Anda di halaman 1dari 6

FENOMENA, RENCANA METODOLOGI DAN PENARIKAN JUDUL SKRIPSI.

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA DENGAN COMORBID PADA


MASA PANDEMI COVID-19 DI RS HARAPAN KITA JAKARTA BARAT.

Permintaan : manajemen keperawatan

Nama : Matriapsi Yoel Talan


Nim : 20180303036

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Nama Dosen Pemimbing : Yuliati, S.Kp., M.M., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA BARAT
2021
A. FENOMENA
Kecemasan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 dirasakan oleh para orang tua yang
telah berusia lanjut (lansia), terutama lansia yang memiliki penyakit penyerta seperti:
Hipertensi, Jantung dan Diabetes Melitus. Kondisi pandemi COVID-19 tentu akan
menambah tingkat kecemasan yang dialami lansia dengan penyakit penyerta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia dengan penyakit
penyerta (komorbid) disituasi pandemi yang berada di Indonesia saat ini.
Masyarakat dunia saat ini sedang dilanda oleh krisis kesehatan yang diakibatkan oleh virus
corona. Virus ini menyebar dengan cepat dan belum dapat dikendalikan. Hal ini menciptakan
kecemasan di banyak kalangan (Serafini etal.2020). Beberapa di antaranya bahkan berpikir
untuk bunuh diri (Czeisler etal.2020). Salah satu penyebab kecemasan adalah praktek
lockdown yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus corona. Praktek ini
menyebabkan gangguan pada kesehatan psykologis, ekonomi, dan sosial (Bhat et al., 2020).
Kecemasan yang diakibatkan oleh pandemi juga dirasakan oleh para orang tua yang telah
berusia lanjut (lansia). Para lansia adalah salah satu kelompok yang paling beresiko tinggi
untuk terkena dampak COVID-19.
Tingkat kematian pasien COVID-19 yang berusia 60 tahun ke atas adalah 15.93% (Rizal,
2020).Hal ini disebabkan oleh karena penurunan daya tahan tubuh seiring dengan
bertambahnya usia. Kecemasan dan depresi merupakan masalah pada penderita dengan
Diabetes Melitus karena berhubungan dengan berkurangnya control kadar glukosa darah
(Wiyadi et al.2013), demikian juga penderita hipertensi yang sedang mengalami kecemasan,
maka yang terjadi dalam tubuhnya adalah pelepasan bahan kimia seperti adrenalin ke dalam
darah sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan antara lain, denyut jantung
semakin meningkat, nafas menjadi berat, berkeringat dan meningkatkan aliran darah.
Meningkatnya aliran darah tersebut bagi seorang penderita ipertensi adalah suatu kondisi
yang berbahaya dibandingkan individu yang bertekanan darah normal. Apabila kondisi
seperti ini terjadi secara terus menerus, maka menurut Sarafino, lama kelamaan akan
menimbulkan gangguan terhadap fungsi organ dan dengan adanya kerusakan organ tersebut,
maka akan datang penyakit lain seperti jantung dan stroke (Zahara,2017). Kecemasan
merupakan parameter yang penting untuk dinilai serta ditangani pada pasien penyakit
jantung, karena kecemasan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti nyeri dada yang
mengganggu pasien. Kecemasan dapat menyebabkan respon sistem kardiovaskuler. antara
lain: jantung berdebar, penurunan tekanan darah, palpitasi, penurunan denyut nadi, dan rasa
ingin pingsan. Selain itu gejala psikologis juga dapat memperburuk kondisi jantung (Hastuti
& Mulyani, 2019). Pasien positif terinfeksi virus corona juga dapat memiliki gejala yang
parah dan memberatkan jika pasien tersebut mengidap penyakit komorbid (Septiani, 2020).
Penyakit penyerta (komorbid) seperti jantung, hipertensi, dan diabetes melitus dapat
meningkatkan resiko kematian pasien COVID-19. Hal ini tentu menghadirkan kekuatiran dan
kecemasan pada lansia penderita penyakit penyerta (komorbid). Ansietas (kecemasan) adalah
perasaan khawatir, keadaan emosional yang tidak menyenangkan, dan perasaan was-was.
Ansietas dan perasaan takut adalah dua hal perasaan yang berbeda. Takut adalah respon dari
suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas atau bukan bersifat konflik.
Rasa takut dianggap oleh beberapa peneliti sebagai salah satu emosi dasar manusia,
sedangkan ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Menurut Harlock
kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang
kurang menyenangkan. Kecemasan sering timbul pada individu saat sedang berhadapan
dengan situasi yang tidak menyenangkan (Suryaatmaja & Wulandari, 2020). Tingkat
kematian yang disebabkan oleh COVID-19 meningkat pada usia 60 tahun ke atas termasuk
yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Berdasarkan uraian di atas, pandemi yang
terjadi saat ini menyebabkan kecemasan bagi lansia yang memiliki penyakit penyerta
(komorbid). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tingkat kecemasan yang dialami oleh
lansia dengan komorbid (penyerta) pada situasi pandemi COVID-19.

B. PEKEMBANGAN COMORBID SECARA GLOBAL


Awal hadirnya COVID-19 ini menarik perhatian global, pada 30 Januari 2020 WHO telah
menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian
internasional (Dong et al., 2020).Bertambahnya jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19
berlangsung sangat cepat dan sudah menyebar antar negara. Sampai dengan tanggal 11 Maret
2021, dikabarkan bahwa total kasus COVID-19 di Dunia terkonfirmasi sebanyak
118.608.878 (100 juta) dengan 2.630.925 kematian (Corona.ntbprov.go.id).Sudah hampir
satu tahun COVID-19 melanda Indonesia dan kasus terkonfirmasi positif masih terus
bertambah. Dari data pemerintah Rabu 10 Maret 2021, terdapat penambahan 689 kasus
terkonfirmasi dalam 24 jam terakhir, sehingga pasien COVID-19 di Indonesia kini mencapai
1.392.945 jiwa. Dari hasil data yang sama menunjukkan penambahan pasien sembuh
sebanyak 7.496 jiwa. Pasien dinyatakan sembuh apabila dalam pemeriksaan laboratorium
Polymerase Chain Reaction (PCR) mendapatkan hasil yang negatif. Dengan demikian, total
pasien sembuh dari COVID-19 kini berjumlah 1.392.945 orang dan angka kasus kematian
akibat COVID-19 kini mencapai 37.757 orang (Covid19.go.id). Data COVID-19 di NTB
update terakhir 10 Maret 2021 mencapai 9.801 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 890
orang yang dirawat, 8.502 dinyatakan sembuh dan 409 orang lainnya dinyatakan meninggal
dunia (Corona.ntbprov.go.id).Penyakit komorbid merupakan suatu penyakit yang muncul
secara bersamaan saat seseorang dalam keadaan sakit. Dibandingkan dengan pasien COVID-
19 tanpa komorbid, pasien COVID-19 dengan komorbid jauh memiliki tingkat kematian yang
lebih tinggi. Hal ini yang menyebabkan pasien COVID-19 dengan komorbid harus
mendapatkan perawatan yang lebih khusus.
C. PERKEMBANGAN COMORBID DI INDONESIA
a) Perkembangan Umum Khusus Di Jakarta Barat
Berdasarkan peta sebaran kasus Covid-19 di Indonesia dilansir dari portal
https://covid19.go.id bahwa pada data nasional terdapat 9,9% pasien meninggal memiliki
penyakit penyerta (komorbid) Diabetes Melitus dan 9,5% lainnya adalah Hipertensi. Sebagai
wujud kepedulian terhadap kondisi tersebut, BPJS Kesehatan di indonesia mengadakan
kegiatan Mentoring Spesialis bersama dengan sejumlah tenaga kesehatan di wilayah seluruh
indonesia sesuai dengan tema kegiatan yang di brikan oleh kemenkes “Tatalaksana Pasien
Diabetes Melitus (DM) dan Hipertensi (HT) pada Pasien Covid-19 di FKTP”.
b) Perkembangan Untuk Kota Jakarta (Khusus Jakarta Barat)
"Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) juga masuk ke dalam gerbang pelayanan bagi
pasien Covid-19 dan banyak di antaranya memiliki komorbid. Ini memunculkan banyak
keprihatinan utamanya secara data nasional pasien Covid-19 dengan komorbid cukup banyak
di Indonesia. Untuk itu BPJS Kesehatan pada kegiatan Mentoring Spesialis kali ini
membahas tema tersebut agar para pelayan kesehatan di FKTP bisa mengetahui apa saja yang
perlu dilakukan dalam upaya pencegahan termasuk perawatan pasien-pasien dengan kondisi
tersebut," ungkap Kepala Bidang Penjaminan Manfaat Primer BPJS Kesehatan Cabang
Jakarta Barat, Purwati

Selama kegiatan, para dokter serta profesional bidang kesehatan lainnya memiliki antusias
yang baik. Kegiatan yang juga turut dihadiri oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Barat dan Ketua IDI Jakarta Barat disambut secara antusias oleh
sejumlah FKTP di wilayah Jakarta Barat. Sebagai salah satu pembicara dari kegiatan ini, dr.
Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD-KEMD menyampaikan pemaparannya tentang tatalaksana
monitoring serta perawatan pasien Covid-19 yang memiliki komorbid DM dan HT termasuk
langkah pencegahan yang dapat dijadikan rujukan bagi dokter di masing-masing fasilitas
kesehatan agar tidak terjadi peningkatan keparahan kondisi Covid-19. Selain itu, Tri juga
menyampaikan bahwa terkait percepatan vaksinasi bagi pasien dengan komorbid agar dapat
di fasilitasi dengan baik. “Covid-19 ini adalah suatu penyakit yang bisa dikatakan baru di
dunia sehingga penelitian pun masih terus berlangsung. Perubahan tatalaksana terkait dengan
hal tersebut tentu kian lama kian mengalami perkembangan dan serangkaian perubahan.
Akan tetapi dengan adanya perubahan paradigma saat ini, vaksinasi itu aman bagi berbagai
rentang usia termasuk lansia dan juga pasien rentan lainnya. Mereka yang tidak memiliki
kontra indikasi harus kita fasilitasi untuk dapat dilakukan vaksinasinya. Jika ragu dapat
dirujuk ke dokter spesialis untuk dimintakan rekomendasinya apakah layak atau tidak untuk
menerima vaksin,” ungkap Tri dalam menanggapi pertanyaan seputar vaksin bagi pasien
komorbid.
Pada kesempatan yang sama, Ketua IDI Jakarta Barat dr. Cecilia Padang, Phd., FACR
mengatakan bahwa informasi yang tekkah disampaikan pada kegiatan tersebut sangat penting
diketahui oleh seluruh fasilitas kesehatan, mengingat hingga saat ini masih banyak penyintas
Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta, khususnya Diabetes Melitus dan hipertensi.
Dirinya berharap, dengan dilaksanakannya kegiatan ini, seluruh pihak, khususnya fasilitas
kesehatan bagaimana cara penanganan yang tepat bagi pasien Covid-19 dengan komorbid.
D. RENCANA METODOLOGI
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan
pendekatan cross sectional study .Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemeriksaan awal hipertensi, diabetes, asma,
penyakit jantung coroner, penyakita paru obstruksi (PPOK) dan penyakit cronis lain. pada
pasien comorbid. Tehnik pengambilan sampel dengan tehnik non probability sampling.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik multi stage random sampling.
Penelitian ini dilakukakan pada populasi lansia yang mengalami comorbid.

E. Penarikan judul

hubungan tingkat kecemasan lansia dengan comorbid pada masa pandemi covid-19 di RS
harapan kita jakarta barat. Ajuan judul proposal ini untuk mengetahui tingkat kecemasan
yang di alami oleh lansia dengan comorbid pada masa pandemi covid-19.

F. REFERENSI
1. [ CITATION Tob21 \l 1057 ]
2. [ CITATION htt20 \l 1057 ]
3. [ CITATION Sut21 \l 1057 ]

Anda mungkin juga menyukai