PENDAHULUAN
Sugihartono dalam Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani menyatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh peserta didik
untuk mengubah tingkah laku manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk
ayat 11:
sesuai dengan harapan sehingga perlu adanya revitalitas kurikulum. Kurikulum 2013
Titik berat Kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau siswa
pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian penilaian hasil belajar
dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Agar mencapai hasil belajar
yang mampu bersaing dalam menghadapi tantangan masa depan maka siswa harus
kemampuan daya ingat dan kelia kategori yang lain lebih berkaitan dengan tujuan
3
Kemendikbud, Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Badan PSDMK
dan PMP, 2015),hlm.5
4
Ibid, hlm.6
5
Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2013), hlm.18
proses transfer, yaitu kategori: memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
berpikir dalam ranah kognitif tersebut berdasarkan klasifikasi tingkat berpikir pada
dari menganalisis, menilai, dan mencipta. Kualitas pendidikan itu sendiri dapat
assessment.
maka dari itu penilaianpun harus tetap memperhatikan tujuan kemampuan yang telah
diacukan ke dalam kategori taksonomi Bloom. Maka soal-soal pun didesain khusus
kategori berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) berdasarkan revisi
6
Sofiyah, Siti, Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir TingkatTinggi Matematika
berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom pada Siswa Kelas V SD, (Skripsi, tidak diterbitkan. Jember:
FKIP Jember,2015), hlm.3
7
Kusaeri & Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm.8
taksonomi Bloom, yaitu, menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan
masing yang dapat diadopsi ke dalam soal maupun tujuan dari pembelajaran yang
akan dicapai.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dimulai dengan
merupakan salah satu hal yang sangat menunjang dalam pembelajaran, dimana tujuan
pembelajaran akan mengarahkan mengenai apa yang harus dilakukan dalam proses
disebutkan bahwa Tujuan pembelajaran yaitu untuk memberikan petunjuk memilih isi
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.8
jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru
8
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran /Diakses 25 Februari 2020)
sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya
matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen
bertujuan agar peserta didik dapat menguasai 4C, yang terdiri dari collaboration,
innovation.10
peserta didik dalam berpikir untuk dapat mengolah pengetahuan dan ide-ide dengan
cara tertentu sehingga dapat memberi mereka pengetahuan dan implikasi baru. HOTS
9
Nunung Fitriani, dkk, Pengaruh HOTS Melalui Model SPPKB Pada Pembelajaran
Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia,
(2015), hlm. 2.
10
Andi Ika Prasasti Abrar, Belajar Dienes,(Belajar Dienes Al-Khwarizmi, 2013.),hlm.78
melibatkan cara berpikir yang kritis dan kreatif yangdapat menghasilkan ide-ide
kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi. Banyak yang harus disiapkan dan dikuasai
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan
berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS merupakan program
yang dikembangkan sebagai upaya Ditjen GTK dalam upaya peningkatan kualitas
HOTS.
dan Kebudayaan Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelatihan Kurikulum 2013
11
Zaenal Arifin, Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills Peserta Didik
pada Pembelajaran Matematika Abad 21,THEOREMS (The Original Research of Mathematics)Vol. 1
No. 2, (Januari 2017), hlm.93
bagi GTK Tahun 2018. Dunia pendidikan di Indonesia padatahun pelajaran 2017-
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),
pembelajaran. Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga
sangat strategis dan menentukan. Pendidikan guru dikatakan strategis karena guru
yang memiliki dan memilih bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta
didik.13Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya
12
Yohanes Enggar Harususilo, 3 Hal Berbeda di USBN SD 2018, https://edukasi.
kompas.com/read/2018/05/01/12072111/3-hal-berbeda-di-usbn-sd-2018, diakses tanggal 25 Januari
2020
13
Abd. Rahman Getteng. Menuju Guru Progesional dan Ber-Etika (Cet. III; Yogyakarta:Grha
Guru, 2010), hlm. 2.
baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan
untuk menilai hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi
kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai
Jika sebagian besar peserta didik tidak berhasil dalam belajarnya berarti pula
merupakan kegagalan guru itu sendiri. Ada tiga istilah yang sering digunakan dan
berkaitan dengan penilaian, yaitu tes, pengukuran, dan evaluasi. (test, measurement,
keempat istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.15Beberapa orang juga sering
bentuk soal-soal, baik untuk menguji aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
14
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran, Op.cit,hlm.5.
15
Eko Putro Widoyoko. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, hlm. 1-2.
Instrumen penilaian yang digunakan guru untuk menguji hasil belajar peserta didik
pada aspek kognitif biasanya diambil dari berbagai buku atau kumpulan soal-soal
ujian.16Soal dapat berupa uraian atau pilihan ganda. Jenis pertanyaan yang diajukan
atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan
keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan atau tugas tersebut bukan hanya untuk
memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar mereka
berupa pertanyaan atau tugas yang dapat memicu peserta didik unntuk berfikir
analitis, evaluatif, dan kreatif serta dapat melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
menemukan solusi terhadap suatu permasalahan dengan cara yang bervariasi dan
berbeda dari biasanya. Agar siswa dapat mengembangkan kemampuan tersebut, maka
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) harus biasa dilatihkan. Dalam proses
pembelajaran di kelas, guru perlu memberikan soal-soal yang memuat HOTS, atau
ketika mengadakan suatu tes/ujian seperti ulangan harian, UTS atau UKK, guru
memberikan soal-soal yang memuat HOTS, walaupun hanya beberapa butir soal saja.
memuat HOTS.
16
http://www.oasepembelajaran.com/2015/09/pengembangan-butir-soal-hots-higherhtml?m=1
(Diakses pada tanggal 25 Januari 2020)
Kenyataannya masih banyak guru yang kurang paham tentang HOTS. Hal ini
tampak pada rumusan indikator, tujuan, dan kegiatan pembelajaran dan penilaiannya
Order Thinking Skills(LOTS) menjadi Higher Order Thinking Skills(HOTS), dan ini
Kota Pekanbaru merupakan sebuah kota yang terus berkembang salah satunya
pada bidang pendidikan hal ini ditandai dengan munculnya sekolah-sekolah tingkat
dasar yang mencapai ratusan sekolah. Disamping itu permasalaham yang sering
matematika oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengatasi hal tersebut
wawancara dengan guru kelas di beberapa Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru ditinjau
dari keadaan lapangan bahwa guru memberikan soal latihan atau soal tes kepada
siswa hanya terpaku pada kategori mengingat, memahami, dan menerapkan. Terlebih
lagi siswa hanya mengerjakan soal dari Lembar Kerja Siswa (LKS) sekolah atau buku
sekolah dan terkadang guru mendikte soal yang ada di buku, lalu angkanya diganti
dengan angka lain. Maka dari itu sebagian siswa yang merasakan sudah mampu pada
materi tersebut terkadang hanya menunggu beberapa teman lain yang belum paham,
17
Achmad Fanani dan Dian Kusmaharti, Pengembangan Pembelajaran Berbasis HOTS
( Higher Order Thinking Skill ) di Sekolah Dasar Kelas V, (Jurnal Penndidikan Dasar1, no. 9 (2014):
1–11, https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.091.01.)
padahal ada beberapa siswa yang masih mampu dan mau mendapatkan soal lain. Dari
hasil wawancara ini peneliti juga mendapat kan informasi bahwa ada salah satu guru
pembuatan indikator dan tujuan pembelajaran pun masih terpaku pada kategori
mengingat, memahami, dan menerapkan. Sebagian asesmen atau soal yang dibuat
belum berbentuk pemecahan masalah dan belum membuat siswa mau menganalisis
soal terlebih dahulu sebelum menjawab. Dari hasil wawancara tersebut guru juga
menyampaikan bahwa mereka juga membutuhkan tambahan soal untuk siswa yang
Sekolah Dasar (SD) untuk memperkuat hasil analisis kebutuhan. Hasil dari angket
tersebut guru masih mengalami kesulitan dalam membuat soal yang mampu
belum membuat siswa mau menganalisis soal terlebih dahulu sebelum menjawab.
Guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang sesuai dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan tujuan dalam taksonomi Bloom untuk
menyelesaikan masalah pada soal tes matematika terutama pada materi luas bangun
melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development) soal tes yang
didasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills atau
HOTS), dengan judul: “Pengembangan Soal-Soal HOTS Matematika untuk Siswa
B. Fokus Masalah
bangun datar dan volume bangun ruang Matematika untuk siswa kelas V
SD di Kota Pekanbaru?
HOTS siswa pada materi luas bangun datar dan volume bangun ruang
C. Tujuan Penelitian
materi luas bangun datar dan volume bangun ruang Matematika untuk
mengembangkan HOTS siswa pada materi luas bangun datar dan volume
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua (2) hal, yaitu manfaat teoritis dan
a. Manfaat Teoritis
yang berkaitan dengan luas bangun datar dan volume bangun ruang untuk
SD di Kota Pekanbaru.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi guru
2. Bagi Siswa
mencipta (C6).
3. Bagi Sekolah
ranah berpikir tingkat tinggi (HOTS) materi luas bangun datar dan
E. Penegasan Istilah
maka apat dijelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:
menyelesaikannya.
3. Materi adalah teori atau informasi pada suatu cakupan atau mata pelajaran
suatu isi atau volume dari suatu benda yang berbentuk bangun ruang.
6. Siswa Sekolah Dasar adalah peserta didik yang sedang berada di jenjang
3. Perangkat tes hasil belajar HOTS memuat beberapa komponen yaitu: (a)
kisi-kisi soal (b) soal HOTS matematika, (c) kunci jawaban, (d) rubrik
penilaian, (e) kata pengantar, (f) daftar isi, dan (g) biografi penulis.
5. Buku dibuat dengan sampul yang berisi judul, nama penyusun, untuk siapa
buku dibuat, dan ilustrasi gambar. Halaman sampul dibuat simple dan
fullcolour.
Pada isi buku diberi ilustrasi gambar kerangka bangun datar beserta bangun
ruang dan tabel dengan gradasi warna hitam putih, dengan font Times New
Roman, dan font berukuran 12.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Teoritis
pemikiran yang kompleks, tidak ada algoritma untuk menyelesaikan suatu tugas,
ada yang tidak dapat diprediksi, menggunakan pendekatan yang berbeda dengan
tugas yang telah ada dan berbeda dengan contoh-contoh yang telah diberikan.18
tinggi dijelaskan oleh Gunawan adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa
untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang
informasi yang baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam
18
Nurina Ayungnityas dan Endah Budi Rahaju, Proses Penyelesaian Soal Higher Order
Thinking Materi Aljabar Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa, hlm. 2.
19
Nur Rochmah Laily & Asih Widi Wisudawati “Analisis Soal Tipe HOTS dalam Soal UN
Kimia SMA RAYON B Tahun 2012/2013”, Jurnal X1, No.1 (2015), hlm. 28.
Sejalan dengan pengertian berpikir tingkat tinggi menurut Brookhart
sebagai berikut:
tingkat terakhir atau teratas dari taksonomi kognitif Bloom, yang dimaksudkan
agar siswa mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki
untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang baru. Selain itu siswa diharapkan
dikehidupan selanjutnya.
berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat
20
Brookhart, S. M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom.
(Alexandria: ASCD, 2010), hlm.5
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
ide dan informasi secara kritis.21 Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis
Kemendikbud.
HOTS perlu dikembangkan pada diri siswa sejak dini namun diperlukan
(operasi formal) pada usia 12 tahun, lebih tepatnya pada usia tersebut siswa berada
pada jenjang pendidikan SMP. Nur menyatakan bahwa siswa pada usia 12 tahun
sudah dapat berpikir kombinatorik, artinya bila siswa dihadapkan kepada suatu
21
Kemendikbud. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).
(Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017), hlm.3
22
Fanani, Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS) dalam Kurikulum 2013. (Journal of Islamic Religion Education, Vol . Kediri: IAIN Kediri),
hlm.61
23
Op.cit, hlm.34
masalah, ia dapat mengisolasi faktor-faktor tersendiri atau mengkombinasikan
berbagai kerangka keterampilan berpikir. Dalam hal ini, istilah HOTS biasanya
dikontraskan dengan LOTS (lower order thinking skill). Diantaranya Liu dan
(application) sebagai LOTS. Demikian juga dalam tingkatan berpikir Krulik &
(recall) dan basic termasuk dalam LOTS. Meskipun definisi HOTS masih banyak
diperdebatkan, secara umum HOTS dapat diartikan sebagai proses berpikir yang
masalah dapat diposisikan sebagai basis utama dari HOTS yang dibangun dari
keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Dalam standar isi matematika SMP
sendiri, teridentifikasi 47% standar kompetensi (SK) (8 dari 17) dan 27%
24
Ika Victoria Nalurita, dkk. Profil Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal HOT
pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa”, hlm. 1.
25
Shi’an Musfiqi & Jailani “Pengembangan Bahan Ajar Matematika yang Berorientasi
pada Karakter dan HOTS”, Jurnal Pendidikan Matematika.X1, No.1 (2014), hlm. 3.
Taksonomi Bloom pada ranah kognitif merupakan dasar bagi keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills.
HOTS perlu dikembangkan pada diri siswa sejak dini namun diperlukan
(operasi formal) pada usia 12 tahun, lebih tepatnya pada usia tersebut siswa berada
Nur menyatakan bahwa siswa pada usia 12 tahun sudah dapat berpikir
(5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Revisi dilakukan terhadap
taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Perubahan
bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata
benda). Revisi dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi Bloom menjadi:
(HOTS).26
1. Menganalisis
b) Mengindentifikasi/merumuskan pertanyaan
2. Mengevaluasi
ditetapkan.
3. Mencipta/mengkreasi
26
Kasturi,dkk. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Problem Posing Berorientasi
Penerapan HOTS pada Materi Kesebangunan Kelas IX”, hlm. 16.
27
Ibid, hlm.16-17
a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.
b. Taksonomi Bloom
yang dibagi menjadi enam tingkatan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi,
yaitu:
panjang;
guru;
tujuan;
atau standar;
6. Mencipta yaitu proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk
sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang
kerangka pikir secara khusus. Taksonomi Bloom yang sudah direvisi ini memiliki
pembelajaran atau sasaran belajar.29 Berikut hal yang memiliki tingkatan atau
tataran kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thingking skills yang
1. Mengingat (Remembering)
2. Memahami (Understanding)
masalah.
3. Menerapkan (Applying)
28
Op.cit, hlm.102
29
Sofiyah, Siti. 2015. Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir TingkatTinggi
Matematika berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom pada Siswa Kelas V SD. (Skripsi, tidak
diterbitkan. Jember: FKIP Jember,2015), hlm.10
30
Basuki, Ismet & Hariyanto, Asesmen Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rodaskarya,
2014), hlm.14
Mampu menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan lain-
yang dipelajaro dalam kelas ke dalam suatu situasi yang baru sama
4. Menganalisis (Analysing)
rumit.
5. Menilai (Evaluating)
yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas
atau manfaatnya.
6. Menciptakan (Creating)
C6 Evaluation Creativing C6
C5 Synthesis Evaluating C5
C4 Analysis Analysing C4
C3 Application Applying C3
C2 Comprehension Understanding C2
C1 Knowledge Remembering C1
mencari ilmu dalam penalaran induktif dan deduktif untuk memikirkan jawaban
yang ada33. Menurut Sofah Taksonomi Bloom dianggap sebagai dasar untuk
31
Ibid, hlm.14
32
Hamzah, A, Evaluasi Pembelajaran Matematika. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.154
33
Thitima, G. & Sumalee, C, Scientific Thinking of the Learners Learning with the
Knowledge Construction Model Enhancing Scientific Thinking. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 46, p:3771-3775, 2012, hlm3.771.
Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) dan Mencipta (C6). Berikut adalah proses
dimensi kognitif berpikir tingkat tinggi menurut Anderson dan Krathwohl (2010:
120-133):
1. C4 (Menganalisis)
itu (mengatribusikan).
2. C5 (Mengevaluasi)
kriteria eksternal).
3. C6 (Mencipta)
sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.
Tabel 2.1 Dimensi Proses Kognitif (Anderson & Krathwohl, 2010: 101-102)
Kategori dan
Proses Nama-nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif
4. MENGANALISIS –memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan
hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membe- Menyendirikan, Membedakan bagian materi pelajaran yang
dakan memilah, memfokuskan, relevan dari yang tidak relevan, bagian yang
memilih penting dari yang tidak penting (Membedakan
antara bilangan yang relevan dalam soal cerita
matematika).
4.2 Meng- Menemukan koherensi, Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja
organisasi memadukan, membuat atau berfungsi dalam sebuah struktur (Misalnya,
garis besar, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi
mendeskripsikan peran, bukti-bukti yang mendukung dan
menstrukturkan menentang suatu penjelasan historis.)
4.3 Meng- Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau
Atribusikan maksud di balik materi pelajaran (Misalnya,
menunjukkan, sudut pandang penulis suatu esai
sesuai dengan pandangan politik si penulis).
5. MENGEVALUASI –mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
5.1 Memeriksa Mengoordinasi, Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam
Mendeteksi, Memonitor, suatu proses atau produk; menentukan apakah
Menguji suatu proses atau produk memiliki konsistensi
internal; menemukan efektivitas suatu prosedur
yang sedang dipraktikkan (Misalnya, memeriksa
apakah kesimpulan- kesimpulan seorang ilmuwan
sesuai dengan
data-data amatan atau tidak)
5.2 Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antasa suatu produk dan
kriteria eksternal; menentukan apakah suatu
produk memiliki konsistensi eksternal;
menemukan ketepatan suatu prosedur untuk
menyelesaikan masalah (Misalnya,
menentukan satu metode terbaik dari dua metode
untuk menyelesaikan suatu masalah)
6. MENCIPTA –memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren
atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
6.1 Merumus- Membuat hipotesis Membuat hipotesis-hipotesis berdasar-kan
kan kriteria (Misalnya, membuat hipotesis tentang
sebab-sebab terjadinya sesuatu fenomenon)
6.2 Merenca- Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu
nakan tugas (Misalnya, merencanakan proposal
penelitian tentang topik sejarah tertentu)
6.3 Mempro- Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk (Misalnya, membuat
duksi habitat untuk spesies tertentu dengan suatu tujuan)
siswa yang mampu menjadi bekal seseorang untuk menghadapi tantangan dimasa
depan