Gambaran Suhu Ruangan Kerja Dan Efeknya Terhadap Stres Kerja Perawat Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan TAHUN 2020
Gambaran Suhu Ruangan Kerja Dan Efeknya Terhadap Stres Kerja Perawat Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan TAHUN 2020
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020” beserta seluruh
isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Working stress is a tension condition that creates physics and mental imbalance
which affects the emotional, thinking process, and worker condition.
Hemodialysis Installation in RSUD Dr. Pirngadi Medan provides treatment for
chronic or acute kidney disease. Nursing human resource is the most important
factor within hospital services since 80% of health services in every country is
provided by the nurse. This research aims to understand the room temperature
overview and its effect on working stress for nurses in hemodialysis installation in
RSUD Dr. Pirngadi. The kind of research is descriptive using a total sampling
method with 20 respondents. The result shows 1) average temperature in
hemodialysis installation is 24,2 0C. 2) respondents with light work stress is
40,0% and medium work stress is 45,0%; light physical symptom is 40,0% and
medium physical symptom is 60,0%; light emotional symptom is 45,0% and
medium emotional symptom is 55,0%; and light behavioral symptom is 60,0% and
medium behavioral symptom is 40,0%. RSUD Dr. Pirngadi Medan is expected to
nurture work facility in hemodialysis installation, so the temperature in the
working environment achieves enforced standard to avoid nurse’s working stress
in hemodialysis installation in RSUD Dr. Pirngadi Medan.
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
skripsi yang berjudul “Gambaran Suhu Ruangan Kerja dan Efeknya terhadap
Stres Kerja Perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2020”.
Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar
Sumatera Utara.
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing yang dengan
5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S. selaku Dosen Penguji II yang dengan
vi
Universitas Sumatera Utara
segenap hati telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
dengan segenap hati telah mendidik dan membantu setiap proses pengurusan
7. Kedua orang tua yang penulis sayangi, Wakhid dan Juliani beserta saudara
terkasih, Desnita Sari Wahyuni, S.E. yang telah memberikan kasih sayang,
8. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan beserta jajarannya yang dengan
rendah hati menerima penulis untuk melakukan penelitian dan yang dengan
ini.
yang dengan segenap hati dan dengan rendah hati serta meluangkan waktunya
10. Kepada “Parkiran Squad” yang dengan semangat, tulus serta rendah hati
11. Kepada semua orang terkasih yang dengan semangat, tulus serta rendah hati
sebab itu, penulis sangat terbuka untuk setiap kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi ii
Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Manfaat Penelitian 8
Tinjauan Pustaka 9
Stres Kerja 9
Lingkungan Kerja 15
Suhu 24
Landasan Teori 27
Metode Penelitian 29
Jenis Penelitian 29
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Populasi dan Sampel 29
Variabel dan Definisi Operasional 29
Metode Pengumpulan Data 30
Metode Pengukuran 30
Metode Analisis Data 32
Hasil Penelitian 34
Deskripsi Lokasi Penelitian 34
Gambaran umum RSUD Dr. Pirngadi Medan 34
Visi, misi, dan motto RSUD Dr. Pringadi Medan 34
Instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan 36
Fasilitas, peralatan hemodialysis dan pelayanan 36
ix
Universitas Sumatera Utara
Analisi Deskriptif 38
Suhu ruangan 38
Karakteristik responden 38
Karakteristik stres kerja 40
Pembahasan 44
Gambaran Suhu Ruangan 44
Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Fisik 45
Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Emosi 45
Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Gejala Perilaku 46
Daftar Pustaka 49
Lampiran 52
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1 Kuesioner Penelitian 52
7 Master Data 60
8 Output SPSS 68
9 Dokumentasi 70
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xiv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
Medan pada tanggal 25 Juli 1998. Penulis beragama Islam, anak kedua dari dua
2004 – 2010, sekolah menengah pertama di SMP Dharma Pancasila Medan Tahun
2010-2012, dan sekolah menengah atas di SMA Dharma Pancasila Medan Tahun
Utara.
xv
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
hanya terjadi pada rumah sakit swasta, tetapi juga rumah sakit milik pemerintah.
rumah sakit asing karena dampak perjanjian tersebut terjadi kemudahan migrasi
tenaga kesehatan dari satu negara ke negara lain, termasuk perawat. Oleh karena
itu rumah sakit harus mampu memberikan pelayanan bermutu dan profesional
Tahun 2009 harus bersifat efektif, efisien, dan akuntabel sebagai suatu wadah
pelayanan di rumah sakit, karena dihampir setiap negara hingga 80% pelayanan
1
Universitas Sumatera Utara
2
merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap dalam upaya peningkatan
selama 24 jam sehari, serta mempunyai kontak yang konstan dengan pasien. Oleh
pelayanan rumah sakit dan tak luput pula timbulnya gejala stres kerja pada
persentase stres sedang 65% dan kurang baik 70% (Ahsan, Suprianti, & Elnita,
50,9% perawat Indonesia yang mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah,
kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan
Osamudiamen, Ojo, (2013) dampak dari stres yang paling sering muncul adalah
sakit kepala (49%), diikuti dengan gejala lain seperti kemarahan, turunnya fungsi
otak, koping yang tidak efektif, gangguan hubungan terhadap rekan kerja .
stres di antaranya adalah lingkungan kerja yang mempunyai resiko yang tinggi,
menghadapi stres yang berbeda-beda dan tempat kerja yang tidak nyaman, beban
kerja perawat yang mempunyai tangung jawab penuh dalam memberikan asuhan
keperawatan dan konflik peran dengan perawat lain seperti perbedaan pendapat
Namun demikian, saat ini rumah sakit justru mengalami berbagai masalah
kerja secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu lingkungan kerja fisik dan
lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan
berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
langsung berhubungan dengan pekerja seperti kursi, meja, dan lainnya sedangkan
Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar
lingkungan kerja antara lain dapat dilakukan dengan jalan memelihara prasarana
fisik seperti seperti kebersihan yang selalu terjaga, penerangan cahaya yang
cukup, ventilasi udara, suara musik dan tata ruang kantor yang nyaman. Pihak
kinerja karyawan.
signifikan terhadap kinerja karyawan, dikuatkan oleh Schuller (2000) stres yang
menunjang kinerja perawat agar tidak mengalami stres kerja salah satu hal yang
perlu diperhatikan ialah lingkungan kerja secara fisik. Seperti yang telah
perawat.
Suhu dalam badan yang sehat berada sekitar 370C. Temperatur yang
yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan tubuh dan
dianjurkan di tempat kerja adalah 240 – 260C suhu kering pada kelembaban 64-
“Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dokter Spesialis Dasar Dalam Era JKN di
Rumah Sakit Kota Medan”. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa
masih banyak ruang kerja tenaga medis di beberapa Rumah Sakit yang ada dikota
medan yang masih belum memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Lingkungan Kerja. Begitu pula dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Pirngadi Kota Medan, masih banyak ruang kerja termasuk ruang kerja perawat
dengan suhu ruangan yang tidak sesuai dengan standar. Tetapi masih ada
beberapa ruang kerja perawat yang belum dilakukan pengukuran suhu ruangan
harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
bahwa rumah sakit diharapkan memiliki organisasi yang efektif, efisien dan
akuntabel yang terdiri dari (paling sedikit) atas unsur pimpinan (kepala direktur,
adalah ruang instalasi hemodialisa. Berdasarkan data RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan, ruang instalasi hemodialiasa merupakan salah satu ruangan yang paling
banyak memiliki jumlah perawat. Instalasi hemodialisa adalah salah satu ruang
hemodialisa terdapat beberapa tenaga medis seperti dokter, perawat dan lainnya
Lingkungan kerja fisik yang kondusif akan memberikan rasa aman dan
nyaman agar memungkinkan para pekerja untuk dapat bekerja lebih optimal dan
mengurangi tingkat stres yang menimbulkan dampak pada kinerja pekerja. Jika
seorang pekerja menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pekerja
tersebut akan betah berada di tempat kerjanya untuk melakukan segala aktivitas
sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan prestasi kerjanya juga akan
lebih meningkat.
Dari hasil observasi dan wawancara awal tentang suhu ruangan dan gejala
stres kerja pada perawat, dari 2 orang perawat yang telah diwawancarai dalah satu
diantaranya telah timbul gejala – gejala stres ringan saat bekerja seperti kelelehan
saat bekerja, sering pusing, dan sebagainya. Ruang instalasi hemodialisa telah
memiliki 16 buah pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC) tetapi suhu
ruangan di instalasi hemodialisa belum tentu sesuai dengan standar yang telah
ruangan tersebut.
dengan masing masing tempat tidur memiliki alat hemodialisa. Alat hemodialisa
salah satu faktor yang bisa menimbulkan dan menyumbangkan hawa panas
diruangan sehingga jika di gunakan akan menambah suhu yang ada di instalasi
hemodialisa. Begitu juga dengan kepadatan populasi dimana ketika pasien dan
perawat saat bekerja akan membuat populasi menumpuk dan akan menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan ruang instalasi hemodialisa tidak memiliki suhu
yang standard an menjadi salah satu faktor penyebab stres kerja pada perawat.
mengetahui gambaran suhu ruangan yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
khususnya ruangan yang memiliki populasi perawat yang paling banyak yaitu
sudah sesuai dengan standar yang berlaku dan adakah efeknya terhadap stres kerja
perawat?
Perumusan Masalah
bagaimana gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya terhadap stres kerja perawat
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
tentang gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya terhadap stres kerja perawat
akademik.
Stres Kerja
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan kondisi
pelaksanaan tugas-tugasnya.
mana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa
(sembilan), maka sangat mungkin sekali orang itu akan terkena stres kerja.
suatu stimulus yang secara objektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan
dan kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004). Orang-orang yang mengalami stres
menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang
9
Universitas Sumatera Utara
10
Tingkatan stres. Stres dibagi menjadi 3 kategori menurut Potter dan Perry
Stres ringan. Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara
teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu-lintas, kritikan dari atasan.
Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ringan
Stres sedang. Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa
hari. Situasi perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan ; anak yang sakit;
atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan penyebab stres
sedang. Ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan
psikologis, sosial pada usia lanjut. Makin sering dan makin lama situasi stres,
makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan dapat
cirinya yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit tidur, penurunan
kategori ini terbagi atas dua, yaitu tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan
fisik diartikan sebagai kondisi fisik kerja yang mempunyai pengaruh terhadap
kondisi psikologis dan fisiologis diri seorang tenaga kerja. Rini (2002)
pekerja mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara
kurang memadai, suhu ruangan tidak memenuhi standar, ruangan kerja terlalu
padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada
harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai yang
perannya sehingga timbul konflik peran (role conflict) dan ambiguitas peran
(role ambiguity).
berlebih, dan promosi yang kurang. Promosi merupakan salah satu perusahaa
harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Namun cita-
4. Hubungan dalam pekerjaan. Harus hidup dengan orang lain merupakan salah
satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Cooper (1973) dalam Munandar
(2008) berpendapat bahwa hubungan yang baik antara anggota dari satu
kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan
adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian support yang rendah, dan
sumber stres potensial sebagai hasil dari beradanya mereka dalam organisasi.
organisasi. Faktor stres yang ditemukan dalam kategori ini terpusat pada
sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dalam organisasi.
mempunyai dampak yang negatif para kehidupan keluarga dan pribadi, namun
oleh ciri-ciri Individu, sejauh mana melihat situasinya sebagai penuh stres.
pembelajaran).
Reaksi emosional, seperti gangguan tidur, depresi, rasa benci, dan mudah
2. Gejala stres pada tingkatan organisasi terdiri dari tingkat absensi karyawan,
Cara mengatasi stres kerja (manajemen stres). Stres kerja dapat diatasi
1. Pola sehat, yaitu pola menghadapi stres yang terbaik dengan kemampuan
waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan kesibukan dan
3. Pola patologis, yaitu pola menghadapi stres dengan berbagai berdampak pada
agar lebih nyaman juga dapat menjadi salah satu langkah untuk mengurangi stres.
Lingkungan kerja yang nyaman seperti pencahayaan yang sesuai, suhu ruangan
yang sesuai, sirkulasi yang baik dan sebagainya akan membuat karyawan yang
bekerja didalamnya merasa betah dan tidak merasa stres sehingga berdampak
Lingkungan Kerja
(2012), the work environment consist of the system of work, the design of jobs,
working conditions, and the ways in which people are treated at work by their
managers and co-workers. Lingkungan kerja terdiri dari sistem kerja, desain
mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai
Lingkungan kerja ialah suatu kondisi yang berkaitan dengan ciri-ciri dari
psikologis yang disebabkan oleh hal yang dialami didalam pekerjaannya atay
didalam kondisi tertentu yang perlu mendapat perhatian ynag lebih oleh organisasi
yang bisa memberikan kebosanan dalam bekerja, kerja yang selalu monoton serta
kelelahan kerja (Schultz dan Schultz, 2006). Sementara itu menurut Saydam
prasarana kerja yang ada disekitar karyawan yang sedang melaksanakan pekerjaan
kerja baru bisa dikatakan baik apabila pekerja dapat melaksanakan kegiatan
bekerja dengan aman, sehat dan nyaman karena lingkungan kerja yang buruk bisa
memberikan dampak yang buruk pula bagi perusahaan karena para pekerjanya
maupun kelompok. Secara umum pengertian lingkungan kerja adalah kondisi dan
maksimal.
lingkungan kerja adalah suatu kondisi dimana para karyawan bekerja dalam suatu
perusahaan yang dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologi karyawan baik
dikatakan baik apabila karyawan dapat bekerja dengan optimal, tenang dan
produktivitasnya tinggi.
kegiatannya dengan baik sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila
faktor manusia yang terdiri dari fisik mupun non fisik dalam suatu organisasi.
dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Jenis–jenis
keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat
Menurut Sedarmayanti (2001) lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua
(Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya) dan lingkungan perantara atau
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Lingkungan kerja dibentuk oleh berbagai unsur, yakni suhu udara dan
Selain itu menurut Liang Gie (2000) tedapat empat hal penting yang
(2) Warna; (3) Udara; (4) Suara. Sedangkan menurut Badri (2006), terdapat tujuh
hal yang harus diperhatikan dalam sebuah lingkungan kerja yaitu: (1) Sistem
pencahayaan; (2) Warna; (3) Kontrol Suara; (4) Udara; (5) Musik; (6) Konservasi
bahwa “lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan erja, baik dengan atasan maupun dengan sesama
rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan”. Lingkungan kerja non fisik
adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik
hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok
bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi
sebuah team kerja dan bersikap ramah. Akibat dengan adanya hubungan
karyawan yang baik maka para karyawan akan dapat menghindari diri dari
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator lingkungan kerja
non fisik terbagi menjadi dua yaitu: (1) Hubungan antar karyawan; (2) Hubungan
dengan atasan.
mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang
optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai.
Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
penerangan yang tepat dan disesuaikan dengan pekejaan berakibat produksi yang
dapat membuat mata pekerja menjadi silau sehingga mengganggu konsentrasi dan
atau lux cahaya. Secara umum jenis penerangan dibedakan menjadi dua yaitu
memerlukan sedikit ketelitian adalah 200-250 lux, untuk pekerjaan yang teliti
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh
perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan
35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian,
Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan
dapat hidup.
Suhu dalam badan yang sehat berada sekitar 370C. Temperatur yang
yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan tubuh dan
dianjurkan di tempat kerja adalah 240 – 260C suhu kering pada kelembaban 64-
kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut
telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman
keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk
dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat
Kebisingan. Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.
Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa
Debu. Debu adalah suatu kumpulan yang terdiri dari berbagai macam
partikel padat di udara yang berukuran kasar dan tersebar,yag biasa disebut
dengan koloid (Riyadina, 1996). Menurut Suma‟mur (1998) debu adalah partikel-
partikel zat padat yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik. Secara
fisik debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar udara yaitu dust dan
aerosol. Debu terdiri dari dua golongan, yaitu padat dan cair.
Partikel debu telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah bahwa NAB kadar debu di
udara tidak boleh melebihi 3,0 mg/m³. NAB dari debu-debu yang hanya
Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur juga dalam Keputusan
hal yang berkaitan dengan stres, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan
menurunnya jumlah hari yang hilang; (2) Meningkatnya efisiensi dan kualitas
asuransi; (4) Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih
yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa
kepemilikan; (6) Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya
secara subtansial.
Schuller (2000) stres yang dihadapi tenaga kerja berhubungan dengan penurunan
kecelakaaan.
menyebabkan stres pada perawat, yaitu lingkungan yang bising, ventilasi yang
kurang bagus, suhu ruangan yang tidak memenuhi standar, sirkulasi udara yang
kurang baik, pencahayaan yang kurang, dan fasilitas yang kurang memadai.
Cooper (1989) dalam Rini (2002) menyatakan bahwa kondisi kerja yang
buruk berpotensi menjadi penyebab pekerja mudah jatuh sakit, jika ruangan tidak
nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, suhu ruangan tidak memenuhi
standar, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu
Suhu
dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah
Daniel George Fahrenheit membuat termometer yang mula-mula diisi alkohol dan
campuran es dan garam dapur yang diberi angka 00F (suhu terendah yang ia
ketahui) dan titik tetap kedua ia menggunakan tubuh manusia dan diberi angka
dengan temperatur air mendidih ditetapkan sebagai 212 derajat dan temperatur es
Eropa dan Amerika Serikat, tetapi pada saat ini negaranegara di Eropa sudah
menggunakannya.
seorang profesor dari Swedia yang bernama Ander Celsius juga membuat
mencair sebagai 00C dan titik tetap atas adalah suhu air sedang mendidih sebagai
dibagi dalam 100 derajat. Termometer ini banyak digunakan oleh negara-negara
(seperseratus). Hanya saja skala kelvin dimulai dari suhu nol mutlak (0 K) yang
besarnya sama dengan -273,150C. Sehingga untuk suhu es mencair sama dengan
Alat pengukur suhu. Banyak jenis alat pengukur suhu tetapi alat yang
paling baik dan paling detail untuk mengukur suhu ruangan ialah Area Heat Stress
Monitor.
Area heat stress monitor. alat ini dioperasikan secara digital yang meliputi
parameter suhu basah, suhu kering, dan suhu radiasi (Tarwaka dkk, 2004).
Gambar 1. Area heat stres monitor thermal environment monitor merk quest Temp
o
36 TEF 100005
Cara Kerja :
bagi orang Indonesia adalah antara 24 - 26°C, suhu yang lebih dingin mengurangi
efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurang koordinasi otot dan suhu panas
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 8 ayat (1) dan (2) menyebutkan :
a. Ikim kerja
b. Kebisingan
f. Pencahayaan
(2) Nilai Ambang Batas Fisika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
Nilai ambang batas untuk iklim kerja / suhu menurut Permenaker nomor 5 tahun
Landasan Teori
Stres kerja yang dialami yang disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
diantaranya yaitu :
7. Ciri-ciri individu
menyatakan bahwa persyaratan penghawaan untuk masing masing ruang atau unit
Jenis Penelitian
untuk mengetahui gambaran suhu ruangan kerja dan efeknya terhadap stres kerja
Medan yang beralamat di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH No. 47, Sei Kera Hilir II,
sampling) perawat yang ada di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota
suhu atau temperatur yang ada di ruang kerja perawat (instalasi hemodialisa)
sesuai hasil pengukuran dengan menggunakan alat pengukur suhu ruangan yaitu
29
Universitas Sumatera Utara
30
Stres kerja perawat. Efek dari suhu ruangan kerja perawat yang tidak
sesuai standar salah satunya adalah stres kerja yang dialami perawat. Stres
ruangan instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan oleh petugas Balai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan dengan menggunakan Area Heat Stress
Monitor di beberapa titik yang telah disesuaikan sebelumnya. Data primer juga
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari situs website resmi RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan tentang gambaran umum rumah sakit, struktur
Metode Pengukuran
dibeberapa titik agar suhu yang didapatkan akurat dan salah satunya disekitar
tersebut. Setiap titik akan mendapatkan hasil pengukuran suhu ruangan kemudian
dicatat hasilnya. Hasil pengukuran yang diperoleh adalah berapa derajat suhu
ruangan dalam satuan derajat celcius. Hasil tersebut tercantum dalam alat yaitu
dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Rumus ISBB menurut Suma’mur
(2009) adalah (1) untuk pekerjaan dengan sinar matahari/outdoor dihitung dengan
rumus ISBB : 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering, (2)
Prosedur pengukuran terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan. Alat dipersiapkan dengan baik
bekerja di instalasi hemodialisa dan beberaoa titik penyjmbang panas seperti alat
hemodialisa.
Tata cara menggunakan alat. Pertama persiapkan alat di titik yang telah
ditentukan. Perhatikan dan baca hasil pengukuran pada temperatur dari data yang
tercantum di Area Heat Stress Monitor. Setelah melakukan pengukuran pada satu
titik, pindahkan alat di titik lainnya. Catat semua hasil pengukuran diberbagai
titik.
kuesioner Blue Print yang terdiri dari 30 pernyataan yang mencakup beberapa
macam stres kerja yaitu 10 pertanyaan tentang gejala fisik, 10 pertanyaan tentang
model Likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju ( S ), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor pada jawaban
Sangat Setuju (SS) 4, Setuju (S) 3, Tidak Setuju (TS) 2 dan Sangat Tidak Setuju
menjadi skor total. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden, maka semakin
tinggi tingkat stres yang dialaminya. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah
skor yang dimilikinya, maka semakin rendah pula tingkat stres kerja yang
X minimum teoritik : 1 x 10 = 10
X maximum teoritik : 4 x 10 = 40
: 40 – 10 = 30
: 30 / 6 = 5
: (10 + 40) : 2 = 25
Tabel 1
Entri data. adalah data yang telah diambil tersebut kemudian dimasukkan
ialah variabel stres kerja perawat yang dimana datanya telah diperoleh melalui
kuesioner.
adalah metode statistik. Statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif yang
RSU Dr. Pringadi Medan didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda pada
tanggal 11 Agustus 1928 dengan nama “Gementa Zieken Huis” dimana peletakan
batu pertama dilakukan oleh anak dari Walikota Medan saat itu, Maria Constantia
Indonesia membuat Rumah sakit diambil alih pemerintahan jepang dan berganti
nama menjadi “Syuritsu Byusono Ince” serta pergantian direktur kepada Dr.
Raden Pringadi Gonggo Putro yang merupakan putra Indonesia. Tahun 1950
nama Rumah Sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Besar,
pimpinannya adalah dr. Paruhum Daulay. Tahun 1969 Rumah Sakit Umum
Pusat berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi (Provincial
Top Referal Hospital) pada masa pimpinan dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM.
25 juni 1979, nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pringadi Medan yang berasal dari nama seorang
putra bangsa Indonesia pertama yang menjadi pimpinan rumah sakit ini.
Visi, misi, dan motto Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi
Medan. Visi, misi, dan motto pada RSUD Dr. Pringadi Medan ialah sebagai
berikut.
34
Universitas Sumatera Utara
35
Visi. Rumah Sakit Umum Dr. Pringadi Medan menetapkan visi sebagai
masyarakat.
Misi. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pringadi Medan adalah
sebagai berikut.
secara merata dan terjangkau, sesuai dengan tugas pokok, fungsi serta
timbul kepercayaan dan harapan serta rasa aman dan kenyamanan bagi para
penderita.
Motto. Motto dari RSUD Dr. Pringadi Medan ialah Aegroti Salus
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sebagai unit pelaksanan pelayanan yang bertugas
gangguan fungsi ginjal baik akut maupun kronik. Hemodialisis (HD) adalah
salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus dengan tujuan
mengatasi gejala dan tanda akibat LFG yang rendah sehingga diharapkan dapat
10. Ruang reuse dan penyimpanan dialiser reuse, peralatan reuse dialiser manual
alat ruangan penyimpanan obat dan (suhu terpantau) serta mempunyai sarana
1. Mesin hemodialisis yang siap pakai dan spesifikasi teknik sesuai standar
keselamatan pasien
2. Minimal terdapat 1 mesin cadangan yang siap setiap saat di unit dialisis untuk
berikut.
7. Persiapan Pasien
Analisis Deskriptif
hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan telah didpatkan hasil seagai berikut.
Tabel 2
Keterangan :
SK : Suhu Kering
SB : Suhu Basah
RSUD dr. Pirngadi ialah 23,9 oC di titik pengukuran pertama (nurse station
utama), 24,8 oC di titik pengukuran kedua (sekitar mesin hemodialisis) dan 23,9
o
C di titik pengukuran ketiga (tengah ruang rawat).
Tabel 3
Umur n %
20 – 29 tahun 4 20%
30 – 39 tahun 9 45%
>40 tahun 7 35%
Total 20 100%
Sumber data diolah
tahun, 45% (9 orang) berumur 30 – 39 tahun dan 35% (7 orang) berumur > 40
tahun.
Tabel 4
Jenis Kelamin n %
Laki – laki 3 15%
Perempuan 17 85%
Total 20 100%
Sumber data diolah
instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 15% (3 orang) berjenis
kelamin laki – laki dan 85% (17 orang) berjenis kelamin perempuan.
berdasarkan stres kerja gejala fisik di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi
Tabel 5
Tabel 6
gejala fisik di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 40% (8
orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 60% (12 orang) mengalami gejala
berdasarkan stres kerja gejala emosi di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi
Tabel 7
Tabel 8
gejala emosi di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 45% (9
orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 55% (11 orang) mengalami gejala
Tabel 9
Tabel 10
gejala perilaku di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 60%
(12 orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 40% (8 orang) mengalami
stres kerja secara keseluruhan di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tabel 11
keseluruhan di instalasi hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah 55% (11
orang) mengalami gejala stres kerja ringan dan 45% (9 orang) mengalami gejala
RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan alat Area Heat Stres Monitor
(Thermal EnvironmentMonitor Merk Quest Temp o36 TEF 100005) bahwa suhu
rata rata ruangan ialah 24,2oC. Suhu tersebut didapatkan dengan mengukur suhu
ruangan di tiga titik yang paling sering di dapati perawat yang ada di instalasi
hemodialisa. Titik pertama adalah nurse station utama yang berada di tengah
instalasi hemodialisa, pada titik tersebut di dapati suhu 23,9 oC. Titik kedua adalah
tersebut di dapati suhu 24,8 oC. Titik ketiga adalah di tengah ruang rawat yang ada
Dengan ketiga hasil tersebut, suhu rata rata yang ada di instalasi
hemodialisa adalah 24,2 oC. Hasil tersebut tentunya tidak sesuai dengan standar
suhu ruangan yang telah ditetapkan oleh Permenaker Nomor 5 Tahun 2018
suhu ruangan kerja di rumah sakit telah ditetapkan Permenaker Nomor 5 Tahun
persyaratan penghawaan untuk masing masing ruang atau unit yang dimana ruang
instalasi hemodialisa merupakan salah satu ruang pemulihan atau perawatan maka
44
Universitas Sumatera Utara
45
RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa sebanyak 40% (8 orang) mengalami gejala
fisik ringan dan 60% (12 orang) mengalami gejala fisik sedang. Banyaknya
responden yang mengalami stres sedang karena adanya tekanan dari luar individu
merasa sakit kepala, leher terasa tegang saat selesai melakukan tindakan
mereka masih berada pada tahap eustres yaitu kondisi ketika kita mengalami
tekanan dari luar dan kita masih mampu menghadapinya, disebabkan tuntutan
pekerjaannya.
RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa ada sebanyak 45% (9 orang) mengalami gejala
emosi ringan dan 55% (11 orang) mengalami gejala emosi sedang. Banyaknya
emosional merapat yang tinggi dan disebabkan oleh kondisi pekerjaan seperti
sering marah marah saat bekerja disebabkan oleh pasien yang suka rewel.
Sehingga perawat tidak sabar menghadapi pasien dan merasa adanya tekanan
dalm pekerjaannya serta merasa gagal jika pasien yang ditangani dalam waktu
kasih saying dan adanya kesediaan dalam merawat pasien. Selain itu, perawat
Covid – 19. Para perawat harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
tambahan seperti face shield, masker medis, sepatu boot, dan lain lainnya
RSUD Dr. Pirngadi Medan bahwa ada sebanyak 60% (12 orang) mengalami
gejala perilaku ringan dan 40% (8 orang) mengalami gejala perilaku sedang.
pekerjaan karena merasa pekerjaan monoton, merasa malas saat berangkat saat
hubungan yang harmonis dan dapat bekerja sama dengan denganrekan kerjanya.
Kesimpulan
Medan mendaptkan hasil suhu rata rata di ruangan tersebut adalah 24,2 oC.
kerja fisik sebanyak 60% (12 orang) berada pada kategori sedang.
kerja emosi sebanyak 55% (11 orang) berada pada kategori sedang.
kerja perilaku sebanyak 60% (12 orang) berada pada kategori ringan.
kerja secara kesuluruan yaitu 55% (11 orang) berada pada kategori ringan
Saran
hemodialisa yang mengalami stres kerja gejala ringan penulis menyarankan agar
tingkat stres yang telah didapat sekarang tidak meningkat ke stres kerja sedang
maupun tinggi. Cara mencegah meningkatnya stres kerja tersebut ialah dengan
melakukan manajemen stres kepada perawat yang terbagi atas 2 pola yaitu (1)
47
Universitas Sumatera Utara
48
pola sehat ialah cara mengelola perilaku dan tindakan sehingga tidak
menimbulkan gejala stres, (2) pola harmonis ialah menghadapi stres dengan
dalam upaya penanggulangan dan pencegahan stres kerja pada perawat di instalasi
hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan dan sebagai bahan informasi pagi pihak
agar tetap nyaman saat digunakan seperti maintenance pendingin ruangan atau Air
Conditioner (AC) sehingga lingkungan kerja perawat tetap nyaman dan mencegah
Lewa, K. & Subowo. (2005). Pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan
kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) Daerah
Operasi Hulu Jawa Bagian Barat Cirebon. Jurnal SINERGI Kajian Bisnis
dan Manajemen Edisi Khusus on Human Resource. Diakses dari
eprints.umk.ac.id
49
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 812 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Dialissis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Rasmun. (2004). Stres koping dan administrasi. Jakarta : CV. Agung Seto.
Rivai, V. (2004). Manajem sumber daya manusia untuk perusahaan dari teori ke
praktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Saryono & Anggraeni. (2017). Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam
bidang kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sasono, E. (2004). Mengelola stres kerja. Jurnal Fokus Ekonomi. Diakses dari
repository.unisba.ac.id
Schultz, D. & Schultz, S. E. (2006). Psychology & work today ninth edition. New
Jersey, USA : Pearson Education. Inc.
Sedarmayanti. (2011). Tata kerja dan produktivitas kerja. Bandung : CV. Mandar
Maju.
Sutalaksana. (2006). Teknik tata cara kerja. Bandung : Jurusan Teknik Industri,
Institut Teknologi Bandung.
Wirawan. (2009). Evaluasi kinerja sumber daya manusia teori aplikasi dan
penelitian. Jakarta : Salemba Empat.
1. NAMA :
2. UMUR :
3. JENIS KELAMIN :
PETUNJUK :
pada saat bekerja di rumah sakit, meliputi : gejala fisik, emosi, dan
perilaku
2. Jawablah pernyataan ini dengan sejujurnya sesuai dengan apa yang Bapak/
3. Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang
KETERANGAN :
IP SGF
P1 P2 P3 P4 P5 P6
NR SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS
JM 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0
MA 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0
ES 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
HS 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
SH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
AH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
K 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
EA 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
SR 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
CT 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
NS 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
KH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
J 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
ES 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
DA 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
F 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
IS 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
TE 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
NA 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
61
TSGF
P7 P8 P9 P10
S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 2 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 5
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 6
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 7
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 3 7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 5
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 2 6
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 7
0
0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 4
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 6 3
0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 3 3
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 5
Universitas Sumatera Utara
62
SGE
K P1 P2 P3 P4
STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS
0 S 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
5 R 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
2 S 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
0 S 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
2 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
1 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
2 R 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
0 S 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 S 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
5 R 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
3 R 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 00 1 0
0 S 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
2 S 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
5 R 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
5 R 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
63
P5 P6 P7 P8 P9
SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
Universitas Sumatera Utara
64
SGP
TSGE
P10 K P1 P2
TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS
0 0 0 0 1 0 0 3 5 2 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 10 0 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 7 2 R 0 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 5 4 R 0 0 0 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 2 7 1 S 0 0 1 0 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 3 6 1 S 0 0 1 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 2 6 2 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 1 0 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 1 7 2 R 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0 0 10 0 S 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 0 0 2 8 0 S 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 1 0 0 0 7 3 0 S 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 0 1 0 0 2 7 1 S 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 1 0 1 3 6 R 0 0 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 0 1 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 0 9 1 0 S 1 0 0 0 0 1 0
0 1 0 0 0 1 1 3 4 2 S 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 9 0 S 0 0 1 0 0 0 1
1 0 0 0 0 1 0 0 5 5 R 0 0 0 1 0 0 1
Universitas Sumatera Utara
65
P3 P4 P5 P6 P7
STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Universitas Sumatera Utara
66
TSGP
P8 P9 P10
S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS
0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 6
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 9
0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 2 6
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 8
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 7
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 8
0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 9
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 3 6
0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 2
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 10
0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 4
67
STS
6
0
5
0
0
6
4
0
0
0
3
0
2
1
2
1
0
5
0
0
K
R
R
R
R
R
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
TGSK
44
56
66
76
60
44
60
66
76
65
57
59
67
60
63
65
57
49
60
63
K
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
S
S
S
S
S
S
S
IP : Item Pertanyaan
NR : Nama Responden (inisial)
P : Pertanyaan (1 - 10)
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
SGF : Stres Gejala Fisik
SGE : Stres Gejala Emosi
SGP : Stres Gejala Perilaku
TSGF : Total Stres Gejala Fisik
TSGE : Total Stres Gejala Emosi
TSGP : Total Stres Gejala Perilaku
TGSK : Total Gejala Stres Keseluruhan
K : Kategori, (R) Ringan (S) Sedang (B) Berat
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-29 tahun 4 20.0 20.0 20.0
30-39 tahun 9 45.0 45.0 65.0
>40 tahun 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 3 15.0 15.0 15.0
perempuan 17 85.0 85.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Lampiran 9. Dokumentasi
Gambar 5. Pengukuran suhu ruangan pada titik pertama yaitu nurse station utama
Gambar 6. Pengukuran suhu ruangan pada titik kedua yaitu disekitar alat
hemodialysis
Gambar 7. Pengukuran suhu ruangan pada titik ketiga yaitu di tengah ruang rawat
instalasi hemodialisa