Anda di halaman 1dari 25

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

BLOK 3.2 PEMERIKSAAN URIN RUTIN

Disusun oleh:

dr. Andreas AW,Sp.PK

dr.Cynthia, Sp.PK

dr.Fransisca Pramesshinta H., MSi.Med

Florentina Anggi KP., A.Md.A.K

Sabrina Dwie K.,S.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

2020
HALAMAN VALIDASI

2
Kata Pengantar
Buku petunjuk praktikum Patologi Klinik Blok 3 disusun guna memperlancar mahasiswa
yang sedang mengikuti proses belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Katolik
Soegijapranata. Harapan kami, buku petunjuk praktikum ini dapat dijadikan sebagai bahan
acuan mahasiswa ketika mengikuti praktikum dan dapat dijadikan panduan untuk menggambar
preparat yang diamati.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penulisan petunjuk praktikum ini. Penyusun sadar bahwa masih banyak
kekurangan pada penyusunan petunjuk praktikum ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan petunjuk praktikum ini dikemudian hari.
Semoga petunjuk praktikum ini bermanfaat dalam upaya mencapai tujuan kita bersama yaitu
pendidikan kedokteran yang bermutu, efesien, efektif, adil dan merata.

Semarang, …………………..

Dekan Fakultas Kedokteran

dr. Indra Adi Susianto, M.Si.Med., Sp.OG

3
DAFTAR ISI
Halaman Depan .......................................................................................... 1

Halaman Validasi ........................................................................................ 1

Kata Pengantar ........................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................. 2

Tata Tertib................................................................................................ 3

Jenis spesimen urin ..................................................................................... 9

Cara pengambilan spesimen urin...................................................................... 10

Penundaan dan pengawet urin ........................................................................ 10

Praktikum 1 Pemeriksaan makroskopis ............................................................. .11

Praktikum 2 kimiawi urin .............................................................................. .16

Praktikum 3 Pemeriksaan mikroksopis urin ........................................................ .22

4
TATA TERTIB PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SOEGIJAPRANATA

1. Selama bekerja di laboratorium Mahasiswa harus memakai pakaian yang sopan dan
menghindari pakaian yang akan mengganggu selama kegiatan praktikum. Wanita berambut
panjang harus mengikat rambutnya sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kerja dan
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Mahasiswa dilarang mengenakan sepatu terbuka
atau berhak tinggi selama kegiatan praktium.
2. Mahasiswa mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) yaitu Jas Laboratorium saat memasuki dan
selama kegiatan praktium berlangsung di laboratorium. Mahasiswa yang tidak mengenakan
jas laboratorium TIDAK DIPERKENANKAN MENGIKUTI PRAKTIKUM
3. Meja praktikum dan peralatan laboratorium harus dalam keadaan bersih sebelum dan
sesudah kegiatan praktium. Dilarang meninggalkan ruang laboratorium dalam keadaan meja
kotor. Sebelum dan sesudah kegiatan harus dibersihkan dengan disinfektan.
4. Mahasiswa dilarang membuang sisa bahan praktium (Contoh: Sisa sampel, bahan biakan,
Pewarna bahan atau bahan habis pakai) di sembarang tempat. Bahan harus dibuang di
tempat sampah infeksius atau tempat yang telah disediakan oleh asisten.
5. Mahasiswa dilarang keras makan, merokok dan minum selama kegiatan di laboratorium dan
dilarang bermain dengan peralatan laboratorium, bercanda serta tidak bermain HP.
6. Jika peralatan rusak atau pecah segera melapor. Kelalaian melaporkan atau kelalaian akan
dikenai sanksi
7. Sebelum meninggalkan laboratorium Mahasiswa harus MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR. (6
Langkah Cuci tangan)

PERATURAN SELAMA KEGIATAN PRAKTIUM

1. Mahasiswa harus mempersiapkan hal-hal yang perlu sebelum masuk laboratorium:


a. Buku kerja (rencana kerja) yang sudah dibuat.
b. Alat tulis seperlunya

5
c. Jas laboratorium
d. Hal lain selama kegiatan praktikum
2. Mahasiswa dilarang datang terlambat. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15
menit setelah jam praktikum dimulai dikenakan sanksi TIDAK DIPERKENANKAN
MENGIKUTI KEGIATAN PRAKTIUM
3. Mahasiswa yang tidak hadir praktikum (absen) tanpa keterangan, maka disarankan ikut
inhal praktikum, di mana dikenakan sanksi.
4. Mahasiswa yang akan berpindah jadwal praktikum harus seizin koordinator praktikum
patologi klinik dengan menyerahkan surat paling lambat dua hari berikutnya atau 2 hari
sebelum praktium berikutnya dimulai..
5. Pretest akan dilaksanakan pada awal acara sebelum memulai praktikum untuk
mengetahui sejauh mana persiapan dan kompetensi yang dicapai.
6. Posttest Mahasiswa akan dinilai keterampilannya selama praktikum oleh asisten
7. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktium dengan tertib dan membuat
laporan sesuai dengan jenis praktium.
8. Laporan harus dibawa saat masuk pada praktikum sebagai syarat masuk.
9. Aturan-aturan/tata tertib yang belum tercantum akan diputuskan kemudian.

KESELAMATAN KERJA DAN PROSEDUR DARURAT UMUM

1. Mahasiswa dilarang bekerja sendirian di laboratorium tanpa didampingi oleh laboran,


asisten atau petugas pengawas yang ditunjuk..
2. Tas diletakkan di almari atau ditempat yang disediakan oleh laboratorium.
3. Pengambilan sampel cair infeksius dan chemikal harus menggunakan pipet dengan
bantuan fillter atau menggunakan mikropipet.
4. Jika menggunakan jarum/ spuit, dibuang pada tempat bio hazard yang telah disediakan
oleh asisten
5. Mahasiswa harus segera melaporkan jika terjadi kecelakaan atau hal yang tidak
diinginkan selama kegiatan praktium:
a. Kebakaran
b. Bahan praktikum tumpah
c. Terkena cairan infeksius

Ingat sebagian besar bahan untuk kegiatan praktium merupakan bahan berbahaya!!!

6
a. Jika terjadi kebakaran
- Jangan panik.
- Segera melaporkan kepada pengawas
- Bila ada korban, segera memberi pertolongan pertama kepada orang yang
mengalami kecelakaan, segera pindahkan orang tersebut ke tempat yang lebih
aman.
- Gunakan APAR dengan benar

- Bila kondisi laboratorium memburuk akibat bencana, tinggalkan laboratorium


sesegera mungkin.

b. Bahan praktikum tumpah


- Segera lapor kepada asisten atau pengawas
- Beri tanda di daerah yang terjadi tumpahan bahan infeksius/bahan kimia tersebut
- Menjauhi tempat tumpahan tersebut, untuk memberi kesempatan pada teknisi
laboratorium untuk segera menanganinya dengan spill kit yang sesuai.

c. Terkena cairan infeksi


- Segera lapor kepada asisten atau pengawas
- Segera meminta bantuan orang lain jika merasa tidak mampu mengatasi
kecelakaan/bencana.
- Bila bahan infeksius mengenai mata atau selaput lender, maka segera dibilas dengan
air mengalir.

7
- Jika bahan infeksius tertelan atau tertusuk jarum, segera melapor ke pembimbing
praktikum
- Jika bahan infeksius mengenai tangan atau badan segara cuci dengan sabun atau air
mengalir dengan benar.

INGAT : BEKERJA DENGAN HATI HATI DAN IKUTI PROSEDUR

8
Pemeriksaan Urin Rutin

Kompetensi dasar :
Pemeriksaan urinalisis rutin

Indikator capaian :
1. Mahasiswa memahami dasar pemeriksaan urin, pranalitik dan jenis spesimen urin.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan makroskopis urin
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kimiawi urin
4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis urin

Pendahuluan
Pemeriksaan urin rutin bertujuan untuk menegakkan diagnosis; menyaring populasi dengan
kelainan asimptomatik, kongenital atau yang diturunkan (herediter); monitoring perjalanan
penyakit dan monitoring efektivitas dan komplikasi akibat terapi. Untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan urinalisis yang akurat, integritas spesimen harus terjaga. Kesalahan yang sering
terjadi adalah kesalahan prananalitik yang tidak dilakukan dengan baik dan benar. 1,2

Pengumpulan Spesimen
Jenis Spesimen
Terdapat 3 jenis dasar spesimen urin yaitu specimen urin pertama pagi hari, spesimen urin
sewaktu dan spesimen urin berdasarkan waktu.1,2,4
1. Spesimen urin pagi hari
Urin yang dikeluarkan pagi hari pertama kali saat bangun tidur. Urin ini merupakan
spesimen urin yang paling pekat karena specimen urin tersebut sudah tertampung
dalam vesika urinaria selama kurang lebih 8 jam dan memiliki PH lebih rendah karena
menurunnya respirasi saat tidur.
2. Spesimen urin sewaktu (random)
Untuk kemudahan dan kenyamanan pasien, penapisan rutin paling sering menggunakan
spesimen urin sewaktu. Spesimen urin ini dapat dikumpulkan kapanpun tanpa
membutuhkan persiapan pasien terlebih dahulu. Biasanya digunakan untuk
pemeriksaan penapisan rutin dan mampu mendeteksi kelaianan yang mengindikasikan
suatu proses penyakit.

9
3. Timed Collection
Spesimen urin ini dibutuhkan karena adanya :1. Variasi sirkadian atau diurnal dalam
ekskresi berbagai substansi dan fungsi. 2. Olahraga, hidrasi, metabolisme tbuh
terhadap laju ekskresi. Pengambilan spesimen urin ini paling sering dilakukan dalam 12
jam atau 24 jam.

Teknik Pengumpulan Spesimen1,3


• Urin spontan : Urin yang dikeluarkan atau ditampung secara spontan saat
berkemih dan merupakan Teknik terbaik dan termudah. Spesimen ini dapat digunakan
untuk pemeriksaan urinalisis utin. Lembar
• Urin kateter : Pasien yang tidak kooperatif, tidak dapat mengeluarkan urin
atau tidak dapat mengontrol miksi dibutuhkan teknik salah satunya katerisasi. Kateter
steril dimasukkan melalui ureter sampai dengan vesika urinaria.
• Aspirasi suprapubik : Teknik lain yang digunakan untuk pasien tidak kooperatif.
Pengambilan urin diambil secara langsung dengan cara pungsi lewat supra pubik ke dalam
kandung kemih.

Penundaan dan pengawet urin


Untuk mempertahankan kondisi urin agar tidak berubah dapat disimpan dalam lemari es
dengan suhu 4˚C. Pada suhu dingin terjadi penghambatan proliferasi bakteri dan komposisi urin
akan stabil sampai dengan 24 jam. Periksa paling lambat 2 jam setelah urin ditampung
Penundaan terlalu lama menyebabkan perubahan pada urin antara lain jumlah unsur berkurang:
Eritrosit, Leukosit, Epithel, Silinder pada PH alkali dan bakteri akan meningkat jumlahnya
2,4
karena penundaan pemeriksaan

Pada kondisi tertentu dapat ditambahkan sesuai dengan tujuan pengawet tersebut. Antara
lain:4
• Toluena
• Timol
• Formaldehide 40%
• Asam sulfat pekat
• Natrium Karbonat

10
• Chloroform
Penampungan
Penampungan harus bersih dan kering, mulut lebar dan dapat di tutup rapat. Botol
penampung dapat dibedakan menjadi 2 macam, botol yang berwarna kuning merupakan botol
penampung steril. Pada kondisi tertentu atau untuk pemeriksaan khusus atau mikrobiologi
2,3
perlu penampungan steril.

Gambar 1. Botol penampung urin2

Jenis pemeriksaan urin rutin:1,2,3


Pemeriksaan urin rutin dibagi menjadi :
1. Pemeriksaan Makroskopis
2. Pemeriksaan Kimiawi
3. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis terdiri dari:
A. Warna
Urin dapat tidak berwarna, kuning tua sampai orange, merah, hijau, coklat, hitam. Variasi
warna ini menandakan adanya suatu proses kelainan karena abnormalitas metabolisme
tubuh, jenis makanan, obat – obatan, aktivitas fisik berlebih dan stress. urin normal
berwarna kuning disebabkan oleh pigmen urokrom.3 Pada umumnya warna urin tergantung
diuresis dan zat pelarut dalam urin, makin besar diuresis makin muda warna urin. Warna
1,3
urin normal dipengaruhi kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan.

11
Tabel 1. Etiologi variasi warna urin3
Warna urin Penyebab patologis Makanan dan obat - obatan
Kuning hingga kuning Urin normal
kecoklatan Pewarna makanan, anti
malaria
Kuning pucat hingga jernih Defisiensi Fe
atau tidak berwarna Gagal ginjal kronik
Diabetes melitus
Diabetes insipidus
Kuning kehijauan Infeksi Pseudomonas Penggunaan kontrasepsi
aeruginosa oral, pigmen dari kantung
empedu, konsumsi vitamin B
kompleks, medikasi dengan
metylen blue
Kecoklatan hingga Ikterus Konsumsi furazolidone
mahogany (seperti teh) Hepatitis Keracunan zat derivate
Pankreatitis fenol
Jingga Kekurangan asupan cairan
Asupan makanan dengan
kandungan karoten
Asupan riboflavin
Konsumsi rifampisin,
sulfasalazine.
Hitam atau biru Malaria tertiana
Infeksi pada ginjal
Pink atau merah jambu Infeksi saluran kemih Konsumsi fenolftalein,
laksatif
Putih Pyuria (urin dengan pus)
Merah (hematuria) Prostatitis akut Konsumsi zat besi, levodopa
Kanker
Nefrolitiasis

12
Cara pemeriksaan:3
1. Pakai penampung plastik atau kaca yang jernih
2. Letakkan sejumlah urin minimal setengah penampung urin
3. Penampung urin ditutup, dicampur sampai homogen
4. Menggunakan latar belakang berwarna putih

B. Kejernihan
Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nabecula yang
terdiri dari lendir, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Hal ini dapat
disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri pada botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh khilus,
bakteri, sedimen seperti epitel, eritrosit, leukosit yang banyak. 1,3
Interpretasi:
- Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh

C. Bau
Bau didalam urin dapat disebabkan oleh substansi organik dan inorganik yang merupakan
hasil metabolisme tubuh dan mempunyai bau aromatik yang khas. Urin normal yang
dibiarkan pada suhu kamar terlalu lama akan berbau amoniak, karena urea akan
didegradasi oleh bakteri menjadi amoniak. Urin yang berbau busuk disebabkan oleh nanah,
penghancuran protein oleh bakteri. Makanan dan obat – obatan tertentu dapat memberikan
bau yang khas pada urin.2,3

D. Busa
Urin normal bila dikocok akan menimbulkan busa yang berwarna putih. Pemeriksaan busa
urin dikaitkan dengan adanya protein atau bilirubin. Protein atau albumin dengan kadar
tinggi akan timbul busa putih yang stabil pada saat urin dikocok. Bilirubin yang kadarnya
cukup tinggi didalam urin apabila dikocok akan menimbulkan busa kuning. 1,2,3
Cara Kerja :
Masukan 5cc urin dalam tabung reaksi kemudian kocok beberapa saat sampai sampai keluar
busa. Amati warna dan waktu hilangnya buih tersebut.
Interpretasi :
Normal : putih, jernih dan cepat hilang.
Abnormal : putih, jernih lama baru hilang/tak mau hilang

13
E. Berat Jenis
Berat jenis adalah pengukuran kepadatan atau densitas, yaitu densitas antara zat terlarut
terhadap densitas pelarutnya.1,4
Metode pemeriksaan berat jenis (BJ)
1. Urinometer : teknik ini membutuhkan volume urin yang besar dan dipengaruhi
oleh suhu ruangan.
2. Refraktometer : bila sampel urin volumenya kecil.
3. Carik Celup

Metode urinometer1,2,4
Alat
➢ Urinometer : terdiri dari bagian bawah bentuk gembung dan bagian atas yang
ramping, bagian ini tertulis suhu tera antara 27-32˚C.4
➢ Gelas ukur : besarnya disesuaikan dengan urinometer yang dipakai
➢ Termometer ruangan

Cara kerja:4
➢ Masukkan urin dalam gelas ukur, urin jangan berbusa. Busa yang timbul dihilangkan
dengan kertas saring.
➢ Badan urinometer tidak boleh melekat pada dinding gelas dengan cara memutar
urinometer menggunakan ibu jari dan telunjuk. Urinometer akan terapung di tengah
gelas ukur dan tidak menempel pada dinding.
➢ Bacalah berat jenis tanpa paralaks setinggi miniskus bawah.

Perhitungan Berat Jenis4


Menghitung BJ sesungguhnya harus diperhatikan
➢ Suhu tera urinometer
➢ Suhu urin yang diperiksa
➢ Bahan yang terlarut seperti glukosa dan protein
➢ Pengenceran bila urin tak cukup jumlahnya

14
Untuk menghilangkan kesalahan hasil pemeriksaan BJ dengan tes perlu dilakukan koreksi
terhadap:2,4
➢ Suhu:
Setiap perbedaan suhu 3˚C antara suhu tera dan suhu urin, BJ ditambah 0.001 bila
suhu urin lebih tinggi dan dikurangi 0.001 bila suhu dibawah suhu tera.
➢ Glukosa atau protein:
Setiap 0.3 gram glukosa/100ml atau 0.4 gram protein/100ml urin BJ baca dikurangi
0.001; akan tetapi karena pengaruh terhadap BJ tidak besar hal ini dapat
dihilangkan
➢ Pengenceran:
➢ Pengenceran:
Dilakukan bila sampel tidak mencukupi tetapi hanya boleh sebesar volume sampel
saja. Untuk perhitungan 2 angka terakhir pada saat pembacaan dikalikan angka
pengenceran.
Dihitung BJ dari sampel urin :
𝐵𝐽 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑐𝑎 + (𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 − 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎)𝑥 0,001
3
Keterangan :
Suhu tera = 200C

Penilaian
Normal :4
➢ BJ urin 24 jam orang normal : 1,016-1,022
➢ BJ urin sewaktu : 1,003-1,030
Penilaian BJ sewaktu juga bermakna karena dapat memberi kesan terhadap faal pemekatan
ginjal.

Kelainan Berat Jenis1,3


BJ rendah disebabkan gagal ginjal
BJ tinggi dapat dijumpai pada dehidrasi, DM (urin encer, volume besar)

15
Gambar 2. Pembacaan Urinometer2

Metode Refraktometer
Cara refractometer merupakan salah satu cara menetapkan BJ berdasarkan indeks refraksi
cahaya. Metode ini sangat praktis karena hanya membutuhkan urin yang sangat sedikit Alat
ini mempunyai skala BJ disamping skala indeks refraksi hingga hasil penetapan BJ dapat
dibaca langsung. Refraktometer tidak memerlukan koreksi suhu, tetapi tetap dipengaruhi
glukosa dan protein.3,4

Gambar 3. Refraktometer3

16
Pemeriksaan kimiawi
Terdiri dari pemeriksaan:
− Derajat Keasaman (pH) urin
− Reduksi (gula dalam urin)
− Protein
A. Derajat Keasaman (pH)
Nilai urin pH normal bervariasi antara 4,5 – 8 dengan rata – rata terbanyak cenderung 5,0
– 6,0.
Metode pemeriksaan:
1. Kertas lakmus
Adalah sebuah potongan kertas saring yang telah mengabsorbsi kertas lakmus yang
berfungsi sebagai salah satu indikator pH. Warna alami dari kertas lakmus adalah
biru. Kertas lakmus biru akan berubah menjadi warna merah dalam suasana asam
dan berwarna biru dalam suasana basa. Rentang nilai mengguanakan kertas lakmus
adalah sekitar 5,0 – 8,5.1
2. Strip reagen
Prinsip pemeriksaan pada strip terdapat indikator ganda yaitu merah methlyl red
dan biru bromthymol blue. Indikator ini bisa menjadi berbagai warna dari jingga
(pH 5,0), hijau (pH 7,0), biru pH (9,0). Rentang pH yang dapat dinilai dengan
menggunakan strip adalah antara 5,0 sampai 9,0.1
Cara kerja:1,4
− Letakkan sepotong kertas indikator pada kaca obyek kemudian tetesi urin
− Tunggulah satu menit dan perhatikan warna yang terjadi
− Bandingkan dengan standar warna yang tersedia

B. Pemeriksaan Reduksi
Merupakan pemeriksaan penyaringan untuk mengetahui adanya gula dalam urin dan
sifatnya semi kuantitatif. Terdapat glukosa dalam urin disebut sebagai glukosuria. Dalam
keadaan normal glukosa terdapat di dalam filtrat glomerulus yang kemudian mengalami
reabsorbsi di tubulus proksimal ginjal. Reabsorbsi tubulus terhadap glukosa terbatas yaitu

17
350mg/min yang dikenal dengan Tm glukosa. Kapasitas reabsorbsi tersebut berbeda
menurut jenis kelamin dan luas permukaan tubuh dengan rentang 250 -360 mg/min untuk
wanita dan 295 – 455 mg/min untuk lelaki. Bila kadar glukosa darah tinggi, filtrasi
glomerulus akan meningkat melebihi kemampuan absorbsi tubulus renalis proksimal
sehingga terjadi glukosuria.1,2
Metode Pemeriksaan:2,3
1. Reagen strip tes/ carik Celup
2. Uji reduksi (benedict)

Bahan pemeriksaan :
Urin bebas protein, lakukan deproteinsasi dengan metode rebus, saring dan periksa
filtratnya.

1. Reagen strip tes


Prinsip pemeriksaan metode enzimatik glucose oksidase dan peroksidase yang menimbulkan
perubahan warna.1,2

2. Pemeriksaan Reduksi Metode Benedict


Prinsip: Cupri sulfat dalam larutan alkali direduksi oleh panas dan glukosa dan agen
pereduksi lain menjadi cuprum oksigen, adanya reduksi ditandai dengan endapan merah
bata.1,4

Pemanasan
Cuprisulfat (CuSO4) + zat pereduksi Cupro oksida + oksidator
pH alkali
Timbul warna
Alat:4
- Tabung reaksi
- Lampu spiritus
- Penjepit tabung
- Pipet tetes
Cara kerja :4
- Masukkan 5ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi
- Teteskan 5-8 tetes urin yang telah di deprotenisasi
- Panaskan diatas api selama 5 menit

18
- Angkat, kocok dan baca hasilnya.

Penilaian :4
Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit (<0,5 % glukosa)
kehijauan
Positif + : Hijau kekuningan dan keruh (0,5 – 1,0 % glukosa)
Positif ++ : Filtrat kekuningan endapan kuning (1,0 – 1,5 % glukosa)
Positif +++ : Filtrat jingga atau lumpur keruh, (2,0 – 3,5 % glukosa)
endapan merah
Positif ++++ : Filtrat jernih, endapan merah bata (>3,5 % glukosa)

Positif palsu :4
− Obat misalnya vitamin C
− Polysacarida lain yang dapat mereduksi reagen benedict seperti fruktosa,
galaktase, pentose
− Pemanasan terlalu lama
Negatif palsu :4
- Urin asam atau kreatinin yang tinggi dalam urin
- Pemanasan inadekuat

C. Pemeriksaan Protein
Urin normal mengandung 150 mg protein setiap harinya, protein dengan berat molekul
rendah bisa melewati filtrasi glomerulus dan direabsorbsi kembali. 1
Syarat pemeriksaan:4
- Urin jernih dan sedikit asam
- Apabila urin keruh, saringlah atau tambahakan zat lain (lihat test kekeruhan) hingga
urin jernih
Metode pemeriksaan:2,4
1. Metode rebus
2. Metode Sulfosalisilat
3. Carik celup

1. Pemeriksaan Protein Metode Rebus

19
Prinsip : Dengan pemanasan akan menyebabkan denaturasi protein dan terjadi
presipitasi.2,4
Bahan : urin jernih
Alat : Tabung reaksi dan lampu spiritus
Reagen : Asam asetat 6%
Cara kerja:2,4
1. Masukkan urin dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh
2. Miringkan dan panaskan bagian permukaan urin diatas api spiritus sampai
mendidih selama 30 detik
3. Amati hasilnya dan bandingkan dengan bagian bawah yang tak dipanasi sebagai
kontrol negatif
4. Apabila terjadi kekeruhan teteskan 3-5 tetes asam acetat 6%. Jika kekeruhan
hilang urin tak mengandung protein, bila kekeruhan menetap kemungkinan
protein positif.
5. Panasi lagi sampai mendidih, berilah penilaian pada kekeruhan yang menetap
tadi.
Penilaian:4
Negatif (-) : jernih
Positif (+) : kekeruhan minimal tanpa butir - butir (protein 0,01 - 0,05%)
Positif (++) : Kekeruhan nyata, butiran halus (protein 0,05 – 0,2%)
Positif (+++) : Urin keruh dan gumpalan nyata (protein 0,2 – 0,5 %)
Positif (++++) : Urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping, bergumpal dan
memadat (protein >0,5%)
Positif palsu :4
- Nukleoprotein: protein berasal dari inti leukosit yang rusak pada pemanasan dan
penambahan asam
-
Hemoglobin: berasal dari eritrosit yang rusak akibat pemanasan dan penambahan
asam.1,2
Negatif palsu : Urin terlalu encer1

2. Pemeriksaan Protein Metode Sulfosalisilat2,4


Prinsip : Penambahan asan sulfosalisilat pada urin (tanpa pemanasan) akan
menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.2
Bahan : Urin jernih dan asam

20
Alat : Tabung reaksi
Reagen : Asam sulfosalisilat 20%
Cara kerja :2,4
1. Sediakan 2 tabung reaksi berisi 2 ml urin masing-masing untuk kontrol dan test
2. Tambahkan pada tabung pertama 8 tetes reagen asam sulfosalisilat 20%
3. Bandingkan kekeruhan yang timbul antara tabung pertama dan kedua.
4. Bila tabung pertama lebih keruh daripada tabung kedua, panaskan tabung pertama
di atas nyala api sampai mendidih kemudian dinginkan.
5. Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada setelah
didinginkan berarti proteinuria positif.
6. Jika kekeruhan hilang pada waktu pemanasan tetapi muncul lagi pada waktu dingin
mungkin disebabkan oleh protein bence jones.

- Positif palsu : Bila terdapat zat kontras dan obat – obatan tertentu dengan
konsentrasi yang tinggi.1
- Bila kekeruhan yang timbul hilang dengan pemanasan, urin mungkin mengandung
urat atau karbonat.
- Negatif palsu : Urin terlalu encer.1

3. Reagen Dipstick (carik celup)


Reagen Carik celup adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas
seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa.
Strip reagen untuk protein ini menggunakan prinsip kerja protein error of indicators.1,2
Peralatan dan Pereaksi:
− Reagen Carik celup
− Wadah dengan warna standard
Spesimen: Urin sewaktu

Cara Kerja:2
1. Basahi seluruh permukaan reagen carik dengan sampel urin dan tarik carik dengan
segera, kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin.
2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik
tersebut pada kertas agar menyerap urin dibagian tersebut

21
3. Peganglah carik secara horizontal dan banding kan dengan standar warna yang
terdapat pada label wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera
pada standar carik atau dibaca dengan alat Clinitex Status
4. Catat hasilnya dalam kertas kerja.

Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus
diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet.
Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali
dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus
diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.3

Pemeriksaan Mikroskopis2,5
Metode :
1. Natif
2. Sternheimer- Malbin
Bahan : Urin pagi dan segar diperiksa dalam waktu 2 jam.
Berat jenis : minimal 1.015.
Urine sedimen dibedakan menjadi:
- Dilaporkan jumlahnya dalam LPK
- Dilaporkan jumlahnya dalam LPB
- Dilaporkan bila ada (+)

Tabel 1. Nilai Rentang Normal Pemeriksaan Mikroskopis Sedimen urine1


Komponen Jumlah Perbesaran
Sel darah merah 0-3 LPB
Sel darah putih 0-8 LPB
Silinder 0 – 2 hialin LPK
Sel epitel:
- Skuamosa Sedikit LPK
- Transisional Sedikit LPK
- Renal Sedikit LPB
Bakteri dan ragi Negatif LPB

22
Cara kerja :2,3,5
1. Metode natif:
- Centrifuge 10-15 ml urin yang sudah dicampur dengan baik dengan kecepatan 1500-
2000 rpm selama 5-10 menit
- Buang filtratnya sisakan 0,5ml selanjutnya kocok dengan hati-hati supaya sedimen
larut dan tercampur dengan rata.
- Teteskan pada kaca obyek lalu tutup dengan kaca penutup secara hati-hati dan
jangan ada gelembung udaranya,
- Periksa dibawah mikroskop dengan pemanasan 100X untuk melihat unsur sedimen
secara keseluruhan dan pembesaran 400X untuk identifikasi unsur-unsur yang ada.
2. Metode pengecatan :
Reagen : Steinheimer-malbin
Cara kerja :
- Teteskan 3 tetes cat pada sedimen yang tersedia
- Ketuk-ketuk agar cat tercampur rata, diamkan selama 3 menit. Ambil 1 tetes dan
buat preparat.
- Periksa dibawah mikroskop.
Pemeriksaan di bawah mikroskop:1,5
1. Baca sedimen di bawah mikroskop dengan pembesaran 10X untuk pembacaan epitel
dan pembesaran 40x untuk pembacaan sedimen yang lain
2. Catat hasil pada buku kerja urinalisa.

Gambar Mikroskopis Urin1,3,5

Epitel Skuamous Lekosit Eritrosit

23
Epitel Transisional Silinder Granuler Silinder Hialin

Epitel tubulus Silinder Granuler Silinder lilin

Silinder leukosit Oval Fat bodies Kristal asam urat

Cystine Ca-Oxalat Triple Phosphat

24
Yeast Pseudohifa Kristal kolesterol

DAFTAR PUSTAKA

1. Lembar S, Then Z, Wiryanto GA. Urinalisis dan pemeriksaan caitan


tubuh sederhana. Edisi pertama; WIMI. Jakarta;2013.
2. Wirawan R. Pemeriksaan cairan tubuh. Departemen patologi klinik
Fakultas Kedokteran Indonesia. Edisi pertama;2015.
3. Brunzel AN. Fundamentals of urine and body fluid analysis. Third
edition. Elsevier,2013.
4. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Dian Rakyat.
Jakarta,2008
5. Talaska F. A manual laboratory and diagnostic test. Ninth Edition.
Wolters Kluwer,2015.

25

Anda mungkin juga menyukai