4580 9093 1 SM
4580 9093 1 SM
Abstract: Pasal 181 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dalam proses pidana, kehadiran barang bukti dalam
persidangan sangat penting bagi hakim untuk mencari dan menemukan kebenaran materil suatu perkara. Demikian
pula halnya perkara tindak pidana narkotika yang diatur dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Dasar penetapan barang bukti dalam penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika didasarkan pada
pemeriksaan awal terhadap pelaku, yaitu melalui tes urine. Tes urine yang dinyatakan positif mengandung unsur
narkotika dan pelaku memiliki narkotika dapat dikategorikan sebagai pelaku penguna, apabila pada tes urine tidak
ditemukan adanya unsur narkotika, maka pelaku dapat digolongkan sebagai pengedar atau pengangkut narkotika.
Barang bukti memiliki peran dalam mengungkap kebenaran telah terjadinya suatu tindak pidana narkotika Faktor
penyebab terjadinya hambatan dalam penyelidikan dan penyidikan guna pembuktian tindak pidana narkotika adalah
akibat ketiadaan barang bukti dalam penyidikan tindak pidana narkotika dan akibat ketidakseragaman dalam
menentukan barang bukti. Hal ini dapat diakibatkan oleh faktor yang berasal penyidik (intern) dan faktor dari luar
penyidik (ekstern). Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam penyelidikan dan penyidikan guna
pembuktian tindak pidana narkotika adalah dengan melakukan peningkatan pengetahuan anggota satreskrim unit
narkoba dalam penguasaan perundang-undangan dan teknologi pendukung, melakukan olah TKP sesegera mungkin
guna meminimalisir hilangnya barang bukti, melakukan kerja sama dengan satres unit narkoba dari wilayah
kepolisian lain guna menangkap pelaku dan juga mengupayakan segera mungkin memperoleh izin penyitaan dari
pengadilan.
untuk menunjukkan benar atau salahnya si suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti
terdakwa dalam sidang pengadilan.2 yang disebutkan oleh undang-undang, maka
Apabila dilihat tujuan upaya pembuktian keyakinan hakim tidak diperlukan sama
oleh para pihak dalam proses pemeriksaan sekali. 4 Sistem ini disebut juga teori
persidangan dapat dilihat dari tiga sudut, yaitu : pembuktian formal (formele bewijstheorie).
a. Dari sudut penuntut umum, pembuktian 2. Sistem Pembuktian Berdasarkan Keyakinan
merupakan suatu usaha untuk meyakinkan Hakim (Conviction in Time)
hakim yakni berdasarkan alat bukti yang ada, Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan
agar menyatakan seorang terdakwa bersalah hakim ini, hakim dalam menjatuhkan putusan
sesuai dengan surat atau catatan dakwaan. tidak terikat dengan alat bukti yang ada.
b. Dari sudut terdakwa atau penasehat Ajaran pembuktian conviction in time adalah
hukumnya, pembuktian merupakan usaha suatu ajaran yang menyandarkan pada
sebaliknya, untuk meyakinkan hakim yakni keyakinan hakim semata.5
berdasarkan alat bukti yang ada, agar 3. Sistem Pembuktian Berdasar Keyakinan
menyatakan terdakwa dibebaskan atau Hakim Atas Alasan yang Logis (Laconviction
dilepaskan dari tuntutan hukum atau Raisonnee)
meringankan pidananya. Untuk itu terdakwa Sistem atau teori pembuktian yang berdasar
atau penasihat hukum jika mungkin harus keyakinan hakim sampai batas tertentu
mengajukan alat-alat bukti yang (laconviction raisonnee). Menurut teori ini,
menguntungkan atau meringankan pihaknya. hakim dapat memutuskan seseorang bersalah
Biasanya bukti tersebut disebut bukti berdasarkan keyakinannya yang didasarkan
kebalikan. kepada dasar pembuktian disertai dengan satu
c. Dari sudut pandang hakim, pembuktian kesimpulan (conclusie) yang berlandaskan
tersebut menjadikan dsar pengambilan putusan kepada peraturan-peraturan pembuktian
yakni dengan adanya alat-alat bukti yang ada tertentu. Jadi putusan hakim dijatuhkan dengan
dalam persidangan baik yang berasal dari suatu motivasi.6
penuntut umum atau penasihat 4. Sistem Pembuktian Berdasarkan Undang-
hukum/terdakwa dibuat dasar untuk membuat undang secara Negatif (Negatief Wettelijk)
keputusan.3 Sistem pembuktian berdasarkan undang-
Berdasarkan uraian penjelasan di atas dapat undang secara negatif, menghendaki bahwa
diketahui bahwa pada hakekatnya, pembuktian dalam membuktikan kesalahan terdakwa
dimulai sejak diketahui adanya peristiwa hukum. melakukan tindak pidana yang didakwakan
Apabila ditelaah sejarah perkembangan hukum kepadanya, hakim tidak sepenuhnya
acara pidana di Indonesia diketahui bahwa ada mengandalkan alat-alat bukti serta dengan
beberapa sistem atau teori untuk membuktikan cara-cara yang ditentukan oleh undang-
perbuatan yang didakwakan kepada seorang undang.
pelaku tindak pidana. Sistem atau teori Berdasarkan sistem pembuktian
pembuktian ini bervariasi menurut waktu dan berdasarkan undang-undang secara negatif
tempat (negara). Untuk lebih jelasnya dapat dilakukan dalam menyatakan orang itu bersalah
dilihat uraian berikut. dan dihukum harus ada keyakinan pada hakim
1. Sistem Pembuktian berdasarkan Undang- dan keyakinan itu harus didasarkan kepada alat-
undang Positif (Positief Wetterlijk alat bukti yang sah, bahwa memang telah
Bewijstheori) dilakukan sesuatu perbuatan yang terlarang dan
Pembuktiannya yang didasarkan pada alat-alat bahwa tertuduhlah yang melakukan perbuatan itu.
pembuktian yang disebut undang-undang. B. Pengertian Penyidik dan Penyidikan
Sistem pembuktian positif (positief wettelijk Menurut KUHAP
bewijstheorie). hanya didasarkan kepada Penyidikan merupakan serangkaian
undang-undang dan keyakinan hakim tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
dikesampingkan, artinya jika telah terbukti
2 4
Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia.
Hukum Acara Islam Dan Hukum Positif. Pustaka Pelajar, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 247.
5
Yogyakarta, 2004, hlm 25. Hari Sasangka dan Lily Rosita, Op.Cit., hlm 14
3 6
Ibid., hlm 13 Andi Hamzah, Op.Cit., hlm. 249
Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 74
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
yang diatur dalam undang- undang untuk mencari dicurigai untuk dilakukan pemeriksaan.
serta mengumpulkan bukti-bukti yang dengan Semua tindakan yang dilakukan dalam
bukti itu membuat terang tindak pidana yang rangka proses penyidikan di atas dibuat secara
terjadi. Dalam melakukan tugas penyidikan, tertulis yang untuk selanjutnya diberkaskan dalam
penyidik diberi kewenangan untuk melakukan satu bendel berkas. Selanjutnya apabila
tindakan yang memungkinkan diselesaikannya penyidikan dianggap sudah selesai barulah berkas
proses penyidikan. Penyidik menurut Undang- perkara dikirimkan kepada penuntut umum,
Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP berikut tersangka dan barang bukti. Jika oleh
pada Pasal 1 ayat (1) adalah (1) Pejabat Polisi penuntut umum dianggap telah cukup maka tugas
negara Republik Indonesia dan (2) Pegawai dan wewenang penyidik telah selesai, Sedangkan
Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang jika menurut penuntut umum masih terdapat
khusus oleh undang-undang untuk melakukan kekurangan, maka penyidik harus melengkapi
penyidikan. kekurangan tersebut.
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 35 Tahun Guna meringankan beban penyidik, pada
2009 tentang Narkotika disebutkan bahwa KUHAP juga telah diatur adanya penyidik
Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pembantu, yakni Pejabat Kepolisian Negara
sidang pengadilan terhadap penyalahgunaan dan Republik Indonesia yang diangkat oleh Kapolri
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor berdasarkan syarat kepangkatan yang berlaku.
Narkotika dilakukan berdasarkan peraturan Wewenang penyidik pembantu hampir sama
perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dengan penyidik pada umumnya, kecuali pada
dalam Undang-Undang ini. kewenangan penahanan. Dalam hal penahanan,
Berdasarkan ketentuan tersebut jelas bahwa penyidik pembantu harus menunggu terlebih
penyidikan terhadap tindak pidana narkotika dahulu pelimpahan wewenang dari penyidik.
merupakan kewenangan penyidik yang diatur Dalam pembuatan berita acara dan berkas perkara
dalam perundang-undangan yang berlaku dalam juga tidak langsung diserahkan kepada Penuntut
hal ini merujuk pada ketentuan KUHP. Umum, tetapi diserahkan kepada penyidik,
Penyidikan membawa konsekuensi semakin kecuali dalam perkara dengan acara pemeriksaan
profesionalnya aparat penyidik dari Pejabat singkat.
pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
departemen yang lingkup tugas dan tanggung C. Kepolisian sebagai Penyidik Utama Perkara
jawabnya meliputi masalah psikotropika yang Pidana
diberi wewenang khusus untuk itu. Dalam sistem peradilan pidana di Indonesia
Pemberian wewenang ini dengan tetap Kepolisian merupakan bagian dari unsur yang
memperhatikan fungsi koordinasi dengan melaksanakan upaya penegakan hukum.
penyidik dari Pejabat Kepolisian Negara Republik Kepolisian selaku pengayom masyarakat,
Indonesia yang fungsinya sebagai pemegang pelindung dan sebagai alat penegak hukum,
utama wewenang dalam penyidikan tindak pidana. memelihara serta meningkatkan tertib hukum
Penyidikan sejajar dengan pengertian pengusutan diberi kewenangan utama untuk melakukan
yang berarti pemeriksaan permulaan oleh pejabat- penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
pejabat yang untuk itu ditunjuk oleh undang- tindak Kelahiran KUHAP merupakan era baru
undang, segera setelah mereka dengan jalan dalam dunia peradilan pidana di Indonesia.
apapun mendapat kabar yang sekedar beralasan, Pejabat polisi merupakan penyidik utama di
bahwa ada terjadi sesuatu pelanggaran hukum. dalam perkara Pidana disamping penyidik dari
Sebelum dilakukan kegiatan penyidikan Pejabat Pegawai Negeri Sipil, hal ini telah diatur
akan dilakukan penyelidikan, KUHAP memberi pada UU No. 8 Tahun 1981 Pasal 6 ayat (1) huruf
pengertian penyelidikan sebagai serangkaian a dan b. Dalam pada itu, untuk mendukung tugas
tindakan penyelidik untuk mencari dan Kepolisian sebagai penyidik, maka diatur pula di
menentukan suatu peristiwa yang diduga sebagai dalam KUHAP kewajiban dan wewenang Pejabat
tindak pidana guna menentukan dapat atau Polisi dalam kegiatan penyidikan. Hal ini
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang
diatur dalam undang- undang ini. Tugas utama Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara.
dari penyelidik adalah penerimaan laporan dan Dalam KUHAP Pasal 7 ayat (1), karena
pengaturan serta menghentikan orang yang kewajibannya penyidik memiliki wewenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari termasuk dalam hal ini tindak pidana narkotika
seorang tentang adanya tindak pidana; lembaga kepolisian merupakan penyidik
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di utama yang melaksanakan proses penyelidikan
tempat kejadian; dan penyidikan. Lembaga kepaolisian sebagai
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan penyidik utama pada saat tahap pengumpulan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka; bukti-bukti, penyidik diberi kewenangan untuk
d. Melakukan penangkapan, penahanan, melakukan tindakan-tindakan yang
penggeledahan, dan penyitaan; memungkinkan dapat diselesaikannya proses
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; penyidikan dan siap diserahkan kepada penuntut
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; umum.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi; V. TINDAK PIDANA NARKOTIKA DAN
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan PEMBUKTIAN DALAM TINDAK
dalam hubungannya dengan pemeriksaan PIDANA NARKOTIKA
perkara; A. Tindak Pidana Narkotika dan Sanksi
i. Mengadakan penghentian penyidikan; Narkoba (Narkotika dan Obat/Bahan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum Berbahaya)adalah istilah yang digunakan oleh
yang bertanggungjawab. penegak hukum dan masyarakat. Perkataan
Pasal 13 UUNo2 Tahun 2002, menjelaskan narkotika berasal dari perkataan Yunani "narke"
bahwa kewajiban atau tugas pokok dari yang berarti terbius sehingga tidak merasakan
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: apa-apa. Namun ada juga yang mengatakan
a. Memelihara keamanan dan ketertiban bahwa narkotika berasal dari kata Narcissus,
masyarakat; sejenistumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga
b. Menegakkan hukum; dan yang dapat membuatorang menjadi tak
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan sadar. 7 Bahan berbahaya yang dimaksud adalah
pelayanan kepada masyarakat. bahan yang tidak aman digunakan atau
Dalam melaksanakan kewajiban atau tugas membahayakan dan penggunaannya bertentangan
pokok tersebut, pada Undang-Undang Nomor 2 dengan hukum atau melanggar hukum (ilegal).
Tahun 2002 Pasal 14 ayat (1) huruf g menjelaskan Narkoba adalah obat, bahan dan zat yang
bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia bukan termasuk jenis makanan. Oleh sebab itu
bertugas untuk melakukan penyelidikan dan jika kelompok zat ini dikonsumsi oleh manusia
penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai baik dengan cara dihirup, dihisap, ditelan, atau
dengan hukum acara pidana dan peraturan disuntikkan maka ia akan mempengaruhi susunan
perundang- undangan lainnya. saraf pusat (otak) dan akan menyebabkan
Guna mendapatkan hasil guna dan daya ketergantungan. Akibatnya, sistem kerja otak dan
3
guna yang optimal di dalam proses penyidikan fungsi vital organ tubuh lain seperti jantung,
6
perkara tindak pidana, serta menghindari akibat pernafasan, peredaran darah dan lain-lain akan
hukum yang tidak diinginkan seperti misalnya berubah meningkat pada saat mengkonsumsi dan
tuntutan pra peradilan, ganti rugi dan rehabilitasi, akan menurun pada saat tidak dikonsumsi
atau bahkan sampai dibebaskannya terdakwa dari (menjadi tidak teratur).8
segala tuntutan dan tuduhan hukum sebagai akibat Taufik Makarao menyatakan bahwa secara
dari keteledoran dari penyidik, maka tiap Pejabat umum yang dimaksud dengan narkotika adalah
Polisi yang melaksanakan tugas penyidikan harus sejenis zat yang dapat menimbulkan
memegang teguh dan menjalankan semua asas- pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang
asas dalam penyidikan. Kegiatan penyidikan yang menggunakannya, yaitu dengan cara
memiliki lima asas, yaitu:
1. Asas Tanggung Jawab
2. Asas Kepastian 7
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam
3. Asas Kecepatan Hukum Pidana (Untuk Mahasiswa dan Praktisi serta
4. Asas Keamanan Penyuluh Masalah Narkoba), Mandar Maju, Bandung, 2003,
5. Asas Kesinambungan hlm. 63.
8
Berdasarkan uraian di atas, jelalah Lydia Harlina Martono & Satya Joewana,
Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya,
bahwa dalam pelaksanaan proses penyidikan Balai Pustaka, Jakarta, 2006. hlm.5.
Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 76
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dibahas mengenai sistem pertanggungjawaban Dalam hal penyelesaian suatu tindak pidana
pidananya. narkotika tentunya tidak terlepas dari
Jika seorang pelaku telah memenuhi syarat penyelenggaraan sistem peradilan pidana (SPP)
untuk dapat dimintai pertanggungjawaban yang merupakan konsep pendekatan Criminal
pidananya, dan di dalam hal ini adalah Justice System yaitu sebuah pendekatan sistem
terkait dengan penyalahgunaan narkotika, maka dalam mekanisme penyelenggaraan peradilan
seseorang tersebut dapat dijatuhi pidana sesuai pidana yang diawali oleh ketidakpuasan terhadap
dengan ketentuan undang-undang tentang proses peradilan pidana di Amerika Serikat.
Narkotika yakni ketentuan Pasal 116, 121, dan Romli Atmasasmita sebagaimana dikutip Mujahid
Pasal 127 yaitu: mengatakan bahwa bekerjanya SPP
1. Adanya kehendak yang disadari yang menitiberatkan pada administrasi peradilan.13
ditujukan untuk melakukan kejahatan Konsep Sistem peradilan pidana ini yang
penyalahgunaan narkotika guna unsur adanya merupakan beberapa bentuk mekanisme kontrol
kesalahan dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT)
2. Dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya sekarang, antara lain : a) internal; b) eksternal; c)
menyalahgunakan narkotika maksudnya ia ada horizontal (dari lembaga lain atau dari
pada suatu keadaan jiwa pembuat. masyarakat); dan d) vertikal. kemudian diadopsi
3. Pertanggungjawaban pidana memerlukan dan dikembangkan di Indonesia sesuai kondisi
syarat bahwa pembuat mampu yang ada mulai mendapat perhatian pada
bertanggungjawab, antara lain: dasawarsa terakhir ini. 14 Indriyanto Seno Adji
a. Mampu untuk mengerti nilai dari akibat- mengatakan bahwa Sistem Peradilan Pidana di
akibat perbuatannya menyalahgunakan Indonesia merupakan terjemahan dari Criminal
narkotika; Justice System, suatu sistem yang dikembangkan
b. Mampu untuk mengetahui atau menyadari oleh praktisi hukum (Law enforcement officers) di
bahwa perbuatannya menyalahgunakan Amerika Serikat.15
narkotika bertentangan dengan hukum; Tahap-tahap pemeriksaan perkara pidana
c. Mampu menentukan kehendaknya sesuai dalam “Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
dengan kesadaran tersebut. tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
4. Tidak memenuhi syarat-syarat alasan Pidana (KUHAP) sebagai pengganti HIR/RIB,
penghapus pidana, dan dalam hal mengenal 4 (empat) tahapan pemeriksaan perkara
penyalahgunaan narkotika, apabila pelaku pidana”, yaitu tahap penyidikan yang dilakukan
tersebut tidak sengaja menggunakan Narkotika oleh kepolisian; tahap penuntutan oleh Penuntut
karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, Umum; tahap pemeriksaan di sidang pengadilan;
dan/atau diancam untuk menggunakan dan tahap pelaksanaan putusan pengadilan.16
narkotika, maka sesuai dengan ketentuan Pasal Mekanisme peradilan pidana (criminal
54 UUN ia merupakan korban dari justice process) sebagai suatu proses dimulai dari
penyalahgunaan narkotika yang wajib proses penangkapan, penggeledahan, penahanan,
menjalani rehabilitasi. penuntutan dan pemeriksaan di muka sidang
Pelaku sebagai korban penyalahgunaan pengadilan; serta diakhiri dengan pelaksanaan
Narkotika adalah seseorang yang tidak sengaja pidana di lembaga pemasyarakatan,17 kalau yang
menggunakan Narkotika karena dibujuk,
13
diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam Mujahid, Menciptakan Mekanisme Pengawasan
untuk menggunakan Narkotika. yang Efektif dalam SPP, Tesis Program Pasca Sarjana UI.
2004, hlm. 36
Penyelesaian kasus narkotika dan 14
Harkristuti Harkrisnowo, Sistem Peradilan
pengaturannya tentunya tidak terlepas dari Terpadu dan Peran Akademis, Makalah Kejaksaan Agung,
pengkajian tentang ketentuan pidana terhadap Jakarta 24-25 Juni 2003
15
penyalahgunaan narkotika, mengingat posisi Indriyanto Seno Adji, Arah dan Sistem Peradilan
(Pidana) terpadu Indonesia (suatu tinjauan pengawasan
pecandu narkotika yang mempunyai posisi sedikit
aplikatif dan praktek), Komisi Hukum Nasional, Jakarta 18
berbeda dengan pelaku tindak pidana lainnya, April 2001, hlm. 5.
yakni masalah pecandu narkotika menurut 16
Nyoman Serikat Putra Jaya,Sistem Peradilan
ketentuan undang-undang, di satu sisi merupakan Pidana (Criminal Justice system), Bahan Kuliah, Program
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika, Megister Ilmu Hukum Undip, Semarang, 2006. hlm. 26.
17
Romli Atmasasmita, “Strategi Pembinaan
namun di sisi lain merupakan korban. Pelanggaran Hukum dalam Konteks Penegakan Hukum di
Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 78
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dijatuhkan pidana kurungan atau pidana penjara. saat ini diatur dengan Undang-Undang Nomor 35
Menurut Al Wisnubroto, mengatakan Tahun 2009 tentang Narkotika. Di dalamnya
bahwa Pemeriksaan perkara pidana berawal dari mengatur tentang narkotika baik dari segi
terjadinya tindak pidana (delict) atau perbuatan penggunaan, penyimpanan, pembuatan serta yang
pidana atau peristiwa pidana yaitu berupa menjadi larangan melakukan penyalahgunaan
kejahatan atau pelanggaran. Peristiwa atau narkotika. Peraturan perundang-undangan tentang
perbuatan tersebut diterima oleh aparat penyelidik narkotika secara khusus juga mengatur larangan
dalam hal ini adalah Polisi Republik Indonesia maupun sanksi pidananya serta objek pembuktian
melalui laporan dari masyarakat, pengaduan dari dalam proses penyelesaian di pengadilan sebagai
pihak yang berkepentingan atau diketahui oleh sebuah kejahatan.
aparat sendiri dalam hal tertangkap tangan
(heterdaad).18 D. Metode Pembuktian Dalam Tindak Pidana
Uraian tersebut di atas, menunjukkan Narkotika
bahwa tahap-tahap pemeriksaan perkara dari Apabila dikaitkan dengan metode
proses yang dinamakan “penyelidikan”, di mana pembuktian dalam tindak pidana narkotika, maka
dalam penyelidikan adalah untuk menentukan permasalahan penyalahgunaan narkotika
apakah suatu peristiwa atau perbuatan (feit) mempunyai dimensi yang sangat luas dan
merupakan peristiwa/perbuatan pidana atau bukan. komplek. Penyalahgunaan Narkotika merupakan
Jika dalam penyelidikan telah diketahui atau permasalahan penyakit kronis yang berulang kali
terdapat dugaan kuat bahwa kasus, peristiwa atau kambuh yang sampai saat sekarang ini belum
perbuatan tersebut merupakan tindak pidana ditemukan upaya penanggulangan secara
(delict) maka dapat dilanjutkan pada proses menyeluruh.
selanjutnya yaitu penyidikan. Kepolisian selaku pengayom masyarakat,
pelindung dan sebagai alat penegak hukum,
C. Barang Bukti dalam Tindak Pidana memelihara serta meningkatkan tertib hukum
Narkotika diberi kewenangan utama untuk melakukan
Di Indonesia negara menganut sistem atau penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
teori pembuktian secara negatif menurut undang- tindak pidana. Dalam UU No. 35 Tahun 2009
undang, di mana hakim hanya dapat menjatuhkan tentang Narkotika telah ditetapkan penyidik yang
hukuman apabila sedikit-dikitnya terdapat dua berwenang menangani perkara narkotika yaitu
alat bukti dalam peristiwa pidana yang dituduhkan penyidik Polri dan penyidik PNS. Dengan kata
kepadanya. Hal ini juga berlaku dalam tindak lain keterlibatan polisi menentukan efektifitas
pidana narkotika, dimana untuk dapat berlakunya Undang-Undang Narkotika.
membuktikan suatu tindka pidana narkotika telah Efektifitas berlakunya UU Narkotika ini
terjadi juga memerlukan adanya barang bukti sangatlah tergantung pada seluruh jajaran penegak
sebagai paya pembuktian telah terjadinya tindak umum, dalam hal ini seluruh intansi yang terkait
pidana narkotika. langsung, yakni penyidik Polri serta para penegak
Dalam perkara tindak pidana narkotika hukum yang lainnya. Di sisi lain hal yang sangat
maka yang menjadi barang bukti telah dilakukan penting adalah perlu adanya kesadaran hukum
tindak pidana tersebut adalah adanya narkoti. dari seluruh lapisan masyarakat guna menegakkan
Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunani kewibawaan hukum khususnya UU No35 Tahun
“narke” yang berarti terbius sehingga tidak 2009 tentang Narkotika. Jadi dalam hal ini peran
merasakan apa-apa. Namun ada juga yang penyidik bersama masyarakat sangatlah penting
mengatakan bahwa narkotika berasal dari kata dalam membantu proses penyelesaian terhadap
Narcissus, sejenis tumbuh-tumbuhan yang kasus tindak pidana narkoba yang semakin marak
mempunyai bunga yang dapat membuat orang dewasa ini.
menjadi tak sadar.19 Barang bukti diperoleh penyidik sebagai
Di Indonesia ketentuan tentang narkotika instansi pertama dalam proses peradilan. Barang
bukti dapat diperoleh penyidik melalui hal-hal
sebagai berikut:
Indonesia”, Alumni, 1982, hlm. 70. 1. Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
18
Al. Wisnubroto, Praktek Peradilan Pidana
Proses Persidangan Perkara Pidana, Penerbit PT. Galaxy 2. Penggeledahan
Puspa Mega, Jakarta, 2002, hlm. 1.
19
Hari Sasangka, Op.Cit.hlm. 63.
3. Diserahkan langsung oleh saksi pelapor atau temuan yang ditemukan secara tidak sengaja.
tersangka
4. Diambil dari pihak ketiga VI.KAJIAN HUKUM TERHADAP
5. Barang temuan.20 PENETAPAN BARANG BUKTI DALAM
Menurut Pasal 1 butir 16 KUHAP PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik TINDAK PIDANA NARKOTIKA PADA
untuk mengambil alih atau menyimpan di bawah RESERSE NARKOBA POLRESTA
penguasaannya benda bergerak atau tidak BANDA ACEH
bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, A. Dasar Penetapan Barang Bukti dalam
penuntutan dan peradilan. Terhadap benda atau Penyidikan Tindak Pidana Narkotika
barang bukti yang tersangkut dalam tindak Penegakan hukum terhadap pelaku
pidana, guna kepentingan penyidikan, penuntutan, penyalahgunaan Narkoba oleh penyidik
dan pembuktian sidang pengadilan, maka untuk Kepolisian dimulai dari pemenuhan unsur pelaku
sementara penyidik dapat melakukan penyitaan. penyalahgunaan narkotika seperti adanya
Melihat ketentuan Pasal 1 butir 16 KUHAP, kandungan unsur narkotika dalam urine tersangka
tentang pengertian penyitaan tampak bahwa yang sebagai bukti awal untuk melakukan penyelidikan
berwenang melakukan penyitaan adalah penyidik. lebih lanjut guna menentukan pelaku sebagai
Penyitaan hanya diatur dalam tahap penyidikan. pengguna atau pelaku pengedar. Selanjutnya
Sebelum melakukan tindakan penyitaan ditentukan pola penanganannya sebagaimana
terhadap barang bukti, penyidik harus diatur dalam taktik dan teknik penyelidikan dan
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, penyidikan.21
tergantung pada situasi dan kondisi peristiwa Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pidana, yakni sebagai berikut: dalam upaya membuktikan telah terjadi suatu
1. Mengajukan surat permintaan izin Ketua tindak pidana narkotika pihak Reserse Narkoba
Pengadilan Negeri setempat hal ini dilakukan Polresta Banda Aceh, dalam operasionalnya selalu
penyidik khusus dalam hal atau keadaan tidak berupaya untuk menemukan barang bukti seperti :
mendesak. 1. Hasil tes urine dan jenis narkotika yang
2. Membuat surat perintah penyitaan, dalam hal ditemukan seperti ganja, heroin, sabu-sabu,
tidak mendesak surat perintah penyitaan dibuat dan pil ekstasi biasanya ditemukan dalam
setelah mendapat izin penyitaan dari Ketua bentuk paket bungkusan kecil dari pemakai,
Pengadilan Negeri. Dalam keadaan mendesak maupun jumlah besar dari pengedar.
dan harus segera dilakukan tindakan, maka 2. Bong (alat penghisap), biasanya ditemukan
penyidik dapat membuat surat perintah dari pemakai yang dipergunakan sebagai alat
penyitaan tanpa terlebih dahulu mengajukan penghisap sabu-sabu dan alat pendukung
izin dari Ketua Pengadilan Negeri. lainnya seperti alumunium foil, karet plastik,
3. Petugas, peralatan dan perlengkapan. Hal ini korek api, dan sebagainya.
untuk memperlancar pelaksanaan penyitaan 3. Uang tunai, yang digunakan sebagai alat
benda barang bukti oleh penyidik. transaksi jual beli narkotika.
4. Menentukan atau memperkirakan nama, jenis, 4. Kenderaan bermotor sebagai alat transportasi.
sifat, kemasan, jumlah barang yang akan disita. Barang Bukti tersebut juga dapat digunakan
Hal ini tentunya tergantung pada kasus tindak untuk menentukan pelaku sebagai pemakai atau
pidana yang dihadapi oleh penyidik. pengedar bahkan dapat mengetahui jumlah orang
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa yang terlibat dan menemukan sumber narkotika. 22
seperti halnya pada tindak pidana lainnya cara Pada suatu kasus tindak pidana
memperoleh barang bukti dalam perkara tindak narkotika korban adalah pelaku sehingga pelapor
pidana narkotika juga dilakukan dengan upaya tidak ada, oleh karena itu dengan upaya yang ada
penyitaan baik dari pemeriksaan Tempat Kejadian dilakukan oleh penyidik untuk mencari bukti serta
Perkara, penggeledahan pelaku, diserahkan
langsung oleh saksi pelapor atau tersangka, 21
Salamuddin, Kanit I Idik (Penyidik Reserse
siambil dari pihak ketiga maupun berupa barang Narkoba) Polresta Banda Aceh Wawancara Tanggal 9 Juli
2012
22
Dedi Darwinsyah, Kasat Reserse Narkoba
20
Nurul Ratna Afiah. Op.Cit., hal. 37. Polresta Banda Aceh, Wawancara Tanggal 9 Juli 2012
Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 80
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
mendeteksi, begitu mendapatkan informasi baru pelaksanaan tugas pada tingkat kewilayahan
direncanakan bagaimana pelaku ditangkap baik dalam lingkungannya.24
pengedar atau pemakai. Hal ini memang sulit Dalam kebijaksanaan penyidikan,
dilakukan tetapi ada beberapa teknik penyelidikan pemeriksaan seseorang saksi tidak boleh
mulai dari Peninjauan (observasi), disamakan dengan seorang tersangka.
pembuntutan(surveillance), penyusupan agen Pemeriksaan wajib dilakukan Kasat dan Kepala
(undercover agen), pembelian terselubung Unit bersangkutan wajib mengawasi pelaksanaan
(undercover buy), penyerahan yang dikendalikan pemeriksaan baik seseorang sebagai tersangka
(controlled planning), dan rencana pelaksanaan maupun saksi, dilakukan dengan wajar, sesuai
penggerebekan (raid planning execution).23 dengan ketentuan hukum yang berlaku dan
Berdasarkan metode, di atas kegiatan yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
berkaitan dengan teknik pengungkapan tindak Hasil penyidikan terhadap perkara pidana
pidana narkotika, yaitu : Narkotika untuk dapat dilimpahkan kepada
1. Teknik yang bertujuan untuk mendapatkan penuntut umum dilakukan pemberkasan sesuai
atau menguatkan informasi tentang terjadinya dengan Pasal 8 ayat (2) KUHAP.Semua berita
tindak pidana narkotika yang meliputi : acara diatas dibuat atas kekuatan sumpah jabatan
observasi, pembuntutan dan perlindungan bagi dari penyidik yang menjalankan tugasnya dan
penyidikan. ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat
2. Teknik yang bertujuan untuk menangkap dalam tindakan tersebut. Apabila pemberkasan
pelaku tindak pidana narkotika melalui telah selesai, selanjutnya penyidik menyerahkan
penyusupan agen dan pembelian terselubung. berkas perkara kepada penuntut umum dengan
3. Dari teknik yang ada dapat dikatakan bahwa memperhatikan Pasal 8 ayat ( 3 ) KUHAP yaitu
teknik yang pertama adalah mendahului dilakukan sebagai berikut :
tindakan kedua. Karena pada teknik pertama a. Pada tahap pertama penyidik hanya
penyidik harus berusaha untuk mendapatkan menyerahkan berkas perkara.
informasi serta menguatkan informan yang b. Selanjutnya dalam hal penyidikan sudah
telah didapat mengenai pelaku tindak pidana dianggap selesai, penyidik menyerahkan
narkotika beserta odus operandinya. Setelah tanggung jawab atas tersangka dan barang
mendapatkan informasi-informasi tersebut bukti kepada penuntut umum.
maka diadakanlah teknik yang kedua yaitu Ketentuan tersebut sebenarnya untuk
merupakan usaha kepolisian untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerepotan
merencanakan adanya tindak pidana yang penyidik yang harus bolak-balik membawa
dikontrol dengan cara pembuatan TKP. barang bukti dan tersangka, apabila berkas
Kegiatan yang paling menentukan perkara dinilai penuntut umum masih belum
keberhasilan tindakan pendahuluan diatas lengkap, sehingga pelimpahan perkara kepada
adalah rencana pelaksanaan penggerebekan. penuntut umum perlu dilakukan dua tahap. setelah
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa penyidik melimpahkan berkas dengan lengkap
dalam proses penyelidikan dan penyidikan guna dan diterima, tanggung jawab beralih kepada
memperoleh barang bukti ini merupakan penuntut umum.25
kewenangan Satuan Reserse Narkoba bagian dari Jadi dasar penetapan barang bukti dalam
unit kegiatan pemolisian di bidang pencegahan upaya penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
dan penanggulangan tindak pidana narkotika. narkotika adalah adanya kewenangan dari
Satuan Reserse Narkoba Polresta Banda Aceh penyidik untuk melakukan penyelidikan dan
adalah unsur pelaksana pada Direktorat Reserse penyidikan guna memperoleh barang bukti yang
Polda Aceh, yang bertugas memberikan nantinya akan dijadikan alat bukti dan pembuktian
bimbingan tekhnis atas pelaksanaan fungsi reserse tindak pidana narkotika di sidang pengadilan.
narkotika dan obat-obat berbahaya di lingkungan Adanya barang bukti dimaksud dapat diperoleh
Polda Aceh khususnya di wilayah hukum Polresta pada saat penangkapan pelaku, penggeledahan
Banda Aceh serta menyelenggarakan dan
24
melaksanakan baik bersifat regional/terpusat pada Dedi Darwinsyah, Kasat Reserse Narkoba
tingkat daerah maupun dalam rangka mendukung Polresta Banda Aceh, Wawancara Tanggal 9 Juli
2012.
25
Dedi Darwinsyah, Kasat Reserse Narkoba
23
Dedi Darwinsyah, Kasat Reserse Narkoba Polresta Banda Aceh, Wawancara Tanggal 9 Juli
Polresta Banda Aceh, Wawancara Tanggal 9 Juli 2012 2012.
dan penyitaan yang dilakukan setelah adanya dalam penyidikan tindak pidana narkotika dapat
laporan atau terjadinya suatu tindak pidana diakibatkan oleh faktor yang berasal penyidik
narkotika. (intern) dan faktor dari luar penyidik (ekstern),
Peranan barang bukti dalam penyidikan yang antara lain :
tindak pidana narkotika dalam mengungkap 1. Faktor dari penyidik (intern)
kebenaran telah terjadinya suatu tindak pidana a. Kemampuan atau sumberdaya penyidik,
narkotika, di mana barang bukti memegang dalam hal ini kemampunya dari seorang
peranan penting untuk mendapatkan kejelasan, penyidik untuk menyelidiki keberadaan
dan keidentikan antara tersangka, dan maupun barang bukti yang menyangkut tindak
tentang unsur-unsur tindak pidana sehingga pidana narkotika yang ditanganinya.
memudahkan penuntut umum melakukan b. Faktor sarana dan prasarana pendukung,
pembuktian. Barang bukti juga berperan terhadap dalam hal ini Satuan Reskrim melakukan
putusan pengadilan dalam perkara narkotika di proses penyidikan dalam mengungkap
Pengadilan Negeri sebagai dasar pertimbangan suatu perkara tindak pidana narkotika
keyakinan yang menguatkan bagi hakim. Dengan adalah kesulitan dalam pencarian barang
demikian barang bukti suatu kasus tindak pidana bukti keterbatasan teknologi pendukung.
narkotika adalah unsur yang dapat mempengaruhi 2. Faktor dari luar penyidik (ektern)
kelengkapan dalam melakukan penyelidikan dan Faktor ekstern atau yang berasal dari
penyidikan serta kelengkapan berkas penyidikan, luar penyidik, adalah yang bersumber dari
berkas penuntutan dan juga keyakinan hakim pihak lain dalam hal ini termasuk dari tatacara
dalam memutuskan perkara. penyitaan yang diharuskan adanya surat dari
pengadilan dan barang bukti yang
B. Faktor Penyebab Terjadinya Hambatan dimusnahkan pelaku. Kedua hal ini juga
dalam Penyelidikan dan Penyidikan Guna menjadi pendukung tidak mampunya pihak
Pembuktian Tindak Pidana Narkotika penyidik menghadirkan barang bukti dalam
Penyelidikan dan penyidikan yang kasus tindak pidana narkotika.
dilakukan oleh Satuan Reserse Narkoba adalah Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa
untuk mengungkapkan telah terjadinya suatu proses penyidikan dalam mengungkap suatu
tindak pidana termasuk dalam hal ini tindak perkara tindak pidana narkotika oleh Satuan
pidana nakotika. Jadi disini satuan reserse Reserse Narkoba juga tidak terlepas dari berbagai
narkoba merupakan pihak berkompeten dalam hambatan. Hambatan yang dihadapi tersebut
menemukan barang bukti dan terhadap barang dengan sendirinya akan berdampak pada
bukti narkotika reserse narkoba juga memiliki unit keberhasilan mengungkap kasus tindak pidana
khusus yaitu Unit Narkoba yang berkoordinasi narkotika dan juga menjatuhkan pidana bagi
dengan Ditnarkoba Polda Aceh dan juga BNN pelakunya. Faktor penyebab terjadinya ketiadaan
dalam penyelidikan kasus tindak pidana narkotika. barang bukti dalam penyidikan tindak pidana
Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas ini narkotika dapat diakibatkan oleh faktor yang
seorang reserse atau staf satuan reserse narkoba berasal penyidik (intern) yaitu kurangnya
dit narkoba harus memiliki kemampuan yang kemampuan penyidik dalam melakukan
lebih baik di bidang narkotika dari anggota penyidikan dan kurangnya sarana dan teknologi
kepolisisan pada umumnya.12 pendukung. Sedangkan faktor dari luar penyidik
Adanya barang bukti untuk penyelidikan (ekstern), yaitu tatacara penyitaan yang
dan penyidikan kasus narkotika memiliki peranan diharuskan adanya surat dari pengadilan dan
yang sangat penting untuk menjerat pelaku. Akan barang bukti yang dimusnahkan pelaku.
tetapi, terkadang pihak penyidik menemukan
berbagai hambatan dalam pelaksanaan upaya
memperoleh barang bukti dan kaitnnya dengan
tindak pidana yang dilakukann tersangka. Adapun
faktor penyebab terjadinya ketiadaan barang bukti C. Upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi
Hambatan dalam Penyelidikan dan
12
Penyidikan Guna Pembuktian Tindak
Ferry Ferdinan, Staf Penyidik Reserse Narkoba Pidana Narkotika
(Ba Sidik I) Polresta Banda Aceh Wawancara Tanggal 9
Juli 2012.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 82
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dilakukan, diketahui bahwa upaya yang ditempuh pembinaan dan diklat bagi anggota satuan
Satres Unit Narkoba dalam mengatasi hambatan reserse kriminal guna mengikuti
dalam mengungkap kasus narkotika adalah : perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
1. Terhadap masalah teknis perundang-undangan, kepolisian.28
pihak satuan reserse kriminal dalam hal ini 4. Penyitaan barang bukti tidak dapat dilakukan
tidak melakukan sesuatu yang khusus karena karena belum ada izin pengadilan
dalam hal perundang-undangan Satreskrim Sebagaimana dijelskan sebelumnya
Unit Narkoba hanya mengikuti ketentuan yang apabila Satres Unit Narkoba mengalami
berlaku. Terhadap hal ini upaya yang kesulitan dalam memperoleh izin penyitaan
dilakukan hanya menyangkut peningkatan barang bukti, maka dapat dilakukan penyitaan
pemahaman dan pengetahuan anggota dengan alasan keadaan yang sangat perlu dan
Satreskrim Unit Narkoba melalui berbagai mendesak. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 38
program pelatihan dan diklat yang ayat (2) KUHAP yang memberi kemungkinan
diselenggarakan oleh Diklat Polri.26 untuk melakukan penyitaan tanpa melalui tata
2. Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP)/Crime cara yang ditentukan KUHAP.Mengenai tata
Scene Processing cara penyitaan barang bukti pada perkara
Terhadap hambatan yang berhubungan pidana narkotika yang dilakukan oleh penyidik
dengan olah TKP, upaya yang dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dan
adalah dengan secara cepat melakukan olah mendesak adalah:29
TKP setelah menerima laporan. Dalam hal ini a. Tanpa surat izin Ketua Pengadilan Negeri.
setelah menerima laporan tentang suatu tindak Dalam hal ini Penyidik tidak perlu dahulu
pidana khususnya tindak pidana narkotika, mendapatkan surat izin penyitaan dari
maka anggota Satreskrim Unit Narkoba akan Ketua Pengadilan Negeri, tetapi langsung
datang ke lokasi dan langsung melakukan oleh dapat menyita barang bukti. Dengan
TKP dan memasang Police Line, demikian dalam perkara pidana narkotika,
mengumpulkan barang bukti, keterangan saksi bila penyidik harus segera bertindak dapat
dan melakukan penyelidikan awal di lokasi langsung melakukan penyitaan terhadap
guna menghindari terjadinya perubahan jejak barang bukti yang berkaitan dengan perkara
dan upaya menghilangkan barang bukti. tindak pidana narkotika tersebut di Tempat
Hal ini dimaksudkan untuk sesegera Kejadian Perkara.
diperoleh bukti atau petunjuk yang dapat b. Hanya terbatas pada barang bukti benda
mengarahkan pada pelaku dan mengungkap bergerak saja.
berbagai hal yang berkaitan dengan tindak Hal ini dikarenakan barang bukti benda
pidana tersebut.27 bergerak mudah hilang, berubah,
3. Terhadap hambatan yang menyangkut dimusnahkan. Sedangkan benda tidak
kesulitan dalam pencarian terhadap tersangka bergerak sulit dihilangkan. Dalam perkara
karena keterbatasan Sumber Daya Manusia pidana narkotika barang bukti yang
dan teknologi pendukung. dikatakan benda bergerak misalnya pakaian
Dalam mengatasi hambatan ini, pihak korban, alat yang dipakai untuk melakukan
PolrestaBanda Aceh biasanya dengan segera narkotika serta benda-benda lain yang
mengeluarkan Daftar Pencarian Orang (DPO) terkait dengan perkara tersebut.
jika ada petunjuk awal yang mengarah pada c. Penyidik harus segera melaporkan kepada
pelaku dan bekerja sama dengan Satres Unit Ketua Pengadilan Negeri guna
Narkoba dari wilayah lain guna menangkap mendapatkan persetujuan penyitaan
pelaku. Di samping itu, untuk peningkatan Berdasarkan uraian di atas, jelaslah
sumberdaya manusia dan teknologi pendukung bahwa upaya yang dilakukan dalam
juga diupayakan berbagai fasilitas pedukung menanggulangi hambatan dalam penyelidikan dan
dan juga disertai dengan pendidikan, penyidikan untuk memperoleh barang bukti
26 28
Ferry Ferdinan, Staf Penyidik Reserse Narkoba Salamuddin, Kanit I Idik (Penyidik Reserse
(Ba Sidik I) Polresta Banda Aceh Wawancara Tanggal 9 Narkoba) Polresta Banda Aceh Wawancara Tanggal 9 Juli
Juli 2012. 2012
27 29
Bonny Perdana dan Trio Febrianto, Staf Reskrim Dedi Darwinsyah, Kasat Reserse Narkoba
Narkoba Polres Banda Aceh, Wawancara, Tanggal 23 dan 24 Polresta Banda Aceh, Wawancara Tanggal 9 Juli
Juli 2012. 2012.
tindak pidana narkotika adalah dengan melakukan hambatan dalam penyelidikan dan penyidikan
peningkatan pengetahuan anggota satreskrim unit guna pembuktian tindak pidana narkotika adalah
narkoba dalam penguasaan perundang-undangan dengan melakukan peningkatan pengetahuan
dan teknologi pendukung, melakukan oleh TKP anggota satreskrim unit narkoba dalam
sesegera mungkin guna meminimalisir hilangnya penguasaan perundang-undangan dan teknologi
barang bukti, melakukan kerja sama dengan pendukung, melakukan olah TKP sesegera
satreskrim unit narkoba dari wilayah kepolisian mungkin guna meminimalisir hilangnya barang
lain guna menangkap pelaku dan juga bukti, melakukan kerja sama dengan satreskrim
mengupayakan segera mungkin memperoleh izin unit narkoba dari wilayah kepolisian lain guna
penyitaan dari pengadilan. menangkap pelaku dan juga mengupayakan
segera mungkin memperoleh izin penyitaan dari
VII. KESIMPULAN pengadilan.