembran/ konjungtiva membran


4

Ekstirpasi pterygium + graft konjungtiva limbal


4

Ekstirpasi pterygium + graft amnion


4

Reseksi konjungtiva
4

Flap konjungtiva
4

Injeksi avastin subkonjungtiva


4

38
Injeksi triamsinolon subtenon posterior
3
Scleral patch graft
2

Kornea

Ekstraksi corpus alienum kornea


4

Tes sensibilitas kornea


4

Tes fluoresin
4

Hapusan dan kerokan kornea untuk pemeriksaan


mikrobiologis
4

Pemasangan bandage contact lens


4

Epithelial debidement.
4

Corneal glueing
3

Injeksi intrastromal kornea


3

Transplantasl membran amnion


3

Keratoplasti tektonik dan terapeutik


39
2

Intraokuler
Pemeriksaan dan grading flare dan cells pada bilik mata depan
4

Pemeriksaan dan grading vitreous cells


4

Tes Seidel
4

Irigasi aspirasi hipopion


3

Aqueous tap/paracentesis
4

Vitreous tap using needle


4

Injeksi antibiotika intravitreal


4

Injeksi antibiotika intrakameral


4

Orbit

Enukleasi
4

Eviserasi
4
40

Tatalaksana Uveitis
Penggunaan steroid sistemik dalam penatalaksanaan uveitis
4

Penggunaan obat-obatan imunomodulator dalam penatalaksanaan uveitis


3

Pemeriksaan Penunjang

Interpretasi hasil USG mata


4

Interpretasi hasil OCT makula untuk mengevaluasi cystoid macular edema


4

Interpretasi hasil FFA untuk menentukan aktivitas


lesi di segmen posterior
4
6.
Bidang Neuro Oftalmologi
Melakukan pemeriksaan dasar gerak bola mata:
a) Menilai kesejajaran bola mata dengan tekniksederhana (misalnya. Hirschberg test,
Kirmsky, method)
b) Melakukan pemeriksaan dasar cover/ uncover tes untuk tropia.
c) Melakukan alternate cover testing untuk phoria.
d) Melakukan sekaligus prisma dan cover tes
e) Melakukan three steps test
f) Melakukan pengukuran deviasi dengan prisma
g) Menggunakan Fresnel dan prisma grind-in
h) Melakukan forced duction dan forced generation testing.
i) Melakukan penilaian akurasi sakadik dan pursuit dan tes optokinetik
j) Melakukan pemeriksaan fungsi palpebra (misalnya fungsi levator, posisi palpebra).
k) Melakukan pemeriksaan Hess Screen dan WFDT (Worth Four Dot Test)
4

Melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan perimetri:


1. Melakukan uji lapang pandang konfrontasi (statik dan kinetik, central dan peripheral,
target merahdan putih).
2. Melakukan dan menginterpretasikan
41 amsler grid
3. Menjelaskan indikasi dan melakukan perimetri Goldmann dan menginterpretasikaa
hasilnya
4. Menjelaskan indikasi dan melakukan pemeriksaan perimetri otomatis dan
menginterpretasikan hasilnya
4

Melakukan dasar direk, indirek, dan pemeriksaan magnified ophthalmoscopik pada diskus
optik (misalnya, mengenali optic disc swelling, optic atrophy, neuroretinitis)
4

Melakukan evaluasi mendetail nervus kranialis (misalnya, tes fungsi nervus oculomotor,
trochlear, trigeminal, abdusens dan facialis)
4

Melakukan pemeriksan pupil


a) Refleks pupil langsung dan tidak langsung
b) RAPD (relative afferent Pupillary defect)
c) Pupillary near response.
4

Melakukan pemeriksaan warna


a) Ishihara
b) Fansworth Munsell atau HRR

Melakukan pemeriksaan sensitifitas kontras


4

Melakukan Pemeriksaan Hertel


4

Melakukan interpretasi pemeriksaan elektrofisiologi ERG (electroretinogram) dan VEP


(visual Evoked
Potential)
3

Melakukan interpretasi OCT (Optical Coherence tomography) papil pada kasus


neurooftalmologi
4

Menentukan pemeriksaan dan 42 menginterpretasikan foto neuroradiologi dalam


neurooftalmologi (misalnya : interpretasi foto orbita pada tumor orbita pseudotumor., thgroid
eye disease, intracranial imaging modalities danstrategies for tumors,:
aneurysm infection, inflammation, and ischemia thyroid. eye disease, pituitary adenoma,
optic nerve glioma, optic nerve sheath meningioma), dan berdiskusi dengan neuro-radiologist
untuk mendapatkan hasil terbaik.
3

Melakukan dan menginterpretasikan hasil intravenous edrophonium (Tensilon) dan uji


prostigmine untuk myasthenia gravis, mengenali dan mengatasi
komplikasi dari prosedur tersebut
2

Melakukan dan menginterpretasikan hasil untuk myasthenia gravis, seperti ice pack test,
sleep test
4

Menentukan dan melakukan interpretasi pemeriksaan laboratorium yang berhubungan


kelainan dengan neurooftalmologi
4

Mengenali pasien dengan kehilangan penglihatan fungsional (non- organik) dan memberikan
konseling yang benar dan follow up
2

Melakukan injeksi botox pada spasme hemifacial dan blefarospasme esensial


3

Melakukan injeksi Methglprednisolon Intravena pada kasus-kasus neurooftalmologi


4

Melakukan kantotomi lateral pada kasus retrobulbar, hemorrhage


4
7.
Bidang Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus
Pemeriksaan Pada Anak

Pemeriksaan visus pada anak

a. preverbal 43

a. Infant dan todler


4

b. CSM (Central, Steadg, Maintainl


4

c. Preferential looking test


4

b. Verbal

a. Matching card (Lea symbol, HOTV, dsb)


4

b. Snellen chart, LogMar


4

Tes Bruckner
4

Streak retinoskopi
4

Uji lapang pandang (konfrontasi)


4

Pemeriksaan pupil
4

Pemeriksaan segmen anterior (slit lamp atau portable slit lamp, loupe)
4

Pemeriksaan tekanan bola mata (iCare, Non-Contact, Tonometry, tonopen dan perkins)
4
44

Pemeriksaan refraksi sikloplegik (siklopentolate 1% dikombinasi dengan epinefrin, atau


homatropin dan skopolamid)
4
Pemeriksaan funduskopi (direk dan indirek)
4

Pemeriksaan pada anak tidak koperatif (EUA)


4

Pemeriksaan Strabismus

Posisi bola mata


4

Cover test
4

Corneal light reflex test


4

Tes subjektif (maddox rod, lanchester red green test)


4

Pemeriksaan rotasi
- Doll's head aneuver
- Nine position of gaze
4

Konvergensi (Near Point Conuetgence, Near point


4

Fusional vergence amplitude


4

Motor Test:
- Forced duction test 45
- Active Forced generation test
- Saccadic velocity measurement
4
Three step test
4

Tes adaptasi prisma


4

Uji Sensorik:
1. Red-Glass test
2. Bagolini glasses
3. Prism base-out prism test
4. Afier image test
5. Ambgosape test
6. Worth 4-dot test
7. Uji stereoskopik
4

Obstruksi duktus

1. Pijatan di area sakus lakrimalis


2. Probing and syringing
3. Dakriosistorinostomi
2

Glaukoma pediatrik

1. Trabekulotomi
2. Trabekulektomi
3. Siklodestuksi
2

Katarak pediatric

1. Lens aspiration + PPC (Primary Posterior Capsulotomy) + AV (Anterior Vistrectomy)


2. Lens aspiration + implantasi IOL
46
3.Lens aspiration + PPC + AV + IOL
2
Trauma

Identifikasi luka, Irigasi, foreign body removal dan suturing


4

Ptosis Kongenital

Koreksi ptosis kongenital


2

Retinopaty of Prematurity

1. Laser indirect Ophthalmoscopy (LIO)


2. Injeksi Anti-VEGF
3. Vitrektomi
2

Retinoblastoma

1. Enukleasi (Extended Enucleation)


2. l.aser Fotokoagulasi (TTT)
3. Cryotherapg
4. Semi-eksenterasi , Eksenterasi
2

Kista Konjungtiva (Kista dermoid, dermolipoma)

Ekstirpasi
4

KETERAMPILAN
47 OPERASI STRABISMUS

1. Weakening proccdure
2

2. Strcngthening procedure
2

3. Simple Strabismus Surgery


2

4. Complex Sfrabismus Surgery


2

5. Ngstagmus Eualuation and Management


2

6. Vertical and Incomitant Strabismus


2

7. Ophthalmoplegic Sgndrcmes
2

8. Management of Post-operative Complication (Endophthalmitis, Globe Perforation, Slipped


Muscle, overcorection)
2

9. Complex Strabismus Surgery


2
8.
Bidang Rekonstruksi Okuloplasti Onkologi
Eversi Kelopak mata
4

Margin reflek distance 1,2


4

Margin limbal distance


48 4

Lipatan kelopak mata


4
Fungsi levator
4

Malposisi kelopak/ alis mata


4

Fisura Palpebra horizontal


4

Fisura palpebra vertikaiis


4

Lid lag/ lagoftalmus


4

Entropion
4

Ektropion
4

Bell phenomenon
4

Distraction test
4

Snap back test


4

Mendeteksi overriding otot orbicularis


4

49
Simblefaron
4
Dermatokalasis / blefarokalasis
4

Jarak Nasal bridge


4

Defek kelopak mata


4

Benjolan kelopak mata


4

Skleral ekspose/ retraksi


4

Mikroftalmia
4

Anoftalmia
4

Ptisis bulbi tenang/ iritatif


4

Stafiloma kornea/ sklera


4

Volume dan permukaan soket


4

Jenis implan
4

Jenis dan fitting protesa


50 4

Forniks
4
Keadaan kelenjar lakrimal
4

Keadaan sistem ekskresi lakrimal


4

Tes anel / Jones I dan II


4

Probing/lntubasi
4

Inspeksi umum bilateralitas


4

Arah proptosis
4

Pergerakan bola mata


4

Penglihatan ganda
4

Palpasi dan auskultasi masa tumor


4

Eksoftalmometri
4

Force duction test


4

51
Pembesaran kelenjar getah bening
4
Koreksi Entropion
4

Koreksi Ektropion
4

Koreksi Epiblefaron dengan atau tanpa trikhiasis


4

Koreksi Blefaroptosis
2

Blefaroplasti Superior dan inferior


3

Facial rejuvanation (Surgery, laser, fIller, Botolinum toxin)


2

Koreksi brow ptosis


2

Levator reses
2

Koreksi Lagoftalmos
2

Simblefarektomi
4

Koreksi Sindroma
2

Rekonstruksi
52
4

Rekonstruksi dengan kantotomi/lisis atau dengan flap/graft


2

Rekonstruksi sistim
4

Dakriositektomi, Dacryorinostomi, CDCR,DCR, Turbinate Infakture


2

Insisi drainase
4

Koreksi Ankyloblefaron
4

Rekonstruksi dinding
2

Eksisi atau ekstirpasi/ orbitotomi anterior


4

Wide eksisi dan rekonstruksi/ eksenterasi + VC


2

Evicerasi/ Enukleasi bulbi dengan dan tanpa graf (Implant)


4

Orbitotomi lateral/medial/ Inferior/ Superior


2

Orbital decompresi
2

Enukleasi bulbi
4
53

Exenterasi orbita dengan dan tanpa


4
Pengambilan jaringan
2

Rekontruksi soket
2

Pemeriksaan Penunjang kelopak mata, orbita &


tumor

Foto pra dan pasca terapi/ tindakan


4

Laboratorium
4

Konsultas antar subbagian dan bagian lain


4

Radiologi (CT-Scan/ MRI


dan USG)
4

Interpretasi hasil radiologi


4

Patologi anatomi
2

Penandaan spesimen
masa tumor
4

Biopsi Insisi
54 4

Selain memiliki kompetensi utama yang dirumuskan oleh Konsil Kedokteran Indonesia,
lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas juga diperkaya dengan kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya
sesuai dengan visi misi Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.

Kompetensi Pendukung

Sesuai dengan visi dan misi Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas yaitu menjadi program studi pendidikan dokter yang terkemuka dan
bermartabat terutama di bidang penyakit tidak menular di Indonesia tahun 2023. Lulusan
dibekali dengan beberapa kompetensi pendukung yaitu :

1. Penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)

Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedoketeran Universitas Andalas


memilih penyakit tidak menular untuk dikembangkan karena sesuai dengan visi dan misi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Untuk mendukung pencapaian visi tersebut
dalam kurikulum, diikut sertakan modul-modul penyakit tidak menular dimasing-masing
subbagian:

- Subbagian Refraksi, Lensa Kontak, dan Low Vision


Pemilihan koreksi kelainan refraksi tidak hanya dilakukan dengan kacamata
saja, tetapi juga dengan lensa kontak dan alat bantu low vision.
- Subbagian Katarak Bedah Refraktif (KBR)
Katarak senilis merupakan kasus degeneratif yang cukup banyak yang
ditatalaksana di subbagian KBR. Selain katarak senilis, KBR juga
menatalaksana kasus katarak sekunder dan katarak traumatika.
- Subbagian Rekonstruksi Okuloplastik dan Onkologi
Subbagian ini umumnya menanggulangi penyakit non infeksi dan degeneratif,
tatalaksana penyakit orbita dan okular terkait trauma seperti fraktur tulang-
tulang orbita, intraocular foreign body, malformasi AV, penyakit degeneratif
seperti entropion, ektropion, ptosis, dan lain-lain, serta konsultasi dari bagian
lain untuk penelusuran metastase ke orbita serta keterlibatan orbita pada
penyakit sistemik seperti grave’s ophthalmopathy.
55
- Subbagian Vitreoretina
Subbagian Vitreoretina memiliki peran yang besar dalam menatalaksana
kelainan degeneratif dan non infeksi yang mengenai vitreus dan retina.
Retinopati diabetikum, retinopati hipertensi, fundus miopik, Age related
macular degeneration merupakan sebagian kasus tidak menular dan
degeneratif yang ditatalaksana di subbagian vitreoretina.
- Subbagian Glaukoma
Hampir seluruh kasus glaukoma merupakan kasus non infeksi dan degeneratif,
seperti POAG, PACG, dan glaukoma sekunder.
- Subbagian Pediatrik oftalmologi dan Strabismus
Subbagian ini menatalaksana kelainan –kelainan yang terdapat pada anak baik
infeksi, kongenital, trauma dan non infeksi. Screening ROP merupakan salah
satu modul yang tercantum dalam kurikulum Program Pendidikan Dokter
Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penelusuran
terhadap kasus ROP tidak hanya pasien yang datang ke poliklinik, tetapi juga
terhadap bayi-bayi yang dirawat. Selain ROP, subbagian pediatrik oftalmologi
dan strabismus juga menatalaksana kasus-kasus kelainan refraksi, kelainan
kongenital okular, serta menjawab konsultasi dari subbagain lain perihal
perkembangan visus dan penyakit mata terkait seperti retinopati leukemia,
cortical visual impairment, serta tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
di bagian mata.
- Subbagian Neuro-Oftalmologi
Subbagian ini menanggulangi kasus-kasus tidak menular, seperti AAION,
NAION, neuritis optik, papil edem, dll.
- Subbagian Infeksi dan Immunologi:
Selain menatalaksana kasus infeksi-inflamasi, subbagian infeksi imunologi
juga menatalaksana kasus-kasus ocular surface non infeksi seperti corneal
distrophy, corneal exposure disease, defisiensi Vitamin A.

2. Interpretasi Radiologi
Berhubungan dengan beberapa kasus mata yang membutuhkan pemeriksaan
radiologi, semua lulusan dibekali dengan keterampilan menginterpretasikan
Radiologi, terutama: CT scan orbita, CT scan head, MRI orbita, MRI head.
Metode pembelajaran interpretasi
56 radiologi antara lain: tinjauan kepustakaan, diskusi
panel, diskusi subbagian, bedside teaching, dan meet the expert.
3. Pembekalan Dasar
Modul ini berisikan bekal-bekal dasar yang dibutuhkan setiap peserta agar
menjalankan tugas dan kewajiban dengan lancar. Modul ini berisikan materi-materi
administrasi rumah sakit, komunikasi efektif, medikolegal, pendidikan agama dan
dilengkapi dengan orientasi tempat di RS.

4. Statistik dan penelitian sederhana


Modul ini bermanfaat untuk membantu peserta dalam menyelesaikan tugas karya tulis
yang akan diberikan selama pendidikan. Sistem perkuliahan modul ini antara lain:
diskusi panel, diskusi subbagian, dan meet the expert.

5. Bakti sosial
Peserta didik diikut sertakan pada rangkaian kegiatan bakti sosial seperti penjaringan
dan screening refraksi pada anak-anak sekolah SD, SMP, dan ikut serta dalam
rangkaian operasi katarak massal dalam rangka penurunan angka kebutaan karena
katarak. Selain itu peserta didik juga dilibatkan dalam peringatan World Glaucoma
Week, World Sight Day, peringatan Hari Kesehatan Nasional, serta bakti sosial
kesehatan dalam rangka Dies Natalis dan Lustrum Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Bentuk kegiatan peserta didik dalam bakti sosial tersebut dengan cara,
seperti pada kegiatan ke masyarakat berupa pengobatan massal (refferal) dan operasi
katarak massal ke Puskesmas yang bekerja sama dengan Badan Kesehatan Indera
Masyarakat .

Kompetensi Lainnya
Untuk meningkatkan profesionalitas dan daya saing lulusan, lulusan Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas diperkaya
dengan kompetensi lainnya yang merupakan kekhususan dan keunggulan program studi.
- Pemeriksaan refraksi dengan streak retinoscopy
- Pemeriksaan dan penggunaan alat bantu low vision
- Pengenalan teori dan dasar operasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi
dimana setiap operasi dengan teknik fakoemulsifikasi, peserta didik selalu
dilibatkan sebagai observer sehingga memudahkan peserta didik menambah
57
pendidikan fellowship di bidang fakoemulsifikasi.
Catatan: Pengertian tentang kompetensi utama, pendukung, dan lainnya dapat dilihat pada
Kepmendiknas Nomor 045/U/2002, dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis dan Dokter
Gigi Spesialis Tahun 2008 dari Kolegium Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis
Indonesia.

5.1.2 Jelaskan struktur kurikulum (perkuliahan, tugas khusus, operasi, bedside


teaching, case presentation, laporan jaga, dll), keterkaitan di antaranya, serta
ketepatan waktu pelaksanaannya

Kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas


Andalas merupakan seperangkat acuan dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan
pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan belajar mengajar di Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Kurikulum ini disusun berdasarkan kurikulum yang
dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia dan ditambah kompetensi pendukung yang
disesuaikan dengan visi misi Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, sehingga kurikulum Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas akan sangat bernuansa Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas secara
kurikulum dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:
Tahap I (Tahap Pengayaan)
Tahap Pengayaan dilaksanakan pada dua setengah bulan awal program pendidikan. Pada
tahap pengayaan diharapkan peserta didik mampu menjelaskan dan menguraikan ilmu-
ilmu dasar yang terdiri dari :
1. Anatomi dan Fisiologi mata
2. Molekuler dan Imunologi
3. Mikrobiologi dan Farmakologi klinik
4. Dasar-dasar metodologi penelitian dan statistik
5. Dasar penanganan kegawatdaruratan
6. Etika kedokteran
7. Pemeriksaan mata dasar

58
Tahap II (Tahap Magang I)
Tahap Magang I dilaksanakan setelah peserta didik lulus ujian tahap pengayaan, tahap
magang I dilaksanakan selama 8 bulan. Pada tahap magang I, sasaran belajar yang ingin
dicapai adalah:
1. Mampu menggunakan alat pemeriksaan khusus sub bagian:
 Refraksi, Lensa Kontak & Low Vision
 Kornea dan EED
 Vitreo retina
 Glaukoma
 Katarak Bedah Refraktif
 Neuro Oftalmologi
 Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus (POS)
 Rekonstruksi, Onkologi & Okuloplasti (ROO)
2. Mampu membuat kepustakaan dalam bentuk naskah ilmiah mengenai semua sub
bagian diatas.

Tahap III (Tahap Magang II)


Tahap Magang II dilaksanakan setelah peserta didik lulus ujian tahap magang I. Tahap
magang II dilaksanakan selama 24 bulan. Pada tahap magang II, sasaran belajar yang ingin
dicapai adalah:
1. Mampu menegakkan diagnosa melakukan pengelolaan medik-operatif dan mengatasi
gawat darurat pada tingkat kemampuan tertentu pada sub bagian berikut :
 Refraksi, Lensa Kontak &Low Vision
 Kornea dan EED
 Vitreo retina
 Glaukoma
 Katarak Bedah Refraktif
 Neuro Oftalmologi
 Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus (POS)
 Rekonstruksi, Onkologi & Okuloplasti (ROO)
 Oftalmologi Komunitas
2. Mampu membuat kepustakaan, journal reading, laporan kasus, poster dalam bentuk
naskah ilmiah dan menyajikannya
59 di forum lokal, nasional,maupun internasional.
3. Mampu menentukan saat rujukan.
4. Merencanakan pemecahan masalah kesehatan mata di masyarakat.
5. Mampu menyusun rencana untuk melakukan penelitian deskriptif dan menyajikan
secara lokal ataupun nasional.
6. Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.

Tahap IV (Tahap Mandiri)


1. Mampu melakukan pengelolaan penderita mata secara komprehensif dan mandiri.
2. Melakukan penelitian prospektif analitik dan mampu menyajikannya secara lokal,
nasional ataupun internasional.
3. Mampu merespon kebutuhan Kesehatan Mata di Masyarakat.
4. Melakukan pemecahan masalah kesehatan mata di masyarakat (“out-reach services”)
5. Mampu menetapkan saat yang tepat untuk merujuk.
6. Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.

Kurikulum tahap IV atau tahap mandiri merupakan kelanjutan dari pendidikan tahap I, tahap
II, dan tahap III, dimana pada tahap mandiri ini peserta didik akan melakukan tindakan
diagnostik dan terapeutik (operatif) secara mandiri di bawah supervisi pengajar masing-
masing subbagian.
Tahap Mandiri dilaksanakan di RSUP DR. M.Djamil Padang dan beberapa Rumah Sakit
jejaring seperti Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Kota Padang, RSUD Dr. Chatib
Quzwain Sarolangun, RSUD Muko-Muko Bengkulu, RSUD dr. Ali Hanafiah Batu Sangkar,
dan RSUD dr. Ahmad Darwis Kabupaten 50 Kota. Kompetensi yang hendak dicapai adalah
peserta didik mampu mengelola kesehatan mata individu, keluarga, dan masyarakat secara
holistik, terpadu, dan berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan. Tahap ini
dilaksanakan setelah peserta didik lulus ujian tahap 3, tahap mandiri dilaksanakan untuk
memenuhi jumlah operasi katarak mandiri sebanyak 65 pasien dan menyelesaikan tesis
penelitian.

Untuk pencapaian tujuan-tujuan pendidikan yang terdapat didalam kurikulum, maka proses
pendidikan di Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, diselenggarakan berbagai macam bentuk kegiatan pendidikan :
1. Perkuliahan 60
Metode perkuliahan dilakukan melalui berbagai metode seperti diskusi dengan pengajar
subbagian, laporan jaga gawat darurat dan antar bagian, laporan katarak, bedside teaching visite,
case presentation, dan journal reading. Peserta didik melakukan diskusi dengan pengajar
subbagian, yang dilakukan 5x seminggu dalam waktu 1 jam sehari. Laporan jaga gawat darurat
dan antar bagian, bedside teaching (visite), presentasi kasus, journal reading, penelitian
sederhana/retrospective serta tinjauan kepustakaan dilaksanakan sesuai dengan kalender
akademik berupa jadwal harian acara ilmiah PPDS mata setiap bulan dengan jadwal rutin:
- Senin : Laporan jaga gawat darurat dan antar bagian
- Selasa-kamis : Karya ilmiah ilmiah (presentasi kasus, journal reading,
penelitian sederhana serta tinjauan kepustakaan)
- Jumat : Laporan katarak, visite (bedside teaching)
a) Bedside teaching (visite) dan laporan Operasi Katarak
Visite dan laporan katarak dilakukan satu kali dalam seminggu, di hari Jumat pukul 08.00-
10.00 WIB. Visite dan laporan operasi katarak dilaksanakan di ruangan konfrens bangsal
untuk mendiskusikan manajemen masing-masing pasien.
b) Presentasi kasus
Peserta didik mempresentasikan minimal 3 kasus selama berada di tahap magang II.
c) Journal reading
Peserta didik mempresentasikan minimal 1 journal selama berada di tahap magang II.
d) Tinjauan Kepustakaan
Peserta didik mempresentasikan minimal 3 tinjauan kepustakaan selama berada di tahap
magang II.
e) Penelitian Retrospective
Peserta didik mempresentasikan minimal 1 Penelitian Retrospective selama berada di tahap
magang II.
f) Laporan jaga
Laporan jaga dilakukan 1x dalam seminggu yaitu setiap hari Senin jam 08.00-10.00 WIB di
ruang konfrens bangsal.

2. Tugas Khusus
Tugas khusus dari peserta didik terdiri dari:
- Jaga emergensi di Instalasi Gawat Darurat RS DR M Djamil Padang bagi
peserta didik tahap magang II sampai tahap mandiri
- Konsultasi antar61
bagian untuk peserta didik di tahap mandiri
- Bimbingan wet lab katarak bagi peserta tahap mandiri sebelum peserta didik
melakukan operasi di kamar operasi
- Operasi Minor bagi peserta didik tahap magang II .
- Operasi Mayor berupa operasi katarak, glaukoma, strabismus, retina dan
rekonstruksi bagi peserta didik tahap mandiri
- Membimbing dokter muda bagi peserta didik tahap magang II sebagai
pendamping staf pengajar yang bertugas sebagai preseptor
- Mengikuti pendidikan di RS Jejaring seperti Balai Kesehatan Indera
Masyarakat (BKIM) Kota Padang, RSUD Dr. Chatib Quzwain Sarolangun,
RSUD Muko-Muko Bengkulu, RSUD dr. Ali Hanafiah Batu Sangkar, dan
RSUD dr. Ahmad Darwis Kabupaten 50 Kota bagi peserta didik di tahap
mandiri

5.1.3 Pencapaian Kompetensi Lulusan tiga tahun terakhir

Kompetensi Umum (Etika, Komunikasi patien Skor = jumlah skor etika+


safety, Kerjasama Tim dari catatan KPS dan komunikasi+kerjasama+patient safety /
panasehat akademik) 4
Rata-rata Pencapaian Selama
No. Prosedur Pencapaian Kompetensi Umum
Pendidikan per Lulusan
(1) (2) (3)
1 Etika : 84,64
Etika profesionalisme Peserta didik
Oftalmologi adalah untuk menjadi
dokter Spesialis Oftalmologi yang baik
dan bermanfaat bagi masyarakat yang
mempunyai kemampuan yang baik:
1. Sikap terhadap penderita
2. Sikap terhadap Staf pendidik & Kolega
3. Sikap terhadap paramedis dan non
paramedis
4. Disiplin dan tanggung jawab
5. Ketaatan pengisian dokumen medik
6. Ketaatan tugas yang diberikan
7. Ketaatan 62
melaksanakan pedoman
penggunaan obat dan alat
2 Komunikasi : 85,21
Komunikasi efektif terhadap:
1. Penderita
2. Staf pendidik dan kolega
3. Paramedis dan non paramedis

3 Kerjasama Tim : 85,08

1. Hubungan yang baik antara dokter,


perawat, karyawan kesehatan, dan
pasien serta keluarga pasien
2. Bisa bekerjasama dalam bentuk tim
secara harmonis untuk pelayanan
secara optimal
4 Patient safety 84,63

Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety


IPSG 1-6: Identifikasi, Cuci tangan,
Time Out, Komunikasi efektif,
Pencegahan Infeksi, Pemberian Obat.

No Prosedur Penegakan Rata-rata Pencapaian Selama Pendidikan per


. diagnosis dan Lulusan
penatalaksanaan penyakit
mata dasar
(1) (2) (3)
2018 2019 2020
1 Kelainan refraksi 145 115 118
2 Ocular inflammation and 84 56 66
infection
3 Trauma kimia 22 22 20
4 Trauma tumpul bola
63
mata 15 12 15
5 Glaukoma primer 121 108 116
6 Glaukoma sekunder 17 16 19
7 Infeksi dan inflamasi sistem 9 7 7
lakrimal
8 Selulitis pre septal 5 3 3
9 Tumor orbital dan adneksa 41 29 40
10 Thyroid orbitopathy 10 7 9
11 Ablasio retina 21 22 22
12 Kelainan makula 40 23 33
13 Retinal vascular disease 83 58 83
14 Leukokoria 10 9 12
15 Retinopathy of prematurity 2 2 2
16 Kelainan refraksi pada anak 12 12 13
17 Strabismus horizontal 12 12 11
18 Neuritis optik 6 7 5
19 Ischaemic optic neuropaty 13 5 7
20 Motor neuro paresis 12 11 12
21 Katarak 353 341 321
22 Refraksi subyektif 145 115 118
23 Teknik sampling infeksi mata 4 4 5
24 Operasi katarak 60 60 62
(ECCE/SICS/Fako) + IOL
25 Operasi pterygium 10 9 10
26 Trabekulektomi/Iridektomi 2 2 2
27 Insisi hordeolum/kalazion 7 5 5
28 Injeksi subtenon/peribulber/ 60 50 52
retrobulber

No Prosedur Lanjutan
Rata-rata Pencapaian Selama Pendidikan per Lulusan
. Dokter Spesialis Mata
(1) (2) (3)
2018 2019 2020
1 Keratometri 165 188 178
64
2 Biometri 90 115 109
3 Iridotomy/ Iridoplasty 0 0 0
laser
4 Perencanaan, 10 9 8
Penyelenggaraan dan
Evaluasi Program
Pencegahan dan
penanggulangan
kebutaan di masyarakat
Total 265 312 295

No Prosedur Penegakan Rata-rata Pencapaian Selama Pendidikan per Lulusan


. diagnosis dan (Asistensi)
penatalaksanaan
penyakit mata Lanjut
(1) (2) (3)
2018 2019 2020
1 Low vision 4 9 6
2 Uveitis 18 11 12
3 Skleritis 5 2 4
4 Glaukoma maligna 0 0 0
5 Glaukoma kongenital 3 4 2
dan juvenil
6 Complex retinal 2 3 3
detachment
7 Masquerade syndrome 0 0 0
8 Unusual infection 3 3 2
etiology for posterior
uveitis (HIV, HSV,
CMV)
9 Strabismus vertikal 1 1 1
10 Carotid cavernous 0 0 0
fistule
11 Ocular myasthenia
65 2 2 2
gravis
5.1.4 Proses Pembelajaran Dalam Upaya Pencapaian Kompetensi

Dalam rangka pencapaian kompetensi bagi peserta didik Program Pendidikan Dokter
Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, proses pembelajaran dilakukakn
dalam beberapa metode. Peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas diberikan metode perkuliahan yang dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain diskusi dengan staf pengajar subbagian, laporan jaga gawat darurat dan antar
bagian, laporan katarak, bedside teaching / visite, case presentation, dan journal reading.

Peserta didik melakukan diskusi dengan pengajar subbagian, yang dilakukan 5x seminggu dalam
waktu 1 jam sehari. Laporan jaga emergensi trauma dan non trauma serta laporan konsul antar
bagian, bedside teaching (visite), presentasi kasus, journal reading, penelitian sederhana/
retrospective serta tinjauan kepustakaan dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik berupa
jadwal harian acara ilmiah PPDS mata setiap bulan dengan jadwal rutin hari Senin pagi jam
08.00-10.00 WIB berupa laporan jaga gawat darurat dan antar bagian di ruang konfrens
bangsal.

Pada hari Selasa hingga Kamis ditampilkan karya ilmiah ilmiah yang dapat berupa presentasi
kasus, journal reading, penelitian sederhana serta tinjauan kepustakaan. Setiap peserta didik
mempresentasikan karya ilmiah ilmiah dan berdiskusi dengan staff pengajar selama lebih
kurang 1,5 jam. Presentasi karya ilmiah ilmiah dilaksanakan pagi hari pada jam 08.00 – 09.30
WIB dan di siang hari jam 13.00 – 14.30 WIB.

Laporan katarak dan visite (bedside teaching) dilakukan satu kali dalam seminggu, di hari
Jumat jam 08.00-10.00 WIB. Visite dan laporan operasi katarak dilaksanakan di ruangan
konfrens bangsal untuk mendiskusikan manajemen masing-masing pasien yang dilakukan
operasi katarak maupun pasien yang dirawat di bangsal mata saat itu.

Akan tetapi, sejak tahun 2020 karena adanya pandemi SARS Cov-2 maka seluruh kegiatan
ilmiah dilakukan pada pagi hari jam 08.00 – 10.00 WIB menggunakan aplikasi Zoom
meeting.

Bimbingan operasi dalam bentuk pengajaran teori dan wet lab atau skill lab dilaksanakan di
sore hari sebelum jadwal operasi keesokan harinya. Bimbingan operasi diberikan oleh staff
pengajar subbagian terkait. Kemampuan peserta didik akan dinilai kembali sebelum
66
melakukan tindakan operasi.

Untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing peserta didik, Program Pendidikan Dokter
Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas mengadakan kuliah tamu yang
mendatangkan pakar dari luar institusi, baik dari dalam maupun luar negeri. Kuliah tamu ini
telah diadakan beberapa kali dan mendapatkan apresiasi dari peserta didik dan staf pengajar.

CATATAN: PERLU DIISI SESUAI KOLEGIUM MASING-MASING

Laporan jaga: setiap hari Senin jam 08.00-10.00 WIB


Laporan visite: setiap hari Jumat jam 08.00-10.00 WIB
Presentasi karya ilmiah: setiap hari Selasa, Rabu, Kamis jam 08.00-09.30 WIB, dan jam
13.00-14.30 WIB. Akan tetapi, sejak tahun 2020 karena adanya pandemi SARS Cov-2
maka seluruh kegiatan presentasi karya ilmiah dilakukan pada pagi hari jam 08.00 – 10.00
WIB menggunakan aplikasi Zoom meeting.

Laporan katarak: setiap hari Jumat jam 08.00-10.00 WIB

5.2 Penilaian seluruh buku panduan / buku modul / logbook dalam satu tahun terakhir

Nama Mata Kuliah/ Alasan Status: Baru/ Berlaku Mulai


Tidak Ada/
Modul/Logbook Lama/ Sem./Th.
No. Ada Perubahan
Hapus
pada

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1. Tahap I: Tidak ada - Lama I/2015
Tahap Pengayaan
2. Tahap 2: Tidak ada - Lama I-II/2015
Tahap Magang I
3. Tahap 3: Tidak ada - Lama III-VI/2015
Tahap Magang II
4. Tahap 4: Tidak ada - Lama VII-VIII/2015
Tahap Mandiri

5.3 Pelayanan RS Pendidikan Utama dan RS Pendidikan Afiliasi dan Satelit


67
Kinerja pelayanan institusi merupakan jumlah tindakan/operasi yang dilakukan institusi
pendidikan baik di dalam institusi maupun di lahan pendidikan lainnya (RS Pendidikan
Afiliasi dan Satelit). Tindakan ditujukan untuk memberantas kebutaan.

Tabel Data Operasi pada tahun 2018

Jumlah
No. Jenis Tindakan/Operasi Operasi Morbiditas Mortalitas/
(dalam 1 tahun) Kebutaan
1 Operasi Katarak 50 0 0
2 Operasi Glaukoma 48 0 0
3 Laser Foto Koagulasi pada kasus Retina 31 0 0
4 Operasi Vitreo Retina 20 0 0
5 Operasi Kornea 59 0 0
6 Operasi Tumor 80 0 0
7 Injeksi Steroid pada kasus NO 23 0 0
8 Operasi Rekonstruksi 41 0 0
9 Operasi Pediatrik Oftalmologi 40 0 0
10 Operasi Strabismus 32 0 0
TOTAL 424 0 0

Tabel Data Operasi pada tahun 2019

Jumlah
No. Jenis Tindakan/Operasi Operasi Morbiditas Mortalitas/
(dalam 1 tahun) Kebutaan
1 Operasi Katarak 72 0 0
2 Operasi Glaukoma 40 0 0
3 Laser Foto Koagulasi pada kasus Retina 9 0 0
4 Operasi Vitreo Retina 100 0 0
5 Operasi Kornea 84 0 0
6 Operasi Tumor 124 0 0
7 Injeksi Steroid pada kasus NO 8 0 0
8 Operasi Rekonstruksi 58 0 0
9 Operasi Pediatrik Oftalmologi 49 0 0
10 Operasi Strabismus 45 0 0
TOTAL 589 0 0

Tabel Data Operasi pada tahun 2020


68
Jumlah
No. Jenis Tindakan/Operasi Operasi Morbiditas Mortalitas/
(dalam 1 tahun) Kebutaan
1 Operasi Katarak 8 0 0
2 Operasi Glaukoma 7 0 0
3 Laser Foto Koagulasi pada kasus Retina 7 0 0
4 Operasi Vitreo Retina 41 0 0
5 Operasi Kornea 19 0 0
6 Operasi Tumor 50 0 0
7 Injeksi Steroid pada kasus NO 0 0 0
8 Operasi Rekonstruksi 22 0 0
9 Operasi Pediatrik Oftalmologi 14 0 0
10 Operasi Strabismus 16 0 0
TOTAL 184 0 0

CATATAN: PERLU DIISI SESUAI KOLEGIUM MASING-MASING

5.4 Pelaksanaan pembimbingan karya tulis ilmiah yang diterapkan pada PS ini

5.4.1 Jelaskan ketersediaan panduan pembimbingan karya tulis ilmiah, serta konsistensi dan
efektivitas pelaksanaannya.

Terdapat perubahan kurikulum dimana tahap II diwajibkan menyelesaikan 8 karya ilmiah


pada tahun 2017.
Masing-masing peserta didik memiliki kewajiban menyelesaikan karya ilmiah:

Jumlah Karya Ilmiah


Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Tahap I 1 1 1
Tahap II 8 8 8
Tahap III 10 10 10
Tahap IV 1 1 1

Bimbingan penulisan dilakukan dalam bentuk diskusi dan tertulis dalam kartu kontak
69 oleh pembimbing dan peserta didik setiap selesai diskusi.
pembimbing yang ditandatangani
Bimbingan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan yang diperlukan. Karya ilmiah yang
sudah disetujui oleh pembimbing akan dimasukkan dalam jadwal kalender akademik.
Judul karya ilmiah tahap I diberikan oleh KPS berkoordinasi dengan masing-masing
subbagian dan menitikberatkan pada pemahaman anatomi dan fisiologi okular yang
berbentuk tinjauan pustaka. Pembimbing disesuaikan berdasarkan judul karya ilmiah
subbagian yang ditetapkan oleh KPS.

Untuk judul karya ilmiah tahap II diberikan dari masing-masing subbagian. Isi karya ilmiah
yang ditampilkan pada tahap II menitikberatkan pada pembahasan mengenai alat diagnostik,
patofisiologis suatu penyakit, dan farmakodinamik obat, dan berbentuk tinjauan pustaka.
Pembimbing disesuaikan berdasarkan kebijakan subbagian tersebut.

Untuk judul karya ilmiah tahap III merupakan pilihan dari masing-masing subbagian atau
pengajuan dari peserta didik berdasarkan kasus yang didapat. Karya ilmiah yang ditampilkan
menitikberatkan pada patofisiologis suatu penyakit, manajemen suatu penyakit, prosedur
bedah dan non bedah, dan dapat berbentuk tinjauan pustaka, laporan kasus, dan penelitian.
Pembimbing disesuaikan berdasarkan kebijakan sub bagian tersebut.

Peserta didik yang berada pada tahap IV harus menyelesaikan tesis. Pembimbing tesis
diberikan oleh KPS yang terdiri dari pembimbing I dan pembimbing II. Pemilihan judul
berdasarkan pilihan pembimbing atau pilihan dari peserta didik yang telah disetujui oleh
pembimbing. Bentuk tesis dapat berupa penelitian eksperimental dan penelitian non
eksperimental. Sebelum penelitian peserta didik harus mengajukan proposal tesis di depan
sidang staf pengajar. Proposal tesis merupakan salah satu syarat untuk mengikuti ujian
nasional spesialis mata. Setelah penelitian selesai, peserta didik harus mempresentasikan
hasil tesis dalam seminar hasil penelitian. Seminar hasil tesis merupakan syarat untuk
mendapatkan gelar spesialis mata.

5.4.2. Tuliskan nama-nama dosen yang menjadi pembimbing karya tulis ilmiah dan
jumlah peserta didik bimbingan pada satu tahun terakhir dengan mengikuti
format tabel berikut

Dosen Pembimbing Jumlah Peserta Bimbingan


No
Nama Pendidikan Terakhir 2018/2019/2020
1. Prof.dr.Khalilul - Profesi, Dokter, -/-/-
70
Rahman,SpM(K) Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Indonesia
- Spesialis
Konsultan,
SpM(K), KOI
2 Dr. dr. Ardizal Rahman,SpM(K) - Profesi, Dokter, -/2/2
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan,
SpM(K), ROO,
KOI
- Doktor, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Andalas
3. dr. Getry Sukmawati,SpM(K) - Profesi, Dokter, 1/2/2
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
4. Dr. dr. Kemala Sayuti,SpM(K) - Profesi, Dokter, 3/2/1
71 Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
- Doktor, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Andalas
5. Dr. dr. Hendriati,SpM(K) - Profesi, Dokter, 3/2/1
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan,
SpM(K), KOI
- Doktor, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Andalas
6. dr. M.Hidayat ,SpM(K) - Profesi, Dokter, 1/1/1
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
- Spesialis
72 Konsultan, SpM
(K), KOI
7. dr. Andrini Ariesti,SpM(K) - Profesi, Dokter, 1/1/3
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
8. dr. Weni Helvinda,SpM(K) - Profesi, Dokter, 2/2/2
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
9. dr.Fitratul Ilahi,SpM(K) - Profesi, Dokter, 2/3/1
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI

10. Dr. dr. Havriza Vitresia,SpM(K) - Profesi, Dokter, -/-/-


Universitas
Andalas
73 - Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
- Doktor, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Andalas
11. dr. Rinda Wati,SpM(K) - Profesi, Dokter, -/3/1
Universitas Yarsi
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
12 dr. Julita, SpM(K) - Profesi, Dokter, -/-/-
Universitas
Andalas
- Spesialis, SpM,
Universitas
Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
13 dr. Muhammad Syauqie, - Profesi, Dokter, -/-/-
Sp.M(K) Universitas Gajah
Mada
- Spesialis, SpM,
Universitas
74 Andalas
- Spesialis
Konsultan, SpM
(K), KOI
Total 13/18/14

5.5 Sistem Supervisi dan Evaluasi

5.5.1 Jelaskan sistem monev kurikulum untuk menjamin terlaksananya program pendidikan
sehingga mampu mencapai kompetensi yang diharapkan. Jelaskan jumlah bimbingan
operasi/tindakan per tahun, ketersediaan log book dan mutunya.
- Sistem Monitoring dan Evaluasi Kurikulum:

1. Monitoring dan evaluasi kurikulum dilaksanakan melalui rapat staf yang diadakan
setiap 3 bulan sekali. Hasilnya akan ditindak lanjuti sesuai dari hal - hal yang tidak
mencapai target yang telah ditetapkan.

Ketersediaan Logbook:

Logbook merupakan buku kegiatan harian yang dilakukan oleh peserta didik selama proses
pendidikan, yang berupa :

a) Seluruh pasien poliklinik dan rawat inap terutama pasien baru, didokumentasikan
dalam logbook mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan status oftalmologi,
pemeriksaan penunjang, assessment, dan penatalaksanaan. Foto kedua mata juga
harus dicantumkan dalam logbook dan semuanya ditandatangani oleh staf pengajar di
subbagian tersebut setiap harinya. Khusus untuk pasien rawat inap, followup selama
beberapa hari juga didokumentasikan agar dapat mengetahui perkembangan penyakit
pasien.

b) Untuk pasien jaga baik trauma maupun nontrauma setiap harinya didokumentasikan
dalam bentuk portofolio untuk selanjutnya ditandatangani pada keesokan harinya oleh
staf pengajar yang jaga pada hari tersebut.

c) Setiap peserta didik wajib membuat laporan operasi minor dan mayor baik bagi
operator maupun asisten dan wajib ditandatangani oleh staf pengajar yang bertindak
sebagai supervisi saat operasi dilakukan.
75
d) Khusus untuk operasi katarak, seluruh peserta didik tahap mandiri yang bertindak
sebagai operator, dimonitoring oleh staff pengajar sejak operasi dimulai hingga
selesai, dan harus mendokumentasikannya dalam bentuk laporan operasi katarak
beserta followup hingga 1 minggu post operasi. Laporan tersebut harus
ditandatangani oleh staf pengajar di subbagian Katarak dan Bedah Refraktif.

Dalam 1 tahun jumlah bimbingan operasi / tindakan pertahun yang diberikan adalah :

 Katarak : 43

 Glaukoma : 31

 Rekonstruksi Okuloplastik : 40

 Onkologi: 84

 Pediatrik Oftalmologi : 34

 Strabismus : 31

 Vitreoretina : 69

 Neurooftalmologi: 10

 Infeksi Imunologi :54

5.5.2 Jelaskan sistem supervisi pendidikan untuk menjamin terlaksananya program


pendidikan sehingga mampu mencapai kompetensi yang diharapkan. Jelaskan jumlah
bimbingan operasi/tindakan per tahun, ketersediaan log book dan mutunya.

- Sistem Supervisi Pendidikan:

1. Di setiap subbagian terdiri dari peserta didik tahap magang I , peserta didik tahap
magang II, dan tahap mandiri. Setiap pasien di poliklinik dan rawat inap harus diperiksa
dan dilaporkan ke staf pengajar
76 di subbagian.

2. Untuk jaga emergensi trauma dan nontrauma terdiri dari peserta didik tahap magang
II, dan tahap mandiri . Peserta didik tahap mandiri memberikan bimbingan kepada
peserta didik II, bertanggung jawab dalam penatalaksanaan pasien dan
mengkonsultasikannya kepada staf pengajar yang bertanggung jawab di hari itu.

3. Untuk pasien konsul antar bagian dilakukan oleh peserta didik tahap mandiri dan
dikonsultasikan kepada staf pengajar di subbagian yang berkaitan.

5.5.3 Jelaskan sistem evaluasi peserta didik dan kriteria kelulusan (yang terukur) untuk
menilai kompetensi peserta didik yang meliputi kemampuan kognitif, keterampilan,
dan perilaku. Jelaskan pula keberadaan dokumennya.

- Evaluasi hasil belajar adalah upaya untuk mengetahui sampai di mana peserta didik
mampu mencapai tujuan pembelajaran atau pencapaian kompetensi berupa kemampuan
kognitif, keterampilan, dan perilaku. Evaluasi dilakukan secara objektif, transparan, dan
akuntabel. Evaluasi hasil belajar difungsikan dan didayagunakan untuk mengukur
pencapaian standar kompetensi peserta didik. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
masukan untuk perbaikan sistem pembelajaran.

- Evaluasi untuk peserta didik tahap I berupa ujian tertulis dari 8 subbagian,
mempresentasikan 1 judul karya ilmiah yang ditentukan oleh Program Studi dan dinilai
oleh seluruh staf pengajar. Nilai standar kelulusan untuk ujian tulis dan presentasi karya
ilmiah adalah 75. Apabila tidak lulus, peserta didik dapat remedial ujian tulis dan
presentasi karya ilmiah sampai 3 kali. Jika tidak lulus hingga 3 kali, maka peserta didik
akan dikembalikan pada rapat staf pengajar.

- Evaluasi untuk peserta didik tahap II setelah menyelesaikan 8 subbagian selama periode
yang telah ditetapkan dan memenuhi kewajiban selama di subbagian tersebut, berupa:

1. Presentasi karya ilmiah di setiap subbagian dengan nilai kelulusan 75.

2. Ujian tertulis dan diagnostik disetiap subbagian (8 subbagian) dengan nilai kelulusan
75.

3. Apabila tidak lulus, peserta didik dapat remedial ujian tulis dan presentasi karya
ilmiah sampai 3 kali. Jika tidak lulus hingga 3 kali, maka peserta didik akan
dikembalikan pada rapat staf pengajar
77
- Untuk evaluasi peserta didik tahap III setelah menyelesaikan 8 subbagian selama
periode yang telah ditetapkan dan memenuhi kewajiban selama di subbagian, yaitu:

1. Presentasi karya ilmiah di setiap subbagian dengan nilai kelulusan 75.

2. Ujian tertulis dan diagnostik disetiap subbagian (8 subbagian) dengan nilai kelulusan
75.

3. Apabila tidak lulus, peserta didik dapat remedial ujian tulis dan presentasi karya
ilmiah sampai 3 kali. Jika tidak lulus hingga 3 kali, maka peserta didik akan
dikembalikan pada rapat staf pengajar

4. Peserta didik mengikuti ujian lokal sebelum mengikuti ujian nasional.

5. Setelah menyelesaikan semua kewajiban di subbagian dan dinyatakan lulus, peserta


didik mengikuti ujian tertulis komprehensif untuk memasuki tahap mandiri (chief
residen)

- Untuk evaluasi peserta didik tahap IV (tahap mandiri), peserta didik harus:

1. Membuat karya ilmiah akhir berupa tesis

2. Mencukupi jumlah operasi minor dan mayor sesuai dengan kompetensi kurikulum
Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas

3. Mengikuti ujian UDOT, video session dan short case lokal sebelum dikirim untuk
mengikuti ujian UDOT, video session dan short case nasional. Sejak tahun 2019, peserta
didik mengikuti ujian Portofolio, OSCE, dan Ujian Tulis lokal sebelum dikirim untuk
mengikuti ujian Portofolio, OSCE, dan Ujian Tulis nasional.

4. Pada akhir semester 8 (atau tahun ke 4), peserta didik sudah harus menyelesaikan
tahap IV (tahap mandiri) dengan syarat lulus ujian UDOT, video session dan short case
nasional (tahun 2018) dan ujian Portofolio, OSCE, dan Ujian Tulis nasional (tahun 2019
dan 2010) serta telah mempresentasikan tesis. Yudisium dilaksanakan untuk menyatakan
peserta didik telah lulus dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas
78 Andalas.

5.6 Upaya Peningkatan Suasana Akademik


Berikan gambaran yang jelas mengenai upaya dan kegiatan untuk menciptakan suasana
akademik yang kondusif di lingkungan PS, khususnya mengenai hal-hal berikut.

5.6.1 Kebijakan tentang suasana akademik (otonomi keilmuan, kebebasan akademik,


kebebasan mimbar akademik), ketersediaan dokumen dan konsistensi pelaksanaannya.

a. Sistem – sistem pembelajaran yang kondusif di dalam proses belajar mengajar antara
peserta didik - staf pengajar – dokter muda :

- Peserta didik diikutkan dalam melatih skill dokter muda, peserta didik prapendidikan

- Peserta didik senior mendampingi peserta didik yang dalam stase magang

- Peserta didik tahap mandiri memberikan bimbingan kepada peserta didik yang lebih
junior dalam melakukan tindakan setelah mendapat tugas dari staf pengajar subbagian
dan tetap dalam supervisi staf pengajar subbagian.

b. Peserta didik diberi kesempatan berkonsultasi dengan staf pengajar mengenai topik-
topik yang ada di setiap subbagian. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh peserta didik
secara individu misalnya pada saat konsultasi pasien di poliklinik dan jaga emergensi
baik trauma ataupun non trauma serta konsultasi pasien antar bagian.

c. Sistem pembimbingan akademik di bagian Mata Universitas Andalas ini rata-rata


banyaknya peserta didik per staf pengajar sebagai dosen pembimbing akademik adalah
4-5 peserta didik. Interaksi melalui pembimbingan akademik ini mulai pada awal masuk
peserta didik saat semester 1 dan berkelanjutan.

d. Setiap peserta didik diberi kebebasan di setiap subbagian untuk mengajukan judul karya
ilmiah/penelitian sesuai topik yang diminati untuk dipresentasikan pada acara ilmiah
tingkat lokal/nasional/internasional dan diberi kesempatan berdiskusi dengan
pembimbing karya ilmiah, staf pengajar di subbagian tersebut, sampai karya ilmiah siap
dipresentasikan. Rata-rata jam pertemuan disesuaikan dengan diskusi revisi karya
ilmiah tersebut. Tugas staf pengajar subbagian dan pembimbing karya ilmiah adalah
memberikan masukan dan arahan tentang materi, prosedur dan sistematisasi penyusunan
karya ilmiah tersebut, dan memutuskan kelayakan untuk dipresentasikan.

e. Universitas memberi dana kepada staf pengajar melalui Program studi untuk
79
mengajukan proposal penelitian, dan juga dana bagi staf pengajar yang karya ilmiahnya
diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional, bantuan untuk
menghadiri kongres ilmiah baik di dalam dan luar negeri bagi mereka yang akan
presentasi hasil penelitian, baik melalui oral presentation maupun poster presentation.
Program Studi juga memacu agar Peserta didik dapat mengikuti seminar/simposium/
workshop dan lomba karya ilmiah baik yang bersifat nasional, maupun internasional.
Kegiatan seminar tersebut dapat berlangsung ke berbagai daerah. Rata-rata tiap PPDS
mengikuti 1-2 seminar per tahun. Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan
Mata Universitas Andalas juga menyelenggarakan seminar dan workshop bagi dokter
umum maupun dokter mata.

Pelaksanaan otonomi keilmuan dan etika keilmuan pada bagian mata bagi staf pengajar meliputi:

a. Otonomi bagi staf pengajar untuk mengembangkan/menghasilkan gagasan, karya bidang


penelitian, dan publikasi dan pengabdian sesuai bidang ilmunya.

b. Otonomi di bidang pengelolaan dalam proses pembelajaran.

c. Otonomi bagi staf pengajar untuk mengembangkan diri sesuai bidang ilmunya

d. Kebebasan bagi staf pengajar untuk memberikan pendapat, ilmu dan bimbingan pada saat
laporan jaga, karya ilmiah, kasus, dan operasi.

e. Kebebasan bagi staf pengajar untuk memperluas wawasan keilmuan dengan menjadi anggota
atau pengurus dalam organisasi profesi atau keilmuan.

5.6.2 Ketersediaan prasarana, sarana dan status kepemilikannya serta dana yang
memungkinkan terciptanya interaksi akademik antar sivitas akademika.

Sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran dan kegiatan akademik yang
terjadwal untuk menciptakan suasana akademik yang kondusif pada Program Pendidikan
Dokter Spesialis Mata FK UNAND meliputi :
 Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berbasis rumah sakit berupa : ruang
perasat, ruang rawat inap, IGD, kamar bedah dan ruang rawat jalan yang telah dilengkapi
alat diagnostik.
 Untuk pelayanan berbasis komunitas, Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata FK
UNAND telah bekerjasama dengan beberapa RS jejaring seperti Balai Kesehatan Indera
Masyarakat (BKIM) Kota Padang, RSUD Dr. Chatib Quzwain Sarolangun, RSUD Muko-
Muko Bengkulu, RSUD dr. Ali Hanafiah Batu Sangkar, dan RSUD dr. Ahmad Darwis
80
Kabupaten 50 Kota.. Pelayanan berbasis komunitas lainnya termasuk pelayanan baksos
katarak di berbagai kota di Provinsi Sumatera Barat.
 Ruang kuliah (diskusi) meliputi ruang konfrensi bangsal Mata dan ruang konfrensi poli
mata.
 Ruang baca dan perpustakaan yang bisa diakses oleh residen selama 24 jam di bangsal
Mata dan ruang baca serta perpustakaan FK UNAND dan RSUP Dr M Djamil yang dapat
digunakan selama masa studi untuk mendukung proses akademik dan pembelajaran.
 Ruang wetlab untuk pelatihan operasi.
 Peralatan audio dan visual yang tersedia pada masing – masing ruangan.
 Ruang Residen dan kamar jaga Residen di bangsal Mata RSUP Dr M Djamil Padang.
 Jaringan Internet ( Hotspot Bangsal Mata, Konfrens Mata, Poli Mata, Hotspot FK
UNAND dan Hotspot RSUP Dr M Djamil Padang)

Dana:
Sumber dana didapakan dari sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang dibayarkan oleh
peserta didik setiap semester ke Universitas Andalas, pemerintah pusat dan daerah, serta
sumber lain berupa usaha sendiri, tubel depkes, DIPA rutin, dan BOPTN. Dana sumber lain
juga berasal dari alumni, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Dana digunakan untuk operasional pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata FK UNAND. Dana juga
digunakan untuk investasi prasarana, sarana, dan SDM untuk mendukung kelancaran dan
peningkatan proses pembelajaran Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata FK UNAND

5.6.3 Program dan kegiatan akademik dan non-akademik (di dalam maupun di luar kelas)
untuk menciptakan suasana akademik (seminar, simposium, lokakarya, penelitian
bersama, dll.).

Program kegiatan akademik:

- Di luar kelas berupa seminar dan workshop di tingkat regional, nasional, dan
internasional.
- Di dalam kelas berupa presentasi karya ilmiah/penelitian /laporan kasus /tesis, laporan
jaga, visite pasien bangsal, dan laporan operasi katarak yang sudah tertuang dalam
jadwal bulanan kalender akademik.

Program kegiatan non akademik:81Peserta didik aktif dilibatkan dalam acara bakti sosial dan
kepanitiaan.

- World Sight Day: pembagian kacamata gratis


- World Glaucoma Week: pengukuran tekanan bola mata gratis
- Dies Natalis dan Lustrum FK UNAND

5.6.4 Jelaskan upaya pengembangan perilaku profesional yang mencakup aspek: (1) etika
kedokteran, (2) kemampuan kerjasama dalam tim, dan (3) hubungan dokter-pasien.
Jelaskan pula keberadaan panduan serta konsistensi pelaksanaannya.

Etika Kedokteran:

Etika profesionalisme peserta didik mata adalah untuk menjadi dokter Spesialis Mata yang baik
dan bermanfaat serta bermartabat bagi masyarakat.

Disiplin dan tanggung jawab dengan cara :


- Hadir tepat waktu kegiatan pendidikan wajib ( Laporan pagi, kuliah, dll)
- Menyelesaikan dan mengumpulkan pekerjaan atau tugas akademik tepat waktu
- Melaksanakan tugas klinik dengan sungguh – sungguh dan penuh perhatian
- Tidak menyalahgunakan kebijakan cuti, kebijakan ijin tidak masuk, dan/atau seminar yang
dibiayai bagian.
- Penampilan diri yang pantas.
- Kemampuan Kerjasama dalam Tim: menjawab/merespon permintaan bagian dalam waktu yang
tepat.
- Melakukan interaksi professional dengan staf pengajar, sesama peserta didik, mahasiswa,
pegawai, dan pasien (seperti kepekaan budaya terhadap pasien maupun sesama pekerja,
kejujuran, atau integritas.)
- Menjawab surat menyurat atau melengkapi rekam medik dalam waktu yang ditentukan (<24
jam).
- Ikut terlibat pada acara peringatan, perayaan atau acara penggalangan dana yang diadakan oleh
bagian mata maupun FK UNAND
- Memberikan edukasi kesehatan masyarakat
- Membantu secara sukarela pada kejadian tidak terduga baik bencana alam maupun penyakit

Hubungan Dokter-Pasien:
Komunikasi dan patient safety dengan
82 cara :
- Identifikasi pasien dengan benar
- Ketepatan dalam mendiagnosis sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi pasien
- Melakukan tindakan prosedur/pembedahan yang benar sehingga tidak merugikan pasien
- Tanggap dalam mendeteksi keadaan alergi pasien sehingga dapat menghindari reaksi alergi
- Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai indikasi, tujuan, hasil yang
diinginkan, serta kemungkinan efek samping suatu tindakan medis yang akan diberikan

Keberadaan 3 panduan di atas tertulis di logbook semua peserta didik PPDS dan kuesioner mini
peer assesment tool dan harus ditandatangani staf pengajar sebelum keluar dari subbagian.

83

Anda mungkin juga menyukai