ABSTRAK
ABSTRACT
The aim of this study to test the differences of the ability to expressing opinions scores of the
students between before and after applied self-instruction technique to eight grade students of
SMPN 40 Surabaya. Type of this research is a pre-experimental design research with pre-test type
of post-test one group design, while the subjects of the research consists of eight students of class
VIII-F that is known to have a low ability to express their opinion.
Methods used to collect the data about students who have low ability to express their
opinions is by using a questionnaire who has spread for 31 students from class VIII-F. The data
analysis technique used is sign test. And was detected the result of analysis test sign shows that a
positive sign ( + ) were 8 so N (the number of a sign that is a little more) is 0. Then it was consulted
on the binominal test table with provisions N = 8 and x = 0 with α = 5% so obtained ρ = 0,004. It
can be concluded that 0,004 < 0,05 thus refuse Ho and accepted Ha. Also based on the average of
the pre-test score of 104,75 and the average of post-test score of 143,87. It proven that there was a
difference in the number of the student scores obtained by the student with the low ability to express
their opinions after given self-instruction technique to the eight grade students of SMPN 40
Surabaya.
proses pembelajaran, seorang guru hendaknya apabila di kelas. Hal tersebut dapat terlihat saat
dapat mengembangkan proses pembelajaran siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di
aktif, sehingga dapat terwujudnya partisipasi sekolah. Sebagian siswa masih merasa malu
aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar. dalam mengutarakan pendapatnya pada saat di
Dengan adanya partisipasi siswa yang optimal kelas saat diminta untuk berpendapat atau
maka pengalaman belajar akan tercapai secara mengajukan pertanyaan bagi materi yang belum
efektif dan efisien. Jadi, proses pembelajaran dipahami oleh siswa. Mereka tidak mampu
aktif dapat terlaksana apabila seorang guru dapat untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam
berperan aktif dalam melibatkan interaksi kelas karena mereka beranggapan bahwa dirinya
dengan siswa selama proses belajar mengajar kurang pintar sehingga siswa akan merasa
berlangsung. kurang percaya diri dan sulit untuk
Pada penelitian ini, obyek yang akan mengungkapkan diri saat maju di depan kelas.
diteliti adalah tentang siswa SMP yang rata-rata Selain itu siswa yang memiliki sifat introvert
berusia 12-15 tahun dan mereka memiliki (tertutup), cenderung terlihat diam dan enggan
permasalahan berkenaan dengan mengemukakan bercerita dengan teman sekelasnya. Rasa kurang
pendapat. Permasalahan bagi tiap individu percaya diri pada siswa menjadikan
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik terbentuknya sebuah kelompok antara siswa
permasalahan yang berhubungan langsung sehingga siswa kurang memiliki rasa terbuka
dengan dirinya maupun dengan orang lain. Hal dengan temannya. Kondisi tersebut
itu timbul karena adanya komunikasi yang menyebabkan sebagian siswa kurang mampu
terhambat. Tiap manusia harus berusaha untuk mengungkapkan perasaan maupun
mengungkapkan perasaan maupun pendapat pendapatnya sehingga menyebabkan
yang ada dalam dirinya untuk meringankan keterbukaan diri siswa terhambat.
permasalahan yang dihadapinya, begitupun Kondisi mengenai siswa kelas VIII di
dengan remaja dan dalam hal ini siswa SMP SMP Negeri 40 Surabaya perlu ditingkatkan
yang sedang mengikuti pelajaran di kelas. agar siswa mampu mengungkapkan
Pendapat tersebut itu dapat diungkapkan baik pendapatnya terhadap setiap individu, terutama
kepada teman maupun guru saat proses saat berada di sekolah. Apabila kemampuan
pembelajaran berlangsung. mengungkapkan pendapat siswa tidak
Kemampuan mengungkapkan pendapat ditingkatkan maka dampak yang diperoleh
dipengaruhi oleh keterbukaan diri siswa, dan adalah siswa akan mengalami kesulitan dalam
menurut (Sujanto, dkk 2004:8), keterbukaan diri menyesuaikan diri dengan orang lain baik di
pada siswa dipengaruhi oleh lingkungan lingkungan sekolah, keluarga maupun
keluarga, masyarakat, dan sekolah. Cara didik masyarakat. Berdasarkan gambaran diatas,
keluarga yang dimaksud disini adalah cara didik masalah kurangnya kemampuan mengemukakan
orang tua. Cara didik orang tua bagi siswa pendapat siswa harus segera diatasi, maka dari
sangat berpengaruh terhadap tingkat itu peneliti berencana memberikan bantuan
keterbukaan diri siswa baik di sekolah. Karena konseling kepada siswa yang memiliki
pendidikan pertama yang didapat siswa adalah kemampuan mengemukakan pendapat rendah.
dari orang tua. Cara didik keluarga yang otoriter Dalam pelaksanaan konseling, konselor
dapat mempengaruhi kejiwaan siswa sehingga perlu menerapkan suatu teknik yang dapat
siswa sulit mengungkapkan perasaannya. Disisi membantu siswa untuk meningkatkan
lain, lingkungan masyarakat yang individual kemampuan mengemukakan pendapatnya.
mengakibatkan siswa tidak memiliki hubungan Dalam hal ini konselor menerapkan teknik self-
antar siswa lain dan hubungan siswa dengan instruction untuk meningkatkan kemampuan
guru bimbingan dan konseling. Hubungan teman mengemukakan pendapat siswa. Hal ini karena
sebaya yang kurang baik menyebabkan siswa teknik self-instruction adalah merupakan suatu
merasa terkucil, sehingga siswa mengalami teknik yang dapat membantu siswa untuk
kesulitan dalam pergaulan dan menghambat mengganti pikiran-pikiran negatif yang muncul
proses pembelajaran baik secara individu menjadi pikiran-pikiran positif yang bersifat
maupun kelompok. Hal ini tidak dapat terus rasional dengan tujuan mengubah perilaku siswa
dibiarkan, karena siswa membutuhkan proses tersebut. Self-instruction dapat digunakan untuk
pembelajaran yang baik agar dapat memberikan perintah atau memberi petunjuk
memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. dan nasihat pada diri sendiri dalam menentukan
Berdasarkan fenomena yang terjadi di sikap ataupun mengambil keputusan. Dapat
SMP Negeri 40 Surabaya dari hasil interview disimpulkan bahwa teknik self-instruction
(wawancara) dengan guru bimbingan dan merupakan teknik verbalisasi diri dengan
konseling untuk siswa kelas VIII pada tanggal mengganti pikiran negatif menjadi pikiran
16 November 2015, masih banyak terdapat positif melalui berbagai tahapan untuk
siswa yang malu mengungkapkan pendapat memperbaiki perilaku.
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya
No. Nama Pre- Post- Arah Tanda Keterangan 5. Membandingkan hasil pre-test dan
test test post-test untuk mengetahui
Perbedaa perbedaan skor yang timbul
( ) ( ) n setelah diberikan perlakuan
konseling dengan teknik self-
1. ACDR 107 133 > + Meningkat instruction dengan menggunakan
rumus t-test atau uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. AM 105 132 > + Meningkat
1. Data Hasil Pre-test dan Post-test
3. MAM 105 143 + Meningkat Pengukuran awal (pre-test) dilakukan
>
pada tanggal 10 Juni 2016 dengan menyebarkan
4. MIR 107 143 + Meningkat angket kemampuan mengemukakan pendapat
>
yang telah divalidasi pada kelas VIII-F dengan
5. NH 107 155 > + Meningkat jumlah 31 siswa. Diketahui 8 siswa yang
memperoleh skor dalam kategori rendah.
6. PAH 108 131 > + Meningkat Selanjutnya diberika perlakuan teknik self-
instruction kepada mereka. Kemudia dilakukan
7. RDW 91 146 > + Meningkat pengukuran kembali (post-test) untuk
mengetahui perbedaan skor antara sebelum dan
8. VOS 108 168 > + Meningkat sesudah diberikan perlakuan.
Berikut tabel hasil analisis perbedaan
Rata-rata 104,75 143,875 skor pre-test dan post-test pada siswa :
b. Subyek AM
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
perlakuan perlakuan
konseling. Ketika konseli kepada guru. Menurut Sebelum mendapat Sesudah mendapat
menceritakan masalahnya, konseli pada awalnya perlakuan perlakuan
konseli mengaku tidak memang sulit, konseli tidak
berani untuk menjawab tahu harus menjawab apa, saat konselor melatihkan yang muncul dengan
pertanyaan dari guru akan tetapi dia terus teknik self-instruction . pikiran yang lebih positif,
karena takut salah dan memberanikan diri dan Konseli menceritakan konseli menyadari dia
juga terkadang memang melawan pikiran negatif bahwa dia termasuk jarang hanya kurang
karena tidak mengetahui yang muncul. Akhirnya untuk bertanya atau memberanikan diri untuk
jawaban dari pertanyaan konseli sering berlatih mengajukan pertanyaan di bertanya, padahal hal
guru tersebut. Konseli selama proses konseling, dalam kelas karena malu tersebut merugikan dirinya.
selalu beranggapan bahwa dan mencoba terhadap teman-teman Seperti disaat dia tidak
apabila jawabannya salah, mempraktekkannya di sekelasnya. Konseli memahami suatu pelajaran,
maka guru tersebut akan kelas. Konseli berhasil cenderung tidak percaya maka apabila dia tidak
tidak menyukainya atau mengatasi rasa diri untuk berbicara di bertanya, maka dia tidak
menyalahkannya. Maka ketakutannya dan berani depan umum, dalam hal akan memahami pelajaran
dari itu konseli lebih bertanya kepada guru. ini dikelas. Konseli merasa tersebut seterusnya.
memilih diam saja. kesulitan untuk Akhirnya konseli selalu
mengungkapkan apa yang serius dalam berlatih self-
ada dalam pikirannya, instruction dan mampu
makanya dia cenderung menginstruksikan diri
d. Subyek MIR diam saja selama kegiatan untuk lebih berani bertanya
belajar di kelas. dan aktif didalam kelas.
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
Konseli merasa bangga
perlakuan perlakuan
akan dirinya yang mampu
Selama di kelas, konseli Setelah diberikan latihan mengatasi rasa kurang
paling tidak suka apabila mengenai self-instruction, percaya dirinya sehingga
ditanyai oleh guru yang konseli mulai mau untuk berani bertanya didalam
sedang mengajar di kelas. berlatih mengubah pikiran kelas.
Sejujurnya konseli negatifnya. Selama ini dia
mengaku tidak mengetahui malu-malu untuk
jawaban dari pertanyaan menjawab pertanyaan
f. Subyek PAH
yang diajukan oleh guru. guru, dia menyadari bahwa
Hal tersebut dikarenakan sebenarnya tidak baik Sebelum mendapat Sesudah mendapat
dia jarang belajar dirumah. melakukan hal tersebut. perlakuan perlakuan
Dia malu karena tidak bisa Hal tersebut hanyalah
menjawab pertanyaan yang ketakutannya sendiri dan Masalah yang dihadapi Konseli berlatih untuk
diajukan guru. Konseli dipicu oleh perilakunya konseli hampir sama mengubah self-statement
lebih sering yang tidak belajar terlebih dengan yang dialami negatif yang muncul ketika
menggelengkan kepala dahulu dirumah. subyek AM. selama proses konseling.
apabila ditunjuk oleh guru. Konselipun mampu Hal tersebut juga telah
mengatasi hal tersebut, dan Konseli enggan untuk konseli coba terapkan
dia memberanikan diri menjawab atau bertanya selama di kelas. Akhirnya
untuk menjawab setiap dengan guru di kelas konseli menyadari bahwa
pertanyaan yang diajukan dikarenakan di masa lalu kejadian yang lalu sudah
oleh guru. Entah dia bisa dia pernah ditertawakan berlalu dan pastinya dengan
atau tidak, yang pasti dia oleh teman-teman lingkungan dan teman-
telah berusaha melawan sekelasnya ketika dia salah teman yang berbeda,
pikiran negatif yang dalam menjawab konseli mampu untuk
muncul. pertanyaan guru. Hal bertanya atau menjawab
tersebut yang membekas pertanyaan yang diberikan
dalam ingatannya dan guru tanpa takut salah lagi.
membuat dia enggan Konseli merasa lega dapat
e. Subyek NH untuk aktif selama proses mem-praktekkannya di
belajar di kelas. kelas meskipun dia masih
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
agak gugup untuk bertanya.
perlakuan perlakuan
Elisa. (2005). Cognitive Behavioral Therapy. (online). Sugiyarti, Rina. 2009. Meningkatkan Keterbukaan Diri
Tersedia: Dalam Mengemukakan Pendapat Melalui
elisa1.ugm.ac.id/files/neila_psi/TAQEB3cN/CBT. Layanan Bimbingan Kelompok Kepada Beberapa
doc. (diakses 05 Januari 2016) Siswa Kelas XI di SMAN 14 Semarang Tahun
Ajaran 2009/2010, Skripsi. Semarang; FIP
Faridah, Yuni Nur. 2005.Penggunaan Strategi Universitas Negeri Semarang.
Pengubahan Pola Berpikir Untuk Mengurangi
Kecemasan Dalam Mengemukakan Pendapat Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Penceng. dan R & D. Bandung : Alfabeta
Skripsi tidak diterbitkan, Surabaya : Jurusan Tarigan dkk. 1998. Pengembangan Ketrampilan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, Unesa. Berbicara. Jakarta : Depdikbud.
Fudyartanta, Ki. (2011). Psikologi Umum. Yogyakarta : Tim. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pustaka Belajar. Balai Pustaka.
Goleman, Daniel. 2001. Mengapa Kecerdasan Emosi Tim. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Lebih Penting Daripada Kecerdesan Intelektual. Balai Pustaka.
Hernaya T, Penerjemah, Jakarta : Gramedia.
Werhadiantiwi, Pradita A. 2014. Penerapan Konseling
Hadi, Sutrisno. 2001. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Kelompok Dengan Teknik Self Instruction Untuk
Yogyakarta. Mengurangi Tingkat Glossophobia Pada Siswa
Kelas XI IPS-1 di SMA Negeri 1 Gedangan,
Ilfiandra (2002). Program Pelatihan untuk Membantu Skripsi. Surabaya; Fakultas Ilmu Pendidikan
Guru yang Mengalami Kejenuhan Kerja. Tesis Unesa.
PPS UPI Bandung. (Tidak diterbitkan)
Kuntari, Uni. 2012. Penerapan Strategi Cognitive Widiyanti, Ayu. 2013. Keefektifan Teknik Self-Instruction
Restructuring Dan Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Self-Efficacy dalam Belajar
Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang. Skripsi.
mengungkapkan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII Malang; Fakultas Ilmu Pendidikan UM.
SMP Islam Jiwanala Surabaya tahun Ajaran http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-
2011-2012, Skripsi. FIP, Unesa. Psikologi/article