Anda di halaman 1dari 9

Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 40 Surabaya

PENERAPAN TEKNIK SELF-INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 40 SURABAYA

THE IMPLEMENTATION OF SELF-INSTRUCTION TECHNIQUE TO INCREASE THE


ABILITY TO EXPRESSING OPINION ON EIGHT GRADE STUDENT
OF SMPN 40 SURABAYA

Isna Muftiana Yunan


Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
isna.habibiyunan@gmail.com

Denok Setiawati, M.Pd., Kons.


Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
prodi_bk_unesa@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan skor kemampuan mengemukakan


pendapat siswa antara sebelum dan sesudah diterapkan teknik self-instruction pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya. Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen design dengan jenis
pre-test post-test one grup design, sedangkan subyek penelitiannya terdiri dari 8 siswa kelas VIII-F
yang diketahui memiliki kemampuan mengemukakan pendapat yang rendah.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang siswa yang memiliki
kemampuan mengemukakan pendapat yang rendah adalah dengan menggunakan angket yang telah
disebar kepada 31 siswa di kelas VIII-F. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji tanda. Dan
diketahui hasil dari analisis uji tanda menunjukkan bahwa tanda positif (+) berjumlah 8 sehingga N
(banyaknya tanda yang lebih sedikit) adalah 0. Kemudian dikonsultasikan dengan tabel tes
binominal dengan ketentuan N = 8 dan x = 0 dengan α = 5% maka diperoleh ρ = 0,004. Dapat
disimpulkan bahwa 0,004 < 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Juga berdasarkan
rata-rata skor pre-test sebesar 104,75 dan rata-rata skor post-test sebesar 143,87. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah skor yang diperoleh siswa yang memiliki
kemampuan mengemukakan pendapat yang rendah sesudah diberikan teknik self-instruction pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Surabaya.

Kata kunci : Teknik self-instruction, kemampuan mengemukakan pendapat


Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF SELF-INSTRUCTION TECHNIQUE TO INCREASE THE


ABILITY TO EXPRESSING OPINION ON EIGHT GRADE STUDENT
OF SMPN 40 SURABAYA

The aim of this study to test the differences of the ability to expressing opinions scores of the
students between before and after applied self-instruction technique to eight grade students of
SMPN 40 Surabaya. Type of this research is a pre-experimental design research with pre-test type
of post-test one group design, while the subjects of the research consists of eight students of class
VIII-F that is known to have a low ability to express their opinion.
Methods used to collect the data about students who have low ability to express their
opinions is by using a questionnaire who has spread for 31 students from class VIII-F. The data
analysis technique used is sign test. And was detected the result of analysis test sign shows that a
positive sign ( + ) were 8 so N (the number of a sign that is a little more) is 0. Then it was consulted
on the binominal test table with provisions N = 8 and x = 0 with α = 5% so obtained ρ = 0,004. It
can be concluded that 0,004 < 0,05 thus refuse Ho and accepted Ha. Also based on the average of
the pre-test score of 104,75 and the average of post-test score of 143,87. It proven that there was a
difference in the number of the student scores obtained by the student with the low ability to express
their opinions after given self-instruction technique to the eight grade students of SMPN 40
Surabaya.

Key word : Self-instruction technique, the ability to expressing opinions

PENDAHULUAN Menurut (Kwastuti, 2010),


Manusia dalam menjalani meningkatkan keterampilan sosial remaja yang
kehidupannya tidak hanya bergantung pada diri kurang popular atau kurang aktif penting
sendiri. Manusia tidak akan bisa memenuhi dilakukan untuk tidak hanya memfokuskan pada
kebutuhannya sehari-hari sendiri, sedikit atau perilaku-perilaku yang membuat mereka tidak
banyak pasti akan membutuhkan orang lain. Hal aktif. Guru perlu mengembangkan keterampilan
ini karena setiap tindakan yang akan dilakukan sosial mereka secara umum, karena mereka
oleh seorang manusia pasti berhubungan dengan mungkin juga kurang memiliki ketrampilan
orang lain. Manusia dengan kodratnya sebagai sosial lain dan mengalami kesulitan untuk
makhluk sosial, yaitu manusia tidak dapat hidup memahami cara merespon berbagai macam
seorang diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk situasi sosial. Kurangnya ketrampilan siswa di
berinteraksi dengan manusia lainnya. kelas, salah satunya adalah sikap malu. Malu
Sehubungan dengan hal diatas, remaja adalah perasaan yang pada tingkat tertentu
merupakan manusia yang juga memiliki dimiliki semua anak, tetapi bila menjadi begitu
kebutuhan akan bersosialisasi terhadap orang luas dapat menghambat perkembangan sosial
lain dan lingkungan sekitar. Remaja dalam anak. Sikap pemalu pada anak dapat di tangani
menjalani kehidupannya perlu bersosialisasi dengan cukup melalui tanda-tanda seperti
agar mampu melakukan interaksi dengan orang menghindari tatapan mata serta sikap bungkam
lain dan mampu beradaptasi. Pada usia remaja, secara verbal atau berdiam diri secara fisik.
kehidupan mereka lebih banyak dihabiskan di Anak-anak pemalu sering bicara dengan suara
lingkungan sekolah guna menuntut ilmu. Dan sangat pelan dan ragu-ragu.
pada dasarnya terdapat remaja yang telah Pada saat ini, salah satu masalah yang
memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
dan juga terdapat remaja dengan kemampuan lemahnya proses pembelajaran (Wina Sanjaya,
bersosialisasi yang kurang. Sedangkan pada saat 2009:1). “Pembelajaran adalah proses interaksi
ini, siswa dituntut untuk dapat berperan aktif peserta didik dan sumber belajar pada suatu
dalam kegiatan belajar selama berada di sekolah. lingkungan belajar” (UU 20/2003). Dalam
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

proses pembelajaran, seorang guru hendaknya apabila di kelas. Hal tersebut dapat terlihat saat
dapat mengembangkan proses pembelajaran siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di
aktif, sehingga dapat terwujudnya partisipasi sekolah. Sebagian siswa masih merasa malu
aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar. dalam mengutarakan pendapatnya pada saat di
Dengan adanya partisipasi siswa yang optimal kelas saat diminta untuk berpendapat atau
maka pengalaman belajar akan tercapai secara mengajukan pertanyaan bagi materi yang belum
efektif dan efisien. Jadi, proses pembelajaran dipahami oleh siswa. Mereka tidak mampu
aktif dapat terlaksana apabila seorang guru dapat untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam
berperan aktif dalam melibatkan interaksi kelas karena mereka beranggapan bahwa dirinya
dengan siswa selama proses belajar mengajar kurang pintar sehingga siswa akan merasa
berlangsung. kurang percaya diri dan sulit untuk
Pada penelitian ini, obyek yang akan mengungkapkan diri saat maju di depan kelas.
diteliti adalah tentang siswa SMP yang rata-rata Selain itu siswa yang memiliki sifat introvert
berusia 12-15 tahun dan mereka memiliki (tertutup), cenderung terlihat diam dan enggan
permasalahan berkenaan dengan mengemukakan bercerita dengan teman sekelasnya. Rasa kurang
pendapat. Permasalahan bagi tiap individu percaya diri pada siswa menjadikan
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik terbentuknya sebuah kelompok antara siswa
permasalahan yang berhubungan langsung sehingga siswa kurang memiliki rasa terbuka
dengan dirinya maupun dengan orang lain. Hal dengan temannya. Kondisi tersebut
itu timbul karena adanya komunikasi yang menyebabkan sebagian siswa kurang mampu
terhambat. Tiap manusia harus berusaha untuk mengungkapkan perasaan maupun
mengungkapkan perasaan maupun pendapat pendapatnya sehingga menyebabkan
yang ada dalam dirinya untuk meringankan keterbukaan diri siswa terhambat.
permasalahan yang dihadapinya, begitupun Kondisi mengenai siswa kelas VIII di
dengan remaja dan dalam hal ini siswa SMP SMP Negeri 40 Surabaya perlu ditingkatkan
yang sedang mengikuti pelajaran di kelas. agar siswa mampu mengungkapkan
Pendapat tersebut itu dapat diungkapkan baik pendapatnya terhadap setiap individu, terutama
kepada teman maupun guru saat proses saat berada di sekolah. Apabila kemampuan
pembelajaran berlangsung. mengungkapkan pendapat siswa tidak
Kemampuan mengungkapkan pendapat ditingkatkan maka dampak yang diperoleh
dipengaruhi oleh keterbukaan diri siswa, dan adalah siswa akan mengalami kesulitan dalam
menurut (Sujanto, dkk 2004:8), keterbukaan diri menyesuaikan diri dengan orang lain baik di
pada siswa dipengaruhi oleh lingkungan lingkungan sekolah, keluarga maupun
keluarga, masyarakat, dan sekolah. Cara didik masyarakat. Berdasarkan gambaran diatas,
keluarga yang dimaksud disini adalah cara didik masalah kurangnya kemampuan mengemukakan
orang tua. Cara didik orang tua bagi siswa pendapat siswa harus segera diatasi, maka dari
sangat berpengaruh terhadap tingkat itu peneliti berencana memberikan bantuan
keterbukaan diri siswa baik di sekolah. Karena konseling kepada siswa yang memiliki
pendidikan pertama yang didapat siswa adalah kemampuan mengemukakan pendapat rendah.
dari orang tua. Cara didik keluarga yang otoriter Dalam pelaksanaan konseling, konselor
dapat mempengaruhi kejiwaan siswa sehingga perlu menerapkan suatu teknik yang dapat
siswa sulit mengungkapkan perasaannya. Disisi membantu siswa untuk meningkatkan
lain, lingkungan masyarakat yang individual kemampuan mengemukakan pendapatnya.
mengakibatkan siswa tidak memiliki hubungan Dalam hal ini konselor menerapkan teknik self-
antar siswa lain dan hubungan siswa dengan instruction untuk meningkatkan kemampuan
guru bimbingan dan konseling. Hubungan teman mengemukakan pendapat siswa. Hal ini karena
sebaya yang kurang baik menyebabkan siswa teknik self-instruction adalah merupakan suatu
merasa terkucil, sehingga siswa mengalami teknik yang dapat membantu siswa untuk
kesulitan dalam pergaulan dan menghambat mengganti pikiran-pikiran negatif yang muncul
proses pembelajaran baik secara individu menjadi pikiran-pikiran positif yang bersifat
maupun kelompok. Hal ini tidak dapat terus rasional dengan tujuan mengubah perilaku siswa
dibiarkan, karena siswa membutuhkan proses tersebut. Self-instruction dapat digunakan untuk
pembelajaran yang baik agar dapat memberikan perintah atau memberi petunjuk
memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. dan nasihat pada diri sendiri dalam menentukan
Berdasarkan fenomena yang terjadi di sikap ataupun mengambil keputusan. Dapat
SMP Negeri 40 Surabaya dari hasil interview disimpulkan bahwa teknik self-instruction
(wawancara) dengan guru bimbingan dan merupakan teknik verbalisasi diri dengan
konseling untuk siswa kelas VIII pada tanggal mengganti pikiran negatif menjadi pikiran
16 November 2015, masih banyak terdapat positif melalui berbagai tahapan untuk
siswa yang malu mengungkapkan pendapat memperbaiki perilaku.
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

No. Nama Pre- Post- Arah Tanda Keterangan 5. Membandingkan hasil pre-test dan
test test post-test untuk mengetahui
Perbedaa perbedaan skor yang timbul
( ) ( ) n setelah diberikan perlakuan
konseling dengan teknik self-
1. ACDR 107 133 > + Meningkat instruction dengan menggunakan
rumus t-test atau uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. AM 105 132 > + Meningkat
1. Data Hasil Pre-test dan Post-test
3. MAM 105 143 + Meningkat Pengukuran awal (pre-test) dilakukan
>
pada tanggal 10 Juni 2016 dengan menyebarkan
4. MIR 107 143 + Meningkat angket kemampuan mengemukakan pendapat
>
yang telah divalidasi pada kelas VIII-F dengan
5. NH 107 155 > + Meningkat jumlah 31 siswa. Diketahui 8 siswa yang
memperoleh skor dalam kategori rendah.
6. PAH 108 131 > + Meningkat Selanjutnya diberika perlakuan teknik self-
instruction kepada mereka. Kemudia dilakukan
7. RDW 91 146 > + Meningkat pengukuran kembali (post-test) untuk
mengetahui perbedaan skor antara sebelum dan
8. VOS 108 168 > + Meningkat sesudah diberikan perlakuan.
Berikut tabel hasil analisis perbedaan
Rata-rata 104,75 143,875 skor pre-test dan post-test pada siswa :

Dengan penerapan teknik self-instruction


ini diharapkan mampu mengeksplorasi Berdasarkan data diatas, diketahui
permasalahan siswa dengan meningkatkan bahwa yang menunjukkan tanda (+)
kemampuan mengungkapkan pendapat pada berjumlah 8 sebagai N (banyaknya
siswa. Sehingga siswa mampu memaksimalkan pasangan yang menunjukkan perbedaan)
potensi yang dimilikinya dan bebas dan x (banyaknya tanda yang lebih sedikit)
mengembangkan kepribadiannya tanpa harus berjumlah 0. Dengan melihat tabel tes
merasa kurang percaya diri atau merasa takut binomial dengan ketentuan N = 8 dan x = 0
dicemooh oleh orang lain. (z), maka diperoleh ρ (kemungkinan harga
METODE PENELITIAN di bawah ) = 0,004. Bila dalam
Penelitian ini menggunakan jenis
ketetapan α (taraf kesalahan) sebesar 5%
penelitian pre-experiment dengan jenis one-
adalah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
group pre-test and post-test design dengan
0,004 < 0,05, berdasarkan hasil tersebut
rancangan satu kelompok tanpa kelompok
pembanding. Rancangan tersebut digunakan maka ditolak dan diterima. Setelah
dalam penelitian ini karena penelitian ini pemberian perlakuan teknik self-instruction
bertujuan untuk mengetahui efek dari treatment. terdapat perbedaan skor antara pre-test dan
Prosedur pelaksanaan penelitian dengan post-test kemampuan mengemukakan
rancangan ini adalah sebagai berikut : pendapat pada siswa antara sebelum dan
1. Memilih salah satu kelas VIII yang ada di sesudah pemberian konseling dengan teknik
SMP Negeri 40 Surabaya yang akan self-instruction.
digunakan sebagai subjek penelitian yaitu Berdasarkan tabel di atas diketahui
kelas VIII-F. skor rata-rata pre-test 104,75 dan skor rata-
2. Memberikan perlakuan awal pre-test untuk rata post-test 143,875 , maka dapat
mengukur kemampuan mengemukakan dikatakan bahwa teknik self-instruction
pendapat siswa yang ada pada kelas yang dapat meningkatkan kemampuan
dipilih sebelum diberikan perlakuan mengemukakan pendapat pada siswa kelas
konseling dengan teknik self-instruction. VIII SMP Negeri 40 Surabaya. Dari analisis
3. Memberikan perlakuan konseling dengan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
teknik self-instruction pada siswa yang hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
memiliki kemampuan mengemukakan berbunyi “Penerapan Teknik Self-
pendapat yang rendah. Instruction Untuk Meningkatkan
4. Memberikan perlakuan post-test untuk Kemampuan Mengemukakan Pendapat
mengukur kembali kemampuan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 40
mengemukakan pendapat siswa setelah Surabaya” dapat diterima. Maka, penerapan
diberikan perlakuan konseling dengan teknik self-instruction dapat meningkatkan
teknik self-instruction.
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

kemampuan mengemukakan pendapat pada Sebelum mendapat Sesudah mendapat


siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Surabaya. perlakuan perlakuan
Adapun hasil perbedaan skor pre-
test dan post test dapat digambarkan dalam tersebut membuktikan
grafik sebagai berikut : bahwa selalu pikiran
negatif yang muncul
sehingga menghalangi
konseli untuk berperan
aktif selama di kelas.

b. Subyek AM
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
perlakuan perlakuan

Pada saat menceritakan Konseli sudah mampu


permasalahannya, konseli untuk mengatasi pikiran
mengaku pada waktu dulu negatif yang muncul
Gambar Diagram 4.3 disaat dia kelas 7 (1 SMP) disaat berada di kelas,
Perbedaan Skor Pre-test dan konseli juga pernah konseli mengganti dengan
Post-test Kemampuan Mengemukakan mengajukan pertanyaan pikiran yang lebih positif
Pendapat kepada guru, akan tetapi seperti “setidaknya aku
pertanyaan yang dia ajukan sudah berusaha untuk
justru ditertawakan oleh bertanya mengenai materi
Berdasarkan grafik di atas dapat diperoleh teman-teman sekelasnya, yang tidak aku mengerti,
keterangan bahwa semua subyek mengalami peningkatan dia pun meras malu. Sejak maka pastinya guru
skor kemampuan mengemukakan pendapat. Dapat dilihat saat itu konseli tidak pernah menghargai usahaku”.
bahwa subyek VOS memperoleh skor paling tinggi yaitu bertanya lagi kepada guru Konseli terus berlatih
168 pada hasil post-test yang masuk dalam kategori ataupun menjawab memunculkan pikiran-
tinggi. Adapun subyek RDW yang memperoleh skor pertanyaan guru selama di pikiran positif. Lalu pada
paling rendah yaitu 91 pada pre-test, namun mengalami kelas. saat dikelas, konseli
peningkatan skor sebanyak 55 poin dengan memperoleh mengacungkan tangan
skor 146 pada hasil post-test. dan ingin bertanya,
2. Analisis Individual namun guru di kelas
a. Subyek ACDR tersebut malah memilih
anak lain yang juga
Sebelum mendapat Sesudah mendapat mengacungkan tangan,
perlakuan perlakuan konseli jadi merasa tidak
diperhatikan dan
Konseli termasuk dalam Konseli mampu mengubah
usahanya sia-sia.
siswa yang kurang aktif keyakinan diri negatif yang
Konselor terus memberi
ketika berada di kelas. muncul dengan pikiran yang
motivasi pada konseli
Konseli jarang sekali lebih positif. Konseli
agar jangan mudah
bertanya ataupun memahami bahwa selama
menyerah hanya dalam 1
berpendapat selama ini pikiran seperti itu yang
kali percobaan. Akhirnya
pelajaran berlangsung. mengganggunya. Konseli
konseli terus berlatih
Konseli menceritakan juga selalu mencoba untuk
berlatih dan sudah lebih
bahwa hal tersebut berani mengajukan
berani bertanya di dalam
dikarenakan dia takut pertanyaan kepada guru.
kelas.
salah dalam menjawab
pertanyaan guru, dan dia
juga berpikiran bahwa
pasti dia akan malu c. Subyek MAM
apabila salah dalam
menjawab. Lalu konselor Sebelum mendapat Sesudah mendapat
bertanya apakah perlakuan perlakuan
sebenarnya hal tersebut
memang pernah Konseli cenderung Konseli mulai mampu dan
dialaminya? Konseli pendiam dan tidak banyak berani untuk mengacungkan
menjawab “tidak”. Hal bicara selama proses tangan guna bertanya
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

konseling. Ketika konseli kepada guru. Menurut Sebelum mendapat Sesudah mendapat
menceritakan masalahnya, konseli pada awalnya perlakuan perlakuan
konseli mengaku tidak memang sulit, konseli tidak
berani untuk menjawab tahu harus menjawab apa, saat konselor melatihkan yang muncul dengan
pertanyaan dari guru akan tetapi dia terus teknik self-instruction . pikiran yang lebih positif,
karena takut salah dan memberanikan diri dan Konseli menceritakan konseli menyadari dia
juga terkadang memang melawan pikiran negatif bahwa dia termasuk jarang hanya kurang
karena tidak mengetahui yang muncul. Akhirnya untuk bertanya atau memberanikan diri untuk
jawaban dari pertanyaan konseli sering berlatih mengajukan pertanyaan di bertanya, padahal hal
guru tersebut. Konseli selama proses konseling, dalam kelas karena malu tersebut merugikan dirinya.
selalu beranggapan bahwa dan mencoba terhadap teman-teman Seperti disaat dia tidak
apabila jawabannya salah, mempraktekkannya di sekelasnya. Konseli memahami suatu pelajaran,
maka guru tersebut akan kelas. Konseli berhasil cenderung tidak percaya maka apabila dia tidak
tidak menyukainya atau mengatasi rasa diri untuk berbicara di bertanya, maka dia tidak
menyalahkannya. Maka ketakutannya dan berani depan umum, dalam hal akan memahami pelajaran
dari itu konseli lebih bertanya kepada guru. ini dikelas. Konseli merasa tersebut seterusnya.
memilih diam saja. kesulitan untuk Akhirnya konseli selalu
mengungkapkan apa yang serius dalam berlatih self-
ada dalam pikirannya, instruction dan mampu
makanya dia cenderung menginstruksikan diri
d. Subyek MIR diam saja selama kegiatan untuk lebih berani bertanya
belajar di kelas. dan aktif didalam kelas.
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
Konseli merasa bangga
perlakuan perlakuan
akan dirinya yang mampu
Selama di kelas, konseli Setelah diberikan latihan mengatasi rasa kurang
paling tidak suka apabila mengenai self-instruction, percaya dirinya sehingga
ditanyai oleh guru yang konseli mulai mau untuk berani bertanya didalam
sedang mengajar di kelas. berlatih mengubah pikiran kelas.
Sejujurnya konseli negatifnya. Selama ini dia
mengaku tidak mengetahui malu-malu untuk
jawaban dari pertanyaan menjawab pertanyaan
f. Subyek PAH
yang diajukan oleh guru. guru, dia menyadari bahwa
Hal tersebut dikarenakan sebenarnya tidak baik Sebelum mendapat Sesudah mendapat
dia jarang belajar dirumah. melakukan hal tersebut. perlakuan perlakuan
Dia malu karena tidak bisa Hal tersebut hanyalah
menjawab pertanyaan yang ketakutannya sendiri dan Masalah yang dihadapi Konseli berlatih untuk
diajukan guru. Konseli dipicu oleh perilakunya konseli hampir sama mengubah self-statement
lebih sering yang tidak belajar terlebih dengan yang dialami negatif yang muncul ketika
menggelengkan kepala dahulu dirumah. subyek AM. selama proses konseling.
apabila ditunjuk oleh guru. Konselipun mampu Hal tersebut juga telah
mengatasi hal tersebut, dan Konseli enggan untuk konseli coba terapkan
dia memberanikan diri menjawab atau bertanya selama di kelas. Akhirnya
untuk menjawab setiap dengan guru di kelas konseli menyadari bahwa
pertanyaan yang diajukan dikarenakan di masa lalu kejadian yang lalu sudah
oleh guru. Entah dia bisa dia pernah ditertawakan berlalu dan pastinya dengan
atau tidak, yang pasti dia oleh teman-teman lingkungan dan teman-
telah berusaha melawan sekelasnya ketika dia salah teman yang berbeda,
pikiran negatif yang dalam menjawab konseli mampu untuk
muncul. pertanyaan guru. Hal bertanya atau menjawab
tersebut yang membekas pertanyaan yang diberikan
dalam ingatannya dan guru tanpa takut salah lagi.
membuat dia enggan Konseli merasa lega dapat
e. Subyek NH untuk aktif selama proses mem-praktekkannya di
belajar di kelas. kelas meskipun dia masih
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
agak gugup untuk bertanya.
perlakuan perlakuan

Konseli termasuk siswa Konseli secara serius


yang memperhatikan berlatih selama proses
apabila ada guru yang konseling. Dia berusaha
menjelaskan. Begitupun mengganti pikiran negatif
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

Sebelum mendapat Sesudah mendapat


perlakuan perlakuan
g. Subyek RDW
lebih baik disimpan sendiri jelas, dan meskipun
Sebelum mendapat Sesudah mendapat
pendapatnya tersebut. pendapatnya tidak
perlakuan perlakuan
menjadi keputusan akhir
dalam kerja kelompok,
Konseli memiliki Konseli mencoba berlatih
tapi yang pasti konseli
permasalahan berkenaan untuk mengubah pikiran
sudah merasa lega
kemampuan negatif yang muncul
mampu mengutarakan
mengemukakan pendapat tentang teman-temannya
apa yang ada didalam
di kelas, pada saat berada menjadi pikiran yang lebih
di kelas, konseli cenderung positif. Konseli menyadari pikirannya.
pasif dan hanya diam bahwa sikapnya yang
apabila diminta untuk cenderung pasif di kelas itu
menjawab pertanyaan tidaklah baik, lalu konseli PEMBAHASAN
guru. Konseli merasa takut berpikiran tidak ingin Pada kondisi awal, ditemukan siswa yang
disaat dia berbicara di selamanya berpikiran terindikasi memiliki kemampuan mengungkapkan
dalam kelas untuk negatif seperti itu, toh dia pendapat yang rendah. Kemudian peneliti
menjawab pertanyaan belum mencoba. Akhirnya membuktikan dengan melakukan penyebaran
guru, kadang ditertawakan selama proses konseling, angket kemampuan mengemukakan pendapat.
oleh teman yang lain. konseli selalu berusaha Dan memang terbukti diketahui terdapat 8 siswa
Namun ketika konselor mengubah pikiran negatif denga skor rendah yang sekaliagus menjadi
bertanya apakah dia pernah yang muncul menjadi subyek penelitian ini. Lalu konselor mulai
mengalami hal tersebut, pikiran positif dan dapat menerapkan teknik kepada mereka yang memiliki
konseli menjawab tidak. menerapkannya di kelas. tingkat kemampuan mengemukakan pendapat
Konseli merasa lega bahwa yang rendah. Setelah dilakukan proses konseling
ternyata dia tidak dalam setting kelompok terhadap 8 anak tersebut,
ditertawakan oleh teman- diketahui bahwa rata-rata mereka memiliki rasa
temannya, dan yang selama takut untuk mengajukan pertanyaan ataupun
ini mengganggu hanya menjawab pertanyaan yang diberikan guru, disisi
pikiran negatifnya saja. lain mereka berpikiran bahwa apabila nanti
jawabannya salah, maka mereka akan merasa
malu dan diketahui oleh teman-teman 1 kelas. Hal
ini ternyata sesuai dengan yang dikemukakan oleh
h. Subyek VOS Sharbinie & Suryana (dalam Olii, 2007) bahwa
Sebelum mendapat Sesudah mendapat terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
perlakuan perlakuan seseorang kurang mampu dalam mengemukakan
pendapat, yaitu mereka berpikiran bahwa
Konseli memiliki Konseli menyadari bahwa mengemukakan pendapat di depan umum
permasalahan mengenai kebiasaannya tersebut merupakan hal yang menegangkan, mereka
mengemukakan pendapat, tidak baik, dia akan merasa kesusahan dalam menyampaikan apa yang
hal ini diceritakan konseli menjadi anak yang tidak ada dalam pikiran mereka, lalu mereka sempat
bahwa dia jarang sekali memiliki pendirian berpikiran kosong selama mengikuti pelajaran
mengajukan pertanyaan apabila terus-terusan sehingga tidak tahu apa yang harus diungkapkan
kepada guru, kalopun mengikuti perkataan untuk menjawab pertanyaan gur, sesuai dengan
disuruh menjawab, konseli teman-temannya. Dia apa yang dialami dengan subyek MAM dan MIR.
jawab seadanya. Dalam hal juga ingin mengutarakan Mereka juga takut tidak berbicara, takut apabila
diskusi, konseli lebih senang apa yang ada didalam jawaban mereka salah. Lalu juga takut
mengikuti pendapat teman- pikirannya kepada teman- mendapatkan kesan negatif dari orang lain, hal ini
temannya saja. Karena temannya tersebut. sesuai dengan yang dialami oleh subyek AM dan
konseli berpikiran bahwa Akhirnya konseli PAH yang memiliki pengalaman kurang baik
pendapatnya tidak akan mencoba mengubah tentang kesan yang diberikan orang lain. Dan juga
didengarkan oleh teman- pikiran negatifnya dan mengetahui bahwa terdapat orang lain yang lebih
temannya. Namun mengganti dengan pikiran pandai berbicara dan berpendapat sesuai dengan
sebenarnya konseli juga yang lebih positif bahwa yang dialami oleh subyek VOS. Beberapa hal
memiliki pendapat terhadap teman-temannya juga diatas memang benar dialami oleh konseli. Maka
sesuatu yang menjadi bahan akan mendengar dari itu, beberapa hal diatas dapat mengganggu
diskusi, tetapi dia enggan pendapatnya apabila dia kemampuan mengemukakan pendapat siswa
untuk menyampaikannya menyampaikan pendapat selama berada di kelas.
didepan teman-temannya, tersebut dengan baik dan
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

Pada analisis pre-test diperoleh 8 siswa Simpulan


yang memiliki kemampuan mengemukakan Hasil analisis statistik non parametrik
pendapat yang rendah dan sekaligus merekalah dengan uji tanda maka diketahui bahwa x = 0
yang menjadi subyek penelitian ini, yaitu subyek dan N = 8 dengan α (taraf kesalahan sebesar 5%
ACDR dengan skor pre-test sebesar 107, subyek adalah 0,05 yang kemudian dikonsultasikan
AM dengan skor pre-test sebesar 105, subyek dengan tabel tes binominal hingga diperoleh ρ
MAM dengan skor pre-test sebesar 105, subyek (kemungkinan harga dibawah ) = 0,004. Hal
MIR dengan skor pre-test sebesar 107, subyek NH
dengan skor pre-test sebesar 107, subyek PAH ini berarti bahwa harga 0,004 < 0,05, dan
dengan skor pre-test sebesar 108, subyek RDW berdasarkan hasil tersebut maka ditolak dan
dengan skor pre-test sebesar 91, dan subyek VOS diterima. Hasil tersebut menunjukkan
dengan skor pre-test sebesar 108. Lalu penentuan
terdapat perbedaan skor pada kemampuan
kategori skor dibagi menjadi 3 kategori yaitu
mengemukakan pendapat siswa antara sebelum
tinggi, sedang, dan rendah yang diperoleh dari
dan sesudah diberikan perlakuan konseling
hasil perhitungan mean dan standart deviasi (SD),
dengan teknik self-instruction.
yang kemudian diperoleh skor dengan kategori
Dengan demikian hipotesis yang diajukan
rendah yaitu X ≤ 108,178 , kategori sedang
dalam penelitian ini diterima. Sehingga dapat
108,178 sampai 137,498 dan kategori tinggi X ≥
disimpulkan bahwa penerapan teknik self-
137,498. Kemudian dari hasil pre-test tersebut
instruction dapat meningkatkan kemampuan
selanjutnya siswa yang memiliki skor termasuk
mengemukakan pendapat pada siswa kelas VIII
dalam kategori rendah diberikan bantuan berupa
SMPN 40 Surabaya.
teknik self-instruction.
Selanjutnya setelah diberikan perlakuan SARAN
dengan teknik self-instruction, siswa mendapatkan Berdasarkan simpulan diatas, ada beberapa saran
angket kemampuan mengemukakan pendapat lagi terhadap beberapa pihak terkait, yaitu :
untuk mengetahui skor kemampuan 1. Bagi Konselor Sekolah
mengemukakan pendapat siswa setelah Dengan hasil penelitian ini yang
mendapatkan perlakuan. Dari hasil post-test menunjukkan adanya peningkatan
diketahui terdapat perbedaan skor dari 8 siswa kemampuan mengemukakan pendapat siswa
tersebut. Dapat diketahui subyek ACDR yang setelah pemberian penerapan teknik self-
pada pre-test memperoleh skor 107 mengalami instruction, maka diharapkan konselor
peningkatan menjadi 133 dengan peningkatan skor sekolah dapat menggunakan teknik self-
sebanyak 26, subyek AM pada pre-test instruction sebagai alternatif dalam
memperoleh skor 105 mengalami peningkatan membantu siswa yang memiliki masalah
menjadi 132 dengan peningkatan skor sebanyak khususnya mengenai kemampuan
27, subyek MAM pada pre-test memperoleh skor mengemukakan pendapat.
105 mengalami peningkatan menjadi 143 dengan 2. Bagi Pihak Sekolah
peningkatan skor sebanyak 38, subyek MIR pada Hasil dalam penelitian ini hendaknya dapat
pre-test memperoleh skor 107 mengalami dijadikan sebagai bahan masukan dalam
peningkatan menjadi 143 dengan peningkatan skor pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan
sebanyak 36, subyek NH pada pre-test Konseling di sekolah.
memperoleh skor 107 mengalami peningkatan 3. Bagi Peneliti Lain
menjadi 155 dengan peningkatan skor sebanyak Peneliti lain diharapkan mampu lebih
48, subyek PAH pada pre-test memperoleh skor mengembangkan penelitian ini menjadi
108 mengalami peningkatan menjadi 131 dengan lebih baik lagi, kemudian jika diperlukan
peningkatan skor sebanyak 23, subyek RDW pada dapat mengkombinasikan teknik self-
pre-test memperoleh skor 91 mengalami instruction dalam konteks konseling
peningkatan menjadi 146 dengan peningkatan skor individu, dan juga menambah jumlah
sebanyak 55, dan subyek VOS pada pre-test pertemuan agar lebih maksimal.
memperoleh skor 108 mengalami peningkatan
menjadi 168 dengan peningkatan skor sebanyak
DAFTAR PUSTAKA
60. Pada awal skor hasil pre-test, 8 siswa tersebut
termasuk dalam kategori siswa yang memiliki Ahmadi, Abu. (2003). Psikologi Umum. Jakarta : PT.
kemampuan mengemukakan pendapat yang Rineka Cipta
rendah. Sedangkan pada skor hasil post-test, 8
siswa ini mengalami peningkatan skor, diketahui Ahmadi, Abu dan Umar, M. (1992). Psikologi Umum
5 siswa termasuk dalam kategori tinggi dan 3 (Edisi Revisi). Surabaya : PT. Bina Ilmu.
siswa termasuk dalam kategori sedang.
Arifuddin. 2008. Meningkatkan Kemampuan Berbicara
PENUTUP (Online), http://lambitu.wordpress.com/ , diakses
23 Februari 2016).
Penerapan Teknik Self-instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 40 Surabaya

(online), (http://lontar.ui.ac.id/file, diakses 30


Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. April 2016)
Jakarta: Rineka Cipta
Natalie. 2003. Berani Berbicara Di Depan Umum.
Baker, Stanley B. & James N. Butler. (1984). Effects of Bandung : Nusa Cendekia.
Preventive Cognitive Self-Instruction Training on
Adolescent Attitudes, Experiences, and State Reksoatmojo, Tedjo N. 2007. Statistik Untuk Psikologi
Anxiety. Journal of Primary Prevention. Vol. 5. dan Pendidikan. Bandung : Refika Aditama.
No. 1. PP. 17-25
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Bryant, Lorrie E. & Karren S. Budd. (1982). Self Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada
Instructional Training To Increase Independent Media Group
Work Performance In Pre Schooler. Journal of
Applied Behavior Analysis. Vol. 15 No.2. PP. 259- Sujanto, Agus dkk. (2004). Psikologi Kepribadian.
271. University of Nebraska Medical Center. Jakarta: Bumi Aksara.

Elisa. (2005). Cognitive Behavioral Therapy. (online). Sugiyarti, Rina. 2009. Meningkatkan Keterbukaan Diri
Tersedia: Dalam Mengemukakan Pendapat Melalui
elisa1.ugm.ac.id/files/neila_psi/TAQEB3cN/CBT. Layanan Bimbingan Kelompok Kepada Beberapa
doc. (diakses 05 Januari 2016) Siswa Kelas XI di SMAN 14 Semarang Tahun
Ajaran 2009/2010, Skripsi. Semarang; FIP
Faridah, Yuni Nur. 2005.Penggunaan Strategi Universitas Negeri Semarang.
Pengubahan Pola Berpikir Untuk Mengurangi
Kecemasan Dalam Mengemukakan Pendapat Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Penceng. dan R & D. Bandung : Alfabeta
Skripsi tidak diterbitkan, Surabaya : Jurusan Tarigan dkk. 1998. Pengembangan Ketrampilan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, Unesa. Berbicara. Jakarta : Depdikbud.

Fudyartanta, Ki. (2011). Psikologi Umum. Yogyakarta : Tim. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pustaka Belajar. Balai Pustaka.

Goleman, Daniel. 2001. Mengapa Kecerdasan Emosi Tim. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Lebih Penting Daripada Kecerdesan Intelektual. Balai Pustaka.
Hernaya T, Penerjemah, Jakarta : Gramedia.
Werhadiantiwi, Pradita A. 2014. Penerapan Konseling
Hadi, Sutrisno. 2001. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Kelompok Dengan Teknik Self Instruction Untuk
Yogyakarta. Mengurangi Tingkat Glossophobia Pada Siswa
Kelas XI IPS-1 di SMA Negeri 1 Gedangan,
Ilfiandra (2002). Program Pelatihan untuk Membantu Skripsi. Surabaya; Fakultas Ilmu Pendidikan
Guru yang Mengalami Kejenuhan Kerja. Tesis Unesa.
PPS UPI Bandung. (Tidak diterbitkan)

Kuntari, Uni. 2012. Penerapan Strategi Cognitive Widiyanti, Ayu. 2013. Keefektifan Teknik Self-Instruction
Restructuring Dan Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Self-Efficacy dalam Belajar
Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Malang. Skripsi.
mengungkapkan Pendapat Pada Siswa Kelas VIII Malang; Fakultas Ilmu Pendidikan UM.
SMP Islam Jiwanala Surabaya tahun Ajaran http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-
2011-2012, Skripsi. FIP, Unesa. Psikologi/article

Kwastuti. 2010. Meningkatkan Ketrampilan


Mengemukakan Pendapat Siswa Melalui Metode Yusuf, S. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan
Time Token Pada Pembelajaran PKn Kelas IV SD Remaja. Bandung. PT. Remaja Resdakarya.
Negeri 01 Gantiwarno Kecamatan Matesih Tahun
Ajaran 2009/2010, Skripsi. Surakarta; Fakultas http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/teknik-
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas konseling-self-instruction.html
Muhammadiyah.

Larasati, Wikan Putri. 2012. Meningkatkan Self-Esteem


Melalui Metode Self-Instruction. Skripsi UPI,

Anda mungkin juga menyukai