Anda di halaman 1dari 89

GAMBARAN SUHU RUANGAN KERJA DAN EFEKNYA

TERHADAP STRES KERJA PERAWAT DI RSUD


DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh

DIMAS WAHYU PRADANA


NIM. 151000389

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN SUHU RUANGAN KERJA DAN EFEKNYA
TERHADAP STRES KERJA PERAWAT DI RSUD
DR. PIRNGADI KOTA MEDAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIMAS WAHYU PRADANA


NIM. 151000389

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 7 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi.


Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes.
2. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Gambaran Suhu Ruangan Kerja dan Efeknya terhadap Stres Kerja

Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020” beserta seluruh

isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Dimas Wahyu Pradana

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya


ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seorang pekerja. Instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan
memberikan pelayanan terhadap pasien penyakit ginjal baik akut maupun kronik.
Sumber daya manusia keperawatan merupakan faktor terpenting dalam pelayanan
di rumah sakit, karena dihampir setiap negara hingga 80% pelayanan kesehatan
diberikan oleh perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
suhu ruangan dan efeknya terhadap stres kerja pada perawat di instalasi
hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif dengan teknik penarikan sampel adalah Total Sampling sebanyak 20
responden. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu rata-rata instalasi
hemdodialisa adalah 24,2 0C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
yang mengalami stres kerja ringan 55,0% dan sedang 45,0% dengan gejala fisik
ringan 40,0% dan sedang 60,0%, gejala emosi ringan 45,0% dan sedang 55,0%,
serta gejala perilaku ringan 60,0% dan sedang 40,0%. Diharapkan RSUD Dr.
Pirngadi Medan melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas lingkungan kerja yang
ada di instalasi hemodialisa sehingga suhu lingkungan kerja mencapai standar
ketetapan yang telah diberlakukan dan menghindari efek terhadap stres kerja
perawat yang ada di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Kata kunci : Stres kerja, suhu ruangan, perawat

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Working stress is a tension condition that creates physics and mental imbalance
which affects the emotional, thinking process, and worker condition.
Hemodialysis Installation in RSUD Dr. Pirngadi Medan provides treatment for
chronic or acute kidney disease. Nursing human resource is the most important
factor within hospital services since 80% of health services in every country is
provided by the nurse. This research aims to understand the room temperature
overview and its effect on working stress for nurses in hemodialysis installation in
RSUD Dr. Pirngadi. The kind of research is descriptive using a total sampling
method with 20 respondents. The result shows 1) average temperature in
hemodialysis installation is 24,2 0C. 2) respondents with light work stress is
40,0% and medium work stress is 45,0%; light physical symptom is 40,0% and
medium physical symptom is 60,0%; light emotional symptom is 45,0% and
medium emotional symptom is 55,0%; and light behavioral symptom is 60,0% and
medium behavioral symptom is 40,0%. RSUD Dr. Pirngadi Medan is expected to
nurture work facility in hemodialysis installation, so the temperature in the
working environment achieves enforced standard to avoid nurse’s working stress
in hemodialysis installation in RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Keywords: Working stress, room temperature, nurse

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Gambaran Suhu Ruangan Kerja dan Efeknya terhadap

Stres Kerja Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020”.

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan sebagai Dosen Penguji I.

4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang dengan

segenap hati telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan,

dan masukan terbaik kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S. selaku Dosen Penguji II yang dengan

vi
Universitas Sumatera Utara
segenap hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk

penyempurnaan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang

dengan segenap hati telah mendidik dan membantu setiap proses pengurusan

administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kedua orang tua yang penulis sayangi, Wakhid dan Juliani beserta saudara

terkasih, Desnita Sari Wahyuni, S.E. yang telah memberikan kasih sayang,

dukungan dan doa terbaiknya bagi penulis.

8. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan beserta jajarannya yang dengan

rendah hati menerima penulis untuk melakukan penelitian dan yang dengan

segenap hati memberikan arahan serta kemudahan dalam penyelesaian skripsi

ini.

9. Segenap perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

yang dengan segenap hati dan dengan rendah hati serta meluangkan waktunya

bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada “Parkiran Squad” yang dengan semangat, tulus serta rendah hati

dalam memberikan tenaga, dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada semua orang terkasih yang dengan semangat, tulus serta rendah hati

dalam memberikan tenaga, dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis sangat terbuka untuk setiap kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak dalam guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis

vii
Universitas Sumatera Utara
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, September 2020

Dimas Wahyu Pradana

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ii
Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Manfaat Penelitian 8

Tinjauan Pustaka 9
Stres Kerja 9
Lingkungan Kerja 15
Suhu 24
Landasan Teori 27

Metode Penelitian 29
Jenis Penelitian 29
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Populasi dan Sampel 29
Variabel dan Definisi Operasional 29
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 30
Metode Analisis Data 32

Hasil Penelitian 34
Deskripsi Lokasi Penelitian 34
Gambaran umum RSUD Dr. Pirngadi Medan 34
Visi, misi, dan motto RSUD Dr. Pringadi Medan 34
Instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 36
Fasilitas, peralatan hemodialysis dan pelayanan 36

ix
Universitas Sumatera Utara
Analisi Deskriptif 38
Suhu ruangan 38
Karakteristik responden 38
Karakteristik stres kerja 40

Pembahasan 44
Gambaran Suhu Ruangan 44
Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Fisik 45
Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Emosi 45
Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Perilaku 46

Kesimpulan dan Saran 47


Kesimpulan 47
Saran 47

Daftar Pustaka 49
Lampiran 52

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Tingkatan Stres Kerja Penelitian 32

2 Hasil Pengukuran Suhu Ruangan di Instalasi Hemodialisa


RSUD Dr. Pirngadi Medan 38

3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 39

4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 39

5 Frekuensi Item Pertanyaan Berdasrkan Stres Kerja Gejala


Fisik di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 40

6 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Gejala Fisik


di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 40

7 Frekuensi Item Pertanyaan Berdasrkan Stres Kerja Gejala Emosi


di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 41

8 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Gejala Emosi


di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 41

9 Frekuensi Item Pertanyaan Berdasrkan Stres Kerja Gejala


Perilaku di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 42

10 Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Gejala Perilaku


di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 42

11 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Stres Secara


Keseluruhan di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 43

xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Area heat stres monitor 26

2 Situasi instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 70

3 Perawat instalasi hemodialisa sedang melakukan penanganan 70

4 Pengisian lembar kuesioner stres kerja perawat 71

5 Pengukuran suhu ruangan pada titik pertama 71

6 Pengukuran suhu ruangan pada titik kedua 72

7 Pengukuran suhu ruangan pada titik ketiga 72

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 52

2 Surat Permohonan Izin Penelitian 55

3 Surat Izin Pemakaian Alat 56

4 Surat Izin Penelitian 57

5 Surat Keterangan Selesai Penelitian 58

6 Hasil Analisis Laboratorium 59

7 Master Data 60

8 Output SPSS 68

9 Dokumentasi 70

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

MRA Mutual Recognition Arrangement


NAB Nilai Ambang Batas
PPNPI Persatuan Perawat Nasional Indonesia
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
WHO World Health Organisation

xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Dimas Wahyu Pradana berumur 22 tahun. Penulis lahir di

Medan pada tanggal 25 Juli 1998. Penulis beragama Islam, anak kedua dari dua

bersaudara dari pasangan Wakhid dan Juliani.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SDN 060915 Medan Tahun

2004 – 2010, sekolah menengah pertama di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun

2010-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun

2012-2015. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Medan, September 2020

Dimas Wahyu Pradana

xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Era globalisasi dan pasar bebas mengakibatkan tingginya persaingan

disektor pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit. Persaingan tersebut bukan

hanya terjadi pada rumah sakit swasta, tetapi juga rumah sakit milik pemerintah.

Bahkan, setelah diberlakukannya Mutual Recognition Arrangement (MRA) pada

tanggal 1 Januari 2010, diramalkan akan terjadi peningkatan persaingan dengan

rumah sakit asing karena dampak perjanjian tersebut terjadi kemudahan migrasi

tenaga kesehatan dari satu negara ke negara lain, termasuk perawat. Oleh karena

itu rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan bermutu dan profesional

sesuai kebutuhan masyarakat.

Komite medis rumah sakit berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44

Tahun 2009 harus bersifat efektif, efisien, dan akuntabel sebagai suatu wadah

kumpulan para profesi medis di rumah sakit dengan melaksanakan fungsi

manajemen medis (medical management) yang antara lain melaksanakan evaluasi

kinerja (performance) yang tujuannya antara lain untuk meningkatkan mutu

pelayanan dan keselamatan pasien.

Sumber daya manusia keperawatan merupakan faktor terpenting dalam

pelayanan di rumah sakit, karena dihampir setiap negara hingga 80% pelayanan

kesehatan diberikan oleh perawat (Baumann, 2007). Menurut Depkes RI tahun

2006 sebanyak 40% pemberi pelayanan kesehatan di Indonesia adalah tenaga

keperawatan. Oleh karena itu pelayanan keperawatan merupakan indikator baik

buruknya kualitas pelayanan rumah sakit (Aditama, 2002).

1
Universitas Sumatera Utara
2

Tenaga perawat di rumah sakit melakukan praktik keperawatan berupa

pelayanan keperawatan yang disebut asuhan keperawatan. Pelayanan rawat inap

merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap dalam upaya peningkatan

kesehatan berupa pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

pemeliharaan kesehatan. Keperawatan memberikan pelayanan dirumah sakit

selama 24 jam sehari, serta mempunyai kontak yang konstan dengan pasien. Oleh

karena itu kontibusi yang diberikan keperawatan sangat menentukan kualitas

pelayanan rumah sakit dan tak luput pula timbulnya gejala stres kerja pada

perawat (Wirawan, 2009).

Stres kerja perawat di Indonesia dibagi menjadi dua kategori dengan

persentase stres sedang 65% dan kurang baik 70% (Ahsan, Suprianti, & Elnita,

2013). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI, 2006) menyebutkan bahwa

50,9% perawat Indonesia yang mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah,

kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan

yang tidak memadai.

Dampak stres kerja bagi perawat yang di antaranya dapat menurunkan

kinerja keperawatan seperti pengambilan keputusan yang buruk, kurang

konsentrasi, apatis, kelelahan, kecelakaan kerja sehingga pemberian asuhan

keperawatan tidak maksimal yang dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas

organisasi (Gibson dkk, 2002). Menurut Chapman (2006) dalam Olayinka,

Osamudiamen, Ojo, (2013) dampak dari stres yang paling sering muncul adalah

sakit kepala (49%), diikuti dengan gejala lain seperti kemarahan, turunnya fungsi

otak, koping yang tidak efektif, gangguan hubungan terhadap rekan kerja .

Universitas Sumatera Utara


3

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa beberapa faktor penyebab

stres di antaranya adalah lingkungan kerja yang mempunyai resiko yang tinggi,

menghadapi stres yang berbeda-beda dan tempat kerja yang tidak nyaman, beban

kerja perawat yang mempunyai tangung jawab penuh dalam memberikan asuhan

keperawatan dan konflik peran dengan perawat lain seperti perbedaan pendapat

dalam memberikan asuhan keperawatan dan kurangnya dukungan antar rekan

kerja (Eleni dan Theodors, 2010).

Namun demikian, saat ini rumah sakit justru mengalami berbagai masalah

yang berhubungan dengan tenaga keperawatan dan pelayanan keperawatan.

Masalah masalah tersebut berhubungan dengan kekurangan jumlah perawat,

ketidakpuasan kerja perawat dan buruknya lingkungan kerja perawat. Lingkungan

kerja secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan

lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan

berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi

pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung (Sedarmayanti, 2001).

Lingkungan kerja fisik terbagi menjadi dua yaitu lingkungan yang

langsung berhubungan dan lingkungan perantara atau umum. Lingkungan yang

langsung berhubungan dengan pekerja seperti kursi, meja, dan lainnya sedangkan

lingkungan perantara yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya suhu,

kelembaban, sirkulasi udara, dan lain lain (Sedarmayanti, 2001).

Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,

ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar

pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Untuk mencapai kenyamanan

Universitas Sumatera Utara


4

lingkungan kerja antara lain dapat dilakukan dengan jalan memelihara prasarana

fisik seperti seperti kebersihan yang selalu terjaga, penerangan cahaya yang

cukup, ventilasi udara, suara musik dan tata ruang kantor yang nyaman. Pihak

kepegawaian juga hendaknya mampu mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi

seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam

organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan meningkatkan

kinerja karyawan.

Menurut Kusani (2008) lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja karyawan, dikuatkan oleh Schuller (2000) stres yang

dihadapi tenaga kerja berhubungan dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan

ketidakhadiran kerja dan kecenderungan mengalami kecelakaaan.Untuk

menunjang kinerja perawat agar tidak mengalami stres kerja salah satu hal yang

perlu diperhatikan ialah lingkungan kerja secara fisik. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, lingkungan kerja fisik seperti suhu ruangan, kelembaban,

sirkulasi udara dan sebagainya sangatlah penting untuk menunjang kinerja

perawat.

Suhu dalam badan yang sehat berada sekitar 370C. Temperatur yang

terlampau dingin akan menyebabkan gairah kerja menurun, sedangkan temperatur

yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan tubuh dan

dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan. Temperatur yang

dianjurkan di tempat kerja adalah 240 – 260C suhu kering pada kelembaban 64-

95%. Sedapat mungkin menggunakan penyejuk ruangan (AC) agar perbedaan

temperature dengan udara luar tidak melebihi 40-50C.

Universitas Sumatera Utara


5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulfendri dkk (2019) tentang

“Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Spesialis Dasar Dalam Era JKN di

Rumah Sakit Kota Medan”. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa

masih banyak ruang kerja tenaga medis di beberapa Rumah Sakit yang ada dikota

medan yang masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh

Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan

Lingkungan Kerja. Begitu pula dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.

Pirngadi Kota Medan, masih banyak ruang kerja termasuk ruang kerja perawat

dengan suhu ruangan yang tidak sesuai dengan standar. Tetapi masih ada

beberapa ruang kerja perawat yang belum dilakukan pengukuran suhu ruangan

dan belum diketahui memenuhi standar yang berlaku atau tidak.

Rumah sakit merupakan institusi penyelenggara kesehatan masyarakat

harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

(Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).

Penyelenggaraan rumah sakit diatur oleh Undang-Undang, antara lain

pasal 33 ayat 1 dan 2 Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 disebutkan

bahwa rumah sakit diharapkan memiliki organisasi yang efektif, efisien dan

akuntabel yang terdiri dari (paling sedikit) atas unsur pimpinan (kepala direktur,

unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite

medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum keuangan).

Salah satu ruangan yang belum di lakukan pengukuran suhu ruangan

adalah ruang instalasi hemodialisa. Berdasarkan data RSUD Dr. Pirngadi Kota

Universitas Sumatera Utara


6

Medan, ruang instalasi hemodialiasa merupakan salah satu ruangan yang paling

banyak memiliki jumlah perawat. Instalasi hemodialisa adalah salah satu ruang

pemulihan atau perawatan bagi pasien penyakit ginjal untuk melakukan

penyaringan dan pembersihan darah pada pasien penyakit ginjal. Di ruang

hemodialisa terdapat beberapa tenaga medis seperti dokter, perawat dan lainnya

untuk kebutuhan pasien.

Lingkungan kerja fisik yang kondusif akan memberikan rasa aman dan

nyaman agar memungkinkan para pekerja untuk dapat bekerja lebih optimal dan

mengurangi tingkat stres yang menimbulkan dampak pada kinerja pekerja. Jika

seorang pekerja menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pekerja

tersebut akan betah berada di tempat kerjanya untuk melakukan segala aktivitas

sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan prestasi kerjanya juga akan

lebih meningkat.

Dari hasil observasi dan wawancara awal tentang suhu ruangan dan gejala

stres kerja pada perawat, dari 2 orang perawat yang telah diwawancarai dalah satu

diantaranya telah timbul gejala – gejala stres ringan saat bekerja seperti kelelehan

saat bekerja, sering pusing, dan sebagainya. Ruang instalasi hemodialisa telah

memiliki 16 buah pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) tetapi suhu

ruangan di instalasi hemodialisa belum tentu sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan karena peneliti merasa masih kurang sesuainya suhu ruangan di

ruangan tersebut.

Di ruang instalasi hemodialisa terdapat 54 buah tempat tidur pasien

dengan masing masing tempat tidur memiliki alat hemodialisa. Alat hemodialisa

Universitas Sumatera Utara


7

salah satu faktor yang bisa menimbulkan dan menyumbangkan hawa panas

diruangan sehingga jika di gunakan akan menambah suhu yang ada di instalasi

hemodialisa. Begitu juga dengan kepadatan populasi dimana ketika pasien dan

perawat saat bekerja akan membuat populasi menumpuk dan akan menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan ruang instalasi hemodialisa tidak memiliki suhu

yang standard an menjadi salah satu faktor penyebab stres kerja pada perawat.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan

mengetahui gambaran suhu ruangan yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

khususnya ruangan yang memiliki populasi perawat yang paling banyak yaitu

instalasi hemodialisa. Bagaimana gambaran suhu di ruangan tersebut? Apakah

sudah sesuai dengan standar yang berlaku dan adakah efeknya terhadap stres kerja

perawat?

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas peneliti ingin mengetahui

bagaimana gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya terhadap stres kerja perawat

(instalasi hemodialisa) yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya

terhadap stres perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


8

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan masukan dan informasi kepada pihak manejemen rumah sakit

tentang gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya terhadap stres kerja perawat

yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

2. Memberikan masukan dan informasi kepada perawat tentang efek suhu

runagan terhadap stres kerja perawat.

3. Menambah kepustakaan penelitian tentang gambaran suhu ruangan kerja dan

efeknya terhadap stres kerja perawat.

4. Memberikan manfaat dalam penerapan ilmu yang telah dipelajari di bangku

akademik.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Stres Kerja

Pengertian stres kerja. Menurut Handoko (2008), stres kerja adalah

suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan kondisi

seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan

seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan mengganggu

pelaksanaan tugas-tugasnya.

Menurut Sasono (2004), stres kerja bisa dipahami sebagai keadaan di

mana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa

dijangkau oleh kemampuannya. Jika kemampuan seseorang baru sampai angka 5

(lima) tetapi menghadapi pekerjaan yang menuntut kemampuan dengan angka 9

(sembilan), maka sangat mungkin sekali orang itu akan terkena stres kerja.

Menurut (Handoyo, 2001) mendefinisikan stres adalah tuntutan-tuntutan

eksternal yang mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau

suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan

sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang

berasal dari luar diri seseorang.

Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir,

dan kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004). Orang-orang yang mengalami stres

menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering

menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang

tidak kooperatif (Hasibuan, 2012).

9
Universitas Sumatera Utara
10

Tingkatan stres. Stres dibagi menjadi 3 kategori menurut Potter dan Perry

(1998) dalam Rasmun (2004), yaitu :

Stres ringan. Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara

teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu-lintas, kritikan dari atasan.

Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ringan

biasanya tidak disertai timbulnya gejala yaitu semangat meningkat, penglihatan

tajam, namun cadangan energinya menurun, kemampuan menyelesaikan pelajaran

meningkat, sering merasa letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan

sistem seperti pencernaan, otot, perasaan tidak santai.

Stres sedang. Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa

hari. Situasi perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan ; anak yang sakit;

atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan penyebab stres

sedang. Ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan

tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.

Stres berat. Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa

minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan terus menerus;

kesulitan finansial yang berkepanjangan; berpisah dengan keluarga; berpindah

tempat tinggal; mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik,

psikologis, sosial pada usia lanjut. Makin sering dan makin lama situasi stres,

makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan dapat

mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Ciri-

cirinya yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur, penurunan

Universitas Sumatera Utara


11

konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan meningkat, tidak mampu melakukan

pekerjaan sederhana, gangguan sistem meningkat, perasaan takut meningkat.

Faktor – faktor yang mempengaruhi stres kerja. Stres kerja yang

dialami yang disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan ke

dalam tujuh kategori, berdasarkan penelitian Hurrel,dkk (1998) dalam Munandar

(2008) diantaranya yaitu :

1. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan. Faktor-faktor intrinsik yang termasuk dalam

kategori ini terbagi atas dua, yaitu tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan

fisik diartikan sebagai kondisi fisik kerja yang mempunyai pengaruh terhadap

kondisi psikologis dan fisiologis diri seorang tenaga kerja. Rini (2002)

menyatakan bahwa kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab

pekerja mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara

kurang memadai, suhu ruangan tidak memenuhi standar, ruangan kerja terlalu

padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada

kenyamanan kerja karyawan.

2. Peran individu dalam organisasi. Pekerja mempunyai kelompok tugas yang

harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai yang

diharapkan atasannya, namun pekerja tidak selalu berhasil memainkan

perannya sehingga timbul konflik peran (role conflict) dan ambiguitas peran

(role ambiguity).

3. Pengembangan karir (career development). Pengembangan karir merupakan

penyebab stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi

berlebih, dan promosi yang kurang. Promosi merupakan salah satu perusahaa

Universitas Sumatera Utara


12

dalam meningkatkan kemampuan pekerjaannya. Setiap orang pasti punya

harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita-

cita dan perkembangan karir banyak sekali yang tidak terlaksana.

4. Hubungan dalam pekerjaan. Harus hidup dengan orang lain merupakan salah

satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Cooper (1973) dalam Munandar

(2008) berpendapat bahwa hubungan yang baik antara anggota dari satu

kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan

organisasi. Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala

adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah, dan

minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi.

5. Struktur dan iklim organisasi. Pekerja mempersepsikan kebudayaan,

kebiasaan, dan iklim organisasi adalah penting dalam memahami sumber-

sumber stres potensial sebagai hasil dari beradanya mereka dalam organisasi.

Kepuasan dan ketidakpuasan kerja berkaitan dengan struktur dan iklim

organisasi. Faktor stres yang ditemukan dalam kategori ini terpusat pada

sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dalam organisasi.

6. Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan. Kategori penyebab stres potensial ini

mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang berinteraksi dengan

peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dengan

demikian memberikan tekanan pada individu, Isu-isu tentang keluarga, krisis

kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan pribadi dan organisasi yang

bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan,

semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya

Universitas Sumatera Utara


13

mempunyai dampak yang negatif para kehidupan keluarga dan pribadi, namun

demikian perlu diketahui bahwa peristiwa kehidupan pribadi dapat

meringankan akibat dari penyebab stres organisasi.

7. Ciri-ciri individu. Munandar (2008) berpendapat bahwa stres ditemukan pula

oleh ciri-ciri Individu, sejauh mana melihat situasinya sebagai penuh stres.

Reaksi-reaksi psikologikal, fisiologikal dan/atau dalam bentuk perilaku

terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya,

mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang

didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman lalu, keadaan

kehidupan, dan kecakapan (antara lain intelegensi, pendidikan, pelatihan, dan

pembelajaran).

Gejala stres di tempat kerja. Perasaan tertekan dapat mengubah cara

seseorang dalam merasakan, berpikir, dan bertingkah laku. Gejala-gejala stres di

tempat kerja meliputi :

1. Gejala stres pada tingkat individu terdiri dari :

Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan pusing, nyeri

tengkuk, tekanan darah naik (hipertensi), nyeri lambung, gatal-gatal di kulit,

rambut rontok, rendahnya kekebalan tubuh, masalah jantung.

Reaksi emosional, seperti gangguan tidur, depresi, rasa benci, dan mudah

marah, hipokondria, kelelahan, masalah dalam rumah tangga, merasa terasing.

Reaksi kognitif, seperti sulit berkonsentrasi, sulit mengingat sesuatu, sulit

dalam mempelajari hal-hal baru, sulit dalam membuat keputusan.

Universitas Sumatera Utara


14

Reaksi tingkah laku, seperti penyalahgunaan obat-obatan, konsumsi rokok dan

alkohol, dan perilaku yang merusak.

2. Gejala stres pada tingkatan organisasi terdiri dari tingkat absensi karyawan,

fluktuasi staf yang tinggi, masalah disiplin, gertakan-gertakan, produktivitas

rendah, kesalahan dan kecelakaan kerja, biaya-biaya yang dinaikkan dari

kompensasi atau perawatan kesehatan.

Cara mengatasi stres kerja (manajemen stres). Stres kerja dapat diatasi

dengan tiga pola sebagai berikut (Mangkunegara, 2007) :

1. Pola sehat, yaitu pola menghadapi stres yang terbaik dengan kemampuan

mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan

gangguan, tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang.

2. Pola harmonis, yaitu pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola

waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan kesibukan dan

tantangan, dengan cara mengatur waktu secara teratur.

3. Pola patologis, yaitu pola menghadapi stres dengan berbagai berdampak pada

berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis.

Menurut Hayes, Douglas, dan Banner (2015) mengatur lingkungan kerja

agar lebih nyaman juga dapat menjadi salah satu langkah untuk mengurangi stres.

Lingkungan kerja yang nyaman seperti pencahayaan yang sesuai, suhu ruangan

yang sesuai, sirkulasi yang baik dan sebagainya akan membuat karyawan yang

bekerja didalamnya merasa betah dan tidak merasa stres sehingga berdampak

pada peningkatan kinerja karayawan.

Universitas Sumatera Utara


15

Lingkungan Kerja

Pengertian lingkungan kerja. Menurut Armstrong dalam Bagus Kisworo

(2012), the work environment consist of the system of work, the design of jobs,

working conditions, and the ways in which people are treated at work by their

managers and co-workers. Lingkungan kerja terdiri dari sistem kerja, desain

pekerjaan, kondisi kerja, dan cara-cara di mana orang diperlakukan di tempat

kerja dengan manajer mereka dan rekan kerja.

Menurut Nitisemito (1996) adalah segala sesuatu yang ada disekitar

pekerja dan dapat mempengaruhi mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan. Sedarmayati (2001) mendefinisikan lingkungan kerja adalah

keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di

mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai

perseorangan maupun sebagai kelompok.

Lingkungan kerja ialah suatu kondisi yang berkaitan dengan ciri-ciri dari

tempatnya melakukan pekerjaan terhadap perilaku dan sikap yang diberikan

pekerja dimana hal itu berhubungan dengan proses terjadinya perubahan

psikologis yang disebabkan oleh hal yang dialami didalam pekerjaannya atay

didalam kondisi tertentu yang perlu mendapat perhatian ynag lebih oleh organisasi

yang bisa memberikan kebosanan dalam bekerja, kerja yang selalu monoton serta

kelelahan kerja (Schultz dan Schultz, 2006). Sementara itu menurut Saydam

(2000) yang mendefinisikan lingkungan kerja sebagai keseluruhan sarana

prasarana kerja yang ada disekitar karyawan yang sedang melaksanakan pekerjaan

yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara


16

Lewa dan Subowo (2005) berpendapat bahwa lingkungan kerja harus

mempunyai desain yang sedemikian rupa supaya pekerja bisa menciptakan

hubungan kerja yang mengikat para pekerja terhadap lingkungannya. Lingkungan

kerja baru bisa dikatakan baik apabila pekerja dapat melaksanakan kegiatan

bekerja dengan aman, sehat dan nyaman karena lingkungan kerja yang buruk bisa

memberikan dampak yang buruk pula bagi perusahaan karena para pekerjanya

tidak bekerja dengan optimal.

Menurut Sedarmayanti (2001) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat

perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya dimana seseorang

bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan

maupun kelompok. Secara umum pengertian lingkungan kerja adalah kondisi dan

suasana dimana para pegawai melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan

maksimal.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

lingkungan kerja adalah suatu kondisi dimana para karyawan bekerja dalam suatu

perusahaan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi karyawan baik

secara langsung maupun tidak langsung sehingga lingkungan kerja dapat

dikatakan baik apabila karyawan dapat bekerja dengan optimal, tenang dan

produktivitasnya tinggi.

Keadaan lingkungan kerja dibentuk oleh berbagai unsur yaitu suhu,

kelembaban, pencahayaan, kebisingan, sirkulasi udara, bau, getaran, dan warna.

Lingkungan kerja dapat menambah kenyamanan dan konsentrasi karyawan

sehingga mampu meningkatkan kinerja yang dimiliki. Menurut Sedarmayanti

Universitas Sumatera Utara


17

(2001) juga mengungkapkan bahwa manusia akan mampu melaksanakan

kegiatannya dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila

diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai.

Jenis – jenis lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan faktor–

faktor manusia yang terdiri dari fisik mupun non fisik dalam suatu organisasi.

Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa lingkungan kerja dapat dibagi menjadi

dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Jenis–jenis

lingkungan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut.

Lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan semua

keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat

mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung.

Menurut Sedarmayanti (2001) lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua

kategori, yakni lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan

(Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya) dan lingkungan perantara atau

lingkungan umum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi

kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,

pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Lingkungan kerja dibentuk oleh berbagai unsur, yakni suhu udara dan

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau –

bauan, dan lain – lainnya (Sutalaksana, 2006).

Selain itu menurut Liang Gie (2000) tedapat empat hal penting yang

sangat mempengaruhi efisiensi dalam pekerjaan perkantoran yaitu: (1) Cahaya;

(2) Warna; (3) Udara; (4) Suara. Sedangkan menurut Badri (2006), terdapat tujuh

Universitas Sumatera Utara


18

hal yang harus diperhatikan dalam sebuah lingkungan kerja yaitu: (1) Sistem

pencahayaan; (2) Warna; (3) Kontrol Suara; (4) Udara; (5) Musik; (6) Konservasi

Energi; (7) Keamanan Kantor.

Lingkungan kerja non fisik. Menurut Sedarmayanti (2001), menyatakan

bahwa “lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang

berkaitan dengan hubungan erja, baik dengan atasan maupun dengan sesama

rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan”. Lingkungan kerja non fisik

adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik

hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun

hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok

lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan (Sedarmayanti, 2001).

Menurut Alex dan Nitisemito (2001) perusahaan hendaknya dapat

mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,

bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi

yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,

dan pengendalian diri

Setiap karyawan harus membina hubungan yang harmonis baik dengan

sesama karyawan maupun dengan para atasannya, mampu berkomunikasi dalam

sebuah team kerja dan bersikap ramah. Akibat dengan adanya hubungan

karyawan yang baik maka para karyawan akan dapat menghindari diri dari

konflik-konflik yang mungkin timbul di dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan

pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator lingkungan kerja

Universitas Sumatera Utara


19

non fisik terbagi menjadi dua yaitu: (1) Hubungan antar karyawan; (2) Hubungan

dengan atasan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja. Manusia akan

mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang

optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai.

Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat

melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Banyak

faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja. Berikut

ini akan diuraikan masing–masing faktor tersebut dikaitkan dengan kemampuan

pekerja, diantaranya adalah :

Pencahayaan. Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik

penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuhktikan bahwa

penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekejaan berakibat produksi yang

maksimal dan ketidak efisienan yang minimal. Hubungan penerangan dengan

kelelahan sebagai sebab kecelakaan, penerangan yang baik merupakan usaha

preventif. Penerangan yang memadai sangat perlu bagi pencegahan pada

kecelakaan kerja, contohnya: terantuk, terjatuh, dll. Penerangan yang berlebih

dapat membuat mata pekerja menjadi silau sehingga mengganggu konsentrasi dan

dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Pencahayaan satuannya adalah lux (1 lm/m2) dimana lm adalah lumens

atau lux cahaya. Secara umum jenis penerangan dibedakan menjadi dua yaitu

penerangan buatan (penerangan artifisial) dan penerangan alamiah (sinar

matahari). Intensitas penerangan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara


20

memerlukan sedikit ketelitian adalah 200-250 lux, untuk pekerjaan yang teliti

memerlukan 500-700 lux dan pekerjaan menggambar teknik (technical drawing)

memerlukan intensitas cahaya 1000-2200 lux. (Padmanaba, 2006)

Suhu udara. Setiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang

berbeda dalam keadaan normal. Tubuh manusia selalu berusaha untuk

mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna

sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh.

Kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh

manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika

perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan

35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian,

untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda.

Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan

beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan

dapat hidup.

Suhu dalam badan yang sehat berada sekitar 370C. Temperatur yang

terlampau dingin akan menyebabkan gairah kerja menurun, sedangkan temperatur

yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan tubuh dan

dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan. Temperatur yang

dianjurkan di tempat kerja adalah 240 – 260C suhu kering pada kelembaban 64-

95%. Sedapat mungkin menggunakan penyejuk ruangan (AC) agar perbedaan

temperature dengan udara luar tidak melebihi 40-50C.

Universitas Sumatera Utara


21

Kelembaban. Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam

udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau

dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur,

kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan

mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan

panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan

kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara

besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya

denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai

keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.

Sirkulasi udara. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk

hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme.

Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut

telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya

bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman

di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan

olah manusia. Cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan

pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja,

keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk

dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat

lelah setelah bekerja.

Universitas Sumatera Utara


22

Kebisingan. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk

mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.

Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat

mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan

kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa

menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara

bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan

efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa

menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lamanya kebisingan,

intensitas kebisingan, dan frekuensi kebisingan. Semakin lama telinga mendengar

kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin

berkurang. Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB). Kebisingan

mempegaruhi konsentrasi dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kebisingan

lebih dari 85 dB dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian.

Debu. Debu adalah suatu kumpulan yang terdiri dari berbagai macam

partikel padat di udara yang berukuran kasar dan tersebar,yag biasa disebut

dengan koloid (Riyadina, 1996). Menurut Suma‟mur (1998) debu adalah partikel-

partikel zat padat yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis

seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,

peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik. Secara

fisik debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar udara yaitu dust dan

aerosol. Debu terdiri dari dua golongan, yaitu padat dan cair.

Universitas Sumatera Utara


23

Partikel debu telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor

Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah bahwa NAB kadar debu di

udara tidak boleh melebihi 3,0 mg/m³. NAB dari debu-debu yang hanya

mengganggu kenikmatan kerja adalah 10 mg/m³. Nilai Ambang Batas (NAB)

Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur juga dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,

sebesar 10 mg/m3 untuk waktu pengukuran rata-rata 8 jam.

Manfaat lingkungan kerja. Menurut Randall S. Schuler dan Susan E.

Jacson dalam Prihatin (2011), menyatakan bahwa jika perusahaan dapat

menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit, dan hal-

hal yang berkaitan dengan stres, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan

para pekerjanya, perusahaan akan semakin efektif. Peningkatan-peningkatan

terhadap ini akan menghasilkan: (1) Meningkatnya produktivitas karena

menurunnya jumlah hari yang hilang; (2) Meningkatnya efisiensi dan kualitas

pekerja yang lebih berkomitmen; (3) Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan

asuransi; (4) Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih

rendah karena menurunnya pengajuan klaim; (5) Fleksibilitas dan adaptabilitas

yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa

kepemilikan; (6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya

citra perusahaan yang kemudian perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya

secara subtansial.

Universitas Sumatera Utara


24

Dampak lingkungan kerja. Menurut Kusani (2008) lingkungan kerja

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, dikuatkan oleh

Schuller (2000) stres yang dihadapi tenaga kerja berhubungan dengan penurunan

prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja dan kecenderungan mengalami

kecelakaaan.

Sedangkan menurut Santrock (2000) faktor lingkungan kerja bisa

menyebabkan stres pada perawat, yaitu lingkungan yang bising, ventilasi yang

kurang bagus, suhu ruangan yang tidak memenuhi standar, sirkulasi udara yang

kurang baik, pencahayaan yang kurang, dan fasilitas yang kurang memadai.

Cooper (1989) dalam Rini (2002) menyatakan bahwa kondisi kerja yang

buruk berpotensi menjadi penyebab pekerja mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak

nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, suhu ruangan tidak memenuhi

standar, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu

besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.

Suhu

Pengertian suhu. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas

dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah

termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu

cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan

teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.

Satuan suhu. Satuan suhu yang terdiri atas.

Fahrenheit. Pada tahun 1714, seorang ilmuwan Jerman yang bernama

Daniel George Fahrenheit membuat termometer yang mula-mula diisi alkohol dan

Universitas Sumatera Utara


25

kemudian diganti dengan raksa. Sebagai titik tetap pertama ia menggunakan

campuran es dan garam dapur yang diberi angka 00F (suhu terendah yang ia

ketahui) dan titik tetap kedua ia menggunakan tubuh manusia dan diberi angka

960C.Berdasarkan definisi modern, skala termometer Fahrenheit adalah skala

dengan temperatur air mendidih ditetapkan sebagai 212 derajat dan temperatur es

melebur sebagai 32 derajat.Pada jaman dulu termometer ini banyak digunakan di

Eropa dan Amerika Serikat, tetapi pada saat ini negaranegara di Eropa sudah

banyak beralih ke termometer Celcius sedangkan Amerika Serikat masih tetap

menggunakannya.

Celcius. Sekitar 20 tahun setelah Fahrenheit membuat termometer,

seorang profesor dari Swedia yang bernama Ander Celsius juga membuat

termometer.Termometer ini menggunakan titik tetap bawah adalah suhu es sedang

mencair sebagai 00C dan titik tetap atas adalah suhu air sedang mendidih sebagai

1000C masing-masing pada tekanan standar.Skala antar kedua temperatur ini

dibagi dalam 100 derajat. Termometer ini banyak digunakan oleh negara-negara

di dunia, termasuk Indonesia.

Kelvin. Pada dasarnya skala kelvin sama dengan skala celcius

(seperseratus). Hanya saja skala kelvin dimulai dari suhu nol mutlak (0 K) yang

besarnya sama dengan -273,150C. Sehingga untuk suhu es mencair sama dengan

273,15 K dan air mendidih sama dengan 373,15 K.

Alat pengukur suhu. Banyak jenis alat pengukur suhu tetapi alat yang

paling baik dan paling detail untuk mengukur suhu ruangan ialah Area Heat Stress

Monitor.

Universitas Sumatera Utara


26

Area heat stress monitor. alat ini dioperasikan secara digital yang meliputi

parameter suhu basah, suhu kering, dan suhu radiasi (Tarwaka dkk, 2004).

Gambar 1. Area heat stres monitor thermal environment monitor merk quest Temp
o
36 TEF 100005

Cara Kerja :

1. Tombol power ditekan.

2. Tombol °C atau °F ditekan untuk menentukan suhu yang digunakan.

3. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola.

4. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu basah.

5. Hasil akan keluar kemudian dicatat.

6. Tombol power ditekan kembali untuk mematikan.

Standar suhu ruangan kerja. Menurut Suma’mur (2014) suhu nyaman

bagi orang Indonesia adalah antara 24 - 26°C, suhu yang lebih dingin mengurangi

efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurang koordinasi otot dan suhu panas

sendiri akan berakibat menurunkan kinerja kerja berfikir.

Universitas Sumatera Utara


27

Sedangkan standar suhu ruangan kerja di rumah sakit telah ditetapkan di

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menyatakan bahwa standar suhu ruangan

kerja di rumah sakit ialah 22 - 24°C.

Sejalan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 8 ayat (1) dan (2) menyebutkan :

(1) Pengukuran dan pengendalian faktor fisika sebagaimana dimaksud

pasal 5 ayat (2) huruf a meliputi;

a. Ikim kerja

b. Kebisingan

c. Gelombang radiasi atau gelombang mikro

d. Sinar ultra violet

e. Medan magnet statis

f. Pencahayaan

(2) Nilai Ambang Batas Fisika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a sampai dengan huruf f tercantum dalam lampiran yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari peraturan menteri ini.

Nilai ambang batas untuk iklim kerja / suhu menurut Permenaker nomor 5 tahun

2018 ialah 22 - 24°C.

Landasan Teori

Stres kerja yang dialami yang disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat

dikelompokkan ke dalam tujuh kategori, berdasarkan penelitian Munandar (2008)

diantaranya yaitu :

Universitas Sumatera Utara


28

1. Faktor Intrinsik dalam pekerjaan

2. Peran individu dalam organisasasi

3. Pengembangan karir (career development)

4. Hubungan dalam pekerjaan

5. Struktur dan iklim organisasi

6. Tuntutan dari luar organisasi/pekerjaan

7. Ciri-ciri individu

Standar suhu ruangan kerja di rumah sakit telah ditetapkan Permenaker

Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja

menyatakan bahwa persyaratan penghawaan untuk masing masing ruang atau unit

yang dimana ruang instalasi hemodialisa merupakan salah satu ruang

pemulihan/perawatan maka standar suhu di instalasi hemodialisa ialah 22 – 24 0C.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

untuk mengetahui gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya terhadap stres kerja

perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota

Medan yang beralamat di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH No. 47, Sei Kera Hilir II,

Medan Perjuangan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Lokasi Penelitian

dilakukan di salah ruang kerja perawat yaitu Instalasi Hemodialisa.

Waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 07 juli – 07

agustus tahun 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang ada di instalasi

hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi (total

sampling) perawat yang ada di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota

Medan yaitu 20 orang perawat.

Variabel dan Definisi Operasional

Suhu ruangan kerja. Suhu ruangan kerja merupakan besarnya tingkat

suhu atau temperatur yang ada di ruang kerja perawat (instalasi hemodialisa)

sesuai hasil pengukuran dengan menggunakan alat pengukur suhu ruangan yaitu

Area Heat Stress Monitor dengan derajat suhu Celcius (oC).

29
Universitas Sumatera Utara
30

Stres kerja perawat. Efek dari suhu ruangan kerja perawat yang tidak

sesuai standar salah satunya adalah stres kerja yang dialami perawat. Stres

kerja perawat tersebut di ketahui dengan peneliti membuat kuesioner yang

berisi tentang faktor yang menyebabkan stres kerja.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran suhu

ruangan instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan oleh petugas Balai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan dengan menggunakan Area Heat Stress

Monitor di beberapa titik yang telah disesuaikan sebelumnya. Data primer juga

diperoleh dengan wawancara langsung peneliti menggunakan kuesioner stres

kerja perawat yang dikembangkan dan dimodifikasi berdasarkan teori dengan

sampel penelitian yaitu perawat yang ada di instalasi hemodialisa.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari situs website resmi RSUD

Dr. Pirngadi Kota Medan tentang gambaran umum rumah sakit, struktur

organisasi, data perawat dan berbagai data pendukung lainnya.

Metode Pengukuran

Suhu ruangan kerja. Pengukuran suhu ruangan kerja menggunakan alat

Area Heat Stress Monitor di instalasi hemodialisa. Pengukuran dilakukan

dibeberapa titik agar suhu yang didapatkan akurat dan salah satunya disekitar

mesin hemodialisa yang merupakan salah satu penghantar panas di ruangan

tersebut. Setiap titik akan mendapatkan hasil pengukuran suhu ruangan kemudian

dicatat hasilnya. Hasil pengukuran yang diperoleh adalah berapa derajat suhu

ruangan dalam satuan derajat celcius. Hasil tersebut tercantum dalam alat yaitu

Universitas Sumatera Utara


31

dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Rumus ISBB menurut Suma’mur

(2009) adalah (1) untuk pekerjaan dengan sinar matahari/outdoor dihitung dengan

rumus ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering, (2)

sedangkan untuk pekerjaan digedung tanpa sinar matahari/indoor dihitung dengan

rumus ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi.

Prosedur pengukuran terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap

penentuan titik pengukuran dan tata cara menggunakan alat.

Tahap persiapan. Dalam penelitian pengukuran dilakukan oleh petugas

Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan. Alat dipersiapkan dengan baik

dan benar agar mendapat suhu yang sesuai.

Tahap penentuan titik menggunakan alat. Titik sesuai dimana perawat

bekerja di instalasi hemodialisa dan beberaoa titik penyjmbang panas seperti alat

hemodialisa.

Tata cara menggunakan alat. Pertama persiapkan alat di titik yang telah

ditentukan. Perhatikan dan baca hasil pengukuran pada temperatur dari data yang

tercantum di Area Heat Stress Monitor. Setelah melakukan pengukuran pada satu

titik, pindahkan alat di titik lainnya. Catat semua hasil pengukuran diberbagai

titik.

Stres kerja perawat. Adapun kuesioner stres kerja menggunakan

kuesioner Blue Print yang terdiri dari 30 pernyataan yang mencakup beberapa

macam stres kerja yaitu 10 pertanyaan tentang gejala fisik, 10 pertanyaan tentang

emosi dan 10 pertanyaan tentang perilaku. Kuesioner ini menggunakan skala

model Likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS),

Universitas Sumatera Utara


32

Setuju ( S ), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor pada jawaban

Sangat Setuju (SS) 4, Setuju (S) 3, Tidak Setuju (TS) 2 dan Sangat Tidak Setuju

(STS) 1. Skor untuk masing-masing item pada skala dijumlahkan sehingga

menjadi skor total. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden, maka semakin

tinggi tingkat stres yang dialaminya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah

skor yang dimilikinya, maka semakin rendah pula tingkat stres kerja yang

dialaminya. Adapun kriteria objektifnya sebagai berikut.

X minimum teoritik : 1 x 10 = 10

X maximum teoritik : 4 x 10 = 40

Range : Xmax – Xmin

: 40 – 10 = 30

Standar Deviasi (σ) : Range / 6

: 30 / 6 = 5

Mean teoritis ( μ) : (Xmin + Xmax) : 2

: (10 + 40) : 2 = 25

Tabel 1

Tingkatan Stres Kerja Penelitian

Norma Nilai Kategori


X < (μ - 1 σ) < 20 Ringan
(μ - 1 σ ) ≤ X ≤ ( μ + 1 σ) 20 ≤ X ≤ 30 Sedang
X > (μ + 1 σ) X > 30 Tinggi
Sumber data Anwar (1999)

Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan proses komputerisasi

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


33

Entri data. adalah data yang telah diambil tersebut kemudian dimasukkan

dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

Analisis. Adalah data data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis

dengan analisis univariat.

Analisis univariat. Peneliti menggunakan analisis univariat untuk

menganalisis data yang telah terkumpul. Analisis univariat bertujuan untuk

mengetahui distribusi frekuensi variabel penelitian, Variabel yang akan dianalisi

ialah variabel stres kerja perawat yang dimana datanya telah diperoleh melalui

kuesioner.

Metode yang akan digunakan untuk menganalisis pengumpulan data

adalah metode statistik. Statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif yang

meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai

minimum, mean teoritis, range serta standar deviasi.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambaran umum RSUD Dr. Pringadi Medan. Rumah Sakit Umum

daerah Dr. Pringadi Medan terletak di Jalan Prof H. M. Yamin, SH No 47 Medan.

RSU Dr. Pringadi Medan didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada

tanggal 11 Agustus 1928 dengan nama “Gementa Zieken Huis” dimana peletakan

batu pertama dilakukan oleh anak dari Walikota Medan saat itu, Maria Constantia

Macky serta pengangkatan Direktur pertama Dr. W. Bays. Masuknya Jepang ke

Indonesia membuat Rumah sakit diambil alih pemerintahan jepang dan berganti

nama menjadi “Syuritsu Byusono Ince” serta pergantian direktur kepada Dr.

Raden Pringadi Gonggo Putro yang merupakan putra Indonesia. Tahun 1950

nama Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar,

pimpinannya adalah dr. Paruhum Daulay. Tahun 1969 Rumah Sakit Umum

Pusat berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi (Provincial

Top Referal Hospital) pada masa pimpinan dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM.

Berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 tanggal

25 juni 1979, nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan ditetapkan menjadi

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pringadi Medan yang berasal dari nama seorang

putra bangsa Indonesia pertama yang menjadi pimpinan rumah sakit ini.

Visi, misi, dan motto Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi

Medan. Visi, misi, dan motto pada RSUD Dr. Pringadi Medan ialah sebagai

berikut.

34
Universitas Sumatera Utara
35

Visi. Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan menetapkan visi sebagai

berikut yaitu “Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pringadi MANTAP (Mandiri,

Tanggap dan Profesional)” dengan arti sebagai berikut :

1. Mandiri yaitu terhadap pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada

masyarakat.

2. Tanggap yaitu terhadap tuntunan masyarakat perubahan pola penyakit

dan kemajuan IPTEK dibidang kesehatan.

3. Profesional yaitu terhadap pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika

Misi. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi Medan adalah

sebagai berikut.

1. Meningkatkan upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat

secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok, fungsi serta

peraturan yang berlaku.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan

subspesialistik yang bermutu.

3. Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara professional dan etis agar

timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi para

penderita.

4. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan,

penilaian dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan

Motto. Motto dari RSUD Dr. Pringadi Medan ialah Aegroti Salus

Lex Suprema yang berarti kepentingan penderita adalah yang utama.

Universitas Sumatera Utara


36

Instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan. Instalasi Hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sebagai unit pelaksanan pelayanan yang bertugas

melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum yang mengalami

gangguan fungsi ginjal baik akut maupun kronik. Hemodialisis (HD) adalah

salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan

mengatasi gejala dan tanda akibat LFG yang rendah sehingga diharapkan dapat

memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Fasilitas, peralatan hemodialisis dan konsep pelayanan instalasi

hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan. Untuk menunjang kegiatan di instalasi

hemodialisa diperlukan beberapa aspek penting sebagai berikut.

Fasilitas. Fasilitas instalasi hemodialisa sebagai berikut.

1. Memenuhi standar keamanan gedung sesuai aturan pemerintah

2. Tersedia generator listrik

3. Tersedia fasilitas kebakaran (APAR / Hidran)

4. Tempat penyimpanan B3 (MSDS dan simbol)

5. Pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) berjumlah 16 buah

6. Jalur evakuasi dan emergency call system

7. Tempat tidur yang berjumlah 54 buah

8. Lingkungan aman, nyaman dan privasi pasien terjaga

9. Peralatan medis standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan,

termometer dan sebagainya dengan jumlah sesuai kebutuhan. Troli emergensi

dan perlengkapan RJP sekurang-kurangnya terdiri dari ambu viva,

defibrillator, peralatan suction, endotracheal tube, monitor EKG, oksimeter

Universitas Sumatera Utara


37

10. Ruang reuse dan penyimpanan dialiser reuse, peralatan reuse dialiser manual

atau otomatis, ruangan pengolahan air (AAMI standard). Ruangan sterilisasi

alat ruangan penyimpanan obat dan (suhu terpantau) serta mempunyai sarana

pembuangan dan pengolahan limbah medis

Peralatan hemodialisis. Peralatan hemodialisis sebagai berikut.

1. Mesin hemodialisis yang siap pakai dan spesifikasi teknik sesuai standar

keselamatan pasien

2. Minimal terdapat 1 mesin cadangan yang siap setiap saat di unit dialisis untuk

setiap 6 mesin hemodialisis

3. Tersedia ruang untuk perbaikan hemomodialis mesin (work shop)

4. Disinfeksi rutin mesin hemodialisis yang aktif ataupun cadangan dilakukan

sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO)

5. Desinfeksi luar dan dalam mesin

6. SPO selalu berada di dekat mesin.

7. Kalibrasi mesin setiap 6 bulan

Konsep pelayanan hemodialisis. Konsep pelayanan hemodialisis sebagai

berikut.

1. Dilakukan secara konprehensif (mulai pengkajian evaluasi)

2. Pelayanan dilakukan sesuai SPO hemodialisa dan instruksi kerja

3. Peralatan yang tersedia harus memenuhi kriteria standar (kalibrasi secara

berkala oleh badan terakreditasi)

4. Semua tindakan harus terdokumentasi di dalam CPPT atau formulir

pemantauan hemodialisa dalam rekam medis pasien

Universitas Sumatera Utara


38

5. Harus ada sistem monitoring dan evaluasi

6. Persiapan mesin dan peralatan

7. Persiapan Pasien

Analisis Deskriptif

Suhu ruangan. Setelah dilakukan pengukuran suhu ruangan di instalasi

hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan telah didpatkan hasil seagai berikut.

Tabel 2

Hasil Pengukuran Suhu Ruangan di Instalasi Hemodialisa RSUD dr. Pirnagdi


Medan

Lokasi Pengukuran SK (oC) SB (oC) TG (oC) ISBB (oC)


Nurse Station Utama 26,6 22,6 27,3 23,9
Sekitar Mesin 27,3 23,3 28,3 24,8
Hemodialisis
Tengah Ruang Rawat 26,5 22,5 26,8 23,9
Sumber data diolah

Keterangan :

SK : Suhu Kering

SB : Suhu Basah

TG : Suhu Thermometer Globe

ISBB : Index Suhu Basah dan Bola

Berdasarkan tabel 2, suhu ruangan yang diperoleh di instalasi hemodialisa

RSUD dr. Pirngadi ialah 23,9 oC di titik pengukuran pertama (nurse station

utama), 24,8 oC di titik pengukuran kedua (sekitar mesin hemodialisis) dan 23,9
o
C di titik pengukuran ketiga (tengah ruang rawat).

Karakteristik responden. Analisis univariat yaitu memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang di teliti.

Universitas Sumatera Utara


39

Umur. Karakteristik responden berdasarkan umur di instalasi hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Medan seperti di bawah ini :

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr.


Pirngadi Medan

Umur n %
20 – 29 tahun 4 20%
30 – 39 tahun 9 45%
>40 tahun 7 35%
Total 20 100%
Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 3, karakteristik responden berdasarkan umur di instalasi

hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 20% (4 orang) berumur 20 – 29

tahun, 45% (9 orang) berumur 30 – 39 tahun dan 35% (7 orang) berumur > 40

tahun.

Jenis kelamin. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan seperti di bawah ini :

Tabel 4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Hemodialisa


RSUD Dr. Pirngadi Medan

Jenis Kelamin n %
Laki – laki 3 15%
Perempuan 17 85%
Total 20 100%
Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 4, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di

instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 15% (3 orang) berjenis

kelamin laki – laki dan 85% (17 orang) berjenis kelamin perempuan.

Universitas Sumatera Utara


40

Karakteristik stres kerja. Analisis univariat yaitu memperoleh gambaran

distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang di teliti.

Stres kerja berdasarkan gejala fisik. Distribusi dan frekuensi responden

berdasarkan stres kerja gejala fisik di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi

Medan seperti di bawah ini :

Tabel 5

Frekuensi Item Pertanyaan Berdasarkan Stres Kerja Gejala Fisik di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Item pertanyaan SS S TS STS


1 0 0 12 8
2 0 3 12 5
3 0 3 15 2
4 0 4 13 3
5 1 0 14 5
6 0 7 8 5
7 1 4 15 0
8 1 0 17 2
9 0 7 10 3
10 2 7 10 1
Sumber data diolah

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Gejala Fisik di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Stres kerja (gejala fisik) n %


Ringan 8 60%
Sedang 12 40%
Total 20 100%
Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 5 dan 6, distribusi responden berdasarkan stres kerja

gejala fisik di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 40% (8

Universitas Sumatera Utara


41

orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 60% (12 orang) mengalami gejala

stres kerja sedang.

Stres kerja bedasarkan gejala emosi. Distribusi dan frekuensi responden

berdasarkan stres kerja gejala emosi di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi

Medan seperti di bawah ini :

Tabel 7

Frekuensi Item Pertanyaan Berdasarkan Stres Kerja Gejala Emosi di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Item pertanyaan SS S TS STS


1 1 4 12 3
2 0 2 13 5
3 0 3 14 4
4 0 8 12 0
5 0 4 13 3
6 0 2 16 2
7 0 6 14 0
8 0 6 10 4
9 1 4 12 3
10 0 2 14 4
Sumber data diolah

Tabel 8

Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Gejala Emosi di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Stres kerja (gejala emosi) n %


Ringan 9 45%
Sedang 11 55%
Total 20 100%
Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 7 dan 8, distribusi responden berdasarkan stres kerja

gejala emosi di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 45% (9

Universitas Sumatera Utara


42

orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 55% (11 orang) mengalami gejala

stres kerja sedang.

Stres kerja berdasarkan gejala perilaku. Distribusi dan frekuensi

responden berdasarkan stres kerja gejala perilaku di instalasi hemodialisa RSUD

Dr. Pirngadi Medan seperti di bawah ini :

Tabel 9

Frekuensi Item Pertanyaan Berdasarkan Stres Kerja Gejala Emosi di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Item pertanyaan SS S TS STS


1 1 3 11 5
2 0 3 13 4
3 0 3 14 4
4 0 1 16 3
5 0 0 17 3
6 0 6 10 4
7 0 1 14 5
8 0 0 15 5
9 1 3 14 2
10 0 3 14 3
Sumber data diolah

Tabel 10

Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja Gejala Perilaku di Instalasi


Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Stres kerja (gejala perilaku) n %


Ringan 12 60%
Sedang 8 40%
Total 20 100%
Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 9 dan 10, distribusi responden berdasarkan stres kerja

gejala perilaku di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 60%

Universitas Sumatera Utara


43

(12 orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 40% (8 orang) mengalami

gejala stres kerja sedang.

Gejala stres kerja keseluruhan. Distribusi responden berdasarkan gejala

stres kerja secara keseluruhan di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

seperti di bawah ini :

Tabel 11

Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Stres Kerja Secara Keseluruan di


Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Tingkat Stres kerja n %


Ringan 11 55%
Sedang 9 45%
Total 20 100%
Sumber data diolah

Berdasarkan tabel 11, distribusi responden berdasarkan gejala stres secara

keseluruhan di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 55% (11

orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 45% (9 orang) mengalami gejala

stres kerja sedang.

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Gambaran Suhu Ruangan

Berdasarkan hasil pengukuran suhu ruangan di instalasi hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan alat Area Heat Stres Monitor

(Thermal EnvironmentMonitor Merk Quest Temp o36 TEF 100005) bahwa suhu

rata rata ruangan ialah 24,2oC. Suhu tersebut didapatkan dengan mengukur suhu

ruangan di tiga titik yang paling sering di dapati perawat yang ada di instalasi

hemodialisa. Titik pertama adalah nurse station utama yang berada di tengah

instalasi hemodialisa, pada titik tersebut di dapati suhu 23,9 oC. Titik kedua adalah

di sekiatar mesin hemodialisis yang ada di instalasi hemodialisa, pada titik

tersebut di dapati suhu 24,8 oC. Titik ketiga adalah di tengah ruang rawat yang ada

di instalasi hemodialisa, pada titik ini di dapati suhu 23,9 oC.

Dengan ketiga hasil tersebut, suhu rata rata yang ada di instalasi

hemodialisa adalah 24,2 oC. Hasil tersebut tentunya tidak sesuai dengan standar

suhu ruangan yang telah ditetapkan oleh Permenaker Nomor 5 Tahun 2018

Tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja yaitu 22 – 24 oC. Standar

suhu ruangan kerja di rumah sakit telah ditetapkan Permenaker Nomor 5 Tahun

2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja menyatakan bahwa

persyaratan penghawaan untuk masing masing ruang atau unit yang dimana ruang

instalasi hemodialisa merupakan salah satu ruang pemulihan atau perawatan maka

standar suhu di instalasi hemodialisa ialah 22 – 24 0C.

44
Universitas Sumatera Utara
45

Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di instalasi hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa sebanyak 40% (8 orang) mengalami gejala

fisik ringan dan 60% (12 orang) mengalami gejala fisik sedang. Banyaknya

responden yang mengalami stres sedang karena adanya tekanan dari luar individu

(tekanan dalam pekerjaannya). Artinya mereka mengalami gangguan fisik seperti

merasa sakit kepala, leher terasa tegang saat selesai melakukan tindakan

keperawatan, nyeri ulu hati, merasa kelelahan dan nyeri punggung.

Meskipun mereka mengalami gangguan fisik dalam tingkat sedang tetapi

mereka masih berada pada tahap eustres yaitu kondisi ketika kita mengalami

tekanan dari luar dan kita masih mampu menghadapinya, disebabkan tuntutan

pekerjaan membuat mereka semakin bersemangat untuk menyelesaikan

pekerjaannya.

Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Emosi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di instalasi hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa ada sebanyak 45% (9 orang) mengalami gejala

emosi ringan dan 55% (11 orang) mengalami gejala emosi sedang. Banyaknya

responden yang mengalami gejala emosi tingkat sedang dikarenakan tingkat

emosional merapat yang tinggi dan disebabkan oleh kondisi pekerjaan seperti

sering marah marah saat bekerja disebabkan oleh pasien yang suka rewel.

Sehingga perawat tidak sabar menghadapi pasien dan merasa adanya tekanan

dalm pekerjaannya serta merasa gagal jika pasien yang ditangani dalam waktu

lama tetapi belum juga sembuh.

Universitas Sumatera Utara


46

Karena untuk menjalankan tugas tersebut dibutuhkan kesabaran, perhatian,

kasih saying dan adanya kesediaan dalam merawat pasien. Selain itu, perawat

juga merasakan kepanasan di dalam instalasi hemodialisa, karena pada saat

penelitian dilakukan telah ditambah protokol menangani pasien di era pandemi

Covid – 19. Para perawat harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

tambahan seperti face shield, masker medis, sepatu boot, dan lain lainnya

sehingga membuat suhu terasa lebih panas.

Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Perilaku

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di instalasi hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa ada sebanyak 60% (12 orang) mengalami

gejala perilaku ringan dan 40% (8 orang) mengalami gejala perilaku sedang.

Banyaknya perawat yang mengalami stres ringan dengan gejala perilaku

menunjukkan sikap tidak ramah terhadap pasien, cenderung ingin meninggalkan

pekerjaan karena merasa pekerjaan monoton, merasa malas saat berangkat saat

ingin bekerja dikarenakan banyaknya pekerjaan, tetapi perawat tetap membina

hubungan yang harmonis dan dapat bekerja sama dengan denganrekan kerjanya.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di instalasi hemodialisa

RSUD Dr. Pirngadi Medan

1. Hasil peengukuran suhu ruangan di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi

Medan mendaptkan hasil suhu rata rata di ruangan tersebut adalah 24,2 oC.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami gejala stres

kerja fisik sebanyak 60% (12 orang) berada pada kategori sedang.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami gejala stres

kerja emosi sebanyak 55% (11 orang) berada pada kategori sedang.

4. Hasil peneltian menunjukkan bahwa responden yang mengalami gejala stres

kerja perilaku sebanyak 60% (12 orang) berada pada kategori ringan.

5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami gejala stres

kerja secara kesuluruan yaitu 55% (11 orang) berada pada kategori ringan

sedangkan 45% (9 orang) berada pada kategori sedang.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberi saran :

1. Perawat di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Dengan hasil penelitian yang menunjukkan 55% (11 orang) perawat

hemodialisa yang mengalami stres kerja gejala ringan penulis menyarankan agar

tingkat stres yang telah didapat sekarang tidak meningkat ke stres kerja sedang

maupun tinggi. Cara mencegah meningkatnya stres kerja tersebut ialah dengan

melakukan manajemen stres kepada perawat yang terbagi atas 2 pola yaitu (1)

47
Universitas Sumatera Utara
48

pola sehat ialah cara mengelola perilaku dan tindakan sehingga tidak

menimbulkan gejala stres, (2) pola harmonis ialah menghadapi stres dengan

mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis sehingga tidak menimbulkan

kesibukan dangan cara mengatur waktu yang teratur.

2. RSUD Dr. Pirngadi Medan

Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan

dalam upaya penanggulangan dan pencegahan stres kerja pada perawat di instalasi

hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan dan sebagai bahan informasi pagi pihak

manajemen mengenai permasalahan yang dihadapi perawat dalam bekerja.

Misalnya dengan melakukan maintenance berkelanjutan terhadap fasilitas gedung

agar tetap nyaman saat digunakan seperti maintenance pendingin ruangan atau Air

Conditioner (AC) sehingga lingkungan kerja perawat tetap nyaman dan mencegah

terjadinya gejala stres kerja meningkat.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Aditama, T. Y. (2002). Manajemen administrasi rumah sakit. Jakarta : UI-Pfress.

Baumann. (2007). Positive practice environment : quality workplace = quality


patient care. Jurnal Keperawatan. Diakses dari
http://www.icn.ch/meters.ppe

Chapman. (2006). Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran. Jakarta : EGC.

Gibson. (2002). Organisasi perilaku-struktur-proses. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Handoko, T. (2008). Manajemen personalia dan sumber daya manusia.


Yogyakarta : Liberty.

Handoyo, S. (2001). Stres pada masyarakat Surabaya. Jurnal Insan Media


Psikologi Surabaya. Diakses dari digilib.uinsby.ac.id

Hasibuan, M. (2012). Organisasi dan motivasi : dasar peningkatan produktivitas.


Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hayes. (2015). Work environment, job satisfaction, stress and burnoutamong


hemodialysis nurses. Jurnal Internasional tentang Perawat. Diakses dari
https://onlinelibrary.willey.com/doi/abs/10.1111/jonm.12184

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204 Tahun 2004


tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Kisworo, B. (2012). Hubungan antara motivasi, disiplin, dan lingkungan kerja


dengan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan sanggar kegiatan
belajar eks karisidenan Semarang Jawa Tengah (Tesis, Universitas Negeri
Yogyakarta). Diakses dari eprints.ums.ac.id

Kusani, A. (200b). Analsisis pengaruh lingkungan kerja fisik dan komunikasi


organisasi terhadap kinerja karyawan pada PD. Bank Perkreditan Rakyat
Kabupaten Gresik. Jurnal BETA. Diakses dari http://digilib.esaunggul
.ac.id

Lewa, K. & Subowo. (2005). Pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan
kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah
Operasi Hulu Jawa Bagian Barat Cirebon. Jurnal SINERGI Kajian Bisnis
dan Manajemen Edisi Khusus on Human Resource. Diakses dari
eprints.umk.ac.id

Liang, G. (2006). Administrasi perkantoran modern. Yogyakarta: Liberty.

49

Universitas Sumatera Utara


50

Mangkunegara, A. P. (2007). Manajemen sumber daya manusia. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.

Munandar, A. S. (2008). Psikologi industry dan organisasi. Jakarta : UI-Press.

Nitisemito, A. S. (1996). Manajemen personalia, sumber daya manusia. Jakarta :


Gholia Indonesia.

Padmanaba. (2006). Pengaruh penerangan dalam ruang terhadap produktivitas


mahasiswa desain interior. Jurnal. Diakses dari http://www.petra.ac.id/
~puslit/journals/dir.php

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Dialissis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Rasmun. (2004). Stres koping dan administrasi. Jakarta : CV. Agung Seto.

Rini, J. F. (2002). Psikologi masalah stres. Jurnal Repository Universitas


Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id

Rivai, V. (2004). Manajem sumber daya manusia untuk perusahaan dari teori ke
praktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Saryono & Anggraeni. (2017). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam
bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sasono, E. (2004). Mengelola stres kerja. Jurnal Fokus Ekonomi. Diakses dari
repository.unisba.ac.id

Saydam, G. (2000). Manajemen sumber daya manusia (human resource) suatu


pendekatan mikro. Jakarta : Djanbatan.

Schuler, R. (2000). Manajemen sumber daya manusia mengahdapi abad ke-21.


Jakarta : Erlangga.

Schultz, D. & Schultz, S. E. (2006). Psychology & work today ninth edition. New
Jersey, USA : Pearson Education. Inc.

Sedarmayanti. (2011). Tata kerja dan produktivitas kerja. Bandung : CV. Mandar
Maju.

Suma’mur. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta : CV.


Sagung Seto.

Universitas Sumatera Utara


51

Sutalaksana. (2006). Teknik tata cara kerja. Bandung : Jurusan Teknik Industri,
Institut Teknologi Bandung.

Wirawan. (2009). Evaluasi kinerja sumber daya manusia teori aplikasi dan
penelitian. Jakarta : Salemba Empat.

Zulfendri. (2019). Faktor yang mempengaruhi kinerja dokter spresialis dasar


dalam era JKN di Rumah Sakit Kota Medan. Jurnal Kesehatan, 7(2).

Universitas Sumatera Utara


52

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER STRES KERJA

1. NAMA :

2. UMUR :

3. JENIS KELAMIN :

PETUNJUK :

1. Bagian ini memuat pernyataan kondisi yang Bapak/ Ibu/Saudara/i alami

pada saat bekerja di rumah sakit, meliputi : gejala fisik, emosi, dan

perilaku

2. Jawablah pernyataan ini dengan sejujurnya sesuai dengan apa yang Bapak/

Ibu/ Saudara/i rasakan.

3. Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang

Bapak/ Ibu/ Saudara/i rasakan.

KETERANGAN :

SS : Jika anda Sangat Setuju

S : Jika anda Setuju

TS : Jika anda Tidak Setuju

STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju

STRES GEJALA FISIK

No, Pertanyaan SS S TS STS


1. Saya berkeringat dingin ketika akan memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien
2. Leher saya terasa tegang setelah selesai melakukan
tindakan keperawatan
3. Saya merasa nyeri punggung setelah bekerja di
rumah sakit
4. Saya merasa pusing/sakit kepala saat memikirkan

Universitas Sumatera Utara


53

pekerjaan di rumah sakit ini


5. Saya tidak bisa tidur dengan tenang setelah selesai
melakukan tugas saya di rumah sakit
6. Akhir-akhir ini saya sering kepanasan ketika bekerja
di ruangan ber AC
7. Bahu saya terasa nyeri saat selesai melakukan
tindakan
8. Saya merasa nyeri ulu hati saat harus menangani
banyak pasien
9. Tangan saya berkeringat saat akan melakukan
tindakan keperawatan kepada pasien
10. Saya merasa kelelahan jika selesai melakukan
tindakan
keperawatan

STRES GEJALA EMOSI

No, Pertanyaan SS S TS STS


1. Akhir – akhir ini saya suka marah-marah saat
bekerja dirumah sakit
2. Pekerjaan saya sebagai perawat di rumah sakit
membuat saya merasa tertekan
3. Saya menyalahkan diri sendiri pada saat berada di
dalam ruang perawatan
4. Saya tidak sabar jika menghadapi pasien yang rewel
5. Tuntutan pekerjaan yang banyak di rumah sakit ini
membuat saya frustasi
6. Akhir-akhir ini saya menjadi lebih sensitif bila
melakukan
tindakan keperawatan
7. Saya sering menghadapi masalah yang terjadi di
ruang
perawatan
8. Saya merasa gagal, jika pasien yang saya tangani
dalam waktu lama tapi belum sembuh juga
9. Saya akan tersinggung jika mendapat teguran atau
kritikan terhadap pekerjaan yang telah saya lakukan
diruang perawatan
10. Saya merasa gelisah jika melakukan pekerjaan di
rumah sakit ini

Universitas Sumatera Utara


54

STRES GEJALA PERILAKU

No, Pertanyaan SS S TS STS


1. Akhir-akhir ini saya merasa malas saat berangkat
kerja
2. Saya tidak bersemangat ketika akan berangkat ke
rumah sakit
3. Saya tidak bisa mengontrol pola makan saya ketika
banyak masalah yang saya hadapi dalam pekerjaan
saya di rumah sakit
4. Saya senang menunda-nunda pekerjaan saat berada
di rumah sakit
5. Saya merasa gelisah jika melakukan pekerjaan di
rumah sakit ini
6. Saya tidak dapat berkonsentrasi ketika merawat
psaien yang rewel
7. Saya akan menghindar dari masalah yang saya
hadapi pada saat ada di ruang perawatan
8. Saya tidak akan datang ke rumah sakit jika saya
banyak
mendapat teguran dari atasan
9. Jika ada masalah dalam pekerjaan saya lebih
memilih untuk berdiam diri daripada berbagi dengan
rekan sekerja saya diruang perawatan
10. Saya tidak dapat mengontrol keinginan saya untuk
bertindak agresif bila menemui masalah dalam
tindakan keperawatan

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA

Universitas Sumatera Utara


55

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


56

Lampiran 3. Surat Izin Pemakaian Alat

Universitas Sumatera Utara


57

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


58

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


59

Lampiran 6. Hasil Analisis Laboratorium

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Master Data

Universitas Sumatera Utara


60

IP SGF
P1 P2 P3 P4 P5 P6
NR SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS
JM 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0
MA 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0
ES 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
HS 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
SH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
AH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
K 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
EA 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
SR 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
CT 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
NS 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
KH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
J 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
ES 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
DA 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
F 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
IS 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
TE 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
NA 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
61

TSGF
P7 P8 P9 P10
S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 6
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 7
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 5
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 6
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 7
0
0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 4
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6 3
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 3 3
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 5
Universitas Sumatera Utara
62

SGE
K P1 P2 P3 P4
STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS
0 S 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
5 R 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
2 S 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
0 S 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
2 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
1 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
2 R 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0 S 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
5 R 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
3 R 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 00 1 0
0 S 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
2 S 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
5 R 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
5 R 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
63

P5 P6 P7 P8 P9
SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
Universitas Sumatera Utara
64

SGP
TSGE
P10 K P1 P2
TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS
0 0 0 0 1 0 0 3 5 2 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 10 0 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 7 2 R 0 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 5 4 R 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 2 7 1 S 0 0 1 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 3 6 1 S 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 2 6 2 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 1 0 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 7 2 R 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 10 0 S 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 2 8 0 S 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0 0 7 3 0 S 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 0 1 0 0 2 7 1 S 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 1 0 1 3 6 R 0 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 0 1 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 0 9 1 0 S 1 0 0 0 0 1 0
0 1 0 0 0 1 1 3 4 2 S 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 0 1 0 0 5 5 R 0 0 0 1 0 0 1
Universitas Sumatera Utara
65

P3 P4 P5 P6 P7
STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
66

TSGP
P8 P9 P10
S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 6
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 9
0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 2 6
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 7
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 8
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 3 6
0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 2
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 4
67

STS
6
0
5
0
0
6
4
0
0
0
3
0
2
1
2
1
0
5
0
0

K
R

R
R

R
R

R
S

S
S

S
S
S

S
S

S
S

S
S

TGSK
44
56
66
76
60
44
60
66
76
65
57
59
67
60
63
65
57
49
60
63

K
R
R

R
R
R

R
R

R
R
R
S
S

S
S
S

S
S

S
IP : Item Pertanyaan
NR : Nama Responden (inisial)
P : Pertanyaan (1 - 10)
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
SGF : Stres Gejala Fisik
SGE : Stres Gejala Emosi
SGP : Stres Gejala Perilaku
TSGF : Total Stres Gejala Fisik
TSGE : Total Stres Gejala Emosi
TSGP : Total Stres Gejala Perilaku
TGSK : Total Gejala Stres Keseluruhan
K : Kategori, (R) Ringan (S) Sedang (B) Berat

Universitas Sumatera Utara


68

Lampiran 8. Output SPSS

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-29 tahun 4 20.0 20.0 20.0
30-39 tahun 9 45.0 45.0 65.0
>40 tahun 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 3 15.0 15.0 15.0
perempuan 17 85.0 85.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Stres Kerja Gejala Fisik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-20 8 40.0 40.0 40.0
21-30 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Tingkat Stres Kerja Gejala Fisik


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 8 40.0 40.0 40.0
sedang 12 60.0 60.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Stres Kerja Gejala Emosi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-20 9 45.0 45.0 45.0
21-30 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Tingkat Stres Kerja Gejala Emosi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 9 45.0 45.0 45.0
sedang 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Stres Kerja Gejala Perilaku


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-20 12 60.0 60.0 60.0
21-30 8 40.0 40.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


69

Stres Kerja Gejala Perilaku


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-20 12 60.0 60.0 60.0
21-30 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Tingkat Stres Kerja Gejala Perilaku


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 12 60.0 60.0 60.0
sedang 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Total Gejala Stres Kerja Perawat Keseluruhan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-60 11 55.0 55.0 55.0
61-90 9 45.0 45.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Total Tingkat Stres Kerja Perawat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 11 55.0 55.0 55.0
sedang 9 45.0 45.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


70

Lampiran 9. Dokumentasi

Gambar 2. Situasi instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Gambar 3. Perawat instalasi hemodialisa sedang melakukan penanganan

Universitas Sumatera Utara


71

Gambar 4. Pengisian lembar kuesioner stres kerja pada perawat instalasi


hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan

Gambar 5. Pengukuran suhu ruangan pada titik pertama yaitu nurse station utama

Universitas Sumatera Utara


72

Gambar 6. Pengukuran suhu ruangan pada titik kedua yaitu disekitar alat
hemodialysis

Gambar 7. Pengukuran suhu ruangan pada titik ketiga yaitu di tengah ruang rawat
instalasi hemodialisa

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai