Anda di halaman 1dari 32

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

SURVEI PENGGUNAAN BUKU TEKS DARI PENERBIT SWASTA

NON- BSE

Oleh :

Daniel Fernandez, M.Si.


Dr. Prima Gusti Yanti
Dede Hasanuddin, M.Hum
D.M. Dharmawati, M.Pd.
Engkus Kusnadi, M.Pd.
Wahidin, M.Pd.
Nurvelly Rosanti, M.Kom.
Burhayani, M.Pd.
Yamin, M.Pd.
Sri Giyanti, M.M.
Sigit Sumarsono, M.Pd.

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PROF.DR.HAMKA

2011

1
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan bermutu dihajatkan oleh setiap bangsa untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa tersebut. Tak
terkecuali, bangsa Indonesia sebagai negara yang sejak berdirinya
memiliki perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan untuk terus-
menerus meningkatkan mutu pendidikannya. Pendidikan yang bermutu
harus didukung oleh pelbagai faktor yang juga bermutu. Salah satunya
adalah buku teks pelajaran.
Upaya penyediaan buku pendidikan yang bermutu dengan harga
terjangkau bagi seluruh pelajar di negara sebesar Indonesia merupakan
usaha besar dan rumit. Terlebih lagi, penduduknya yang diperkirakan oleh
GeoHive pada 6 November 2009 mencapai 241 juta dan tersebar di
pulau-pulau besar dan kecil membuat upaya distribusi menemui banyak
kendala. Dibandingkan negara-negara lain, Indonesia termasuk negara
dengan penduduk amat besar, yaitu pada urutan keempat di dunia,
setelah Republik Rakyat Cina, India, dan Amerika Serikat (GeoHive, n.d.).
Jumlah penduduk yang besar tersebut mendiami kira-kira enam ribu dari
17.508 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Bagi bangsa yang mementingkan kemajuan peradaban, pendidikan
adalah salah satu urusan utama dalam pembangunan. Dalam kaitan itu,
untuk berjalannya pendidikan yang baik diperlukan ketersediaan buku
pendidikan, khususnya buku teks, yang bermutu bagi setiap pelajar
berwarga Negara Indonesia tanpa terkecuali. Situasi negara yang baru
saja memasuki era demokrasi setelah dimulainya reformasi pada 1998, di
samping mangharuskan mutu, juga mengharuskan pelayanan yang sama
dan akuntabel bagi setiap warga negara.
Sebagai imbas gelombang perjanjian perdagangan bebas ASEAN
(AFTA) dan persiapan menuju perdagangan bebas dunia (GATT/WTO),

2
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pemerintah mengurangi peran dalam penyediaan barang dan jasa,


termasuk dalam pengadaan buku, dan meningkatkan peran swasta.
Peralihan yang cepat pengadaan buku dari yang semula oleh pemerintah
menjadi oleh swasta telah menimbulkan kekisruhan dalam produksi dan
distribusi buku teks. Kekisruhan tersebut ditandai oleh tingginya harga
buku karena tingginya permintaan tidak sesuai dengan kemampuan
pemasokan dan distribusi yang hanya mencakupi wilayah-wilayah yang
mudah dijangkau oleh wiraniaga. Di samping itu, buku-buku yang
disediakan tidak mencakupi seluruh jenis buku yang diperlukan; para
penerbit swasta cenderung menerbitkan buku pada jenjang tertentu dan
pada topik-topik tertentu karena alasan bisnis. Kenyataan lain yang
didapati pada masa itu adalah bahwa, karena belum adanya sistem
penjaminan mutu buku, para pelajar terpaksa menggunakan buku-buku
yang mutunya belum diketahui.
Reformasi perbukuan nasional dan program buku sekolah nasional
dijalankan oleh Pemerintah RI untuk menanggulangi kekisruhan tersebut.
Selain itu, reformasi perbukuan tersebut juga untuk membangun sistem
pengadaan buku sekolah dalam rangka menjamin semua pelajar dan
guru di seluruh Indonesia dapat memeroleh buku sekolah yang bermutu
dengan harga terjangkau. Setelah lima tahun Pemerintah telah
menghasilkan regulasi-regulasi mengenai standar, penulisan, penerbitan,
distribusi, dan pemilihan buku. Di samping itu, program buku bermutu dan
terjangkau secara nasional telah memberikan perubahan positif dalam
ketersedian buku pendidikan bermutu. Meskipun demikian masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu segera dibenahi untuk tercapainya
tujuan reformasi perbukuan tersebut.
Pemerintah RI telah melengkapi landasan-landasan hukum yang
diperlukan bagi reformasi perbukuan nasional dengan menindaklanjuti hal-
hal yang diperlukan untuk terlaksananya amanat UUD ‘45 dan ketentuan-
ketentuan dalam Undang-Undang Sisdiknas. Tindaklanjut tersebut berupa
aturan-aturan teknis yang dicakup oleh Peraturan Pemerintah dan

3
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Setakat 2005-2009 Pemerintah RI


telah mengusahakan situasi perbukuan nasional yang sehat, yang
dengannya pasar perbukuan yang sehat dapat mendukung reformasi
pendidikan nasional. Reformasi perbukuan yang telah dijalankan ini
ditujukan untuk menjamin ketersediaan buku sekolah yang bermutu bagi
seluruh pelajar di seluruh tanah air dengan harga terjangkau.
Standardisasi dan penilaian buku yang telah dijalankan dengan
melibatkan semua pihak terkait secara trasparan mencerminkan
kehidupan Indonesia yang demokratis. Untuk menyediakan buku teks
bermutu kepada seluruh pelajar, di samping dilakukan dengan membantu
penerbit-penerbit swasta melalui penetapan standar dan pemberian
fasilitas penilaian secara cuma-cuma, pemerintah juga membeli banyak
hak cipta buku dan kemudian memroses dan menggunggahnya ke
internet untuk kemudian dapat dicetak oleh penerbit, pemerintah daerah,
dan lembaga-lembaga pendidikan secara gratis. Untuk menjamin bahwa
para murid di seluruh Indonesia dapat memeroleh buku teks yang
bermutu, Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan banyak langkah
yang di antaranya adalah pengembangan naskah dan pengendalian mutu
buku. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, khususnya dalam hal
perbukuan, mensyaratkan bahwa bahwa buku-buku teks yang digunakan
oleh siswa harus terlebih dahulu dinilai oleh Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan (BNSP). Sejak itu Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal
ini Departemen Pendidikan Nasional, menjalankan program penilaian
buku teks dengan maksud mengendalikan mutu buku-buku teks yang
akan dipergunakan oleh para pelajar Indonesia.
Selanjutnya, sebagai upaya pemerataan kesempatan memeroleh
pendidikan yang layak, Pemerintah mengupayakan terciptanya harga
buku teks yang murah dengan cara membeli hak cipta buku-buku teks
pelajaran dari penulis atau penerbit untuk dipergunakan selama lima belas
tahun. Berbagai pihak dipersilakan mencetak baik secara tunggal maupun
masal tanpa harus membayar royalti kepada Pemerintah selaku pemilik

4
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

hak cipta. Namun, jika akan memerjualbelikannya, mereka harus


mematuhi harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan untuk setiap buku
tersebut.
Di samping menstandardisasi mutu dan mengupayakan
keterjangkauan harga, Pemerintah juga mengupayakan kemudahan akses
terhadap buku-buku tersebut. Caranya adalah dengan menyediakan buku-
buku yang hak ciptanya telah dimiliki Pemerintah di laman internet. Buku-
buku tersebut diberi nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Setiap orang
dapat mengunduh buku-buku tersebut secara gratis. Meskipun telah
mengupayakan keterjangkauan harga, Pemerintah masih memersilakan
penerbit menyediakan buku dengan harga yang ditentukan mengikuti
mekanisme pasar. Buku-buku tersebut adalah buku yang hak ciptanya
tidak dimiliki pemerintah namun telah memenuhi standar mutu yang
ditetapkan Pemerintah, yaitu melalui penilaian oleh BSNP seperti buku-
buku BSE. Dengan demikian, saat ini masyarakat dapat memeroleh buku
dalam lima wujud, yaitu: (1) buku teks standar harga terjangkau/murah; (2)
buku teks standar dengan harga pasar; (3) BSE berbasis internet; dan (4)
BSE tercetak.
Namun, upaya yang demikian banyak dilakukan oleh pemerintah
tidak membuah hasil yang maksimal. Kenyataan di masyarakat yang telah
diteliti di tiga provinsi yaitu, DKI Jakarta, Sumatera Barat, NTT
menyiratkan bahwa pemanfaatan buku-buku BSE sebagai buku
penunjang 67 %, dan yang menggunakan sebagai bahan ajar utama 33
%. Hal itu menyiratkan sebuah kenyataan bahwa yang banyak terpakai
sebagai buku ajar utama adalah buku-buku terbitan swasta yang belum
tentu melewati penilaian BSNP. Kenyataan di lapangan ditemui oleh
peneliti Pemanfaatan Buku-buku BSE itu banyak buku yang tidak melalui
penilaian yang terpakai di sekolah-sekolah. Guru-guru memilih buku
sebagai pegangannya adalah buku yang memuat tulisan sesuai dengan
KTSP 2006 di sampul buku tersebut, bukan pernyataan sudah dinilai oleh
BSNP.

5
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

1.2 Masalah
Dari latar belakang di atas tersirat suatu pertanyaan besar, yaitu:
“Kecendrungan pemanfaatan buku-buku swasta non-BSE sebagai bahan
ajar utama di sekolah-sekolah”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut
diperlukan penelitian yang luas dan mendalam. Namun, waktu yang amat
sempit tidak memungkinkan menjawab pertanyaan tersebut secara utuh
dan mendalam.
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: (1) identifikasi penerbit
buku yang digunakan sekolah, (2) Kegunaaan buku-buku dari penerbit
tersebut (3) Pihak yang menganjurkan penggunaan buku tersebut, serta
(4) muatan materi buku yang digunakan .
Untuk mendapatkan data secara akurat dan lengkap, maka peneliti
mengajukan pertanyaan kepada (1) kepala sekolah, (2) guru dan (3)
siswa. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah :
(1). Pertanyaan Penelitian untuk Kepala Sekolah
1. Siapakah penentu kebijakan penggunaan buku terbitan swasta
non-BSE tersebut?
2. Sudah berapa lama bekerja sama dengan penerbit swasta
tersebut?
3. Alasan Bapak/Ibu menganjurkan penggunaan buku terbitan
swasta non-BSE tersebut?
4. Bagaimana cara memperoleh buku-buku tersebut?
5. Apakah muatan buku-buku tersebut sesuai dengan kurikulum?
6. Bagaimanakan kelengkapan isi buku tersebut?

(2). Pertanyaan Penelitian untuk Guru


1. Apakah bapak/ibu menggunakan buku terbitan swasta non-BSE
2. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerjasama dengan penerbit
tersebut?

6
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

3. Siapa yang menentukan kebijakan untuk menggunakan buku-


buku dari penerbit tersebut?
4. Bagaimana pemanfaatan buku-buku tersebut?
5. Bagaimana cara memperoleh buku tersebut?
6. Apakah muatan buku tersebut sesuai dengan kurikulum?
7. Bagaiamana kelengkapan buku tersebut?

(3). Pertanyaan Penelitian untuk Siswa

1. Apakah menggunakan buku-buku penerbit swasta non-BSE?

2. Siapakah yang menganjurkan penggunaan buku tersebut?

3. Bagaimana pemanfaatan buku tersebut?

4. Bagaimana cara memperoleh buku tersebut?

5. Apakah buku tersebut sesuai dengan kurikulum?

6. Bagaimana tingkat kesulitan buku tersebut?

7. Bagaimana kelengkapan buku tersebut?

1.3 Cakupan
Penilitian ini hanya mencakupi tiga provinsi tanpa berpretensi
mewakili seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Namun, agar penelitian
ini dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif, tiga provinsi
tersebut dipilih dengan memperhatikan tingkat kemajuan pendidikan.
Pilihan tersebut jatuh pada DKI Jakarta sebagai provinsi yang maju dan
merupakan kota megapolitan, Sumatra Barat sebagai provinsi yang
berada pada tingkat kemajuan sedang, dan Nusa Tenggara Timur sebagai
provinsi yang masih harus mengejar prestasi prestasi pendidikan provinsi-
provinsi lain. Di samping berbeda pada tingkat kemajuan, ternyata tiga

7
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

provinsi itu juga memiliki perbedaan dalam aspek sosiokultural, ekonomi,


dan geografis.
Khusus mengenai buku teks terbitan swasta yang dimaksud adalah
tidak memilah buku yang sudah dinilai BSNP atau belum, karena untuk
melakukan hal itu, peneliti harus melihat buku-buku tersebut. Dalam
penelitian ini peneliti hanya menjalankan angket untuk menjaring penerbit-
penerbit swasta yang dipakai oleh guru, alasan pemilihan, dan
pemanfaatannya dan perkiraan harga.

1.4 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) Kecenderungan
penerbit buku teks yang digunakan sekolah, (2) Berapa lama bekerja
sama dengan penerbit swasta non-BSE tersebut, (3) Alasan
menganjurkan penggunaan buku terbitan swasta non-BSE tersebut, (4)
Bagaimana cara memperoleh buku-buku terbitan swasta tersebut, (5)
mendeskripsikan muatan buku-buku non-BSE muatan pihak swasta
tersebut, dan (6) kelengkapan buku-buku non-BSE terbitan penerbit
swasta.

1.5 Hasil
Hasil penelitian ini adalah deskripsi terurai mengenai pemakaian
buku-buku terbitan swasta non-BSE yang dianjurkan dan dipakai oleh
guru serta pemanfaatannya. Bahkan, akan terlihat penerbit swasta yang
favorit digunakan guru.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Bahan Ajar
Bahan ajar selalu diperlukan dalam pelbagai aktivitas
pembelajaran, baik dalam konteks pembelajar memberikan pengalaman
belajar kepada pebelajar maupun dalam konteks pebelajar menjalani
pengalaman belajar (learning experience). Dalam pandangan Tomlinson,

8
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

istilah bahan ajar bahasa (language-learning materials) digunakan untuk


segala sesuatu yang digunakan oleh para guru dan pebelajar untuk
terjadinya pembelajaran bahasa, dari yang paling sederhana sampai yang
paling canggih. Dengan demikian, bahan ajar dapat berwujud kaset, video,
CD-ROM, kamus, buku tata bahasa, kumpulan bahan bacaan, buku-kerja,
atau bahan-bahan latihan fotokopian. Di samping itu, bahan ajar juga
dapat berupa surat kabar, kemasan makanan, foto, ujaran langsung
pembicara yang diundang, arahan yang diberikan guru, ujaran yang
tertulis pada kartu atau diskusi antarpebelajar (Tomlinson 1998, p. 2).
Dalam sumber lain juga disebutkan bahwa definisi tersebut termasuk
mencakupi bahan-bahan yang terdapat di internet (Tomlinson 2003c).
Pandangan McGrath, meski tak sama persis, senada dengan
pandangan di atas. Bedanya, McGrath mendefinisikan bahan ajar dalam
dua cakupan. Secara umum, bahan ajar meliputi apa saja yang digunakan
untuk pembelajaran, termasuk pensil, kursi, atau tas. Namun, ia tidak
menggunakan definisi umum tersebut untuk membahas bahan ajar secara
teknis karena definisi itu akan bersentuhan dengan media pembelajaran.
Oleh karena itu, ia membatasi pengertian teknis bahan ajar hanya pada
bahan-bahan yang mengandungi teks, yang dapat meliputi: (1) teks yang
secara khusus dipersiapkan untuk pembelajaran bahasa (seperti buku
teks, lembar kerja, dan perangkat lunak komputer); (2) bahan-bahan
otentik (seperti rekaman off-air dan artikel surat kabar) yang dipilih khusus
dan dipergunakan untuk tujuan pembelajaran; (3) bahan ajar tulisan guru
atau dosen; dan (4) bahan-bahan buatan murid atau mahasiswa (McGrath
2003, p.7).

2.1 Buku Teks


Salah satu bahan ajar yang amat populer di Indonesia adalah
buku teks (textbook) atau buku pelajaran (course book). Kedua istilah
berbahasa Indonesia tersebut sering disatukan menjadi buku teks
pelajaran. Cunningsworth seperti dikutip oleh Richards (2001, p. 251)

9
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

membuat rangkuman yang terdiri atas enam peran yang dimiliki buku teks
pelajaran dalam pengajaran bahasa (language teaching), yaitu sebagai:
(1) sumber sajian bahan (lisan dan tulisan); (2) sumber kegiatan praktik
pebelajar dan interaksi komunikatif; (3) sumber rujukan bagi pebelajar
mengenai tata bahasa, kosa kata, lafal, dan sebagainya; (4) sumber
stimulasi dan gagasan untuk kegiatan kelas; (5) silabus (khususnya jika
buku pelajaran mencerminkan tujuan-tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan); dan (6) bantuan bagi guru yang belum berpengalaman tetapi
telah berani mengajar (Cunningsworth 1995, p. 7).
Pemerintah mengeluarkan aturan mengenai pembuatan,
pejaminan mutu, distribusi, pemilihan, dan pemanfaatan buku melalui
Peraturan Meteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 2 Tahun
2009. Pasal 1 Permendiknas tersebut menyebutkan empat kategori buku
yang digunakan di lembaga-lembaga pendidikan, yaitu: buku teks, buku
panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi. Empat jenis buku
pendukung pendidikan tersebut didefinisikan sebagai berikut. Buku teks
didefinisan sebagai buku acuan wajib yang digunakan di satuan
pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat
materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan,
akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan
kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar
nasional pendidikan.” Buku panduan pendidik didefinisikan sebagai
“…buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan
model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.” Buku
pengayaan didefinisikan sebagai “…buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya buku teks pendidikan dasar,menengah dan perguruan
tinggi.” Buku referensi didefinisikan sebagai “…buku yang isi dan
penyajiannya dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya secara dalam dan luas.”

10
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

2.3 Penilaian Buku Teks


Tujuan penilaian buku teks adalah untuk memastikan bahwa buku-
buku teks yang akan digunakan di sekolah-sekolah benar-benar layak
pakai dan memenuhi standar nasional. Seperti disebutkan pada Permen
2/2008, Depdiknas, departemen yang menangani urusan keagamaan,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berupaya menjamin
ketersediaan buku teks yang bermutu yang memenuhi standar nasional
dan kebutuhan pendidik dan peserta didik (Depdiknas, 2008b, Pasal 1 dan
Pasal 3 [1]). Dalam kaitan tersebut, kelayakan buku dinilai berdasarkan
empat aspek pokok, yaitu: isi, metodologi, kebahasaan, dan desain grafis.
Penilaian seberapa jauh sekolah memenuhi standar buku
dilaksanakan sebagai bagian dari akreditasi sekolah oleh Badan
Akraditasi Sekolah (BAS) yang ada di kabupaten/kota dan menjalankan
akreditasi sekolah secara berkala dengan instrument standar nasional.
Amat dapat dimengerti bahwa di sekolah perlu ada proses
pemilihan buku meskipun buku-buku teks telah dinilai oleh BSNP.
Penilaian yang dilakukan oleh BSNP hanya untuk menilai apakah suatu
buku layak berdasarkan standar nasional. Pihak sekolah dan komite
sekolah masih perlu memilih mana yang paling cocok. Berdasarkan (1)
kesesuaian tingkat kesulitan bahan ajar dengan kapasitas intelektual
murid; (2) kesesuaian metodologi dengan kemampuan murid; (3)
kesesuaian aspek kebahasaan dengan kemampuan membaca murid; (4)
kesesuaian isi dengan keperluan pengayaan pengetahuan bagi murid; (5)
kesesuaian wujud dan penampilan fisik buku dengan konteks penggunaan
oleh murid; dan (6) kesesuaian isi, kegiatan, dan ilustrasi dengan
lingkungan sosial dan budaya murid.

11
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

3. Metodologi
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah kalangan pengguna buku teks
pendidikan dasar dan menengah seluruh Indonesia, yang terdiri atas: (a)
Kepala Sekolah; (b) Guru; (c) Murid.
Tiga provinsi yang dipilih yaitu DKI, Sumatera Barat, NTT masing-
masing diambil tiga kabupaten/kota dan pada tiga kabupaten/kota tersebut
diambil tiga kecamatan. Untuk sampel-sampel guru, murid, kepala
sekolah, pada setiap kecamatan diambil tiga sekolah yang masing-masing
juga terstratifikasi.

3.2 Metode
Dengan memerhatikan uraian Gay, Mills, dan Airasian (2009, pp.
174-192) Penelitan ini dijalankan dengan metode penelitian survai dan
desain yang digunakan adalah cross-sectional survey.

3.3 Pengumpulan Data


Data lapangan pada penelitian ini dikumpulkan dengan pengisian
daftar pertanyaan sebagai teknik utama dan observasi sebagai
pendukung.

3.4 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar
pertanyaan atau angket. Sebelum sampai kepada daftar pertanyaan,
instrumen disiapkan dalam bentuk kisi-kisi untuk memastikan bahwa
instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas isi.

4. Analisis Data

4.1 Propinsi DKI Jakarta

a. Penerbit yang Digunakan

12
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kecenderungan kepala sekolah, guru dan siswa masih


mempercayakan buku terbitan swasta digunakan di sekolah, yaitu
Sebanyak 50 % Kepala sekolah, 56 % guru dan 50 % siswa menyatakan
menggunakan buku terbitan swasta.
b. Lama Bekerjasama dengan Penerbit
Bekerja sama dengan penerbit memiliki kecendrungan sudah lebih
dari 5 tahun dengan persentase sebanyak 34 % kepala sekolah dan 33 %
guru.
c. Kebijakan Penggunaan Buku cendrung ditentukan berdasarkan
persetujuan dan rapat guru sebanyak 87%. Sebanyak 3% kebijakan
penggunaan buku berdasarkan rapat komite. Sebaliknya, guru
menyatakan kecendrungan kebijakan penggunaan buku dilakukan oleh
kepala sekolah yaitu 44%.
d.Penggunaan Buku Penerbit Swasta Non-BSE
Sebanyak 53 % kepala sekolah dan 41 % guru menganjurkan buku
penerbit swasta NONBSE digunakan sebagai buku wajib, 37 % kepala
sekolah dan 38 % sebagai buku pendamping, 7 % kepala sekolah dan 10
% guru sebagai tugas LKS, tidak satu kepala sekolah pun dan hanya 3 %
guru yang menganjurkan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas dari
guru, 3 % kepala sekolah dan 8 % guru tidak menjawab pertanyaan ini.
Ini berarti kepala sekolah dan guru memiliki kecenderungan yang besar
untuk menganjurkan siswa menggunakan buku Non-BSE terbitan swasta
sebagai buku wajib di sekolah.
Sebanyak 73 % siswa menyatakan menggunakan buku NON-BSE
terbitan swasta dianjurkan oleh guru, 23 % menyatakan dianjurkan oleh
Kepala Sekolah, 2 % menyatakan dianjurkan oleh Orang Tua, 1 %
menyatakan dianjurkan oleh teman, dan 1 % siswa tidak menjawab
pertanyaan ini. Ini berarti guru masih menjadi penentu utama dalam
penggunaan buku wajib yang digunakan di sekolah.
e.Cara Memperoleh Buku Non-BSE

13
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Kecendrungan menyatakan bahwa memperoleh buku swasta Non-


BSE itu mudah berdasarkan data 73 % kepala sekolah, 78 % guru dan 64
% dari siswa.
f. Harga Rerata Buku Non-BSE
Sebanyak 15 % siswa menyatakan buku Non-BSE berharga Rp
40.000,- s/d Rp. 50.000,-, 23 % siswa menyatakan berharga Rp 20.000,-
s/d Rp 30.000,-, 36 % siswa menyatakan berharga Rp 10.000,- s/d Rp
20.000,-, 17 % siswa menyatakan berharga Rp 30.000,’ s/d Rp 40.000,-,
dan 9 % siswa tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada
kecenderungan siswa menggunakan buku Non-BSE karena harga
reratanya terjangkau oleh mereka.
g.Kesesuaian dengan Kurikulum
Sebanyak 60 % kepala sekolah, 70 % guru dan 50 % siswa
menyatakan buku Non-BSE sesuai dengan kurikulum, 33 % kepala
sekolah, 18 % guru dan 34 % menyatakan semuanya sesuai, 7 % kepala
sekolah, 11 % guru dan 15 % siswa menyatakan sebagian sesuai, tidak
ada satu pun kepala sekolah dan siswa serta hanya 1 % guru yang
menyatakan tidak sesuai, tidak satu pun kepala sekolah, dan hanya 1 %
guru, 1 % siswa yang tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti bahwa
ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE karena materi yang
dibahas sesuai dengan kurikulum sekolah.

h. Pemahaman tentang Materi Buku

Sebanyak 87 % kepala sekolah, 91 % guru dan 91 % menyatakan


pemahaman materi pada buku Non-BSE mudah dipahami, dan 7 %
kepala sekolah, 5 % guru dan 5 % siswa menyatakan sangat mudah. Ini
berarti ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE karena materinya
mudah dipahami.
i. Kelengkapan Buku Non-BSE tentang Materi Soal
Sebanyak 61 % kepala sekolah, 50 % guru dan 69 % siswa
menyatakan buku Non-BSE semuanya dilengkapi materi soal-soal, 33 %

14
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kepala sekolah, 42 % guru dan 23 % siswa menyatakan sebagian besar


dilengkapi dengan materi soal-soal. Ini berarti ada kecenderungan
penggunaan buku Non-BSE karena dilengkapi dengan materi soal-soal.

4.2 Provinsi Sumatera Barat

a. Penerbit yang Digunakan

Sebanyak 59 % Kepala sekolah, 51 % guru dan 43 % siswa


menyatakan menggunakan buku terbitan swasta. Sedangkan 33 % kepala
sekolah, 42 % guru dan 52 % menyatakan menggunakan buku terbitan
pemerintah. Sementara itu, 8 % kepala sekolah, 7 % guru dan 5 % siswa
tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti buku terbitan swasta masih
mendominasi digunakan oleh sekolah, walaupun ada kecenderungan
siswa menggunakan buku terbitan pemerintah.
b. Lama Bekerjasama dengan Penerbit
Sebanyak 33 % kepala sekolah dan 29 % guru menyatakan sudah
bekerjasama lebih dari 5 tahun. Akan tetapi, 16 % kepala sekolah dan 30
% guru menyatakan bekerjasama 4 -5 tahun. Sebaliknya, 20 % kepala
sekolah dan 17 % guru menyatakan bekerjasama 2-3 tahun. Sebaliknya,
16 % kepala sekolah dan 13 % guru menyatakan bekerjasama 1-2 tahun,
15 % kepala sekolah dan 11 % guru tidak menjawab pertanyaan ini.. Ini
berarti kepala sekolah dan guru memiliki kecenderungan yang besar untuk
bekerjasama dengan penerbit swasta dalam waktu yang lama.

c. Kebijakan Penggunaan Buku


Sebanyak 39 % kepala sekolah dan 51 % guru menyatakan
penentuan kebijakan penggunaan buku Non-BSE berdasarkan
persetujuan guru mata pelajaran. Sementara itu, 35 % kepala sekolah dan
16 % guru menyatakan berdasarkan rapat guru. Sebaliknya, 10 % kepala
sekolah dan 16 % guru menyatakan berdasarkan kebijakan sekolah.

15
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Hanya 3 % kepala sekolah dan 11 % guru menyatakan berdasarkan rapat


komite sekolah, 13 % kepala sekolah dan 6 % guru tidak menjawab
pertanyaan ini. Ini berarti guru memiliki kecenderungan yang besar untuk
menentukan penggunaan buku Non-BSE dalam kegiatan belajar
mengajar.
d. Alasan Menganjurkan Buku Penerbit Swasta Non-BSE
Sebanyak 23 % kepala sekolah dan 34 % guru menganjurkan buku
penerbit swasta Non-BSE digunakan sebagai buku wajib, 57 % kepala
sekolah dan 48 % sebagai buku pendamping, 7 % kepala sekolah dan 9
% guru sebagai tugas LKS, tidak satu pun kepala sekolah dan hanya 3 %
guru yang menganjurkan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas dari
guru, 13 % kepala sekolah dan 6 % guru tidak menjawab pertanyaan ini.
Ini berarti kepala sekolah dan guru memiliki kecenderungan yang besar
untuk menganjurkan siswa menggunakan buku Non-BSE sebagai buku
pendamping di sekolah.
Sebanyak 53% siswa menyatakan menggunakan buku penerbit
swasta Non-BSE pada sebagian mata pelajaran, 34% siswa menyatakan
digunakan pada semua mata pelajaran, 4% siswa menyatakan digunakan
sebagai LKS saja, 2% siswa menyatakan digunakan sebagai latihan soal-
soal saja dan 7% siswa tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada
sebagian besar siswa menggunakan buku penerbit swasta Non-BSE
hanya pada sebagian mata pelajaran saja.
Sebanyak 77 % siswa menyatakan menggunakan buku Non-BSE
terbitan swasta dianjurkan oleh guru, 12 % menyatakan dianjurkan oleh
Kepala Sekolah, 4 % menyatakan dianjurkan oleh Orang Tua, 3 %
menyatakan dianjurkan oleh teman, dan 4 % siswa tidak menjawab
pertannyaan ini. Ini berarti guru masih menjadi penentu utama dalam
penggunaan buku yang digunakan di sekolah.
e.Harga Rerata Buku Non-BSE
Sebanyak 25 % siswa menyatakan buku Non-BSE berharga Rp
40.000,- s/d Rp. 50.000,-, 22 % siswa menyatakan berharga Rp 20.000,-

16
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

s/d Rp 30.000,-, 16 % siswa menyatakan berharga Rp 10.000,- s/d Rp


20.000,-, 15 % siswa menyatakan berharga Rp 30.000,’ s/d Rp 40.000,-.,
dan 22 % tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada kecenderungan
siswa menggunakan buku Non-BSE karena harga reratanya terjangkau
oleh mereka.
f.Cara Memperoleh Buku
Sebanyak 72 % guru dan 71 % siswa menyatakan mudah
memperoleh buku Non-BSE, 13 % guru dan 9 % siswa menyatakan
sangat mudah, 8 % guru dan 19 % siswa menyatakan sulit, 3 % guru dan
tak satu pun siswa menyatakan sangat sulit, 4 % guru dan 1 % siswa tidak
menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada kecenderungan penggunaan
buku Non-BSE oleh guru dan siswa karena mudah didapatkan dipasaran.
g.Kesesuaian dengan Kurikulum
Sebanyak 46 % kepala sekolah, 52 % guru dan 54 % siswa
menyatakan buku Non-BSE sesuai dengan kurikulum, 21 % kepala
sekolah, 21 % guru dan 14 % menyatakan semuanya sesuai, 17 % kepala
sekolah, 19 % guru dan 25 % menyatakan sebagian sesuai, 3 % kepala
sekolah, 3 % guru dan hanya 2 % siswa yang menyatakan tidak sesuai,
13 % kepala sekolah, 5 % guru dan 5 % siswa tidak menjawab pertanyaan
ini. Ini berarti bahwa ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE
karena materi yang dibahas sesuai dengan kurikulum sekolah.

h. Pemahaman tentang Materi Buku

Sebanyak 79 % kepala sekolah, 87 % guru dan 80 % menyatakan


pemahaman materi pada buku Non-BSE mudah dipahami, 3 % kepala
sekolah, 4 % guru dan 2 % siswa menyatakan sangat mudah, 3% kepala
sekolah, 3 % guru dan 14 % siswa menyatakan sulit, 2 % kepala sekolah,
1 % guru dan tidak satu pun siswa yang menyatakan sangat sulit, 13 %
kepala sekolah, 5 % guru dan 4 % siswa tidak menjawab pertanyaan ini.
Ini berarti ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE karena
materinya mudah dipahami.

17
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

i. Kelengkapan Buku Non-BSE dengan Materi Soal


Sebanyak 29 % kepala sekolah, 49 % guru dan 36 % siswa
menyatakan buku Non-BSE semuanya dilengkapi materi soal-soal, 56 %
kepala sekolah, 41 % guru dan 56 % siswa menyatakan sebagian besar
dilengkapi dengan materi soal-soal, tidak satu pun kepala sekolah, 3 %
guru dan 3 % siswa menyatakan sebagian kecil dilengkapi dengan materi
soal, tidak ada satu pun kepala sekolah, siswa dan hanya 2 % guru siswa
yang menyatakan tidak dilengkapi, 13 % kepala sekolah, 5 % guru dan 5
% siswa tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada kecenderungan
penggunaan buku Non-BSE karena sebagian besar dilengkapi dengan
materi soal-soal.

4.3 Provinsi Nusa Tenggara Timur

a. Penerbit yang Digunakan

Sebanyak 34 % Kepala sekolah, 48 % guru dan 55 % siswa


menyatakan menggunakan buku terbitan swasta. Sedangkan 52 % kepala
sekolah, 42 % guru dan 34 % menyatakan menggunakan buku terbitan
pemerintah. Sementara itu, 14 % kepala sekolah, 10 % guru dan 11 %
siswa tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada kecenderungan
kepala sekolah menggunakan buku terbitan pemerintah, sedangkan guru
dan siswa lebih banyak menggunakan buku terbitan swasta.
b. Lama Bekerjasama dengan Penerbit
Sebanyak 17 % kepala sekolah dan 29 % guru menyatakan sudah
bekerjasama lebih dari 5 tahun, 28 % kepala sekolah dan 29 % guru
menyatakan bekerjasama 4 -5 tahun, 17 % kepala sekolah dan 13 % guru
menyatakan bekerjasama 2-3 tahun, 31 % kepala sekolah dan 23 % guru
menyatakan bekerjasama 1-2 tahun, 7 % kepala sekolah dan 6 % guru
tidak menjawab pertanyaan ini.. Ini berarti kepala sekolah dan guru

18
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

memiliki kecenderungan yang besar untuk bekerjasama dengan penerbit


swasta dalam waktu yang lama.
c. Kebijakan Penggunaan Buku
Sebanyak 31 % kepala sekolah dan 51 % guru menyatakan
penentuan kebijakan penggunaan buku Non-BSE berdasarkan
persetujuan guru mata pelajaran, 48 % kepala sekolah dan 48 % guru
menyatakan berdasarkan rapat guru, tidak satu pun kepala sekolah dan
hanya 6 % guru menyatakan berdasarkan kebijakan sekolah, 17 % kepala
sekolah dan 9 % guru menyatakan berdasarkan rapat komite sekolah, 4
% kepala sekolah dan 4 % guru tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti
guru memiliki kecenderungan yang besar untuk menentukan penggunaan
buku Non-BSE dalam kegiatan belajar mengajar.

d. Alasan Menganjurkan Buku Penerbit Swasta Non-BSE


Sebanyak 41 % kepala sekolah dan 46 % guru menganjurkan buku
penerbit swasta Non-BSE digunakan sebagai buku wajib, 55 % kepala
sekolah dan 48 % sebagai buku pendamping, 4 % kepala sekolah dan 2
% guru sebagai tugas LKS, tidak satu pun kepala sekolah dan guru yang
menganjurkan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas dari guru, tidak
satu pun kepala sekolah dan hanya 6 % guru tidak menjawab pertanyaan
ini. Ini berarti kepala sekolah dan guru memiliki kecenderungan yang
besar untuk menganjurkan siswa menggunakan buku Non-BSE sebagai
buku pendamping di sekolah.
Sebanyak 43% siswa menyatakan menggunakan buku penerbit
swasta Non-BSE pada sebagian mata pelajaran, 47% siswa menyatakan
digunakan pada semua mata pelajaran, 8% siswa menyatakan digunakan
sebagai LKS saja, tidak satu pun siswa menyatakan digunakan sebagai
latihan soal-soal saja dan 2 % siswa tidak menjawab pertanyaan ini. Ini
berarti ada kecenderungan siswa menggunakan buku penerbit swasta
Non-BSE hanya pada semua mata pelajaran.

19
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sebanyak 79 % siswa menyatakan menggunakan buku Non-BSE


terbitan swasta dianjurkan oleh guru, 21 % menyatakan dianjurkan oleh
Kepala Sekolah, tidak satu pun sisaw yang menyatakan dianjurkan oleh
Orang Tua dan teman, dan tidak satu pun siswa yang tidak menjawab
pertanyaan ini. Ini berarti guru masih menjadi penentu utama dalam
penggunaan buku yang digunakan di sekolah.
e.Harga Rerata Buku Non-BSE
Sebanyak 24 % siswa menyatakan buku Non-BSE berharga Rp
40.000,- s/d Rp. 50.000,-, 21 % siswa menyatakan berharga Rp 20.000,-
s/d Rp 30.000,-, 30 % siswa menyatakan berharga Rp 10.000,- s/d Rp
20.000,-, 17 % siswa menyatakan berharga Rp 30.000,’ s/d Rp 40.000,-.,
dan 8 % tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada kecenderungan
siswa menggunakan buku Non-BSE karena harga reratanya terjangkau
oleh mereka.
f.Cara Memperoleh Buku
Sebanyak 79 % kepala sekolah, 79 % guru dan 70 % siswa
menyatakan mudah memperoleh buku Non-BSE, 4 % kepala sekolah, 13
% guru dan 17 % siswa menyatakan sangat mudah, 17 Kepala sekolah, 8
% guru dan 11 % siswa menyatakan sulit, tidak satu pun kepala sekolah,
guru dan siswa menyatakan sangat sulit, tidak satu pun kepala sekolah, 4
% guru dan hanya 2 % siswa tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti
ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE oleh guru dan siswa
karena mudah didapatkan dipasaran.
Sebanyak 34 % siswa menyatakan dipinjami di sekolah, 32 %
membeli dari toko buku, 32 % membeli secara kolektif dari sekolah, tidak
satu pun yang menyatakan pinjam dari teman, dan hanya 2 % siswa yang
tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada kecenderungan bahwa
siswa memiliki kemampuan untuk membeli buku terbitan Non-BSE baik
secara mandiri maupun kolektif.
g. Kesesuaian dengan Kurikulum

20
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sebanyak 59 % kepala sekolah, 36 % guru dan 49 % siswa


menyatakan buku Non-BSE sesuai dengan kurikulum, 27 % kepala
sekolah, 52 % guru dan 41 % menyatakan semuanya sesuai, 14 % kepala
sekolah, tidak satu pun guru dan hanya 8 % siswa yang menyatakan
sebagian sesuai, tidak satu pun kepala sekolah, 8 % guru dan hanya 2 %
siswa yang menyatakan tidak sesuai, tidak satu pun kepala sekolah, siswa
dan hanya 4 % yang tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti bahwa
ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE karena materi yang
dibahas sesuai dengan kurikulum sekolah.

h. Pemahaman tentang Materi Buku

Sebanyak 92 % guru dan 87 % siswa menyatakan pemahaman


materi pada buku Non-BSE mudah dipahami, 2 % guru dan 5 % siswa
menyatakan sangat mudah, 3 % guru dan 6 % siswa menyatakan sulit,
tidak satu pun guru dan hanya 2 % siswa yang menyatakan sangat sulit,
4 % guru dan tidak satu siswa pun yang tidak menjawab pertanyaan ini.
Ini berarti ada kecenderungan penggunaan buku Non-BSE karena
materinya mudah dipahami.
i. Kelengkapan Buku Non-BSE dengan Materi Soal
Sebanyak 34 % kepala sekolah, 40 % guru dan 66 % siswa
menyatakan buku Non-BSE semuanya dilengkapi materi soal-soal, 52 %
kepala sekolah, 46 % guru dan 32 % siswa menyatakan sebagian besar
dilengkapi dengan materi soal-soal, 14 % kepala sekolah, 10 % guru dan
2 % siswa menyatakan sebagian kecil dilengkapi dengan materi soal, tidak
ada satu kepala sekolah dan siswa pun serta hanya 2 % guru yang
menyatakan tidak dilengkapi, tidak satu kepala sekolah dan siswa pun ,
serta hanya 4 % guru yang tidak menjawab pertanyaan ini. Ini berarti ada
kecenderungan penggunaan buku Non-BSE karena sebagian besar
dilengkapi dengan materi soal-soal.

4.4 Analisis Penerbit Buku Pelajaran yang Cenderung dipakai

21
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pada Tingkat Nasional


1. Penerbit buku matematika yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 57.05%, Yudistira menduduki
peringkat dua dengan jumlah 22.82%, yang ketiga adalah buku BSE
yang diterbitkan pemerintah yaitu 11,41 %.
2. Penerbit buku Bahasa Indonesia yang cendrung dipakai pada tingkat
nasional adalah Erlangga yang memperoleh 39%, buku BSE terbitan
pemerintah menduduki peringkat dua dengan jumlah 27%, yang ketiga
adalah Yudistira yang berjumlah 23 %.
3. Penerbit buku Kimia yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 65%, buku Penerbit Yudistira 23%,
menduduki peringkat Grafindo dengan jumlah 6%,sedangkan buku
terbitan pemerintah tidak ditemukan.
4. Penerbit buku Fisika yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 61%, buku Penerbit Yudistira 29%,
menduduki peringkat ketiga adalah Grafindo dengan jumlah
10%,sedangkan buku terbitan pemerintah tidak ditemukan.
5. Penerbit buku Bahasa Inggris yang cendrung dipakai pada tingkat
nasional adalah Erlangga yang memperoleh 40%, buku Penerbit
Yudistira 28%, menduduki peringkat ketiga adalah penerbit pemerintah
dengan jumlah 21%.
6. Penerbit buku Geografi yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 63 %, buku Penerbit Yudistira 32%,
menduduki peringkat ketiga adalah penerbit grafindo dengan jumlah
5%.
7. Penerbit buku PKN yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 47%, buku terbitan pemerintah
28%, menduduki peringkat ketiga adalah penerbit Yudistira dengan
jumlah 18%.
8. Penerbit buku Ekonomi yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 71%, dari penerbit Yudistira 17%,

22
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

menduduki peringkat ketiga adalah penerbit Grafindo dengan jumlah


12%.
9. Penerbit buku Agama yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 60%, dari penerbit Yudistira 32%,
menduduki peringkat ketiga adalah penerbit Ganesa dengan jumlah
4%.
10. Penerbit buku Biologi yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Erlangga yang memperoleh 69%, dari penerbit Yudistira 19%,
menduduki peringkat ketiga adalah penerbit Esis dan Tiga Serangkai
6%.
11. Penerbit buku Sejarah yang cendrung dipakai pada tingkat nasional
adalah Yudistira yang memperoleh 52%, dari penerbit Erlangga 44%,
menduduki peringkat ketiga adalah penerbit Grafindo 4%.
12. Penerbit buku sosiologi yang cendrung dipakai pada tingkat
nasional adalah Erlangga yang memperoleh 55%, dari penerbit
Grafindo 29%, menduduki peringkat ketiga adalah penerbit Yudistira
16%.
13. Penerbit buku IPA yang cendrung dan dipakai pada tingkat
nasional adalah Erlangga yang memperoleh 54%, dari penerbit
Yudistira dan pemerintah 18% , dan Grafindo 29%, menduduki
peringkat ketiga adalah penerbit Yudistira 16%. Ganesa dan Tiga
Serangkai sama-sama memperoleh 4 %, dan Grafindo 2 %.
14. Penerbit buku IPS yang cendrung dan dipakai pada tingkat
nasional adalah Erlangga yang memperoleh 49%, dari penerbit
pemerintah 24% , dan Yudistira 18%, menduduki peringkat
keempat adalah penerbit Tiga Serangkai 5%, dan Ganesa 4 %.

5. Kesimpulan
5.1 Provinsi DKI

23
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

a. Penerbit yang digunakan di sekolah, sebanyak 50 % kepala sekolah,


56 % guru dan 50 % siswa menyatakan menggunakan buku terbitan
swasta. Dari hasil ini menggambarkan bahwa buku terbitas swasta masih
mendominasi dipergunakan di sekolah sebagai buku pelajaran.

b. Lama bekerjasama dengan penerbit menyatakan bahwa kepala


sekolah dan guru sama –sama menjaga hubungan baik, sehingga
kerjasama yang dijalin bisa bertahan lama. Dengan data sebagai berikut:
Kepala sekolah yang menyatakan sudah bekerjasama dengan penerbit
selama lebih dari 5 tahun adalah 34 %, demikian juga guru yang
menyatakan sudah bekerjasama dengan penerbit selama lebih 5 tahun
adalah 33 %.
c. Kebijakan penggunaan buku Non-BSE didasarkan pada rapat guru
sebanyak 44 % menurut kepala sekolah, demikian pula guru yang
menyatakan kebijakan penggunaan buku Non-BSE berdasarkan rapat
guru sebanyak 38 %. Dari hasil ini menggambarkan bahwa kepala sekolah
memberikan kewenangan sepenuhnya kepada dewan guru untuk
menentukan buku yang dipergunakan di sekolah.
d. Alasan Menganjurkan buku penerbit swasta Non-BSE sebanyak 53 %
kepala sekolah dan 41 % guru menganjurkan buku penerbit swasta Non-
BSE digunakan sebagai buku wajib. Dari hasil ini menggambarkan bahwa
kerjasama yang telah dilakukan dengan pihak penerbit swasta
dimanfaatkan semaksimal mungkin baik oleh kepala sekolah, guru dan
siswa. Kepala sekolah dan guru memiliki peranan besar dalam
menentukan wajib di sekolah.Hal ini pun dapat dibuktikan dari jawaban
siswa, bahwa hampir 73 % penggunaan buku Non-BSE terbitan swasta
adalah anjuran dari guru, dan 23 % dari kepala sekolah.
e.Cara memperoleh buku Non-BSE sangat mudah. Sebanyak 73 %
kepala sekolah, 78 % guru dan 64 % menyatakan hal itu.
f. Harga rerata buku Non-BSE diharapkan siswa adalah berkisar antara
Rp 10.000,- s/d Rp 20.000,- 36 % siswa menyatakan hal itu. Hanya 15 %

24
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

siswa yang menyatakan rerata buku Non-BSE berkisar antara Rp 40.000,-


s/d Rp 50.000,-. Namun secara keseluruhan rerata harga tersebut masih
dapat terjangkau oleh mereka.
g.Kesesuaian dengan kurikulum merupakan alasan utama untuk
menggunakan buku tersebut dalam kegiatan belajara mengajar. Sebanyak
60 % kepala sekolah, 70 % guru dan 50 % siswa menyatakan buku Non-
BSE sesuai dengan kurikulum.

h. Pemahaman tentang materi buku sebanyak 87 % kepala sekolah, 91 %


guru dan 91 % menyatakan mudah dipahami.

i.Kelengkapan buku Non-BSE dengan materi soal merupakan alasan


utama untuk menggunakan buku tersebut. Sebanyak 61 % kepala
sekolah, 50 % guru dan 69 % siswa menyatakan buku Non-BSE
semuanya dilengkapi materi soal-soal. Dari hasil ini menggambarkan
bahwa baik kepala sekolah, guru maupun siswa menginginkan buku yang
lengkap, sehingga mempermudah guru dan siswa untuk mempelajarinya
dan memanfaatkannya secara maksimal.

5.2 Provinsi Sumatera Barat

a. Penerbit yang digunakan oleh pihak, sebanyak 59 % kepala sekolah, 51


% guru dan 43 % siswa semua menyatakan menggunakan buku penerbit
swasta. Dari hasil ini menggambarkan bahwa buku terbitan swasta masih
mendominasi dipergunakan di sekolah sebagai buku pelajaran, walaupun
ada 52 % siswa yang menyatakan menggunakan buku terbitan
pemerintah.

b. Lama bekerjasama dengan penerbit, kepala sekolah yang menyatakan


sudah bekerjasama dengan penerbit selama lebih dari 5 tahun adalah 33
%, demikian juga guru yang menyatakan sudah bekerjasama dengan
penerbit selama lebih 5 tahun adalah 29 %. Dari hasil ini menggambarkan
bahwa baik penerbit maupun pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah

25
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dan guru sama –sama menjaga hubungan baik, sehingga kerjasama yang
dijalin bisa bertahan lama.
c. Kebijakan penggunaan buku, Kepala sekolah menyatakan berdasarkan
guru mata pelajaran sebanyak 39 %, demikian pula guru yang
menyatakan kebijakan penggunaan buku Non-BSE berdasarkan guru
mata pelajaran sebanyak 51 %. Dari hasil ini menggambarkan bahwa
kepala sekolah memberikan kewenangan sepenuhnya kepada guru mata
pelajaran untuk menentukan buku yang dipergunakan di sekolah.
d.. Alasan menganjurkan buku penerbit swasta Non-BSE menyatakan
sebanyak 23 % kepala sekolah dan 34 % guru menganjurkan buku
penerbit swasta Non-BSE digunakan sebagai buku wajib, sedangkan
yang menganjurkan digunakan sebagai buku pendamping prosentasenya
lebih besar yaitu kepala sekolah sebanyak 57 % dan guru sebanyak 48
%. Dari hasil ini menggambarkan bahwa buku Non-BSE hanya salah satu
buku penunjang dalam kegiatan belajar mengajar, sementara buku wajib
yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan bidang studi masing-
masing. Hal ini dibuktikan pula dengan jawaban siswa sebanyak 53%
menyatakan menggunakan buku penerbit swasta Non-BSE pada sebagian
mata pelajaran.
Guru masih menjadi penentu utama dalam penggunaan buku yang
digunakan di sekolah, hal ini dibuktikan dengan jawaban siswa sebanyak
77 % menyatakan menggunakan buku Non-BSE terbitan swasta
dianjurkan oleh guru mereka, sementara peran kepala sekolah dan orang
tua hanya 4 %.
e. Cara memperoleh buku Non-BSE, dinyatakan mudah di pasaran.
Sebanyak 72 % guru dan 71 % menyatakan hal itu.
f.Harga Rerata Buku Non-BSE yang paling banyak dijawab oleh siswa
adalah berkisar antara Rp 40.000,- s/d Rp 50.000,- 25 % siswa
menyatakan hal itu. Hanya 16 % siswa yang menyatakan rerata buku
Non-BSE berkisar antara Rp 10.000,- s/d Rp 20.000,-. Ini berarti rerata
harga tersebut dapat terjangkau oleh mereka.

26
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

g.Kesesuaian dengan kurikulum merupakan alasan utama untuk


menggunakan buku tersebut dalam kegiatan belajara mengajar. Sebanyak
46 % kepala sekolah, 52 % guru dan 54 % siswa menyatakan buku Non-
BSE sesuai dengan kurikulum. Dari hasil ini menggambarkan bahwa baik
kepala sekolah, guru maupun siswa sangat membutuhkan buku-buku
Non-BSE yang materinya sudah disesuaikan dengan kurikulum.

h. Pemahaman tentang materi buku sebanyak 79 % kepala sekolah, 87 %


guru dan 80 % menyatakan mudah dipahami. Dari hasil ini
menggambarkan bahwa baik kepala sekolah, guru maupun siswa
menginginkan buku yang mudah dipahami baik sistematika penyajian
maupun materi yang diuraikannya.

i. Kelengkapan Buku Non-BSE dengan materi soal merupakan alasan


utama untuk menggunakan buku tersebut. Sebanyak 29 % kepala
sekolah, 49 % guru dan 36 % siswa menyatakan buku Non-BSE
semuanya dilengkapi materi soal-soal. Namun, yang menyatakan
sebagian besar dilengkapi dengan materi soal justru lebih banyak, yaitu .
56 % kepala sekolah, 41 % guru dan 56 % siswa. Kecendrungan karena
ada soal-soal maka buku terbitan swasta digunakan.

5.3 Propinsi Nusa Tenggara Timur

a. Penerbit yang digunakan di sekolah, sebanyak 34 % kepala sekolah, 48


% guru dan 55 % siswa semua menyatakan menggunakan buku penerbit
swasta, sementara 52 % kepala sekolah, 42 % guru dan 34 %
menyatakan menggunakan buku terbitan pemerintah Dari hasil ini
menggambarkan bahwa buku terbitan swasta dan terbitan pemerintah
sama-sama dipergunakan di sekolah sebagai buku pelajaran.

b.. Lama bekerjasama dengan penerbit kepala sekolah yang menyatakan


sudah bekerjasama dengan penerbit selama 3-4 tahun adalah 28 %,
demikian juga guru yang menyatakan sudah bekerjasama dengan

27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

penerbit selama 3-4 tahun adalah 29 %. Dari hasil ini menggambarkan


bahwa baik penerbit maupun pihak sekolah sama –sama menjaga
hubungan baik, sehingga kerjasama yang dijalin bisa bertahan lama.
c. Kebijakan penggunaan buku, kepala sekolah yang menyatakan
berdasarkan rapat guru dan persetujuan guru 79%, dan guru yang
menyatakan demikian juga 99%. Dari hasil ini menggambarkan bahwa
kepala sekolah memberikan kewenangan sepenuhnya kepada dewan
guru dan guru mata pelajaran untuk menentukan buku yang dipergunakan
di sekolah.
d. Alasan menganjurkan buku penerbit swasta Non-BSE sebanyak 41 %
kepala sekolah dan 46 % guru menganjurkan buku penerbit swasta Non-
BSE digunakan sebagai buku wajib. Sebaliknya, yang menganjurkan
sebagai buku pendamping prosentasenya lebih besar yaitu kepala sekolah
sebanyak 55 % dan guru sebanyak 48 %. Dari hasil ini menggambarkan
bahwa buku Non-BSE hanya salah satu buku penunjang dalam kegiatan
belajar mengajar, sementara buku wajib yang dipergunakan disesuaikan
dengan kebutuhan bidang studi masing-masing.
e.Cara memperoleh buku Non-BSE mudah di pasaran. Sebanyak 79 %
kepala sekolah, 79 % guru dan 70 % menyatakan hal itu.
f.Harga Rerata Buku Non-BSE yang diharapkan siswa adalah berkisar
antara Rp 10.000,- s/d Rp 20.000,- 30 % siswa menyatakan hal itu. Hanya
24 % siswa yang menyatakan rerata buku Non-BSE berkisar antara Rp
40.000,- s/d Rp 50.000,-. Namun secara keseluruhan rerata harga
tersebut masih dapat terjangkau oleh mereka.
g.Kesesuaian dengan kurikulum merupakan alasan utama untuk
menggunakan buku tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Sebanyak
59 % kepala sekolah, 36 % guru dan 49 % siswa menyatakan buku Non-
BSE sesuai dengan kurikulum. Dari hasil ini menggambarkan bahwa baik
kepala sekolah, guru maupun siswa sangat membutuhkan buku-buku
Non-BSE yang materinya sudah disesuaikan dengan kurikulum.

28
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

h. Pemahaman tentang materi buku sebanyak 92 % guru dan 87 %


menyatakan pemahaman materi pada buku Non-BSE mudah dipahami.
Dari hasil ini menggambarkan bahwa baik kepala sekolah, guru maupun
siswa menginginkan buku yang mudah dipahami baik sistematika
penyajian maupun materi yang diuraikannya.

i.Kelengkapan buku Non-BSE dengan materi soal merupakan alasan


utama untuk menggunakan buku tersebut. Sebanyak 86% kepala
sekolah, 86 % guru dan 98% siswa menyatakan buku Non-BSE
dilengkapi materi soal-soal. Dari hasil ini menggambarkan bahwa baik
kepala sekolah, guru maupun siswa buku Non-BSE terbitan swasta yang
ada belum semua dilengkapi dengan materi soal.

5.4 Penerbit Buku Pelajaran yang Cenderung dipakai pada Tingkat


Nasional
Secara keseluruhan, di tiga propinsi yang diteliti yaitu DKI Jakarta,
Sumatera Barat dan Nusa Tenggara Timur, Penerbit Erlangga menempati
urutan pertama yang digunakan sebagai buku wajib di sekolah-sekolah.
Persentase jawaban yang dipilih oleh responden selalu di atas 50 % baik
oleh kepala sekolah, guru dan siswa untuk semua bidang studi yang
meliputi bidang bahasa, IPA, IPS, Matetika, PPKN dan Agama. Sementara
di tempat kedua secara diduduki secara bergantian baik oleh Penerbit
Yudistira dalam beberapa bidang studi, dan penerbit pemerintah dalam
beberapa bidang studi. Sementara diurutan terakhir Penerbit Grafindo dan
Penerbit Ganesha dengan persentase antara 10 % sampai dengan 20 %.

29
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR PUSTAKA

Byrd, P. (1995) Material Writer’s Guide. Boston, Heinle & Heinle


Publishers.
Cunningsworth, A (1995) Choosing your Coursebook. Oxford, Heinemann.

Depdiknas (2005a) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Buku Teks. Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Depdiknas (2005b) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 Rencana Strategis Departemen
Pendidikan nasional Tahun 2005-2009. Jakarta, Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Depdiknas (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS),
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Depdiknas (2008a) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Buku. Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Depdiknas (2008b) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuaruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK). Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia.
Dick, Walter, Lou Carey, dan James O. Carey (2005) The Systematic
Design of Instruction. Boston, Pearson.
Gay, L. R., Geoffrey E. Mills, dan Peter Airasian (2009) Educational
Research: Competencies for Analysis and Application. Upper
Saddle River, Pearson.
GeoHive (n.d.) GeoHive: Global Statistics. [Internet], GlobalHive Home.
Tersedia di: <http://www.geohive.com/> [Diakses 6 November
2009].
Jardiknas (2009) Data Pokok Pendidikan (DAPODIK). [Internet],
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Tersedia di:
<http://npsn.jardiknas.org/cont/data_statistik/index.php> [Diakses
16 November 2009].

30
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Krippendorf, K. (2004) Content Analysis: An Introduction to Its


Methodology. Edisi ke-2. Thousand Oaks, CA: Sage. 2004.
Neuendorf, K. A. 2002. The Content Analysis Guidebook. California, Sage
Publication.
McDonough, J and Shaw, C. (2003) Materials and Methods in ELT: A
Teacher’s Guide. Malden, Blackwell Publishing.
McGrath, Ian (2003) Materials Evaluation and Design for Language
Teaching. Edinburgh, Edinburgh University Press.
MPR-RI (2002) Perubahan ke IV Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jakarta, Sekretariat Negara Republik
Indonesia.
Presiden-RI (1989) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, Sekretariat
Negara Republik Indonesia.
Presiden-RI (2001) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2001 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta, Sekretariat Negara
Republik Indonesia.
Presiden-RI (2003) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, Sekretariat
Negara Republik Indonesia.
Presiden-RI (2004) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Jakarta, Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Presiden-RI (2005) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta,
Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Presiden-RI (2008) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar. Jakarta, Sekretariat Negara
Republik Indonesia.
Richards, K. (2003) Qualitative Inquiry in TESOL. New York, Palgrave
Macmillan.
Richards, Jack C. (2001) Curriculum Development in Language Teaching.
Cambridge, Cambridge University Press.
Richey, R.C. and Klein, J.D. (2007) Design and Development Research:
Methods, Strategies, and Issues. New Jersey, Lawrence Erlbaum
Associates, Inc..
Rubdy, R. (2003) Selection of Materials. Di dalam: Tomlinson, B. ed.
Developing Materials for Language Teaching. London, Continuum.

31
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Supriadi, Dedi (2000) Anatomi Buku Sekolah di Indonesia: Problematik


Penilaian, Penyebaran dan Penggunaan Buku Pelajaran, Buku
Bacaan, dan Buku Sumber. Yogyakarta, Adicita Karya Nusa.
Tomlinson, Brian (1998) Materials Development in Language Teaching.
Cambridge, Cambridge University Press.
Tomlinson, B. (2003) Developing Materials for Language Teaching.
London, Continuum.
Tomlinson, B. (2003b) Materials Evaluation. Di dalam: Tomlinson, B. ed.
Developing Materials for Language Teaching. London, Continuum.
Tomlinson, Brian (2003c) Materials Development. Di Dalam R. Carter dan
D. Nunan (Ed.). The Cambridge Guide to Teaching English to
Speakers of Other Languages. Cambridge: Cambridge University
Press, pp. 66-71.
Tomlinson, B. (Ed.) (2008) English Language Learning Materials: A Critical
Review. London, Continuum International Publishing Group.

32

Anda mungkin juga menyukai