TJ. MORAWA
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
DAVID H. SIRAIT
NIM : 040422027
MEDAN
2008
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
ANALISIS STARTING MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
PADA PT BERLIAN UNGGAS SAKTI
TANJUNG MORAWA
Oleh :
David H Sirait
NIM : 040422027
Disetujui Oleh :
Pembimbing
Diketahui Oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik USU
2008
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
sangat dibutuhkan dimana kegunaan dari motor induksi adalah sebagai penggerak.
Kendala dari penggunaan motor induksi adalah pada saat starting. Hal tersebut
dikarenakan arus starting yang terjadi pada motor induksi sangat besar.
Untuk mengatasinya diperlukan starter agar nantinya tidak merusak peralatan dan
mengganggu sistem kelistrikannya. Motor yang akan dianalisa adalah motor Hammer
Mill dengan kapasitas 95 KW/ 125 HP. Metode starting yang digunakan pada motor
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Adapun judul tugas akhir ini adalah “ANALISIS
Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi dan memperoleh gelar Sarjan Teknik pada Departemen Teknik Elektro Fakultas
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh ketulusan hati, penulis
1. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas
2. Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro
3. Bapak Ir. Satria Ginting, selaku Dosen Pembimbing penulis yang memberi waktu
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
6. Rekan-rekan stambuk 2004 Program Pendidikan Sarjana Ekstension Fakultas
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tugas akhir ini
Penulis,
David H Sirait
NIM : 040422027
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penulisan .................................................................................. 1
I.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
I.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
I.4 Metode Penulisan .............................................................................................. 2
I.5 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 3
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
III.2 Metoda-Metoda Start ..................................................................................... 37
III.2.1 Pengasutan Langsung ....................................................................... 38
III.2.2 Pengasutan Saklar Bintang Segitiga .................................................. 38
III.2.3 Pengasutan Kumparan Hambat Stator............................................... 42
III.2.4 Pengasutan Ototransformator ........................................................... 43
III.2.5 Pengasutan Dengan Kumparan Hambat Rotor .................................. 44
III.3 Peralatan Kontrol ............................................................................................ 45
III.3.1 Kontaktor ......................................................................................... 45
III.3.2 Relay................................................................................................ 46
III.3.3 Timer ............................................................................................... 47
III.3.4 Lampu Tanda ................................................................................... 48
III.4 Peralatan Pengaman ........................................................................................ 48
III.4.1 Fuse ................................................................................................. 49
III.4.2 Thermal Overload Relay .................................................................. 50
III.4.3 MCB ................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….65
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
sangat dibutuhkan dimana kegunaan dari motor induksi ini sendiri adalah sebagai
penggerak. Secara umum motor induksi dapat dioperasikan baik dengan menghubungkan
yang sudah dikurangi ke motor selama periode start. Kendala dari penggunaan motor
induksi adalah pada saat starting, dimana motor membutuhkan arus lebih tinggi sekitar 5
sampai 7 kali dari arus nominal sehingga menyebabkan tegangan pada sistem turun yang
Tugas akhir ini disusun untuk mengetahui besar arus masukan yang terjadi pada
saat motor induksi mulai dari sebuah motor di start dan motor dalam keadaan berbeban
penuh (running).
Tujuan penulis untuk menganalisis starting motor induksi tiga fasa adalah untuk
menganalisa besar arus masukan pada motor induksi tiga fasa pada keadaan tidak
Tugas Akhir ini hanya mempelajari sistem kerja dari motor induksi yang
berkaitan dengan proses produksi di PT Berlian Unggas Sakti pada arus masukan pada
motor pada saat keadaan diam maupun pada saat full load.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
1.4 Metode Penulisan.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mencari dan mengumpulkan data yang
1. Studi Literatur.
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan bahan tulisan dari berbagai sumber pustaka
2. Studi Bimbingan.
Dalam hal ini, penulis berdiskusi dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing, staf
pengajar pada Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, serta rekan-rekan
3. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini dari
BAB I : PENDAHULUAN
dalam tugas akhir ini, yaitu pembahasan tentang latar belakang, maksud
penulisan.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini berisikan semua data yang diperoleh untuk kemudian dihitung
BAB V : KESIMPULAN
BAB II
2.1 Umum
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya
tidak sama dengan putaran medan putar pada stator, dengan kata lain putaran rotor
dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.
Motor induksi, merupakan motor yang memiliki konstruksi yang baik, harganya
lebih murah dan mudah dalam pengaturan kecepatannya, stabil ketika berbeban dan
mempunyai efisiensi tinggi. Mesin induksi adalah mesin ac yang paling banyak
digunakan dalam industri dengan skala besar maupun kecil, dan dalam rumah tangga.
dan kestabilan kecepatan. Mesin induksi (asinkron) ini pada umumnya hanya memiliki
satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan rotornya tidak terhubung
langsung dengan sumber tenaga listrik, melainkan belitan ini dieksitasi oleh induksi dari
perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.
Hampir semua motor ac yang digunakan adalah motor induksi, terutama motor
induksi tiga fasa yang paling banyak dipakai di perindustrian. Motor induksi tiga fasa
3. motor induksi tiga fasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi kerja normal.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
4. perawatanya mudah.
- Kerugianya:
konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara umum motor
induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan
stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya
Rotor
Stator
Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang
diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang
memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur
pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas (Gambar 2.2.(b)). Tiap elemen
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 2.2 (a)). Tiap lembaran besi tersebut
memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap
kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga phasa,
belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat kumparan yang digunakan
terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan
belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.2.(c)). Berikut ini contoh
lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah
(a)
(b)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
(c)
Gambar – 2.2
Gambar 2.2 menggambarkan Komponen Stator motor induksi tiga phasa, (a) Lempengan Inti,
(b) Tumpukan Inti dengan Kertas Isolasi pada Beberapa Alurnya, (c) Tumpukan Inti dan
Ada dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu:
kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi stator yang
2.3.1 Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai ( Squirrel-cage Motor)
Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator
pada motor sangkar tupai tiga fasa terbuat dari lapisan – lapisan pelat baja beralur yang
didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang
dipabrikasi. Lilitan – lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
120 derajat listrik. Lilitan fasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta ( Δ )
ataupun bintang ( Υ ).
Rotor jenis rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 2.3 di bawah ini.
(a)
Kipas
Batang
Laminasi Inti Poros
Besi
Aluminium Kipas
(b)
Gambar 2.3 rotor sangkar, (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-bagian Rotor Sangkar
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran
tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih
besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian
dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu
ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik
Pada ujung cincin penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.
(a)
(b)
Gambar 2.4 (a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil,
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
2.3.2 Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan ( wound-rotor motor )
Motor rotor belitan ( motor cincin slip ) berbeda dengan motor sangkar tupai
dalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi
serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara Υ dan masing – masing
fasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor.
Secara skematik dapat dilihat pada gambar-2.5. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa
cincin slip dan sikat semata – mata merupakan penghubung tahanan kendali variabel luar
Sumber tegangan
Belitan
Stator
Slip
Belitan Ring
Rotor
Tahanan
Luar
Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel eksternal yang
berfunsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan
menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil
dibanding dengan rotor sangkar. Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan
(a)
(b)
Gambar 2.6 (a) Rotor Belitan, (b) Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa dengan Rotor Belitan
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menganalisa medan putar. Pada
kesempatan ini akan dibahas analisa medan putar secara vektor dan secara perhitungan.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
1. Analisa Medan Putar secara Vektor
Perputaran motor pada mesin arus bolak – balik ditimbulkan oleh adanya medan
putar ( fluks yang berputar ) yang dihasilkan dalam kumparan stator. Medan putar ini
terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, pada umumnya tiga
untuk mempermudah memahami medan putar , maka dapat dilihat gambar ( 2.7 ) berikut
yang menggambarkan keadaan pada kumparan yang dialiri oleh arus dari sumber tiga
fasa. Misalkan arus yang mengalir pada ketiga kumparan tersebut sebesar:
Arus yang ada pada kumparan aa ' mengalir dari a dan keluar menuju ke a ' . Karena
arus yang mengalir pada kumparan aa ' ini, maka dihasilkan kerapatan medan magnet ( H
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
a
y
c'
H bb' b'
Baa ' H '
Bbb' aa
x
Bcc'
b H cc' c
a'
Dan kerapatan medan magnet pada kumparan bb ' dan cc ' sebesar:
Telah diketahui bahwa kerapatan fluks ( B ) dapat dihitung dari intensitas medan magnet
( H ), yaitu
B = µH Tesla (T)………………………………...............(2.3)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Bbb ' (t ) = BM sin(ωt − 120°)∠120° Tesla………………..(2.4.b)
dihitung resultannya dengan menentukan nilai dari waktu (t), sehingga resultan
kerapatan fluks ada nilainya, misalnya pada saat ωt = 0, maka kerapatan fluks pada
Baa ' = 0
3 3
= 0 + (− BM )∠120° + ( BM )∠240°
2 2
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
a
y
c'
b'
x
Bcc' Bbb'
b c
Bnet
a'
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
a
y
c'
Bcc' b'
Bnet
x
Bbb'
b c
a'
Dari perhitungan saat ωt = 0 dan saat ωt = 90° dihasilkan resultan medan magnet yang
sama besr amlitudonya, hanya berbeda sudutnya. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar
2.8 dan gambar 2.9, terlihat jelas bahwa medan magnet yang dihasilkan ini berputar
Pada analisa medan putar secara vektoris, diketahui bahwa pada harga waktu (t)
berapapun nilainya maka didapat magnitudo dari resultan medan magnet sebesar 1,5 BM .
Dan ini akan terus konstan dan berputar dengan kecepatan sudut ω .
horizontal positif disimbolkan dengan x dan garis vertikal keatas disimbolkan dengan y.
a x disimbolkan sebagai vektor satuan dari garis horizontal dan a y sebagai vektor satuan
dari garis vertikal. Untuk mendapatkan persamaan umum dari resultan fluks magnetik (
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Bnet ) maka dijumlahkan kerapatan fluks magnetik yang dihasilkan pada masing –
3
= BM sin ωt (1) + BM sin(ωt − 120)(−0,5 + j )+
2
3
BM sin(ωt − 240)(−0,5 − j )
2
Dengan menganggap komponen ril berada pada sumbu x dan komponen khayal pada
3
B net (t ) = BM sin ωt a x − [0,5 BM sin(ωt − 120°) ] a x + BM sin(ωt − 120°) a y
2
3
− [0,5 BM sin(ωt − 240°)]a x − BM sin(ωt − 240°) a y ( Tesla )
2
3 3
+ BM sin(ωt − 120°) − BM sin(ωt − 240°) a y
2 2
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
3
Karena sin(ωt − 120°) = −0,5 sin ωt − cos ωt
2
3
sin(ωt − 240°) = −0,5 sin ωt + cos ωt
2
Maka didapat
3 3
B net = BM sin ωt − 0,5 BM (−0,5 sin ωt − cos ωt ) − 0,5 BM (−0,5 sin ωt + cos ωt a x
2 2
3 3 3 3
+ BM (−0,5 sin ωt − cos ωt ) − BM (−0,5 sin ωt + cos ωt ) a y
2 2 2 2
1 3 1 3
B net = BM sin ωt + BM sin ωt + BM cos ωt + BM sin ωt − BM cos ωt a x
4 4 4 4
3 3 3 3
+ − BM sin ωt − BM cos ωt + BM sin ωt − BM cos ωt a y
4 4 4 4
Dari persamaan (2.5) diatas, jika dimasukkan nilai ωt = 0° maka dihasilkan fluks medan
magnet sebesar 1,5 BM ∠90° dan jika ωt = 90° didapat fluks medan magnet sebesar
1,5 BM ∠0° . Hasil perhitungan ini menyatakan bahwa fluks medan magnet yang
dihasilkan pada kumparan stator motor induksi tiga fasa berputar terhadap waktu ( t ).
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Jika pada belitan stator diberi tegangan tiga fasa, maka pada belitan stator akan
mengalir arus tiga fasa, arus ini menghasilkan medan magnet yang berputar dengan
kecepatan sinkron ( n s ). Medan magnet ini akan memotong belitan rotor, sehingga pada
belitan rotor akan diinduksikan tegangan seperti halnya tegangan yang diinduksikan
dalam lilitan sekunder transformator oleh fluksi yang dihasilkan arus pada belitan primer.
Rangkaian rotor merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung atau tahanan
luar. Tegangan induksi pada rotor akan menghasilkan arus yang mengalir pada belitan
rotor. Arus yang mengalir pada belitan rotor berada dalam medan magnet yang dihasilkan
stator, sehingga pada belitan rotor akan dihasilkan gaya (F). Gaya ini akan menghasilkan
torsi ( τ ) dan jika torsi yang dihasilkan lebih besar dari torsi beban, maka rotor akan
Gambar – 2.10 di bawah ini menggambarkan penampang stator dan rotor motor
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Gerakan medan magnet
Stator
XX Rotor
X
XX
Untuk arah fluksi dan gerak yang ditunjukkan gambar di atas, penggunaan aturan
tangan kanan fleming bahwa arah arus induksi dalam konduktor rotor menuju pembaca.
Pada kondisi seperti itu, dengan konduktor yang mengalirkan arus berada dalam medan
magnet seperti yang ditunjukkan, gaya pada konduktor mengarah ke atas karena medan
magnet di bawah konduktor lebih kuat dari pada medan di atasnya. Agar sederhana,
hanya satu konduktor rotor yang diperlihatkan. Tetapi, konduktor – konduktor rotor yang
berdekatan lainnya dalam medan stator juga mengalirkan arus dalam arah seperti pada
konduktor yang ditunjukkan, dan juga mempunyai suatu gaya ke arah atas yang
dikerahkan pada mereka. Pada setengah siklus berikutnya, arah medan stator akan
dibalik, tetapi arus rotor juga akan dibalik, sehingga gaya pada rotor tetap ke atas.
Demikian pula konduktor rotor di bawah kutup – kutup medan stator lain akan
mempunyai gaya yang semuanya cenderung memutarkan rotor searah jarum jam. Jika
kopel yang dihasilkan cukup besar untuk mengatasi kopel beban yang menahan, motor
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
akan melakukan percepatan searah jarum jam atau dalam arah yang sama dengan
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat dijabarkan
1. Ketika tegangan tiga phasa yang seimbang diberikan pada belitan stator, maka
belitan stator akan menghasilkan arus yang mengalir pada tiap – tiap phasanya.
2. Arus pada setiap phasa stator akan menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu.
3. Amplitudo fluksi yang dihasilkan pada phasa stator berubah secara sinusoidal dan
4. Penjumlahan dari ketiga fluksi pada belitan stator disebut medan putar yang berputar
dengan kecepatan sinkron (ns), besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan
120 × f
frekuensi stator f yang dirumuskan dengan ns = ( rpm )
p
5. Akibat fluksi yang berputar tersebut maka timbul tegangan induksi pada belitan stator
dΦ
e1 = − N 1 ( Volt )
dt
6. Fluksi yang berputar tersebut juga memotong belitan rotor. Akibatnya pada belitan
rotor akan dihasilkan tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya dapat
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
dΦ
e2 = − N 2 ( Volt )
dt
dimana :
E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)
8. Arus I2 ini berada pada medan magnet yang dihasilkan oleh stator, sehingga pada
9. Gaya (F) ini akan akan menghasilkan torsi ( τ ), jika torsi yang dihasilkan ini lebih
besar dari torsi beban, maka rotor akan berputar dengan kecepatan nr yang searah
10. Ada Perbedaan kecepatan medan putar pada stator (ns) dengan kecepatan putaran
rotor ( nr ), perbedaan ini disebut slip (s) yang dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut.
ns − n r
s= × 100%
ns
11. Setelah rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang diinduksikan pada
belitan rotor akan dipengaruhi atau tergantung terhadap slip (s). Tegangan induksi
pada rotor dalam keadaan ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
E 2 s = sE 2 ( Volt )
dimana
f2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan
berputar)
12. Akibat adanya slip (s), maka nilai frekuensi pada rotor ( f 2 ) dan reaktansi rotor ( x 2 ' )
akan dipengaruhi oleh slip, yang dapat dinyatakan dengan s f dan s x 2 ' .
13. Jika kecepatan putaran rotor ( nr ) sama dengan kecepatan medan putar stator ( n s ),
maka slip bernilai nol, tidak ada fluks yang memotong belitan rotor sehingga pada
belitan rotor tidak diinduksikan tegangan, maka tidak ada arus yang mengalir pada
belitan rotor, sehingga rotor tidak berputar, karena tidak ada gaya yang terjadi pada
rotor.
2.6 Slip
Motor induksi tidak dapat berputar pada kecepatan sinkron. Seandainya hal ini
terjadi, maka rotor akan tetap diam relatif terhadap fluksi yang berputar. Maka tidak
akan ada ggl yang diinduksikan dalam rotor, tidak ada arus yang mengalir pada rotor, dan
karenanya tidak akan menghasilkan kopel. Kecepatan rotor sekalipun tanpa beban, harus
lebih kecil sedikit dari kecepatan sinkron agar adanya tegangan induksi pada rotor, dan
akan menghasilkan arus di rotor, arus induksi ini akan berinteraksi dengan fluks listrik
sehingga menghasilkan kopel. Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
disebut slip (s). Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum
ns − nr
Slip (s) = × 100% …………….(2.6)
ns
1. saat s = 1 dimana nr = 0, ini berati rotor masih dalam keadaan diam atau akan
berputar.
sinkron. Hal ini dapat terjadi jika ada arus dc yang diinjeksikan ke belitan rotor, atau
3. 0 < s < 1, ini berarti kecepatan rotor diantara keadaan diam dengan kecepatan
sinkron. Kecepatan rotor dalam keadaan inilah dikatakan kecepatan tidak sinkron.
Ketika rotor masih dalam keadaan diam, dimana frekuensi arus pada rotor sama
seperti frekuensi masukan ( sumber ). Tetapi ketika rotor akan berputar, maka frekuensi
rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung terhadap besarnya slip.
Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar f ' yaitu,
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
120 f ' 120 f
ns − nr = , diketahui bahwa n s =
P p
f ' ns − nr
= =s
f ns
Telah diketahui bahwa arus rotor bergantung terhadap frekuensi rotor f ' = sf dan
ketika arus ini mengalir pada masing – masing phasa di belitan rotor, akan memberikan
reaksi medan magnet. Biasanya medan magnet pada rotor akan menghasilkan medan
magnet yang berputar yang besarnya bergantung atau relatif terhadap putaran rotor
sebesar sn s .
Pada keadaan tertentu, arus rotor dan arus stator menghasilkan distribusi medan
magnet yang sinusoidal dimana medan magnet ini memiliki magnetudo yang konstan dan
kecepatan medan putar n s yang konstan. Kedua Hal ini merupakan medan magnetik yang
berputar secara sinkron. Kenyataannya tidak seperti ini karena pada stator akan ada arus
Untuk menetukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga fasa, pertama – tama
perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara yang berputar
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
serempak membangkitkan ggl lawan tiga fasa yang seimbang di dalam fasa – fasa stator.
Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh tegangan pada
V1 = E1 + I 1 ( R1 + jX 1 ) Volt ………….(2.8)
Arus pada stator ( I 1 ) terbagi menjadi dua bagian, yaitu I ' 2 dan I 0 . Arus I 0 ini
terbagi lagi menjadi dua komponen, yaitu komponen pemagnetan I m dan komponen
beban I c . Arus I m akan menghasilkan medan magnet atau fluksi pada celah udara,
sedangkan arus I c akan menghasilkan rugi – rugi inti. Arus I c ini sefasa dengan E 1
dibuat rangkaian ekivalen pada stator, seperti gambar – 2.11 di berikut ini.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
'
R1 X1 I2
I1 I0
V1 Rc Ic X m I m E1
Pada rotor belitan, jika belilitan yang dililit sama banyaknya dengan jumlah kutub
dan fasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator banyaknya a kali jumlah
lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang terdapat pada rotor ekivalen
magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti stator. Untuk kecepatan dan
fluks yang sama, hubungan antara tegangan E 2 yang diimbaskan pada rotor yang
'
sebenarnya dan tegangan E 2 yang diimbaskan pada rotor ekivalen adalah
'
E 2 = a E 2 ……………..(2.9)
Bila rotor – rotor akan diganti secara magnetis, lilitan – ampere masing – masing
'
harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya I 2 dan arus I 2 pada rotor
ekivalen haruslah
' I2
I 2= ……………….(2.10)
a
Akibatnya hubungan antara impedansi bocor Z ' 2 dari rotor ekivalen dan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
'
E2 a2 E2
Z 2= '
'
= = a 2 Z 2 ( Ohm )…….(2.11)
I 2 I2
'
Karena rotor terhubung singkat, hubungan fasor antara ggl frekuensi slip E 2
'
yang dibangkitkan pada fasa patokan dari rotor patokan dan arus I 2 pada fasa tersebut
adalah
E2
Z2 = = R2 + jsX 2 ………….(2.12a)
I2
'
E2
'
Z 2= = R ' 2 + jsX ' 2 ………..(2.12b)
'
I 2
Dimana
Z 2 = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa berpatokan pada stator (Ohm)
Reaktansi yang didapat pada persamaan (2.12a) dinyatakan dalam cara yang demikian
karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi X 2 didefinisikan sebagai harga
yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada frekuensi stator.
Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.
Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip
sebesar E 2 s . Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah s kali
E 2 s = s E 2 ………………..(2.13)
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Dan
I 2 s = I 2 ..............................(2.14)
E 2S sE 2
= ………………(2.15)
I 2S I2
E 2S sE 2
= = R2 + jsX 2 ….(2.16)
I 2S I2
E 2 R2
= + jX 2 ……………..(2.17)
I2 s
Dari persamaan (2.12) , (2.13) dan (2.17) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen
R2 X2 R2 X2
I2 I2 R2 I2
sX 2 1
E2 s E2 s E2 R2 ( − 1)
s
Gambar – 2.12a Rangkaian ekivalen pada sisi rotor dalam keadaan berputar
R2 R
= 2 + R2 - R2
s s
R2 1
= R2 + R2 ( − 1) …………….(2.18)
s s
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Pada saat rotor akan berputar, tegangan yang diinduksikan pada belitan rotor sebesar E 2 (
tegangan induksi pada rotor sebelum dipengaruhi oleh slip (s) ). Sehingga rangkaian
R2
I2
X2
E2
Gambar – 2.12(b) Rangkaian ekivalen pada sisi rotor saat akan berputar
Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka
dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa pada masing – masing fasanya.
'
I Celah udara sX 2
R1 X1 2
I0 I2
I1
V1 Rc R2
Ic X m I m E1 sE2
2.13 di atas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
R1 X1 I '2 '
X2
I0
I1
'
R2
V1 Rc E1 s
Xm
Im Ic
R1 X1 I '2 X2
'
R'2
I0
I1
' 1
R2 ( − 1)
V1 E1 s
Xm Rc
Im Ic
Gambar – 2.15 Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator
Dimana:
X '2 = a 2 X 2
R ' 2 = a 2 R2
Dalam teori transformator-statika, analisa rangkaian ekivalen sering
tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena
adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus pemagnetan yang sangat besar
dan karena reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen
I0
I1
' 1
R2 ( − 1)
V1 E1 s
Xm
Gambar – 2.16 Rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator
dengan mengabaikan Rc
Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke rotor,
sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang diinputkan ke rotor.
Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator (Pin) dirumuskan dengan
Dimana :
I1 = arus masukan(Ampere)
Sebelum daya ditransfer melalui celah udara, motor induksi mengalami rugi-rugi
berupa rugi-rugi tembaga stator (PSCL) dan rugi-rugi inti stator (PC). Daya yang ditransfer
melalui celah udara (PAG) sama dengan penjumlahan rugi-rugi tembaga rotor (PRCL) dan
daya yang dikonversi (Pconv). Daya yang melalui celah udara ini sering juga disebut
( )
= 3 I 2'
2 R2'
s
( ) R + 3(I ) R
= 3 I 2'
2 '
2
' 2
2
'
2
(1 − s )
s
.............(2.21)
Diagram aliran daya motor induksi dapat dilihat pada Gambar 2.17 di bawah ini.
PAG Pconv
PSLL
PF&W
PRCL
PC
PSCL
Gambar 2.17 Aliran Daya Motor Induksi.
Dimana :
Hubungan antara rugi-rugi tembaga rotor dan daya mekanis dengan daya masukan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
PRCL = 3 I 2' ( )R 2 '
2 = sPAG ( Watt ).............(2.22)
(1 − s ) '
( )
Pconv = 3 I 2'
2
s
R2 = (1 − s ) PAG ( Watt )...........(2.23)
Dari gambar 2.17 dapat dilihat bahwa motor induksi juga mengalami rugi-rugi
gesek + angin (PF&W), sehingga daya mekanis keluaran sama dengan daya yang
Secara umum, perbandingan komponen daya pada motor induksi dapat dijabarkan
2.10 Efisiensi
Efisiensi motor induksi adalah ukuran keefektifan motor induksi untuk mengubah
energi listrik menjadi energi mekanis yang dinyatakan sebagai perbandingan antara
masukan dan keluaran atau dalam bentuk energi listrik berupa perbandingan watt
keluaran dan watt masukan. Defenisi NEMA terhadap efisiensi energi adalah bahwa
efisiensi merupakan perbandingan atau rasio dari daya keluaran yang berguna terhadap
daya input total dan biasanya dinyatakan dalam persen Juga sering dinyatakan dengan
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Pout Pin − Ploss Pout
η= = = × 100% .............(2.24)
Pin Pin Pout + PLoss
Dari persamaan terlihat bahwa efisiensi motor bergantung pada besar rugi-ruginya. Rugi-
rugi pada persamaan tersebut adalah penjumlahan keseluruhan komponen rugi-rugi yang
Pada motor induksi pengukuran efisiensi motor induksi ini sering dilakukan
dimana pengukuran daya masukan tetap dibutuhkan pada ketiga cara di atas. Umumnya,
daya elektris dapat diukur dengan sangat tepat, keberadaan daya mekanis yang lebih sulit
untuk diukur. Saat ini sudah dimungkinkan untuk mengukur torsi dan kecepatan dengan
cukup akurat yang bertujuan untuk mengetahui harga efisiensi yang tepat. Pengukuran
pengukuran dengan metode ini relatif sulit dilakukan, keakuratan yang dihasilkan dapat
dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan pengukuran langsung pada daya
keluarannya.
secara individual, karena dalam teorinya metode ini tidak memerlukan pembebanan pada
motor, dan ini adalah suatu keuntungan bagi pabrikan. Keuntungan lainnya yang sering
disebut-sebut adalah bahwa memang benar error pada komponen rugi-rugi secara
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
individual tidak begitu mempengaruhi keseluruhan efisiensi. Keuntungannya terutama
adalah fakta bahwa ada kemungkinan koreksi untuk temperatur lingkungan yang berbeda.
Biasanya data efisiensi yang disediakan oleh pembuat diukur atau dihitung berdasarkan
standar tertentu.
BAB III
3.1. Umum.
Masalah pengasutan motor induksi yang umum menjadi perhatian adalah pada motor-
motor induksi tiga fasa yang memiliki kapasitas yang besar. Pada waktu mengasut
(start) motor induksi kapasitas besar, besar arus listriknya cenderung melonjak dengan
tinggi sekali, walaupun memakan waktu yang cukup singkat namun kejadian tersebut
1. Pengasutan Stator :
1) Langsung.
2. Pengasutan rotor :
kapasitas kecil, ataupun dengan pertimbangan besar arus asut yang tinggi dan kejutan
mekanisnya tidak akan mengganggu terhadap jaringan listrik dan mesin itu sendiri.
induksi tiga fasa yang berkapasitas besar. Pada metoda pengasutan ini bertujuan untuk
menghindari adanya kejutan arus asut yang besar. Untuk lebih jelasnya
rangkaian listrik yang otomatis. Berikut ini sket rangkaian motor induksi dengan
dihubungkan dengan kumparan stator, kumparan hambat ini cukup untuk satu tahap
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.3. Pengasutan dengan kumparan hambat stator.
dihubungkan dengan terminal stator. Adapun proses kerjanya : pertama kali anak kontak
rele/ kontaktor K1 menutup (terhubung) dan motor mendapat pasokan daya jaringan
listrik. Apabila kumparan stator telah mendapat tegangan penuh, maka anak kontak K2
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Pada saat pengasutan anak kontak K1 dan K2 dihubungkan, selesai pengasutan
anak kontak K3 dibuka lebih dulu, lalu K2 dihubungkan. Dengan cara ini pengasutan
dapat dilakukan tanpa pemutusan aliran pasokan daya listrik. Sedangkan transformator
asut, biasanya digunakan oto-transformator yang memiliki beberapa tipe peubah sadap
(tap changer).
Untuk metode/ cara ini tipe motor induksi yang ada haruslah dengan tipe rotor
belitan, dimana kumparan rotor ini merupakan kumparan tiga fasa yang memiliki jumlah
kutub yang sama dengan kutub pada kumparan stator. Adapun kumparan hambat ini
Peralatan Kontrol.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
3.3.1. Kontaktor.
Kontaktor adalah salah satu jenis peralatan listrik yang digunakan untuk
menghubungkan atau memutus rangkaian listrik (umumnya adalah motor listrik) yang
bekerja berdasarkan prinsip elektromagnet. Kontaktor mempunyai belitan dan jika dialiri
arus listrik akan menimbulkan gaya magnetic, sehingga gaya magnetic ini akan
mengoperasikan kontak-kontak dari kontaktor yang terdiri dari kontak utama yaitu
kontak yang digunakan untuk menghubungkan rangkaian daya dan kontak bantunya
Keterangan :
1, 3, 5 = Nomor terminal yang digunakan ke supply (rangkaian daya)
yang dikopel pada angker (inti gerak) pada posisi awalnya kontak NO dan kontak NC,
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
maka jika diberi tegangan kontak-kontak NO akan menutup dan NC akan membuka. Jika
tegangan dilepas, akan kembali ke posisi semula. Kumparan dari kontaktor umumnya
Relay.
Relay adalah suatu alat yang digunakan dalam suatu rangkaian control untuk
besaran-besaran ukuran sesuai dengan batas-batas yang dikehendaki. Relay bekerja pada
Timer.
Timer adalah suatu relay waktu dimana pengoperasiannya dapat diatur berapa
lama on maupun offnya dengan setting waktu. Timer mempunyai kumparan dengan
nomor terminal a dan b atau 2 dan 10, dimana kedua terminal ini dihubungkan ke sumber
a. On Delay.
Timer jenis on delay ini bekerja atas dasar penundaan waktu. Apabila koil timer
dikarenakan setting waktu kerja yang sudah diatur. Setelah beberapa saat barulah
pegas dari timer on delay ini bekerja untuk menarik lengan-lengan kontak timer
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
b. Off Delay.
Untuk kerja dari timer off delay merupakan kebalikan dari kerja on delay, dimana
waktu kerjanya dibatasi sampai waktu yang telah diatur. Pada saat koil timer
diberi tegangan, pegas dari timer juga langsung bekerja untuk menarik lengan-
Lampu Tanda.
Lampu tanda dipasang secara pararel dengan peralatan control sehingga kita dapat
mengetahui peralatan mana saja yang sedang bekerja dan tidak bekerja.
Peralatan Pengaman.
manusia atau peralatan yang tersambung dengan instalasi itu jika terjadi arus gangguan
akibat dari keadaan yang tidak normal. Untuk itu perlu dipakai pengaman seperti
Yang menjadi dasar pertimbangan pengaturan pengaman adalah arus dan waktu
kerja suatu pengaman pada instalasi listrik. Karena itu besarnya arus hubung singkat baik
nilai maksimum maupun minimum harus dihitung untuk menentukan arus pengaturan.
Disamping itu waktu yang diperlukan oleh pengaman menanggapi gangguan juga
menentukan.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
3.4.1 Fuse.
Fuse atau pengaman lebur digunakan sebagai pengaman rangkaian listrik terhadap
arus hubung singkat yang terjadi karena kesalahan fasa dengan fasa, fasa dengan netral,
atau antara fasa dengan body pearalatan yang dihubungkan dengan penghantar
pentanahan. Fuse putus jika arus yang mengalir melaluinya melebihi kemampuannya.
Untuk mendapatkan pemutusan yang efektif hendaknya ukuran fuse lebih kecil
dibandingkan dengan arus yang melaluinya. Arus nominal adalah arus yang mengalir
secara terus menerus pada kondisi normal tanpa terjadi gangguan arus pada fuse tersebut.
Faktor fuse merupakan perbandingan arus maksimum yang tidak merusak fuse
Faktor fuse yang digunakan Amerika, Jepang dan lain sebagainya digolongkan
Untuk mengetahui pemutusan fuse dan hubungannya dengan waktu dapat kita lihat
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.7 Karateristik Fuse
Untuk memudahkan pengenalan fuse dapat kita kenal dengan kode-kode warna yang ada
2 A Merah Muda
4 A Coklat
6 A Hijau
10 A Merah
16 A Kelabu
20 A Biru
25 A Kuning
35 A Hitam
50 A Putih
60 A Warna Tembaga
Fuse yang beredar di pasaran mempunyai dua tipe yaitu tipe pemutusan lambat
dan tipe pemutusan cepat. Kedua tipe ini berbeda dalam hal sensitivitasnyaterhadap arus
gangguan. Untuk tipe pemutusan lambat, sensitivitasnya terhadap gangguan sangat kecil,
sedangkan untuk tipe pemutusan cepat lebih sensitivitas terhadap arus gangguan.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
IF = 2 x I (untuk pemutusan lambat)
beban lebih. Pengaman ini bekerja secara thermis yaitu karena panas yang ditimbulkan
oleh adanya arus listrik yang melewati arus nominalnya. Suhu yang tinggi pada motor
disebabkan oleh perubahan energi listrik menjadi energi panas. Energi panas ini dirubah
menjadi energi mekanis oleh logam bimetal untuk melepaskan kontaknya. Dengan
membukanya kontak-kontak ini maka rangkaian akan menjadi terbuka sehingga motor
kontaktor dan kontak NO biasanya digunakan untuk mengoperasikan lampu tanda yang
ini akan memutuskan suplai daya ke kontaktor yang mengoperasikan motor tersebut
sehingga motor akan berhenti bekerja dan terhindar dari kerusakan akibat gangguan
tersebut.
Thermal ini dapat distel berdasarkan nilai arus oleh pabrik pembuatnya. Proteksi
ini dirancang sedemikian rupa sehingga arus jatuhnya kira-kira 10 % lebih tinggi dari
nilai stelnya. Jika arus nominal motor 20 A maka arus setting dari thermal adalah sebesar
22 A.
MCB merupakan peralatan switching dan pemutus arus yang berfungsi untuk
memutuskan tenaga listrik baik pada saat operasi normal maupun dalam keadaan tidak
normal. MCB biasanya dilengkapi dengan pengaman thermis untuk beban lebih dan
Pada operasi normal, MCB dipergunakan untuk membuka suatu rangkaian listrik,
misalnya untuk keperluan perawatan. Pada keadaan operasi tidak normal, misalnya pada
saat terjadi gangguan arus lebih maka pada keadaan ini MCB akan membuka kontaknya
secara otomatis sehingga rangkaian yang terganggu akan segera dilokalisasi. Berdasarkan
1. MCB tipe G yang dirancang dengan kondisi tripping magnetiknya baru akan
bekerja apabila terjadi kenaikan arus sebesar 7 – 10 kali arus nominalnya. Untuk
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
kenaikan arus 7 kali arus nominal, MCB akan trip pada waktu diatas 0,5 detik dan
untuk kenaikan 10 kali arus nominalnya MCB trip dibawah 0,5 detik.
2. MCB tipe G dengan kondisi tripping untuk kenaikan arus 6 kali arus nominalnya.
b. MCB karateristik L.
Pada umumnya kondisi tripping magnetiknya baru dapat bekerja apabila terjadi
kenaikan arus 3 – 5 kali arus nominalnya. MCB tipe L ini merupakan tingkat
pengaman yang lebih sensitif dibanding MCB tipe G. Biasanya MCB tipe L
c. MCB Karateristik K.
Kondisi tripping magnetiknya baru dapat bekerja apabila kenaikan arus 8 – 12 kali
beban induktif berat atau motor-motor penggerak mesin-mesin induksi yang langsung
distart dengan tegangan penuh. Operasi MCB dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Operasi thermal yaitu operasi pemutusan oleh MCB karena gangguan beban lebih
pada kondisi normal. Pada saat terjadi gangguan lebih pada suatu rangkaian maka
temperature yang disebabkan oleh arus yang mengalir melebihi batas nominalnya.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.10 Pandangan struktur dari operasi MCB secara thermis.
2. Operasi magnetic yaitu operasi pemutusan oleh MCB karena terjadi gangguan
hubung singkat, maka relay elektromagnetik akan terenergis dan berubah menjadi
rangkaian.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
BAB IV
4.1. Umum.
Proses produksi adalah teknik atau metode untuk membuat atau merubah suatu
barang atau jasa agar bertambah nilainya dengan menggunakan bantuan mesin induksi 3
phase sebagai penolong. Penggunaan mesin induksi sebagai motor listrik memiliki
konstruksinya yang cukup kuat, harga relatif murah dan dapat diandalkan, effisiensi
tinggi dimana dalam keadaan normal tidak memerlukan sikat (seperti motor arus searah)
sehingga rugi-rugi dapat dikurangi, perawatan minimum. Analisa starting motor induksi
pada bab ini akan dimulai dari perhitungan jumlah kutub dan besarnya slip yang
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Motor Hammer Mill
Merk :TECO
HP : 125 HP
V : 380 Volt
Ampere : 168 A
F : 50 Hz
R1 = 0,32 Ω X1 = 1,12 Ω
Rc = 131 Ω Xm = 15,32 Ω
Di PT Berlian Unggas Sakti sistem rangkaian wiring yang dipakai untuk menjalankan
0V
ON
OFF
95 96 K1
220VAC
OLR NCTj. Morawa, 2008.
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti
USU Repository © 2009 NO 8 Δ 5 K2 “Y”
220VAC
K1 8 Δ 6 NC
K3 “Δ”
Cara Kerja :
kontaktor K1 diikuti dengan bekerjanya juga coil kontaktor K2 dan coil timer TR. Karena
coil Kontaktor K1 bekerja membuat lengan-lengan kontak bantunya ikut bekerja. Pada
kondisi pertama ini motor terhubung dalam kondisi star/Y. Dan dalam waktu beberapa
saat kemudian (sesuai setting sebelum motor berputar 100 % atau ± 70 % putarannya)
timer merubah lengan kontaknya secara otomatis dari NC menjadi NO, sehingga
kontaktor-kontaktor yang bekerja adalah K1 dan K3. Pada kondisi ini motor sudah
terhubung delta.
benar kontaktor K3 dalam posisi OFF. Begitu juga adanya NC K3 adalah untuk
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
4.4 Menghitung Jumlah Kutub dan Besarnya Slip Nominal
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk proses grinding (penggilingan) bahan baku di PT. Berlian Unggas Sakti
dipakai alat yang disebut Hammer Mill. Adapun spesifikasi dari motor induksi yang
Motor induksi 3 phasa merk TECO, 50 Hz, 125 HP dengan putaran 2900 ppm pada
keadaan tanpa beban dan 2860 ppm pada keadaan beban penuh.
Dari data di atas maka dapat di analisa beberapa hal sebagai berikut :
Jumlah kutub pada motor hammer mill adalah sebanyak 2 buah (sepasang).
Ns − Nr 3000 − 2860
s (%) = x100% = x100% = 4,67 %
Ns 3000
Persentase harga slip dari motor adalah sebesar 4,67 %. Harga slip dari sebuah motor
Kondisi putaran rotor (Nr) dan putaran stator (Ns) yang merupakan penentu besarnya slip
Ns − 0
s= x100% = 100 %
Ns
Sedangkan,
= 93.250 watt
93.250
=
2 x3,14 x 2860
93.250
=
17.960,8
= 5,19
Masukan rotor = Tg x 2 П x Ns
= 97.780 Watt
Pin
Cos φ =
3.VI
97.780
=
3.380.168
97.780
=
110.575
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
= 0,87
Pout
η = x 100 %
Pin
93.250
= x 100 %
97.780
= 95,3 %
4.5. Menghitung Besarnya Arus pada Beban Penuh Maupun Beban Nol (diam).
Analisa kemudian dilanjutkan untuk mencari besarnya arus yang terjadi pada saat start
pada keadaan beban penuh maupun keadaan beban nol (diam), dari data-data yang ada
Motor induksi bekerja pada tegangan 380 Volt, terhubung segitiga dengan slip pada
R1 = 0,32 Ω X1 = 1,12 Ω
Rc = 131 Ω Xm = 15,32 Ω
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Maka untuk mengetahui besarnya arus dalam keadaan beban penuh dapat dihitung
sebagai berikut :
380 380
I0 = +
Rc jXm
380 380
= +
131 j15,32
= 2,9 – j 24,8
380
I2 ’ =
R 2'
( R1 + ) + j ( X 1 + X 2' )
s
380
=
0,37
(0,32 + ) + j (1,12 + 1,12)
0,0467
380
=
(0,32 + 7,9) + j (2,24)
380
=
(8,22) + j (2,24)
380
=
8,51∠15,24 0
= 44,65 ∠ − 15,24 0
= 44,65 – j 15,24
I1 = I0 + I2’
= 47,55 – j 40,04
= 62,16 ∠ − 40,09 0
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
Maka IL = 3 x 62,16 ∠ − 40,09 0
Sedangkan untuk mencari nilai arus pada keadaan diam dapat dilakukan analisa sebagai
berikut :
380 380
I0 = +
Rc jXm
380 380
= +
131 j15,32
= 2,9 – j 24,8
380
I2 ’ =
R 2'
( R1 + ) + j ( X 1 + X 2' )
s
380
=
0,37
(0,32 + ) + j (1,12 + 1,12)
1
380
=
(0,32 + 0,37) + j (2,24)
380
=
(0,69) + j (2,24)
380
=
2,34∠72,87 0
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
= 162,4 ∠ − 72,87 0
= 162,4 – j 72,87
I1 = I0 + I2’
= 165,3 – j 97,6
= 191,96 ∠ − 30,5 0
Menurut PUIL 2000 untuk sirkit akhir yang menyuplai beberapa motor, nilai
pengenal atau setelan gawai proteksi hubungan pendek tidak boleh melebihi nilai terbesar
dihitung menurut table untuk masing-masing motor ditambah dengan jumlah arus beban
% %
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
resistor dan motor fase tunggal
4.6.1. MCCB.
Dalam hal ini MCB fungsinya sebagai pengaman terhadap gangguan arus hubung
singkat walaupun pada prakteknya dapat juga berfungsi sebagai pengaman beban lebih.
Sesuai dengan PUIL bahwa rating pengaman pemutus daya motor belitan adalah
= 252 A
Untuk setting dari Thermal Over Load tersebut biasanya arus nominal motor dikalikan
= 184,8 A
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari analisa yang dilakukan arus pada keadaan beban penuh arus yang masuk
sebesar 167,14 Ampere sedangkan pada slip = 1 sebesar 309,8 Ampere sedangkan
setelah adanya penambahan tahanan luar maka arus yang masuk sebesar 271,93
Ampere
2. Untuk pemakaian pengaman pada motor hammer mill sudah sesuai dengan standar
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta, 1988
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009
David H. Sirait : Analisis Starting Motor Induksi Tiga Phasa Pada PT. Berlian Unggas Sakti Tj. Morawa, 2008.
USU Repository © 2009