PERLAKUAN PANAS
2.1. Tujuan
1. Mengetahui standar prosedur perlakuan panas dengan baik dan benar.
2. Mampu mengolah data dari hasil pengujian.
3. Menganalisa setiap tahapan proses praktikum.
4. Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan dengan
media air, oli, dan udara.
5. Mengetahui pengaruh pendinginan dengan berbagai perlakuan.
6. Mengetahui proses – proses dari heat treatment.
7. Mendapatkan sifat – sifat mekanik suatu bahan.
7
Kelompok 3 BAB II PERLAKUAN PANAS
atau radiasi dan hambatan listrik dari elemen pemanas. Oleh karena
itu biasanya tidak ada pembakaran yang terlibat dalam kontrol suhu
sistem, yang memungkinkan untuk kontrol jauh lebih besar
keseragaman suhu dan menjamin isolasi bahan yang dipanaskan dari
produk sampingan pembakaran bahan bakar.
Sebuah muffle furnace, digunakan untuk anil, pengerasan, dan
tempering, panas yang diperoleh dengan minyak, yang terkandung
dalam tangki A, dan disimpan di bawah tekanan oleh pemompaan
pada suatu interval dengan gagang kayu, sehingga bila katup B dibuka
minyak yang menguap dengan lewat melalui kumparan pemanas di
pintu masuk tungku, dan ketika dinyalakan akan membakar api gas.
Kemudian masuk ke dalam tungku C melalui dua luban, dan memutar
di bawah D dan di meredam D, berdiri di slab clay tahan api. Pintu ini
ditutup oleh dua blok clay tahan api di E. A suhu lebih dari 2000 °F
dapat diperoleh dalam tungku dari ruang ini, dan panas yang memang
di bawah kendali yang sempurna
2. Salt Bart Furnace
Salt bath furnace modern digunakan untuk sejumlah aplikasi
perlakuan panas seperti:
a. Preheating.
b. Austenitizing.
c. Martempering.
d. Pengerasan netral.
e. High-speed tool pengerasan.
f. Tempering nitridasi.
g. Carburizing.
h. Heat treatment solution.
i. Dip brazing.
Sistem modern menawarkan keseragaman kecepatan ramp–up
dan pemanasan tinggi dengan suhu dipertahankan untuk dalam waktu
5ºdi seluruh bath sehingga memberikan hasil pengolahan yang tinggi
dan seragam.Sekarang ini furnace dipanaskan oleh listrik, minyak atau
E. Carburizing
Carburizing merupakan suatu proses penjenuhan
lapisan permukaan besi dengan karbon. Baja yang diikuti
dengan hardening akan mendapatkan kekerasan yang sangat tinggi,
sedang bagian tengahnya tetap lunak. Jenis – jenis carburizing adalah
sebagai berikut:
1. Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak yang berisi
medium kimia aktif padat, kotak tersebut dipanaskan sampai
900˚C – 950˚C,serta waktu total ditentukan dari kedalaman
kekerasan yang akan dicapai.
3. Gas Carburizing
Disini logam dilepaskan atmosfir yang mengandung karbon
yaitu gas alam maupun gas buatan dan dipanaskan hingga
temperatur 850˚C – 900˚C.
4. Liquid Carburizing
Proses carburizing dilakukan pada media kimia aktif cair,
komposisi medium kimianya adalah soda abu, NaCl, SiC dan
kadang kadang ikut dilengkapi NH4Cl, lalu diberikan pemanasan
pada suhu 850˚C – 900˚C.
H. Sulphating
Perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan
gesek dari bagian bagian mesin maupun alat – alat tertentu dari bahan
HSS dengan cara penjenuhan permukaan dengan sulfur.
I. Flame Hardening
Flame hardening adalah pengerasan yang dilakukan dengan
memanaskan baja pada nyala api. Permukaan baja dipanaskan hingga
suhu di atas suhu kritis atas, lalu diquenching dengan semprotan
air.Sebelum dilakukan flame hardening sebaiknya baja di –
normalizing dulu, sehingga didapat kulit yang keras dan inti yang ulet.
Kesimpulan
2. P
c) BHN3 =
π . D .(D−√ D2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 225,49
2. Dik : BHN1 = 233,44
BHN2 = 250,65
BHN3 = 225,49
Dit : BHN rata – rata = . . . . ?
Jawab:
BHN 1+ BHN 2+ BHN 3
´ =
BHN
3
233,44+250,65+225,49
=
3
= 236,52
2. P
c) BHN3 =
π . D .(D−√ D2−d 2 )
2.250
=
3,14.5. ¿ ¿
= 225,49
2. Dik : BHN1 = 225,49
BHN2 = 217,92
BHN3 = 225,49
Dit : BHN rata – rata = . . . . ?
Jawab:
BHN 1+ BHN 2+ BHN 3
´ =
BHN
3
225,49+217,92+ 225,49
=
3
= 222,96
255
250.65
250
245
Nilai Kekerasan (HRC)
240
235 233.44
230
225.49
225
220
215
210
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.18 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses annealing
228
222
220
217.92
218
216
214
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.20 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses normallizing
490
480 478.3
470
Nilai Kekerasan (HRC)
460 455.98
450
444.82
440
430
420
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.21 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses quenching air
320
314.7 314.7
315
305
300 297.56
295
290
285
Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3
Proses Pengujian Kekerasan
Gambar 2.22 Diagram batang nilai kekerasan spesimen dengan proses quenching oli
350
308.98
300
250 236.52 222.96
200
150
100
50
1 2 3 4
0
Annealing Normallizing Quenching air Quenching Oli
Proses Pendinginan
Gambar 2.23 Diagram batang perbandingan nilai kekerasan ssetiap spesimen dengan proses
pendinginan yang berbeda
2.6. Analisa Dan Pembahasan
pegang atau di ambil dalam kerangjang masih akan terasa hangat, namun
masih bisa tetap dipegang dengan tangan praktikan tanpa alat bantu apapun.
Untuk proses pendinginan dengan media pendinginan oli dan air, pada
saat pengambilan spesimen dari dalam tungku muffle harus cepat
mengambilnya dan kemudian dimasukkan ke dalam media pendinginan agar
spesimen tersebut tidak terlalu lama terkontaminasi oleh udara terbuka.
Bilamana benda uji yang akan di dinginkan oleh media pendinginan oli dan
air terlalu lama berada di area udara terbuka, hasil kekerasan yang didapat
tidak akan sesuai dengan apa yang di inginkan, atau cenderung hasilnya
akan mendekati hasil kekerasan dari proses pendinginan secara normalizing.
Pendinginan dengan proses quenching oli dan quenching air dilakukan
selama ± 1 jam, dengan benda uji di biarkan terendam di dalam air untuk
quenching air sedangkan pada quenching oli dengan dicelup-celupkan pada
oli yang proses ini disebut juga agitasi.
Sedangkan untuk proses pendinginan secara Annealing, benda uji di
simpan dalam tungku muffle setelah di holding time selama 15 menit,
tungku muffle langsung di putus aliran listriknya sehingga temperatur
berangsur menurun secara perlahan sampai suhu tungku muffle sama dengan
temperatur ruangan praktikum. Proses pendinginan dengan cara ini
membutuhkan waktu yang sangat lama, karena suhu tungku muffle awalnya
sangat tinggi, 860ºC, sedangkan temperatur ruangan ±27ºC. Sehingga proses
pendinginannya bertahap dengan waktu pendinginan hingga temperatur
tungku muffle menyamai suhu ruangan selama ±12 jam.
Pengujian kekerasan dilakukan sebanyak 3x dengan titik pengujian
yang berbeda pada setiap benda uji agar diketahui perbedaan nilai kekerasan
di setiap titiknya, dan kemudian diambil nilai rata – ratanya.
Lamanya proses pendinginan tergantung dari media yang digunakan
untuk proses pendinginannya dan itu sangat berpengaruh juga terhadap nilai
kekerasan suatu spesimen. Semakin cepat proses pendinginan, maka nilai
kekerasan spesimen semakin besar tetapi spesimen tersebut getas. Bila
pendinginannya lama, spesimen tersebut tetap natural atau kekuatannya
tetap seperti semula, dan sifatnya ulet.
3.7. Kesimpulan
1. Keamanan dan keselamatan kerja sangat diutamakan.
2. Holding time adalah proses penahanan pada suhu tertentu dengan
waktu tertentu pula.
3. Holding time dalam tungku muffle selama 15 menit berguna agar
proses heat – treatment pada spesimen seragam.
4. Pemindahan spesimen dari dalam tungku muffle ke dalam wadah
berisi oli dan air harus dilakukan dengat cepat, agar spesimen tidak