Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH COVID-19 TERHADAP PROFESI GURU

M.SYAHRI
E-mail: Muhammadsyahri.lbs@Gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana pengaruh pandemi
Covid-19 terhadap profesi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar,
yaitu dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field recearce).
Metode yang dipakai adalah metode kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena
social dan masalah manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandagan responden dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Berdasarkan penelitian yang dilakukaan
maka dapat disimpulkan bahwa dimasa pandemi Covid-19 terdapat beberapa
perbedaan dalam pengelolaan pembelajaran jika dibandingkan denga sebelumnya
baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran.
Kata kunci: Pengaruh, Covid-19, Profesi Guru

Abstract
The purpose of this study is to understand how the influence of the Covid-19
pandemic on the teaching profession in carrying out its status as a teacher, namely
in planning learning, implementing learning, and evaluating learning. This
research is a field research (field recearce). The method used is a qualitative
method, which is a process of research and understanding based on methods that
investigate a social phenomenon and human problems. In this study the researcher
made a complex picture, examined words, detailed reports from the respondent's
viewpoints and conducted studies on natural situations. Based on the research
conducted it can be concluded that in the Covid-19 pandemic there were some
differences in the management of learning when compared to the previous both in
terms of planning, implementation, and evaluation of learning.
Key words: Influence, Covid-19, Teacher Profession

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini dunia dikejutkan oleh mewabahnya penyakit yang disebabkan
oleh Corona Virus yang diberi nama dengan COVID-19. Corona Virus ini
merupakan salah satu keluarga besar virus yang akibatnya seperti virus-virus
lain yaitu menyebabkan penyakit kepada orang yang terpapar oleh virus ini.
Jenis virus baru ini pada awalnya muncul dan tersebar di Wuhan Cina pada
Desember 2019, yang kemudian diberi nama Sevare Acute Respiratiry
Syindrome Corona Virus 2 (SARS-COV2), dan menyababkan penyakit Corona
Virus-2019 atau disingkat dengan COVID-19.1
Virus yang lahir di kota Wuhan ini telah menjadi ancaman kepada dunia
pada saat ini, dan sangat jelas mempengaruhi seluruh sektor yang ada, termasuk
sektor pendidikan. Kekacauan yang ditimbulkan oleh COVID-19 ini juga
dirasakan di negara kita Indonesia, serta memberi pengaruh terhadap roda
kehidupan masyarakat di Indonesia, begitu pula terhadap dunia pendidikan.
Kesulitan dalam mencegah penularan COVID-19 merupakan penyebab
dari kekacauan ini, karena kesulitan ini pemerintah berusaha dan berfikir keras
agar dapat memutus mata rantai penulran corona virus. Kebijakan demi
kebijakan bermunculan dengan harapan dapat memutus mata rantai penularan
COVID-19 ini. Social distancing atau menjaga jarak dianggap menjadi salah
satu cara yang paling ampuh untuk memutus penularan COVID-19. Kebijakan
terbilang ampuh untuk meminimalisir penularan virus, namun sayangnya
kebijakan ini menibulkan berbagai masalah baru, baik dibidang ekonomi
bahkan juga mempengaruhi dunia pendidikan.
Karena hal itu, proses pendidikan yang semula dilaksanakan di sekolah
tapi karena social distancing kegiatan sekolah dihentikan dan dialihkan ke
rumah masing-masing. Hal ini berlangsung setelah terbitnya Surat Edaran dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang ditujukan kepada
seluruh pengambil kebijakan pendidikan di setiap Kabupaten dan Kota yang
ada di Indonesia.2 Hal itu tentu juga memberikan pengaruh terhadap profesi
guru.
Ada beberapa tuntutan keprofesian guru yang harus dilaksanakan oleh
guru, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
mengevaluasi pembelajaran.
Untuk itu pada penelitian ini, peneliti mencoba menyingkap pengaruh
yang ditimbulkan oleh COVID-19 terhadap profesi guru, yang mana penelitian
ini mengarah kepada:
1. Peran guru dalam pembelajaran daring.
2. Model pembelajaran yang diterapkan pada masa COVID-19.
3. Sistem penilain.

B. Kajian Pustaka
Guru merupakan pendidik atau pengajar. Setiap guru dapat dipastikan
tugasnya mengajar atau mentransfer ilmu kepada orang lain namun setiap
pengajar atau pendidik tidak bisa dikatakan guru, karena guru merupakan salah
satu profesi yang mempunyai kualifikasi tertentu. Hal ini sesuai dengan
pengertian guru yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
yang mengatakan bahwasanya guru merupakan orang yang pekerjaannya atau
profesinya mengajar.3 Pernyataan tersebut juga senada dengan pengertian guru

1
Diakses di www.Kemenkes.go.id pada 20 Mei, pukul 22.00 WIB.
2
Diakses di www.Kemendikbud.go.id pada 21 Mei, pukul 09.21 WIB.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 469
menurut Muhammad Uzer Usman yang mengatakan bahwa guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.4
Bahkan ada beberapa kriteria khusus yang harus dimiliki oleh yang
berprofesi guru, seperti yang telah dirumuskan oleh National Education
Association (NEA) sebagai berikut;
1. Melibatkan kegiatan intelektual
2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu khusus
3. Memerlukan persiapan profesional yang lama
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
5. Menjajikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen
6. Menentukan baku (standar) sendiri
7. Lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi, dan
8. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.5
Guru juga ujung tombak pendidikan sebab guru secara langsung
berupaya mempengaruhi, mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia
yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi. Sebgaimana ujung tombak guru
dituntut memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik dan
pengajar.6
Guru sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan tentu tidak boleh
asal-asalan, karena itu bagi siapapun saja yang berprofesi sebagai guru harus
tau apa saja tugasnya dan yang paling penting harus memiliki kompetensi yang
matang sebagai guru. Adapun beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh
guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.7 Beberapa kompetensi tersebut saling berkaitan
antara satu dan lainnya, karena itu guru yang profesional harus senantiasa
mempelajari dan memahami, menghayati kompetensi tersebut secara
keseluruhan.
Seluruh kompetensi di atas tujuannya tentu untuk memudahkan guru
melaksanakan profesinya sebagai pengajar dan pendidik. Selain itu guru
porofesional juga harus menguasai media dan sumber belajar yang dibutuhkan
pada setiap situasi dan kondisi yang berbeda. Situasi dan kondisi belajar
mengajar tidak dapat diprediksi pada satu keadaan saja, misalnya pada kondisi
saat ini yang tidak diprediksi sebelumnya akan muncul penyakit yang mewabah
keseluruh penjuru dunia yang akibatnya juga dirasakan pada dunia pendidikan
karenanya pemerintah dan seluruh pengambil kebijakan harus mutuskan
memindahkan kegiatan belajar di sekolah ke rumah masing-masing, hal ini
tentu menjadi kesulitan tersendiri bagi seorang guru karena harus memutar otak
untuk melaksanakan kegiatan belajar semaksimal mungkin meskipun dengan
situasi yang berbeda dari sebelumnya. Inilah perlunya guru yang profesional
harus menguasai media dan sumber belajar yang tepat pada setiap keadaan.

4
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 1
5
Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 16
6
Nana Sudjana, Pedoman Praktis Mengajar, (Bandung: Dermaga, 2004), hlm. 2
7
Udin Syaefuddin Saud, Op. Cit., hlm. 49
C. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field recearce), yaitu riset
yang dilakukan di ranah atau medan terjadinya gejala-gejala.8 Metode yang
dipakai adalah metode kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman
yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandagan responden dan
melakukan studi pada situasi yang alami.9
Sasaran penelitian ini adalah melihat seberapa besar imbas COVID-19
terhadap profesi guru yang terus dituntut untuk tetap melaksanakan proses
pembelajaran, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan
pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran.
Data-data dikumpulkan melalui cara analisis data dokumentasi. Data
dokumentasi ini diperoleh dari pemberitaan TV Nasional, surat kabar, dan
laporan jurnalis secara online. Pemberitaan surat kabar laporan jurnalis yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang menyangkut atau menyinggung aspek
pendidikan nasional di berbagai daerah seluruh Indonesia.
Data-data yang telah ditemukan akan dilakukan analisis dengan cara:
(1) Reduksi data, yaitu membuat abstraksi seluruh data yang diperoleh dari
seluruh catatan lapangan hasil observasi wawancara dan pengkajian dokumen.
(2) Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan. (3)
Kesimpulan dan Verivikasi, data yang sudah diatur sedemikian rupa (dipolakan,
difokuskan, disusun secara sistematis) kemudian disimpulkan sehingga makna
data dapat ditemukan. Namun, kesimpulan tersebut hanya bersifat sementara
dan umum.

D. Hasil Penelitian
1. Perencanaan pembelajaran
Tidak ada alasan untuk tidak belajar, inilah yang kita rasakan pada
masa sekarang. Menyebarnya wabah COVID-19 yang bermula diakhir
tahun 2019 silam telah memberikan dampak besar terhadap kelangsungan
aktifitas manusia pada saat ini. Menyebarnya virus yang diberi nama Sevare
Acute Respiratiry Syindrome Corona Virus 2 ini telah mengubah tatanan
dunia saat ini, bahkan perubahan yang ditimbulkan tidak hanya pada satu
atau dua sektor saja, namun terjadi pada seluruh sektor yang ada dan
termasuk sektor pendidikan.
Hal serupa juga dirasakan oleh negara indonesia, desebabkan
penularan COVID-19 yang sangat cepat dan tidak pernah terduga
sebelumnya telah menimbulkan keresahan pada setiap orang. Hal ini tentu
menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, tentang bagaimana cara
menghentikan penularan COVID-19 ini sehingga melahirkan kebijakan

8
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 62
9
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) cet.1
hlm. 11
demi kebijakan. Pemerintah memualai seruan untuk menerapkan social
distancing sampai kepada penerapan PSBB disetiap daerah terpar COVID-
19.
Kebijakan ini tentu menjadi bahan kajian bagi Kementerian-
kementerian terkait, begitu pula Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dalam menerapkan social distancing membuat peraturan perencanaan
pembelajaran yang sesuai dengan protokol kesehatan saat ini. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nidiem Anwar Makarim menegaskan bahwa
pelaksanaan pendidikan dimasa COVID ini adalah dengan memprioritaskan
kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
keluarga, dan masyarakat.10
Tentang rencana pembelajaran dimasa pandemi ini Mendikbud
Nadiem Anwar Makarim menegaskan sebagai berikut:
a. Daerah yang berada di zona kuning, oranye, dan merah, dilarang
melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. Satuan
pendidikan pada zona-zona tersebut tetap melaksanakan pembelajaran
dari Rumah.
b. Daerah yang terdapat pada zona hijau maka pembelajaran boleh
dilaksanakan tatap muka, dan dilakukan secara sangat ketat dengan
persyaratan berlapis sebagai berikut:
1) Keberadaan satuan pendidikan yang akan melaksanakan
pembelajaran secara tatap muka harus benar-benar dapat dipastikan
berada pada zona hijau.
2) Pembelajaran tatap muka boleh dilaksanakan seperti yang dikatakan
pada poin a di atas jika pemerintah daerah atau Kantor
Wilayah/Kantor Kementerian Agama memberi izin.
3) Jika satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa dan
siap melakukan pembelajaran tatap muka.
4) Orang tua/wali murid menyetujui putra/putrinya melakukan
pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan.11
Itulah beberapa rencana pembelajaran dimasa pandemi ini yang
harus di taati. Nadiem Anwar Makarim juga menegaskan jika salah satu
syarat untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka seperti yang sudah
dijelaskan di atas tadi tidak terpenuhi maka keseluruhan kegiatan
pembelajaran di alihkan kerumah masing-masing.
2. Pelaksanaan pembelajaran
a. Pembelajaran luring (Luar jaringan)
Idealnya pembelajaran dilaksanakan di ruangan kelas, yaitu
siswa dan guru berada pada satu ruangan dalam rangka melaksanakan
proses belajar mengajar. Pembelajaran dengan cara tatap muka antara
guru dengan siswa diyakini lebih efektif dan efisien terhadap hasil
belajar siswa, dan lebih memudahkan guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran.

10
Diakses di www.Kemendikbud.go.id pada 16 Juni, Pukul 14.21 WIB.
11
Ibid
Melaksanakan proses belajar mengajar secara tatap muka sudah
menjadi aktifitas biasa bagi guru, bahkan dalam pelaksanaannya bisa
dikatakan tidak ada kendala yang serius. Namun pada saat pandemi ini
banyak yang berprofesi sebagai guru harus berfikir keras bagaimana
dalam melaksanakan pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang
tidak normal seperti saat ini.
Terbitnya surat edaran Kemendikbud tentang pelaksanan
pembelajaran di masa pandemi COVID saat ini yang mengahruskan
menghindari kerumanan atau biasa dikatakan cosial distancing, hal ini
dilaksanakan dalam rangka usaha meminimalisir penularan wabah
COVID-19. Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan protokol
kesehatan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentu menjadi
masalah baru bagi yang berprofesi sebagai guru, karena yang awalnya
guru cukup pergi ke sekolah untuk menyampaikan materi pembelajaran
kepada sisiwa namun pada saat ini pendidikan harus dialihkan ke rumah
masing-masing.
Dengan keadaan seperti ini maka guru harus lebih bijak dalam
melaksanakan proses pembelajaran, ada beberapa terobosan cara yang
dapat dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajan
kepada siswa dimasa pandemi saat ini. Sebagai salah satu caranya iyalah
pelaksanaan pembelajaran lurinng (pembelajaran luar jaringan).
Pembelajaran luring atau pembelajaran luar jaringan ialah
dimana seorang guru menyampaikan pembelajaran dengan cara door to
door atau rumah kerumah. Pada pelaksanaan pembelajaran luring ini
guru dituntut untuk menemui siswanya satu per satu ke rumah masing-
masing dalam rangka menyampaikan meteri pelajaran kepada siswanya.
Proses pelaksanaan pembelajaran luring sedikit merepotkan
guru daripada biasanya, namun meskipun demikian hal ini merupakan
salah satu tuntutan keprofesionalan guru yang harus memenuhi
tanggung jawabnya dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa. Pembelajaran luring ini tidak harus dilakukan oleh setiap guru,
karena pembelajaran luring dilaksanakan sesuai keadaan daerah sekolah
masing-masing, jika pada daerah tempat sekolah itu terdapat jaringan
internet dan memungkinkan seluruh siswa memenuhi akses untuk
melaksanakan pembelajaran daring atau belajar online maka lebih
dianjurkan belajar daring. Namun lain ceritanya dengan keadaan
sekolah yang berada pada daerah yang tidak memenuhi akses untuk
melaksanakan belajar daring, keadaan yang seperti inilah guru dituntut
untuk melaksanakan pembelajaran luring.
Sebagai contoh dalam pelaksanaan pembelajaran luring yaitu
seperti yang telah dilakukan oleh seorang guru Pendidikan Agama Islam
di SD Negeri Sikilang Pasaman Barat yang bernama Yudefrizal, S. Pd.
I. Dalam memenuhi tuntutan profesinya sebagai guru Yudefrizal harus
rela mendatangi rumah siswanya satu per satu dalam rangka
menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini dilakukan karena pada
daerah setempat tidak memungkinkan untuk melaksanakan
pembelajaran daring, selain akses jaringan yang tidak memadai
ditambah lagi dengan keadaan siswanya yang tidak memiliki alat
komunikasi yang dapat digunakan belajar online.
Selain dengan cara door to door pembelajaran luring juga dapat
dilakukan dengan cara menempelkan materi pembelajaran ditempat
yang besar kemungkinannya siswa bisa melihatnya. Materi
pembelajaran bisa ditempelkan di gerbang sekolah, tempat ibadah dan
tempat-tempat keramaiyan lainnya. Setelah materi di tempelkan maka
harus di evaluasi minimal satu kali satu minggu sehingga bisa dipastikan
siswa mebaca dari materi yang ditempelkan tersebut.
Contoh dalam pelaksanaan pembelajaran luring dengan cara
menempel materi pembelajaran di tempat-tempat keramaian ialah
seperti yang dilakukan oleh seorang guru Pendidikan Agama Islam di
SMP 6 Kinali Pasaman Barat yang bernama Ahamad Gozali, M.Pd.
usaha menyampaikan materi pembelajaran kepada siswanya Ahmad
Gozali harus pergi ke tempat-tempat keramaiyan dan menempelkan
materi pembelajarannya dengan harapan sisiwanya bisa melihat,
membaca dan mempelajarinya. Selain itu dia juga melakukan evaluasi
terhadap materi tersebut.
Adapun cara lain yang dapat dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran pada pembelajaran luring yaitu
dengan cara merangkap seluruh materi pembelajaran di awal
diterapkannya peraturan tentang sekolah dari rumah masing-masing.
Dimana seorang guru merangkap seluruh materi pembelajaran dan
mebagikannya kepada setiap siswa sebagai bahan pelajaran bagi siswa
dirumah dan dibimbing oleh orang tua atau wali masing-masing, dan
kemudian dievaluasi oleh guru pada ujian semester.
b. Pembelajaran daring
Semenjak mewabahnya COVID-19 hingga ke Indonesia
Kemendikbut RI membuat peraturan tentang bentuk strategi
pelaksanaan pendidikan di Indonesi dengan memindahkan kegiatan
pendidikan ke rumah masing-masing, dengan terbitnya surat edaran
Kemendikbud pada 17 mei 2020 maka seluruh kegiatan yang
dilaksanakan dihentikan. Adapun himbauan Kemendikbut yang terdapat
pada surat edaran tersebut sebagai berikut:
1) Menjaga pegawai, mahasiswa, siswa, guru, dan dosen mengikuti
protokol pencegahan COVID-19 yang disampaikan kantor staf
presiden.
2) Memastikan bahwa pengendalian, kewaspadaan dan penanganan
penyebaran COVID-19 di unit kerjanya telah dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan surat edaran menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 2 Tahun 2020 dan Nomor 3 tahun 2020 tentang
pencegahan dan penanganan Corona Virus Disease (COVID-19
tanggal 9 Maret 2020.
3) Menunda penyelenggaraan yang mengundang banyak peserta atau
menggantinya dengan video conference atau komunikasi daring
lainnya.
4) Khusus daerah yang sudah terdampak COVID-19 berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a) Memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah bagi
siswa dan mahasiswa;
b) Pegawai, guru, dan dosen melakukan aktifitas bekerja, mengajar
atau memberi kuliah dari rumah (Bekerja Dari Rumah/BDR)
melalui video conferencem, digital documents, dan sarana
daring lainnya. Sebagai informasi, berbagai lembaga penyedia
telah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, menyediakan sarana pembelajaran daring secara
gratis sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari surat edaran ini;
c) Pelaksanaan BDR tidak mempengaruhi tingkat kehadiran
(dipandang sama seperti bekerja di kantor, sekolah, atau
perguruan tinggi), tidak mengurangi kinerja, dan tidak
mempengaruhi tunjangan kinerja; dan
d) Apabila harus datang ke kantor/kampus/sekolah sebaiknya tidak
menggunakan sarana kendaraan umum yang bersifat massal.
5) Pimpinan satuan kerja mmelakukan kerja dengan dinas kesehatan
setempat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan apabila ada
pegawai/ mahasiswa/ siswa yang mengalami gejala sesak nafas,
demam, dan batuk.
6) Pimpinan satuan kerja membuat pedoman pelaksanaan BDR dan
pembelajaran daring di sesuaikan dengan kebutuhan setempat.12
Surat edaran di atas jelas menghimbau untuk tidak berada pada
kerumunan manusia dan tidak menciptakan kerumunan. Sebenarnya
sudah bisa difahami bahwa melaksanakan aktifitas pendidikan seperti
biasa dilarang karena menciptakan kerumunan massa, namun meskipun
demikian pada surat edaran tersebut masih ditegaskan himbauan untuk
tidak melaksanakan kegiatan pendidikan seperti biasa yaitu dengan cara
memindahkan kegiatan pembelajaran ke rumah masing-masing.
Tak ubahnya seperti pembelajaran luring seperti yang sudah
dijelaskan di atas tadi pembelajaran daring juga menjadi salah satu opsi
dalam rangka melaksanakan kegiatan pendidikan di masa pandemi
Covid saat ini. Dengan demikian meskipun tidak bisa melakukan tatap
muka tetapi masih bisa untuk melanjutkan pembelajaran meskipun
melalui jaringan.
Adapun cara pelakasanaan pembelajaran daring seperti yang
sudah dibunyikan pada surat KemendiKbud tersebut adalah dengan

12
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesi, Surat Edaran “Pembelajaran
Secara daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Coraona
Virus Disease (Covid-19)” Nomor 36962/MPK.A/HK/2020
menggunakan Aplikasi-Aplikasi tertentu, misalnya group Whats App,
Video Zoom, Google class, dan sebagainya.
3. Evaluasi pembelajaran
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pada pandemi Covid-19 jauh
berbeda dengan pelaksanaan evaluasi pembelajaran sebelumnya. Pada masa
pandemi corona ini, setiap kegiatan sekolah harus mengikuti protokol
kesehatan guna mencegah dan memutus penularan wabah Covid-19.
Adapun pelaksanaan evaluasi pada masa Covid-19 baik itu
penentuan kelulusan maupun kenaikan kelas mengacu kepada peraturan
mendikbud surat edaran nomor 4 tahun 2020.
a. Penentuan kelulusan
Sesuai dengan aturan Mendikbud penentuan kelulusan pada
masa pandemi ini dilaksanakan dengan cara berikut:
1) Kelulusan Sekolah Dasar/ sederajat ditentukan berdasarkan rata-rata
nilai rapor 5 semester sebelumnya yaitu nilai rapor dari semester
satu kelas empat sampai semester satu kelas enam.
2) .kelulusan Sekolah Menengah Pertama/ sederajat dan Sekolah
Menengah Atas/ sederajat juga ditentukan dengan mengacu kepada
nilai rapor lima semester sebelumnya.
3) Kelulusan Sekolah menengah Kejuruan/ sederajat ditentukan
berdasarkan nilai rapor, praktik kerja lapangan, portofolio dan nilai
praktik selama lima semester akhir.
b. Penentuan kenaikan kelas
Penentuan kenaikan kelas peserta didik pada masa pandemi
Covid-19 tidak perlu mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara
menyeluruh. Dalam pelaksanaan menentukan kenaikan kelas peserta
didik dapat dilakukan dengan bentuk portofolio nilai rapor dan prestasi
yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes daring, dan bentuk asesmen
jarak jauh lainnya.

E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan seperti berikut. Pertama,
rencana pelaksanaan pembelajaran pada masa Covid-19 harus sesuai dengan
aturan yang diterbitkan oleh Mendikbud yaitu, rencana pelaksanaan
pembelajaran tatap muka atau ditentukan dengan keadaan zona daerah masing-
masing. Kedua, pelaksanaan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19
dengan cara luring dan daring, sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan
daerah masing-masing, jika tidak memungkinkan untuk belajar daring maka
guru harus melakukan belajar luring dengan cara seperti yang sudah dijelaskan
di atas. Ketiga, pelaksanaan evaluasi pembelajaran juga mengacu kepada
peraturan Mendikbud nomor 4 tahun 2020.
Daftar Kepustakaan

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa indonesia Pusat


Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Diakses di www.Kemendikbud.go.id
Diakses di www.Kemenkes.go.id
Hadi Sutrisno. 2000. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesi, Surat Edaran “Pembelajaran
Secara daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan
Penyebaran Coraona Virus Disease (Covid-19)” Nomor
36962/MPK.A/HK/2020
Sudjana Nana. 2004. Pedoman Praktis Mengajar. Bandung: Dermaga.
Syaefuddin Udin Saud. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung:
Alfabeta.
Uzer Muhammad Usman. 2002. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai