Anda di halaman 1dari 10
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL Ee PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950 Telepon (021) 4247608 (Hunting) Faksimile (021) 4207807 GERMAS Nomor = Pv.02.01/4/9931/2020 23 Juli 2020 Lampiran 1 (satu) berkas Hel : Protokol Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dengue dalam Tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Baru (new normal) di masa COVID-19 Yth 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Seluruh Indonesia Infeksi Dengue merupakan penyakit potensial wabah dan masih endemis di Indonesia, Angka kejadian kasus Infeksi Dengue masih tinggi di Indonesia, meskipun angka kematiannya cenderung menurun. Infeksi Dengue dapat menjadi ko-infeksi bagi infeksi COVID-19 dan menyebabkan gejala lebih berat. Selama masa COVID-19, pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue harus tetap dilaksanakan dengan balk agar tidak menambah beban pembangunan kesehatan di daerah dengan penyebaran COVID-19. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi terjadinya peningkatan kasus Infeksi Dengue ataupun kasus ko-infeksi antara Dengue dan COVID-19. Dengan menurunnya kejadian COVID-19 di beberapa daerah di indonesia, Pemerintah telah menentukan kritera penetapan kabupaten/ kota yang dapat memulai tatanan dan adaptasi kebiasaan baru (new normal). Apabila oleh sesuatu hal terjadi lagi peningkatan kejadian COVID-19 di kabupaten/kota tersebut, akan ditetapkan kebijakan dan dilakukan upaya yang diperlukan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut 1. Pencegahan dan pengendalian COVID-19 dalam tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Saru (Protokol Kesehatan) tetap dilakukan dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue. Oleh karena itu, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik peru dilakukan oleh anggota keluarga yang bersangkutan dan menghindari kunjungan rumah oleh orang di luar anggota keluarga. 2. Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan jajarannya tetap melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue deangan langkah-langkah strategis serta inovatif dalam tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Baru di samping melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian COVID-19. 3. Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue di lapangan, termasuk Penyelidikan Epidemiologi (PE) tetap dilaksanakan dengan memperhatikan Prinsip Pencegahan Penularan COVID-19, Para petugas kesehatan, termasuk petugas pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue, baik di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) maupun di lapangan agar memperhatikan dan mengutamakan aspek keselamatan selama melaksanakan tugas dengan menggunakan alat pelindung dir (APD) sesuai protokol pencegahan penularan COVID-19 5. Alat bantu diagnostik Ropid Diagnostik Test (ROT) Antigen Dengue NS1 perlu disediakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Alat ini digunakan dalam penegakkan diagnosis dini Infeksi Dengue pada pasien dengan demam < § hari untuk memastikan ada atau tidaknya Infeksi Dengue pada setiap kasus COVID-19 6. Dalam Protokol Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dengue Dalam Tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Baru, fogging fokus dilaksanakan di dalam dan di luar rumah, 7. Langkah-langkah inci pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue dalam tatanan dan adaptasi kebiasaan baru termuat dalam Lampiran 1. dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini 8, Untuk kabupaten/ kota yang belum memasuki tahap tatanan dan Adaptasi Kebiasaan Baru atau apabila oleh sesuatu hal terjadi lagi peningkatan kejadian COVID-19 di kabupaten/kota yang sebelumnya telah menerapkan tatanan dan adaptasi kebiasaan baru, digunakan protokol sesuai Surat Edaran Dirjen P2P No. HK.02.02/IV/2360/ 2020, tanggal 6 April 2020, tentang Pencegahan dan Pengendalian DBD dalam Situasi masa COVID-19 (Lampiran 2) Demikianlah, Surat Edaran ini disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung: jawab Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terimakasth. 4 Yurianto 33112014101001 Tembusan CORTES ‘Menteri Kesehatan RI Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat kapuskes TNI Kapusdokkes Polri PROTOKOL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DENGUE DALAM ‘TATANAN DAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU (NEW NORMAL) DIMASA COVID-19 1 LATAR BELAKANG ‘A. Dasar Hukum Coronavirus disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai pandemi dan Pemerintah telah menetapkannya sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat (KKM) berdasarkan Keppres Nomor 11 Tahun 2020. Berdasarkan Keppres No.12 tahun 2020 telah ditetapkan bencana non alam COVID-19 sebagai bencana nasional. Oleh karena itu, walib dilakukan pencegahan penyebaran dan percepatan penanganan COVID-19. Dalam Permenkes nomor 1501/menkes/per/x/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan juga mengamanatkan bahwa infeksi Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit potensial wabah. Oleh karena itu salah satu layanan kesehatan esensial yang harus tetap berjalan adalah pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue. B, COVID-19 dan Infeksi Dengue Gejala klinis awal infeksi Dengue mirip dengan COVID-19. Perbedaannya adalah pada COVID-19 ada gejala ISPA seperti pilek, nyeri tenggorokan dan batuk, gejala ini tidak ada pada infeksi Dengue. Pada infeksi Dengue dapat terjadi trombositopeni, sedangkan pada COVID-19 terdapat limfositosi Hal ini dapat menyulitkan dalam penegakan diagnosis. Pada masa COVID-19 saat ini semua kasus dengan hasil pemeriksaan ROT Dengue Positif harus dipikirkan juga kemungkinan infeksi COVID-19 sebagai diagnosis diferensial dan perlu melakukan pemantauan gejala klinis yang ketat. Selain itu harus dipikirkan juga kemungkinan terjadinya ko-infeksi antara Dengue dan COVID-19. Infeksi Dengue endemis di Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan antisipasi terjadinya peningkatan kasus Infeksi Dengue pada situasi masa COVID-19.. C. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dengue disaat masa COVID-19 Upaya penanggulangan penyebaran COVID-19 telah dilakukan, baik deteksi dini, pemeriksaan, isolasi/ karantina, penyelidikan epidemiologi termasuk pelacakan Kontak (contact tracing), tatalaksana kasus, peningkatan peran-serta masyarakat, penerapan protokol kesehatan (pakai ‘masker, jaga jarak dan cuci tangan pakai sabun), maupun PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan Permenkes Nomor 9 Tahun 2020. Dengan perkembangan epidemiologi COVIO- 19, Pemerintah memberlakukan kebijakan perubahan pola hidup pada situasi COVID-19 (Tatanan dan Adaptasi Keblasaan Baru/New Normal). Perlu dilakukan upaya adaptasi pada pelayanan kesehatan dasar agar potensi meningkatnya Kembali kasus COVID-19 dapat diantisipasi dan isikapi. COVID-19 sudah dilaporkan dari 34 Provinsi termasuk di provinsi/ kabupaten/kota yang juga merupakan wilayah endemis Dengue. I. PROTOKOL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKS! DENGUE PADA TATANAN DAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU SAAT MASA COVID-19 Protokol atau prosedur pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue perlu dllakukan untuk ‘menjaga agar tidak terjadi peningkatan kasus dan kematian akibat Infeksi Dengue dengan penerapan Tatanan dan Adaptasi Kebiassan Baru (New Normal) dimasa COVID-19 dan agar tidak terjadi penularan COVID-19 pada petugas, pasien dan masyarakat. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Dengue dan Pencegahan Penularan COVID-19 Penyakit Infeksi Dengue memiliki beberapa gejala yang mirip dengan COVID-19 seperti: demam, nyeri kepala dan nyeri otot. Penderita Infeksi Dengue dapat terinfeksi penyakit lainnya termasuk ‘COVID-19 begitupun sebaliknya penderita COVID-19 dapat terinfeksi Dengue. 1. Pencegahan penularan COVID-19 pada petugas kesehatan, pasien dan masayarakat. ‘a, Setiap petugas harus menerapkan Pencegahan dan Pengendalian infeksi (PPI) termasuk enggunaan APD yang sesuai dan mengupayakan physical distancing (jaga jarak fisik) dalam menjlankan aktvitasnya. b. Masyarakat perlu menjalankan protokol pencegahan penularan COVID-19 yaitu -menggunakan masker kain, cucitangan pakai sabun (CTPS) serta menghindari kerumunan lebih dari § orang, dan jaga jarak fisik. €._ Setiap pasien harus dicegah ager tidak tertular penyakit lain akibat penumpukan pasien ddan terlalu lama berada di fasyankes. 2. Jika ada indikasi atau dugaan infeksi Dengue pada pasien COVID-19 maka pemeriksaan diagnostik Infeksi Dengue dilakukan dengan: ‘a. ROT Antigen engue NS1 untuk penderita tersangka Infeksi Dengue dengan riwayat demam s 5 hari ; dan b. ROT Serologi IgM-lgG Dengue untuk penderita tersangka Infeksi Dengue dengan riwayat deram 2 5 hari .Apabila hasil RDT positif maka dilakukan tatalaksane Infeksi Dengue. d. Terkait Il, A, 1. diatas perlu dilakukan_ penyesuaian perhitungan kebutuhan ROT Dengue baik RDT Antigen Dengue NS1, ROT Serologi lgM-IgG Dengue maupun dalam bbentuk COMBO/DUO di fasyankes. e. Pada pasien terduga infeksi Dengue, pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap sselama masa demam tetap dilaksanakan untuk konfirmasi hasil RDT Dengue. f. ROT Serologi Dengue lgM-IgG seringkali memberikan hasil positif palsu (false positif) sehingga dapat menimbulkan salah diagnosis. g Pemantauan klinis harus tetap dilakukan pada setiap pasien infeksi Dengue untuk deteksi dini kemungkinan memburuknya kondisi pasien (seperti perdarahan) agar tindakan segera dapat dilakukan B, Dukungan Manajemen dalam Pencegahan dan Pengendalian infeksi Dengue 4, Pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue di fasyankes harus tetap dilaksanakan secara optimal pada situasi masa COVID-19, 2. Pada situasi masa COVID-19 harus dipastikan kebutuhan dan ketersediaan logistik pencegahan dan pengendalian Infeksi Dengue tetap tersedia pada setiap jenjang ‘administrasi Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Rumah Sakit dan Puskesmas. 3. Perencanaan kebutuhan logisik terutama ROT antigen Dengue NS1 , obat antipretik Paracetamol dan larutan infus Ringer Laktat di fasyankes disiapkan untuk mencukupi periode 2-3 bulan berikutnya dengan memperhatikan analisis situasi epidemiologi Oleh karena itu, diharapkan fasyankes mengajukan permintaan sesuai kebutuhan tersebut tepat waktu. 4, Petugas Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota wajib memantau dan ‘mengantisipasi layanan Infeks! Dengue pada saat diberiakukan PSBB. 5. Strategi komunikasi dan promosi Kesehatan pengendalian Infeksi Dengue dengan PSN 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik tetap dilakukan memanfaatkan ‘teknologi informasi dan media sosial. Pengumpulan banyak orang pada satu waktu dan tempat perlu dicegah dan dihindari, Karena itu. perlu memanfaatkan media yang tepat untuk sosialisasi pencegahan dan pelayanan Infeksi Dengue ke masyarakat seperti jejaring sosial, misal: pesan melalui SMS, radio, televisi, media sosial, poster, ballho, penyiar kota, megafon, dan lain-lain. C._ Diagnostik dan Tatalaksana Pasien COVID-19 dengan Infeksi Dengue 1. Pada situasi masa COVID-19, pasien COVID-19 patut diduga terinfeksi Dengue bila ditemukan ‘© Gejala Klinis demam tinggi mendadak (biasanya 239°C) 2-7 hari, terus menerus, ditambah dua atau lebih gejala penyerta berupa nyeri kepala, nyeri belakang bola mata, nyeri otot & tulang, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia (jumiah lekosit < 5000 /mm), rombositopenia jumiah trombosit < 100.000 /mm?*), hematokrit >40 vol % dan/atau * Pemeriksaan ROT Antigen Dengue NS1 pada penderita dengan riwayat éemam s § hari postif * Tanda WARNING SIGN berupa tidak ada perbaikan klinis setelah demam reda, menolak makan/minum, muntah berulang, nyeri perut hebat, letargi (lemah} dan perubahan perilaku 2, Pemeriksaan ROT Serolog! igM-IgG Dengue dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : ‘© Pada infeksi Primer = IgM terdeteksi hari sakit ke 3-5, dapat terdeteksi hingga 3-8 bulan = IgG terdeteksi pada hari ke 14 sampai beberapa tahun kemudian| ‘© Pada infeksi Sekunder IgM kadar rendah, sehingga dapat tidak terdeteksi + 1G terdeteksi pada hari ke-2 Berikut adalah Bagan untuk penapisan penderita COVID-19 pada Infeksi Dengue : Tersangka Infeksi Dengue Gejala demam tinggi mendadak (239°C) terus-menerus 2-7 hari +2 atau lebih gejala penyerta :nyerikepala, nyeri belakang bota mata, nyeri otot&tulang,ruam kulit, manifestasi perdarahan (spontan /terprovokasi), leukopenia ( leukosit s 5000/mm3), trombositopenia ( trombosit < 100.000/mm3,hematokrit > 40 vol %, Dan/ Atau hasil pemeriksaan ROT Antigen Dengue NS1 POSITIF Penapisan COVID-19 ———| Terdapat salah satu gejata/tanda penyakit | | TiDAK vA y pernapasan seperti batuk/sesak V napas/sakit Wanna ners ‘tenggorokan/pilek/pneumonia ringan iaanae Seu= hingga berat ' Lo TIDAK YA TIDAK YA < RAWAT INAP kuti tatalaksana Infeksi Dengue DAN ikuti alur manajemen kesehatan masyarakat pada asus suspek COVID-19 sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 [roa PY Ko-morbiiast+7 Indikasi sosial** y = RAWAT JALAN pemonauan tet Laboratorium darah Hb, Ht, Leukos! RAWAT INAP ‘kuti alur manajemen kesehatan Trombosit / 24 jam tkutiTatalaksana ‘masyarakat pada kasus suspek COVID-19 selama fase demam Infeksi Dengue sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 DAN Pantau ketat Klinis dan Lab Hb leukosit, H,trombosit/ 24 jam selama fase demam WARNING SIGN * YA v Infeksi Dengue WARNING SIGN* — YA Ko-infeks! Dengue dan COVIO-19 Keterangan : Warning signs (untuk infeksi Dengue): Tidak ada perbaikan klinis setelah suhu reda, diuresis kurang, (dalam 4-6 jam), menolak makan/minum, pucat/ekstrimitas dingin, muntah berulang, epistaksis, menorshagi, nyeri perut hebatletargi, perubahan perilaku. **Ko-morbiditas : Lanjut usia, adanya penyakit penyerta,dil ****Indikasi sosial : Rumah penderita jauh atau transportasi sulit,dll. Bagan 1. Alur Penapisan Penderita Infeksi COVID-19 pada penderita Infeksi Dengue Tatalaksana Infeks! Dengue A Pengobatan Infeksi Dengue pada pasien COVID-19 pada anak (usia 0-18 tahun) dan dewasa tidak ada perubahan dan mengikuti pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue i Indonesia, Kementerian Kesehatan Indonesia, Direktorat Jendmasal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2017. B, Pada saat peningkatan kasus Infeksi Dengue terjadi pada suatu wilayah, selain dilakukan pemeriksaan COVID-19 (dengan rapid test ataupun PCR) maka periu dilakukan juga pemeriksaan darah dengan ROT Antigen Dengue dan/atau RDT Serologi Dengue: Pemeriksaan tersebut penting untuk membedakan infeksi dengue dari COVID-19 ataupun adanya kemungkinan ko-infeks antara virus Dengue dan COVID-19. D. Survellans Dengue Kegiatan surveilans Dengue harus tetap dilaksanakan antara lain: surveilans kasus Infeksi Dengue terutama penemuan penderita dan penyelidikan epidemiologi (PE). 1, Penemuan Penderita ‘a) Penemuan penderita secara pasif tetap dilakukan di fasyankes dengan memperhatikan protokol pencegahan penularan COVID-19 . b) Penemuan penderita secara aktif tetap dilaksanakan oleh petugas Puskesmas dengan ‘menggunakan teknologi informasi dan media sosial ( telpon/SMS/WA ). 2. Penyelidikan Epidemiologi (PE) Daerah tetap melakukan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB Infeksi Dengue dalam situasi masa COVID-19. Setiap menemukan kasus positif Infeksi Dengue di fasyankes tetap dilakukan PE pada penderita saat penderita pada dirawat di fasyankes dan PE ilanjutkan pada keluarganya dirumah dengan menggunakan_ teknologi komunikasi telepon/SMS/WA atau sesuai dengan Bagan 2 dengan memperhatikan situasi penularan COVID-19 dan mengikuti protokol pencegahan penularan COVID-19. Respon atau pencegahan penularan dari kasus positif yang melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB): = Intensifikasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kegiatan 3M PLUS dilakukan oleh Jumantik Rumah Tangga dan Jumantik Lingkungan dengan supervisi dari Petugas Puskesmas, Supervisor Jumantik dan Koordinator Jumantik secara berjenjang melalui teknologi informasi dan media sosial telepon/SMs/WA). = _Larvasida dapat dibagikan secara berjenjang kepada Supervisor Jumantik dan Koordinator Jumantik ke Jumantik Rumah Tangga /Lingkungan dengan memperhatikan protokol pencegahan dan penularan COVID-19 sementara kegiatan larvasidasi dilakukan oleh Jumantik Rumah Tangga/Lingkungan di masing-masing rumab/lingkungan mereka. = Penyuluhan dilakukan secara berjenjang oleh petugas Puskesmas/Supervisor Jumantik/Koordinator Jumantik dengan teknologi informasi dan media sosial (telepon/SMs/Wa). Strategi komunikasi untuk penanggulangan Infeksi Dengue dengan lebih memanfaatkan saluran komunikasi yang aman dan tidak mengumpulkan massa seperti melalui radio, televisi, baliho, media sosial, dan media cetak (dengan membagikan leaflet/stiker) = Fogging fokus dilakukan dengan memperhatikan protokol pencegahan penularan COVID- 19. Hindari pengumpulan massa dan melibatkan masyarakat dalam jumlah banyak (lebil dari 5 orang dalam satu waktu), seperti pengumpulan warga di titik distribusi, pembekalan/pelatinan kader, pencanangan dengan upacara, dan pertemuan, tetapi jka tetap dilaksanakan maka tmasapkan jaga jarak fisik (physical distancing) dan gunakan ‘APD sesuai protokol pencegahan penularan COVID-19. Fogging fokus dilakukan oleh petugas kesehatan seperti biasa sesuai dengan SOP Fogging Fokus dengan memakai APD lengkap dan memperhatikan protokol pencegahan penularan COVID-19. dengan area pengabutan seluas radius 200 meter dari rumah penderita infeksi Dengue yang ditemukan, dilakukan pada jam 08.00-10.00 pagi hari atau jam 15.00-17.00 sore har! pada saat waktu aktif nyamuk Aedes aegypti Ketentuan tersebut dilaksanakan pada wilayah dengan Zona Merah, Kuning, Oranye maupun Hijau tanpa pembedaan untuk mengantisipasi kasus asimptomatik (tanpa gejala) pada daerah endemis dengue. Penderita infeksi Dengue (DD/0B0/EDS) v Penyelidikan Epidemiologi (PE) : Kegiatan pencarian kasus infeksi Dengue dan pemeriksaan jentik nyamuk penular Dengue Ditempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekita termasuk tempat-tempat umum (TTU) Dan tempat-tempat institusi (TT!) dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter Positif Negatif Bila ditemukan 2 atau lebih penderita = Jika tidak memenuhi Infeksi Dengue lainnya dan/z 3 penderita kriteria positif Demam tanpa sebab yang jelas Dan + _Ditemukan jentik (HI) 2 596 | | Pada area radius minumal 200 meter Pada area radius minimal 200 meter Dilakukan tindakan pemutusan penularan: Dilakukan tindakan pencegahan: 1. Intensifikasi PSN 1. Intensifikasi PSN 2. Larvasidasi 2. Larvasidasi 3. Penyuluhan 3. Penyuluhan 4, Fogging fokus (2 siklus interval 1 minggu) Bagan 2. Alur Penyelidikan Epidemiologi Kasus Positif Infeksi Dengue pada Situasi Masa COVID-19 Pelaksanaan penyelidikan kasus dengan wawancara menggunakan formulir PE dapat langsung dilakukan di fasyankes, termasuk untuk mengetahui kemungkinan faktor risiko dan kemungkinan kasus lain pada orang-orang yang berisiko seperti anggota keluarga, tetangga yang memiliki gejala yang serupa diminta langsung datang ke fasyankes untuk penegakan diagnosis dan pengobatan. Pada pelaksanaan PE, petugas tidak perlu melakukan kunjungan rumah dan dapat menggali informasi dari telepon/SMS/WA dengan menghubungi Supervisor Jumantik, Koordinator Jumantik maupun Jumantik Rumah Tangga/Lingkungan. Apabila dari hasil survei kontak diketahui terdapat orang yang bergejala serupa, diminta langsung datang ke fasyankes. Bila terdapat indikasi peningkatan kasus kegiatan PE dilakukan dengan kunjungan rumah seperti biasa dengan memperhatikan protokol pencegahan penularan COVID-19 3. Pemantauan Faktor Risiko Lingkungan. ‘Selama masa COVID-19 pada damasah dengan pembatasan sosial, maka kegiatan pemantauan faktor risiko lingkungan seperti Angka Bebas Jentik (AB!) dilakukan dengan menggali informasi dari telepon/SMS/WA dengan menghubungi Supervisor Jumantik, Koordinator Jumantik maupun Jumantik Rumah Tangga/Lingkungan Kunjungan rumah untuk kegiatan Pemantauan Jentik Berkala tetap dilakukan oleh petugas Puskesmas setempat tiap 3 bulan sekali . Pelaksanaannya mempertimbangkan protokol pencegahan penularan COVID-19. E. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan tetap dilakukan secara berjenjang seperti biasa mulai dari puskesmas dan jejaringnya (community based) atau rumah sakit (hospital based) dengan menggunakan form pelaporan Infeksi Dengue yang dikoordinasi oleh Dinas Kesehatan Kab/kota di tingkat kabupaten/kota atau Dinas Kesehatan Provinsi di tingkat Provinsi. Pelaporan ini diperlukan untuk memantau dan mendeteksi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus Infeksi Dengue selama ‘masa COVID-19 termasuk kemungkinan adanya kekurangan logistik di lapangan. Kegiatan validasi data, monitoring dan evaluasi tetap dilakukan secara rutin dan berjenjang. Pencatatan hasil kegiatan Penyelidikan Epidemiologi dalam Masa COVID-19 (seperti bagan 2) tetap dicatat dengan Form Pemberitahuan Hasil PE dan dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Setempat. Jika ditemukan kasus ko-infeksi Dengue dan COVID-19, maka dilaporkan diagnosis COVID-19 sebagai Diagnosis Utama dan Infeksi Dengue sebagai Diagnosis Sekunder sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.07/MENKES/238/2020 tentang Petunjuk Te kKlaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan COVID-19, Dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan form KD/RS-DBD pada diagnosis akhir lainnya sebagai kasus ko-infeksi Dengue dan COVID-19. 10

Anda mungkin juga menyukai