Anda di halaman 1dari 31

BAB II

PERLAKUAN PANAS

2.1. Tujuan
1. Mengetahui standar prosedur perlakuan panas dengan baik dan benar.
2. Mampu mengolah data dari hasil pengujian.
3. Menganalisa setiap tahapan proses praktikum.
4. Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan dengan
media air, oli, dan udara.
5. Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan.
6. Mengetahui proses – proses dari heat treatment.
7. Mendapatkan sifat – sifat mekanik suatu bahan.

2.2. Teori Dasar


Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu
paduan, tetapi juga tergantung pada struktur mikronya. Suatu paduan
dengan komposisi kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang
berbeda, dan sifat mekaniknya akan berbeda. Struktur mikro tergantung
pada proses pengerjaan yang dialami, terutama proses laku-panas yang
diterima selama proses pengerjaan.
Proses perlakuan panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan
pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau
paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat –
sifat tertentu. Proses perlakuan panas pada dasarnya terdiri dari beberapa
tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke temperatur tertentu, lalu
diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan
pendinginan dengan kecepatan tertentu.
Metode pemanasan dan pendinginan dalam proses perlakuan panas ini
tergantung pada perubahan sifat yang dikehendaki serta tergantung pula
jenis logam atau paduannya. Disamping itu untuk memahami proses
perlakuan panas ini diperlukan pengetahuan mengenai diagram fasa serta
diagram TTT dan CCT.

7
Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Furnace atau juga sering disebut dengan tungku pembakaran adalah


sebuah perangkat yang digunakan untuk pemanasan. Nama itu berasal dari
bahasa latin Fornax, oven. Kadang-kadang orang juga menyebutnya dengan
kiln.
Furnace sendiri sering di analogikan dengan furnace sebagai
keperluan industri yang digunakan untuk banyak hal, seperti pembuatan
keramik, ekstraksi logam dari bijih (smelting) atau di kilang minyak dan
pabrik kimia lainnya, misalnya sebagai sumber panas untuk kolom distilasi
fraksional.

Gambar 2.1 Bagian – bagian tungku muffle


Adapun bahan bakar yang paling umum untuk furnace modern adalah
gas alam, termasuk LPG (liquefied petroleum gas), bahan bakar minyak,
batu bara atau kayu. Dalam beberapa kasus pemanasan resistensi listrik juga
sering digunakan sebagai sumber panas, jika saja biaya listriknya rendah.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 8


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Hampir seluruh furnace menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar


gas atau listrik sebagaimasukan energinya.
a. Furnace induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan
baja dan besi tuang.
b. Furnace pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan
bakar minyak.
Furnace yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya
menggunakan minyak furnace, terutama untuk pemanasan kembali dan
perlakuan panas bahan.
Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam furnace bila tidak
dikehendaki adanya sulfur.Idealnya furnace harus memanaskan bahan
sebanyak mungkin sampai mencapai suhu yangseragam dengan bahan bakar
dan buruh sesedikit mungkin. Kunci dari operasi furnace yangefisien
terletak pada pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara
berlebih yangminim. Furnace beroperasi dengan efisiensi yang relatif
rendah (serendah 7%) dibandingkandengan peralatan pembakaran lainnya
seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari 90%). Halini disebabkan oleh suhu
operasi yang tinggi dalam furnace. Sebagai contoh, sebuah furnace yang
memanaskan bahan sampai suhu 1200ºC akan mengemisikan gas buang
pada suhu 1200ºC atau lebih yang mengakibatkan kehilangan panas yang
cukup signifikan melalui cerobong.
Dimensi furnace dan kemampuan menghasilkan panasnya dapat
ditentukan berdasarkan perhitungan sesuai fungsi dan kebutuhannya.
Misalkan furnace untuk kebutuhan pembangkit listrik sudah barang tentu
memerlukan dimensi yang besar. Karena untuk menghasilkan uap melalui
boiler diperlukan energi panas yang besar pula.
Material furnace juga ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan energi
apa yang akan digunakannya. Bisa menggunakan dinding terbuat dari plat
ss dengan isolasi ceramic fiber, atau menggunakan dinding bata tahan api.
Semuanya tergantung sesuai aplikasinya.
Furnace secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metode
pembangkitan panasnya: furnace pembakaran yang menggunakan bahan

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 9


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

bakar, dan furnace listrik yang menggunakan listrik. Furnace pembakaran


dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, jenis bahan bakar yang
digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara perpindahan panasnya dan cara
pemanfaatan kembali limbah panasnya. Tetapi, dalam praktiknya tidak
mungkin menggunakan penggolongan ini sebab furnace dapat
menggunakan berbagai jenis bahan bakar, cara pemuatan bahan ke furnace
yang berbeda.
Furnace adalah dapur sebagai penerima panas bahan bakar untuk
pembakaran, yang terdapat fire gate di bagian bawah sebagai alas bahan
bakar dan yang sekelilingnya adalah pipa-pipa air ketel yang menempel
pada dinding tembok ruang pembakaran yang menerima panas dari bahan
bakar secara radiasi, konduksi, dan konveksi.
Tungku adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melelehkan
logam untuk pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk memanaskan
bahan serta mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan,
penempaan) atau merubah sifat-sifatnya (perlakuan panas).
Seluruh tungku memiliki komponen-komponen :
a. Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas
pada suhu operasi yang tinggi.
b. Perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari
bahan refraktori yang didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian
darinya didinginkan oleh air.
c. Burners yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan
untuk menaikan dan menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau
listrik dapat digunakan dalam pemanasan ulang/reheating tungku.
d. Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari
ruangan.
Pintu pengisian dan pengeluaran digunakan untuk pemuatan dan
pengeluaran muatan. Peralatan bongkar muat termasuk roller tables,
conveyor, mesin pemuat dan pendorong tungku.
Macam – macam furnace:
1. Muffle Furnace

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 10


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.2 Muffle furnace


Muffle furnace adalah tungku dimana bahan subyek dan semua
produk pembakaran termasuk gas dan abu terisolasi dari bahan bakar.
Setelah pengembangan pemanas listrik temperatur tinggi dengan
elemen dan elektrifikasi yang berkembang di negara–negara maju,
muffle furnace dengan cepat berubah ke listrik. Saat ini, muflle
furnace biasanya berupa sebuah front–loading kotak–jenis = oven atau
kiln untuk aplikasi suhu tinggi seperti kaca sekering, menciptakan
lapisan enamel, keramik dan barang solder dan mematri. Muffle
furnace juga digunakan dalam banyak penelitian, misalnya oleh ahli
kimia untuk menentukan berapa proporsi sampel yang mudah terbakar
dan non–volatile. jenis Vecstar, sekarang bisa menghasilkan kerja
suhu sampai 1800ºC, yang memfasilitasi aplikasi metalurgi lebih
canggih. Muffle furnace yang panjang juga dapat digunakan untuk
memanaskan benda yang dibangun di banyak prinsip yang sama
dengan jenis kiln kotak tersebut, bentuk tabunghampa panjang, lebar,
dan tipis yang digunakan dalam roll untuk menggulung proses
manufaktur. Kedua furnace yang disebutkan di atas biasanya
dipanaskan sampai suhu yang diinginkan untuk konduksi, konveksi,

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 11


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

atau radiasi dan hambatan listrik dari elemen pemanas. Oleh karena
itu biasanya tidak ada pembakaran yang terlibat dalam kontrol suhu
sistem, yang memungkinkan untuk kontrol jauh lebih besar
keseragaman suhu dan menjamin isolasi bahan yang dipanaskan dari
produk sampingan pembakaran bahan bakar.
Sebuah muffle furnace, digunakan untuk anil, pengerasan, dan
tempering, panas yang diperoleh dengan minyak, yang terkandung
dalam tangki A, dan disimpan di bawah tekanan oleh pemompaan
pada suatu interval dengan gagang kayu, sehingga bila katup B dibuka
minyak yang menguap dengan lewat melalui kumparan pemanas di
pintu masuk tungku, dan ketika dinyalakan akan membakar api gas.
Kemudian masuk ke dalam tungku C melalui dua luban, dan memutar
di bawah D dan di meredam D, berdiri di slab clay tahan api. Pintu ini
ditutup oleh dua blok clay tahan api di E. A suhu lebih dari 2000 °F
dapat diperoleh dalam tungku dari ruang ini, dan panas yang memang
di bawah kendali yang sempurna
2. Salt Bart Furnace
Salt bath furnace modern digunakan untuk sejumlah aplikasi
perlakuan panas seperti:
a. Preheating.
b. Austenitizing.
c. Martempering.
d. Pengerasan netral.
e. High-speed tool pengerasan.
f. Tempering nitridasi.
g. Carburizing.
h. Heat treatment solution.
i. Dip brazing.
Sistem modern menawarkan keseragaman kecepatan ramp–up
dan pemanasan tinggi dengan suhu dipertahankan untuk dalam waktu
5ºdi seluruh bath sehingga memberikan hasil pengolahan yang tinggi
dan seragam.Sekarang ini furnace dipanaskan oleh listrik, minyak atau

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 12


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

gas. Dalam pengadaan salt harus diberikan perhatian khusus pada


bath furnace sehingga standar keselamatan operator dan persyaratan
lingkungan lokal dipenuhi dan teknologi pengolahan limbah yang
terlibat memenuhi peraturan pemerintah dan memberikan untuk
pengelolaan sampah yang komprehensif dan biaya–efektif seperti
sistem pembuangan lumpur efektif. sistem modern termasuk tahap
modular untuk mengakomodasi pradan pascaperawatan yang
dikombinasikan dengan kontrol penuh programmable yang
menawarkan kemampuan dan pengolahan yang tepat. Perlakuan panas
yang diaplikasikan dalam alat ini antara lain:
a. Annealing.
b. Nitridasi.
c. Melting.
d. Tempering.
e. Pengerasan.
f. Pemateri.
g. Galvanizing.
h. Aluminizing.
serta perlakuan Permukaan berbagai logam & paduan.
3. Vacuum Furnace
Vacuum furnace adalah jenis furnace yang dapat memanaskan
bahan, biasanya logam, pada temperatur sangat tinggi dan
melaksanakan proses seperti mematri, sintering dan perlakuan panas
dengan konsistensi tinggi dan kontaminasi rendah.Dalam sebuah
vacuum furnace produk dalam tungku dikelilingi oleh ruang hampa.
Tidak adanya udara atau gas lainnya mencegah perpindahan panas
dengan produk melalui konveksi dan menghilangkan sumber
kontaminasi.
Beberapa manfaat dari vacuum furnace adalah:
a. Uniform dalam rentang temperatur 2000-2800 °F (1100-
1500 °C).
b. Suhu dapat dikontrol dalam area kecil.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 13


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

c. Kontaminasi dari karbon oksigen dan gas-gas lain pada produk


rendah.
d. Pendinginan produk cepat.
e. Proses dapat dikendalikan komputer untuk memastikan
berulangnya fasa dalam metalurgi.
Pemanas logam untuk temperatur tinggi biasanya menyebabkan
oksidasi cepat, yang tidak diinginkan.Vacuum furnace menghilangkan
oksigen dan mencegah hal ini terjadi.Gas inert,seperti argon,biasanya
digunakan untuk mempercepat pendinginan logam sampai kembali ke
tingkat non–metalurgi (di bawah 400 °F) setelah proses yang
diinginkan dalam tungku. Gas inert dapat ditekan untuk dua kali
perlakuan atau lebih, kemudian mengalir melalui daerah zona panas
untuk mengambil panas sebelum melalui sebuah penukar panas untuk
membuang panas. Proses ini diulang sampai suhu yang diinginkan
tercapai. Penggunaan umum dari vacuum furnace adalah untuk heat
treatment baja paduan. Banyak perlakuan panas yang dapat
menggunakan vakum furnace misalnya hardening dan tempering dari
baja untuk menambah kekuatan dan ketangguhan. Pengerasan
melibatkan pemanasan baja ke suhu yang sudah ditentukan, kemudian
didinginkan secara cepat. Vacuum furnace yang ideal untuk aplikasi
mematri.Mematri merupakan proses perlakuan panas yang digunakan
untuk menggabung dua atau lebih komponen dasar logam dengan
pelelehan lapisan tipis logam pengisi dalam celah antara logam
tersebut. Aplikasi lainnya dari vacuum furnace adalah vacuum
karburasi, yang juga dikenal sebagai tekanan rendah karburasi atau
LPC.Dalam proses ini, gas (seperti asetilen) dimasukkan dengan
tekanan parsial ke zona panas pada suhu biasanya antara 1600ºF dan
1950ºF. Gas dimasukkan ke dalam molekul konstituen (dalam hal ini
karbon dan hidrogen). Karbon tersebut kemudian menyebar ke daerah
permukaan logam. Hal ini biasanya diulang dalam berbagai durasi
input gas dan waktu difusi. Setelah benda kerja sesuai dengan apa
yang diinginkan kemudian diinduksi biasanya menggunakan minyak

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 14


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

atau gas bertekanan tinggi (HPGQ) berupa nitrogen atau helium


kemudian diquenching dengan cepat. Proses ini juga dikenal sebagai
pengerasan khusus.
4. Fluidized Bed Furnace
Fluidizedbed furnace adalah tungku berbentuk silinder atau
persegi dan terdiri sebuah tungku panjang dari ruang dan reaksi ruang
untuk penyediaan ledakan udara atau distribusi gas ke perapian.
Perapian, yang dirancang untuk menyediakan distribusi seragam
ledakan di atas penampang seluruh ruang reaksi, adalah sebuah kisi
logam atau plat beton dengan sebuah klep. Perapian y ang dirancang
untuk mengatur distribusi ledakan yang seragam di seluruh
penampang ruang reaksi tetap permanen,sebuah kisi logam atau plat
bukaan yang terbuat dari beton atau teradang dibuat dari blok keramik
berpori yang berupa butiran padat tersuspensi oleh udara atau gas
yang mengalir melalui grid dan membentuk fluidized bed di mana
interaksi antara bahan padat dan gas berlangsung. Butiran padat
tersuspensi dibuat dari udara atau gas yang mengalir membentuk grid
di dalam fluidized bed di mana interaksi antara bahan berlangsung
dalam bentuk padat dan gas. Produk jadi (misalnya, sinter) dibuang
dari tungku melalui sebuah pintu di bagian atas dari fluidized bed. Alat
penukar panas dipasang di zona fluidized untuk melakukan pemanasan
dalam bed selama proses eksotermik (pembakaran) atau untuk
memasok panas ke fluidized bed selama proses endotermik
(pengurangan).Tungku fluidizedbed multichamber dengan beberapa
bed fluidized sekuensial digunakan untuk proses yang melibatkan
pengolahan bahan dalam beberapa langkah pada berbagai suhu dan
berbagai komposisi fasa gas.Dibandingkan dengan furnace listrik jenis
lain (misalnya, rotary kiln), di dalam fluidizedbed furnace gas dan
bahan lebih efektif berinteraksi dan lebih seragam pada produk akhir,
fluidized bed furnace juga membuat seintensive mungkin dan
otomatisasi proses berlangsung di dalamnya.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 15


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Proses proses yg dapat dilakukan di fluidized bed furnace adalah:


a. Nitro carburizing.
b. Carbonitriding.
c. Carburizing.
d. Gas nidriding.
e. Annealing.
f. Normalising.
g. Dan proses heat treatment lainnya dalam satu tungku.
Secara umum perlakuan panas (heat treatment) diklasifikasikan adlam
2 jenis, yaitu:
1. Near  Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah untuk :
a. Melunakkan struktur kristal.
b. Menghaluskan butir.
c. Menghilangkan tegangan dalam.
d. Memperbaiki machineability.
Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya :
a. Full Annealing (annealing).
b. Stress relief Annealing.
c. Process annealing.
d. Spheroidizing.
e. Normalizing.
f. Homogenizing.
2. Non Equilibrium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan
dan kekuatan yang lebih tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :
a. Hardening
b. Martempering
c. Austempering
d. Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame
hardening).

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 16


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.3 Diagram fasa


A. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas yang bertujuan untuk
memperoleh kekerasan maksimum pada logam baja. Baja tersebut
dipanaskan hingga suhu tertentu antara 20˚C– 50°C di atas garis A3
(tergantung dari kadar karbon) dan selanjutnya ditahan pada suhu
tertentu, kekerasan maksimum yang dicapai tergantung kadar karbon,
semakin tinggi kadar karbon semakin tinggi kekerasan maksimum
yang didapat, kemudian didinginkan

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 17


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.4 Proses hardening


B. Annealing
Annealing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk
meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan dalam,
menghaluskan ukuran butir dan meningkatkan sifat mampu mesin.
Prosesnya adalah dengan memanaskan material sampai suhu sekitar
50°C di atas garis A3, holding beberapa saat kemudian didinginkan
secara perlahan dalam dapur pemanas atau media terisolasi.

Gambar 2.5 Proses annealing


C. Normallizing
Normallizing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk
menghaluskan struktur butiran yang mengalami pemanasan
berlebihan, menghilangkan tegangan dalam, meningkatkan
permesinan, dan memperbaiki sifat mekanik material.Prosesnya
dengan pemanasan sampai 30˚C – 40°C di atas garis A3 dan
didinginkan pada udara temperatur ruang.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 18


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.6 Proses normalizing


D. Tempering
Tempering digunakan untuk mengurangi tegangan dalam dan
melunakkan bahan setelah di – hardening dan meningkatkan
keuletan.Hal itu karena baja yang dikeraskan dengan pembentukan
martensite biasanya sangat getas sehingga tidak cukup baik untuk
berbagai pemakaian.

Gambar 2.7 Proses tempering

Adapun macam – macam tempering yaitu:


1. Martempering
Martempering adalah perbaikan dari prosedur quenching dan
digunakan untuk mengurangi distorsi selama pendinginan. Pada
proses pendinginan, baja di – quenching hingga sedikit di atas
garis Ms, lalu ditahan hingga suhu pada inti sama dengan suhu
pada permukaan, kemudian didinginkan dalam suhu kamar.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 19


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.8 Grafik martempering


2. Austempering
Austempering bertujuan untuk meningkatkan keuletan,
ketahanan impact, dan mengurangi distorsi.Struktur yang
dihasilkan adalah bainit. Pada proses pendinginan, baja
didinginkan dalam media garam pada suhu di atas garis Ms.

Gambar 2.9 Grafik austempering

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 20


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

E. Carburizing
Carburizing  merupakan suatu proses penjenuhan
lapisan  permukaan besi dengan karbon. Baja yang diikuti
dengan hardening akan mendapatkan kekerasan yang sangat tinggi,
sedang bagian tengahnya tetap lunak. Jenis – jenis  carburizing adalah
sebagai berikut:
1. Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak yang berisi
medium kimia aktif padat, kotak tersebut dipanaskan sampai
900˚C – 950˚C,serta waktu total ditentukan dari kedalaman
kekerasan yang akan dicapai.

Gambar 2.10 Prosespack carburizing


2. Paste Carburizing
Medium kimia yang digunakkan berupa pasta, prosesnya yaitu
bagian yang dikeraskan akan ditutup dengan pasta setebal 3 –
4mm dan kemudian dikeringkan serta dimasukkan dalam kotak,
prosesnya pada temperatur 920˚C – 930˚C.

Gambar 2.11Prosespaste carburizing

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 21


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

3. Gas Carburizing
Disini logam dilepaskan atmosfir yang mengandung karbon
yaitu gas alam maupun gas buatan dan dipanaskan hingga
temperatur 850˚C – 900˚C.
4. Liquid Carburizing
Proses carburizing dilakukan pada media kimia aktif cair,
komposisi medium kimianya adalah soda abu, NaCl, SiC dan
kadang kadang ikut dilengkapi NH4Cl, lalu diberikan pemanasan
pada suhu 850˚C – 900˚C.

Gambar 2.12Bagian – bagian dari alat untuk prosesliquid carburizing


F. Nitriding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan
baja  dengan nitrogen, yaitu dengan cara melakukan holding dalam
waktu yang agak lama pada temperatur 480˚C – 650˚C dalam
lingkungan amoniak ( NH3  ). Nitriding digunakan untuk meningkatkan
kekerasan, ketahanan gesek dan fatique. Ada 2 macam nitriding, yaitu:
1. Straight Nitriding
Digunakan media untuk besi paduan, besi tuang (meningkatkan
kekerasan, ketahanan gesek dan fatique) melapisi hingga bagian
permukaan.
2. Anti Corrosion Nitriding
Bahan yang digunakan biasanya besi tuang dan baja
paduan.derajat dari kelarutan yang dicapai adalah 30% – 70%.
Melapisi bagian ujung untuk mencegah terjadinya suatu proses
korosi pada benda.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 22


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Gambar 2.13 Alat dan bagian – bagian proses nitriding


G. Cyaniding
Proses ini merupakan  proses penjenuhan permukaan baja
dengan  unsur karbon dan nitrogen, bertujuan untuk meningkatkan
kekerasan, ketahanan gesek, dan kelelahan. Bila proses ini dilakukan
diudara disebut carbon nitriding.

Gambar 2.14 Alur proses cyaniding

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 23


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

H. Sulphating
Perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan
gesek dari bagian bagian mesin maupun alat – alat tertentu dari bahan
HSS dengan cara penjenuhan permukaan dengan sulfur.
I. Flame Hardening
Flame hardening adalah pengerasan yang dilakukan dengan
memanaskan baja pada nyala api. Permukaan baja dipanaskan hingga
suhu di atas suhu kritis atas, lalu diquenching dengan semprotan
air.Sebelum dilakukan flame hardening sebaiknya baja di –
normalizing dulu, sehingga didapat kulit yang keras dan inti yang ulet.

Gambar 2.15Prosesflame hardening


J. Induction Surface Hardening
Pemanasan yang dilakukan dengan menggunakan arus listrik
frekuensi tinggi.Logam berbentuk silindris diletakkan pada indikator
ini.Jadi pemanasan dari permukaan dipengaruhi oleh frekuensi dan
waktu dari pemanasan.Pendinginan dilakukan dengan penyemprotan
air setelah pemanasan selesai.

Gambar 2.16Proses induction surface hardening

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 24


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

2.3. Metodologi Praktikum


2.3.1. Skema Proses

Persiapkan alat dan bahan

Memanaskan spesimen (heat treatmen) sampai temperatur 860ºC

Melakukan holding time selama 15 menit

Pengambilan spesimen dan melakukan proses quenching

Annealing Normallizing Quenching air Quenching oli

Pengujian kekerasan spesimen

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.17 Skema proses praktikum perlakuan panas

2.3.2. Penjelasan Skema Proses


1. Menpersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada
praktikum modul 1 perlakuan panas, seperti tungku
muffle, sarung tangan kulit, penjepit spesimen, media
quenching, keranjang mini, wadah, alat tulis, kikir,
amplas, ragum, sikat kawat, mesin uji Rockwell C dan
Brinell, dan kamera untuk dokumentasi. Serta bahan untuk
praktikum modul 1 ini adalah baja AISI 1045.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 25


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

2. Panaskan tungku muffle, hingga suhu tungku muffle di


setting 860°C untuk melakukan proses heat treatment
pada spesimen. Spesimen yang akan di panaskan di
masukkan ke dalam sebuah keranjang kecil yang berguna
pada saat proses pengambilannya menjadi lebih mudah.
3. Pada saat suhu tungke muffle sudah mencapai 860°C, suhu
tungku tersebut ditahan selama 15 menit untuk proses heat
treatment.
4. Setelah 15 menit, spesimen kemudian di ambil dari dalam
tungku muffle dan langsung dilakukan proses quenching
pada media air, oli dan udara terbuka (Normallizing).
Untuk proses pendinginan secara annealing sudah
dilakukan terlebih dahulu oleh asisten laboratorium.
Proses annealing dilakakuan lebih dari ±12 jam, sampai
suhu tungku muffle menyamai suhu ruangan, sedangkan
proses quenching dengan air, oli, dan normallizing
dilakukan selama ±1 jam. Untuk catatan pada saat
pengambilan spesimen dalam tungku muffle, keamanan
dan keselamatan harus di utamakan, karena suhu tungku
muffle yang sangat tinggi.
5. Kemudian specimen dari quenching air dan quenching oli
di uji kekerasannya menggunakan mesin uji Rockwell C,
waktu penekanan selama 10 detik dengan 3 titik
penekanan yang berbeda. Sedangkan untuk spesimen dari
annealing dan normallizing menggunakan mesin uji
brinell dengan 3 titik penekanan yang berbeda pula
6. Setelah proses pengujian kekerasan selesai, lalu
menganalisa dan membahas apa yang terjadi selama
proses praktikum.
7. Mencatat kesimpulan dari praktikum modul 1, tentang
perlakuan panas.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 26


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

2.4. Alat Dan Bahan


2.4.1. Alat
1. Sarung tangan kulit : 1 pasang.
2. Penjepit spesimen : 1 buah.
3. Tungku muffle : seperangkat.
4. Keranjang mini : 4 buah.
5. Drum atau wadah untuk oli dan air : 2 buah.
6. Alat tulis : seperangkat.
7. Kikir : 1 buah.
8. Ragum : seperangkat.
9. Kamera untuk dokumentasi : 1 buah.
10. Mesin uji Rockwell C dan Brinell : seperangkat.
11. Sikat kawat : 1 buah.
2.4.2. Bahan
1. Baja AISI 1045 : 4 buah.
2. Oli : secukupnya.
3. Air : secukupnya
2.5. Pengumpulan Dan Pengolahan Data
2.5.1. Pengumpulan Data
1. Jenis tungku : Tungku muffle.
2. Metode pengujian kekerasa : Penekanan.
3. Jenis mesin : Rockwell C dan Brinell
4. Jenis indentor : Kerucut intan dan bola baja
5. Beban minor : 10 kg.
6. Beban total : 150 kg.
7. Waktu penekanan : 10 detik.
8. Spesimen uji : Baja AISI 1045.
9. Jenis perlakuan panas :
a. Annealing
b. Normallizing
c. Quenching air
d. Quenching oli

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 27


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

10. Data hasil pengujian kekerasan:


Tabel 2.1 Data Hasil Perlakuan Panas
rata -
Kekerasan (HB)
Keterangan rata
Spesimen
No Jenis Temperatur Holding
Uji
Perlakuan pemanasan Time 1 2 3
Panas (ºC) (menit)

1 Annealing 720ºC 15 menit 233,44 250,65 225,49 236,52

2 Normallizing 860ºC 15 menit 225,49 217,92 225,49 222,96


Baja AISI
1045 Quenching
3 860ºC 15 menit 455,98 478,30 444,82 459,70
Air
Quenching
4 860ºC 15 menit 297,55 314,69 314,69 308,98
Oli

2.5.2. Pengolahan Data


I. Perhitungan pada jenis perlakuan panas Annealing
1. Dik : D = 5 mm
d1 = 1,16 mm
d2 = 1,12 mm
d3 = 1,18 mm
Dit : Kekerasan Brinell
Jawab :
2. P
a) BHN1 =
π . D .(D−√ D 2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 233,44
2. P
b) BHN2 =
π . D .(D−√ D2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 250,65

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 28


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

2. P
c) BHN3 =
π . D .(D−√ D2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 225,49
2. Dik : BHN1 = 233,44
BHN2 = 250,65
BHN3 = 225,49
Dit : BHN rata – rata = . . . . ?
Jawab:
BHN 1+ BHN 2+ BHN 3
´ =
BHN
3
233,44+250,65+225,49
=
3
= 236,52

II. Perhitungan pada jenis perlakuan panas Normallizing (N)


1. Dik : D = 5 mm
d1 = 1,18 mm
d2 = 1,20 mm
d3 = 1,18 mm
Dit : Kekerasan Brinell
Jawab :
2. P
a) BHN1 =
π . D .(D−√ D 2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 225,49
2. P
b) BHN2 =
π . D .(D−√ D2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 217,92

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 29


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

2. P
c) BHN3 =
π . D .(D−√ D2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 225,49
2. Dik : BHN1 = 225,49
BHN2 = 217,92
BHN3 = 225,49
Dit : BHN rata – rata = . . . . ?
Jawab:
BHN 1+ BHN 2+ BHN 3
´ =
BHN
3
225,49+217,92+ 225,49
=
3
= 222,96

III. Perhitungan jenis perlakuan panas Quenching air


Dik : HRC1 = 48
HRC2 = 50
HRC3 = 47
Dit : HB dan rata-ratanya
Jawab :
a) HB1 = ( 11,158 × 48 )−79,6 = 455,98
b) HB2 = ( 11,158 ×50 )−79,6 = 478,30
c) HB3 = ( 11,158 × 47 ) −79,6 = 444,82
HB1 + H B 2+ HB 3
´ =
d) HB
3
455,98+ 478,30+444,82
=
3
= 459,70

IV. Perhitungan jenis perlakuan panas Quenching oli

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 30


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Dik : HRC1 = 31,5


HRC2 = 33,5
HRC3 = 33,5
Dit : HB dan rata-ratanya
Jawab :
a) HB1 = ( 11,158 ×31,5 )+ 27,6 = 297,555
b) HB2 = ( 11,158 ×33,5 )+ 27,6 = 314,695
c) HB2 = ( 11,158 ×33,5 )+ 27,6 = 314,695
HB1 + HB 2+ HB 3
d) HB
´ =
3
297,555+314,695+314,695
=
3
= 308,981

V. Diagram nilai kekerasan spesimen


a. Nilai kekerasan specimen pada proses annealing

255
250.65
250
245
Nilai Kekerasan (HRC)

240
235 233.44

230
225.49
225
220
215
210
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.18 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses annealing

b. Nilai kekerasan spesimen pada proses normallizing

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 31


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

228

226 225.49 225.49

Nilai Kekerasan (HRC)


224

222

220
217.92
218

216

214
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.20 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses normallizing

c. Nilai kekerasan spesimen pada proses quenching air

490

480 478.3

470
Nilai Kekerasan (HRC)

460 455.98

450
444.82

440

430

420
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.21 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses quenching air

d. Nilai kekerasan specimen pada proses quenching oli

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 32


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

320
314.7 314.7
315

Nilai Kekerasan (HRC) 310

305

300 297.56

295

290

285
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.22 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses quenching oli

e. Perbandingan nilai kekerasan setiap spesimen dengan


proses pendinginan yang berbeda
500
459.7
450
400
Nilai Kekerasan (HRC)

350
308.98
300
250 236.52 222.96
200
150
100
50
1 2 3 4
0
Annealing Normallizing Quenching air Quenching Oli
Proses Pendinginan
Gambar 2.23 Diagram batang perbandingan nilai kekerasan ssetiap spesimen dengan proses
pendinginan yang berbeda
2.6. Analisa Dan Pembahasan

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 33


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Dalam praktikum modul 1 perlakuan panas, praktikan menggunakan


benda uji baja AISI 1045. AISI sendiri merupakan singkatan dari American
Iron and Steel Institute yang dimana angka 1xxx menyatakan baja karbon,
angka 10xx menyatakan karbon steel, sedangkan angka 45 menyatakan
kadar karbon persentase (0,45%). Pemilihan baja ini banyak dipakai dalam
pembuatan komponen – komponen permesinan, murah dan mudah di
dapatkan dipasaran.
Pada proses awal pengujian ini, temperatur awal pada tungku muffle
sama dengan suhu ruangan praktikum. Spesimen uji tersebut dimasukkan ke
dalam sebuah keranjang kecil yang berguna untuk proses pengambilan
spesimen setelah proses heat treatment selesai dilakukan menjadi lebih
mudah, dikarenakan temperatur dalam tungku muffle tersebut sangat tinggi.
Spesimen yang sudah berada di dalam tungku muffle, kemudian
suhunya telah mencapai 860ºC, titik temperatur 860ºC adalah titik pada
daerah ferrite + austenite. Pada suhu tersebut dilakukan penahan (holding
time) selama 15 menit yang tujuannya agar pemanasan dapat merata pada
spesimen uji.
Keamanan dan keselamatan pada praktikum modul 1 tentang
perlakuan panas ini sangat diutamakan, karena bila sedikit saja ceroboh bisa
berakibat fatal. Terutama ketika mengeluarkan spesimen dari tungku muffle.
Ketika akan melakukan proses pendinginan, spesimen akan diambil
dari dalam tungku muffle dengan cara pengambilannya harus hati – hati,
dengan alat bantu yaitu menggunakan sarung tangan kulit yang tentunya
sudah di desain sedemikian rupa dan menggunakan penjepit spesimen agar
tangan praktikan tidak terpapar oleh suhu panas tungku muffle yang
mencapai 850ºC. Bila tidak mengunakan kedua alat bantu tersebut,
kemungkinan besar tangan praktikan akan langsung terbakar.
Untuk proses pendinginan secara Normallizing benda cukup
didiamkan diluar tungku muffle dengan suhu ruangan dan terkontaminasi
udara bebas. Benda uji pada proses ini cukup didinginkan selama ± 1 jam,
tetapi selama pendinginan dengan waktu tersebut, benda uji ketika di

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 34


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

pegang atau di ambil dalam kerangjang masih akan terasa hangat, namun
masih bisa tetap dipegang dengan tangan praktikan tanpa alat bantu apapun.
Untuk proses pendinginan dengan media pendinginan oli dan air, pada
saat pengambilan spesimen dari dalam tungku muffle harus cepat
mengambilnya dan kemudian dimasukkan ke dalam media pendinginan agar
spesimen tersebut tidak terlalu lama terkontaminasi oleh udara terbuka.
Bilamana benda uji yang akan di dinginkan oleh media pendinginan oli dan
air terlalu lama berada di area udara terbuka, hasil kekerasan yang didapat
tidak akan sesuai dengan apa yang di inginkan, atau cenderung hasilnya
akan mendekati hasil kekerasan dari proses pendinginan secara normalizing.
Pendinginan dengan proses quenching oli dan quenching air dilakukan
selama ± 1 jam, dengan benda uji di biarkan terendam di dalam air untuk
quenching air sedangkan pada quenching oli dengan dicelup-celupkan pada
oli yang proses ini disebut juga agitasi.
Sedangkan untuk proses pendinginan secara Annealing, benda uji di
simpan dalam tungku muffle setelah di holding time selama 15 menit,
tungku muffle langsung di putus aliran listriknya sehingga temperatur
berangsur menurun secara perlahan sampai suhu tungku muffle sama dengan
temperatur ruangan praktikum. Proses pendinginan dengan cara ini
membutuhkan waktu yang sangat lama, karena suhu tungku muffle awalnya
sangat tinggi, 860ºC, sedangkan temperatur ruangan ±27ºC. Sehingga proses
pendinginannya bertahap dengan waktu pendinginan hingga temperatur
tungku muffle menyamai suhu ruangan selama ±12 jam.
Pengujian kekerasan dilakukan sebanyak 3x dengan titik pengujian
yang berbeda pada setiap benda uji agar diketahui perbedaan nilai kekerasan
di setiap titiknya, dan kemudian diambil nilai rata – ratanya.
Lamanya proses pendinginan tergantung dari media yang digunakan
untuk proses pendinginannya dan itu sangat berpengaruh juga terhadap nilai
kekerasan suatu spesimen. Semakin cepat proses pendinginan, maka nilai
kekerasan spesimen semakin besar tetapi spesimen tersebut getas. Bila
pendinginannya lama, spesimen tersebut tetap natural atau kekuatannya
tetap seperti semula, dan sifatnya ulet.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 35


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

Proses pendinginan yang sangat cepat yaitu dengan cara proses


quenching air, karena air cepat untuk menyerap panas pada spesimen.
Berbeda dengan oli apalagi dengan udara terbuka (normallizing). Sedangkan
proses pendinginan yang paling lama yaitu dengan proses annealing
(pendinginan di dalam tungku muffle), prosesnya lama karena suhu awal
tungku muffle 860ºC dan butuh waktu yang sangat lama untuk turun
menyamai temperatur ruangan sebesar ±27ºC. Berikut urutan proses
pendinginan dari yang paling cepat sampai yang paling lambat:
1. Quenching air.
2. Quenching oli.
3. Normallizing.
4. Annealing.
Hasil pengujian kekerasan diketahui bahwa spesimen yang sangat
keras yaitu dari hasil pendinginan nilai rata-rata dengan proses quenching
air sebesar 459,70 HB disusul oleh pendinginan dengan proses quenching
oli sebesar 308,981 HB, lalu pendinginan dengan proses normalizing
sebesar 222,96 HB dan yang terakhir proses pendinginan secara annealing
sebesar 236,52 HB.
Nilai kekerasan suatu spesimen jaga dapat di pengaruhi oleh
komposisi kimia spesimen itu sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya
yaitu dipengaruhi oleh praktikan itu sendiri, bagaimana cara praktikan
melakukan proses pada alat uji kekerasan tersebut.

3.7. Kesimpulan
1. Keamanan dan keselamatan kerja sangat diutamakan.
2. Holding time adalah proses penahanan pada suhu tertentu dengan
waktu tertentu pula.
3. Holding time dalam tungku muffle selama 15 menit berguna agar
proses heat – treatment pada spesimen seragam.
4. Pemindahan spesimen dari dalam tungku muffle ke dalam wadah
berisi oli dan air harus dilakukan dengat cepat, agar spesimen tidak

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 36


Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS

terlalu lama terkontaminasi oleh udara bebas, karena akan


mempengaruhi hasil akhirnya.
5. Proses pendinginan dengan media oli, air dan udara terbuka dilakukan
selama ± 1 jam, sedangkan proses annealing dilakukan lebih dari 12
jam.
6. Pengujian kekerasan dilakukan sebanyak 3x agar mengetahui
perbedaan nilai kekerasan pada titik yang berbeda pada spesimen dan
diambil nilai rata – ratanya.
7. Hasil nilai kekerasan benda uji dengan berbagai macam proses
pendinginan (nilai rata – ratanya):
a. Annealing : 236,52 HB.
b. Normallizing : 222,96 HB.
c. Quecnhing air : 459,70 HB.
d. Quenching oli : 308,981 HB.
8. Lamanya proses pendinginan bergantung kepada media yang
digunakan untuk proses pendinginan.
9. Lamanya proses pendinginan dan media yang digunakan untuk proses
pendinginan mempengaruhi kekerasan benda uji.
10. Quenching adalah proses pendinginan cepat dengan berbagai macam
media pendinginan yang digunakan.
11. Nilai kekerasan suatu spesimen jaga dapat di pengaruhi oleh
komposisi kimia spesimen itu sendiri. Dan yang tidak kalah
pentingnya yaitu dipengaruhi oleh praktikan itu sendiri, bagaimana
cara praktikan melakukan proses pada alat uji kekerasan tersebut.

Laboratorim Logam Teknik Metalurgi T.A 2019 – 2020 37

Anda mungkin juga menyukai