Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembangunan

suatu bangsa. Karakter suatu bangsa dibangun melalui pendidikan. Menurut

Sugihartono dalam Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani menyatakan bahwa

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh peserta didik

untuk mengubah tingkah laku manusia, baik secara individu maupun kelompok untuk

mendewasakan manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.1

Pentingnya pendidikan telah dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al-Mujadilah

ayat 11:

Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Qur’an
surat almujadillah ayat 11).2
1
Muhamad Irham &Novan Ardy Wiyani, Psikolgi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2016),hlm.15-19
2
Al-Qur’anurkarim surat almujadillah ayat 11
Pendidikan kita masih menghadapi berbagai macam persoalan, yaitu adanya

perubahan kurikulum dari KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013. Perubahan

kurikulum mengarah pada perbaikan system pendidikan, karena dianggap belum

sesuai dengan harapan sehingga perlu adanya revitalitas kurikulum. Kurikulum 2013

dikembangkan dari Kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi pemikiran tentang

tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan

pedagogi, kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka. 3

Titik berat Kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau siswa

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,

bernalar, dan mengkomunikasikan. Titik berat di atas akan diarahkan pada

pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian penilaian hasil belajar

dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Agar mencapai hasil belajar

yang mampu bersaing dalam menghadapi tantangan masa depan maka siswa harus

memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah melalui

pengembangan soal soal (Higher Order Thinking Skills).4

Menurut Anderson & Krathwohl tujuan pendidikan (tes hasil belajar)

dideskripsikan menjadi enam kategori, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.5 Mengingat termasuk ke dalam tujuan

kemampuan daya ingat dan kelia kategori yang lain lebih berkaitan dengan tujuan

3
Kemendikbud, Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Badan PSDMK
dan PMP, 2015),hlm.5
4
Ibid, hlm.6
5
Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2013), hlm.18
proses transfer, yaitu kategori: memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

dan menciptakan. Menganalisis (analyzing), menilai (evaluating), dan mencipta

(creating) merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, pengelompokkan tingkat

berpikir dalam ranah kognitif tersebut berdasarkan klasifikasi tingkat berpikir pada

revisi Taksonomi Bloom. 6

Demi mencapai tujuan kemampuan yang berkualitas tersebut siswa wajib

membiasakan memecahkan permasalahan yang membutuhkan kerangka berpikir

dari menganalisis, menilai, dan mencipta. Kualitas pendidikan itu sendiri dapat

ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas

penilaian. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaiannya atau

assessment.

Penilaian merupakan suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan

mengumpulan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang dapat

digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau obyek, 7

maka dari itu penilaianpun harus tetap memperhatikan tujuan kemampuan yang telah

diacukan ke dalam kategori taksonomi Bloom. Maka soal-soal pun didesain khusus

untuk melatih siswa agar menggunakan kemampuan bernalarnya dalam menjawab

setiap permasalahan yang dihadapi. Soal yang dikembangkan menggunakan tiga

kategori berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) berdasarkan revisi

6
Sofiyah, Siti, Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir TingkatTinggi Matematika
berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom pada Siswa Kelas V SD, (Skripsi, tidak diterbitkan. Jember:
FKIP Jember,2015), hlm.3
7
Kusaeri & Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm.8
taksonomi Bloom, yaitu, menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan

mencipta (creating), dimana setiap tingkatan tersebut memiliki kriteria masing-

masing yang dapat diadopsi ke dalam soal maupun tujuan dari pembelajaran yang

akan dicapai.

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dimulai dengan

peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatkan kualitas pembelajaran dapat

dimulai dengan menyusun tujuan pembelajaran yang tepat. Tujuan pembelajaran

merupakan salah satu hal yang sangat menunjang dalam pembelajaran, dimana tujuan

pembelajaran akan mengarahkan mengenai apa yang harus dilakukan dalam proses

pembelajaran. Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses

disebutkan bahwa Tujuan pembelajaran yaitu untuk memberikan petunjuk memilih isi

mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam

memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan

ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.8

Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, salah satu

pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran matematika yang dirancang

dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang

memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika sekolah. Dari pengertian tersebut

jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru
8
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran /Diakses 25 Februari 2020)
sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya

disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan

matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu

bidang studi atau pelajaran. Menurut Ruseffendi matematika adalah Ilmu

pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar), yang lebih menekankan

kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen

atau hasil observasi, melainkan matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia

yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.9

Pendidikan matematika adalah bagian dari sebuah sistem pendidikan nasional

yang diajarkan disemua jenjang pendidikan.Ini merupakan bukti bahwa matematika

memiliki peran penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Prinsip dan konsep matematika selalu digunakan dalam memecahkan masalah

kehidupan. Pembelajaran matematika pada abad 21 yang terdapat di kurikulum 2013

bertujuan agar peserta didik dapat menguasai 4C, yang terdiri dari collaboration,

communication, critical thinking and problem solving, dan creativity and

innovation.10

Penguasaan 4C dapat diketahui dari Higher Order Thinking Skills (HOTS)

siswa. HOTS merupakan kemampuan berpikir tinggi yang merupakan kemampuan

peserta didik dalam berpikir untuk dapat mengolah pengetahuan dan ide-ide dengan

cara tertentu sehingga dapat memberi mereka pengetahuan dan implikasi baru. HOTS
9
Nunung Fitriani, dkk, Pengaruh HOTS Melalui Model SPPKB Pada Pembelajaran
Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia,
(2015), hlm. 2.
10
Andi Ika Prasasti Abrar, Belajar Dienes,(Belajar Dienes Al-Khwarizmi, 2013.),hlm.78
melibatkan cara berpikir yang kritis dan kreatif yangdapat menghasilkan ide-ide

bermakna.11Agar peserta didik dapat berpikir kritis, guru harusnya memiliki

kemampuan untuk memfasilitasi proses pembelajaran agar memiliki arah kepada

kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi. Banyak yang harus disiapkan dan dikuasai

oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS ini.

Sebagaimana dalam buku pegangan pembelajaran HOTS yang dikeluarkan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan

Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) pada tahun 2018, pengembangan pembelajaran

berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS merupakan program

yang dikembangkan sebagai upaya Ditjen GTK dalam upaya peningkatan kualitas

pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan

mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah

terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter dan pembelajaran berorientasi pada

HOTS.

Program ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter

Pada Satuan Pendidikan dan PeraturanSekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelatihan Kurikulum 2013

11
Zaenal Arifin, Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills Peserta Didik
pada Pembelajaran Matematika Abad 21,THEOREMS (The Original Research of Mathematics)Vol. 1
No. 2, (Januari 2017), hlm.93
bagi GTK Tahun 2018. Dunia pendidikan di Indonesia padatahun pelajaran 2017-

2018 telah menggunakan jenis evaluasi nasional yang melibatkan HOTS.12

Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),

memiliki kompetensi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena

fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi

pembelajaran. Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga

sangat strategis dan menentukan. Pendidikan guru dikatakan strategis karena guru

yang memiliki dan memilih bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta

didik.13Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya

dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar.

Menurut Djemari Mardapi kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil

penilaiannya. Menilai pencapaian hasil pembelajaran siswa merupakan tugas pokok

seorang guru sebagai konsekuensi logis kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Penilaian (assessment) ini dimaksudkan untuk mengetahui dan

mengambil keputusan tentang keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang

telah ditetapkan. Penilaian (assessment) hasil belajar merupakan komponen penting

dalam kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat

ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.8 Sistem penilaian yang

12
Yohanes Enggar Harususilo, 3 Hal Berbeda di USBN SD 2018, https://edukasi.
kompas.com/read/2018/05/01/12072111/3-hal-berbeda-di-usbn-sd-2018, diakses tanggal 25 Januari
2020
13
Abd. Rahman Getteng. Menuju Guru Progesional dan Ber-Etika (Cet. III; Yogyakarta:Grha
Guru, 2010), hlm. 2.
baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan

memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.

Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan

keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan

untuk menilai hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi

kepada guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta

didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah

kegiatan penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai

dengan prinsip pedagogis. Guru harus menyadari bahwa kemajuan belajar

pesertadidik merupakan salah satu indikator keberhasilannya dalam pembelajaran. 14

Jika sebagian besar peserta didik tidak berhasil dalam belajarnya berarti pula

merupakan kegagalan guru itu sendiri. Ada tiga istilah yang sering digunakan dan

berkaitan dengan penilaian, yaitu tes, pengukuran, dan evaluasi. (test, measurement,

and evaluation). Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamakan pengertian

keempat istilah tersebut (test, measurement, assessment and evaluation), padahal

keempat istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.15Beberapa orang juga sering

rancu menggunakan istilah-istilah tersebut karena keempat istilah digunakan untuk

merujuk kegiatan yang sama.

Dalam melaksanakan penilaian, guru memerlukan instrumen penilaian dalam

bentuk soal-soal, baik untuk menguji aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

14
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran, Op.cit,hlm.5.
15
Eko Putro Widoyoko. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah, hlm. 1-2.
Instrumen penilaian yang digunakan guru untuk menguji hasil belajar peserta didik

pada aspek kognitif biasanya diambil dari berbagai buku atau kumpulan soal-soal

ujian.16Soal dapat berupa uraian atau pilihan ganda. Jenis pertanyaan yang diajukan

atau tugas yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan

keterampilan berpikir siswa. Pertanyaan atau tugas tersebut bukan hanya untuk

memfokuskan siswa pada kegiatan, tetapi juga untuk menggali potensi belajar mereka

berupa pertanyaan atau tugas yang dapat memicu peserta didik unntuk berfikir

analitis, evaluatif, dan kreatif serta dapat melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sangatlah penting dimana

kemampuan berpikir ini merupakan suatu kemampuan dalam memahami dan

menemukan solusi terhadap suatu permasalahan dengan cara yang bervariasi dan

berbeda dari biasanya. Agar siswa dapat mengembangkan kemampuan tersebut, maka

kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) harus biasa dilatihkan. Dalam proses

pembelajaran di kelas, guru perlu memberikan soal-soal yang memuat HOTS, atau

ketika mengadakan suatu tes/ujian seperti ulangan harian, UTS atau UKK, guru

memberikan soal-soal yang memuat HOTS, walaupun hanya beberapa butir soal saja.

Suatu kemampuan apapun selalu membutuhkan latihan, sedangkan latihan untuk

dapat mengembangkan HOTS siswa adalah dengan mengerjakan soal-soal yang

memuat HOTS.

16
http://www.oasepembelajaran.com/2015/09/pengembangan-butir-soal-hots-higherhtml?m=1
(Diakses pada tanggal 25 Januari 2020)
Kenyataannya masih banyak guru yang kurang paham tentang HOTS. Hal ini

tampak pada rumusan indikator, tujuan, dan kegiatan pembelajaran dan penilaiannya

dalam rancangan pembelajaran yang dibuat guru. Guru harus mampu

mengembangkan dan mengkonversikan dari pembelajaran yang masih bersifat Lower

Order Thinking Skills(LOTS) menjadi Higher Order Thinking Skills(HOTS), dan ini

harus sudah diawali sejak merancang RPP.17

Kota Pekanbaru merupakan sebuah kota yang terus berkembang salah satunya

pada bidang pendidikan hal ini ditandai dengan munculnya sekolah-sekolah tingkat

dasar yang mencapai ratusan sekolah. Disamping itu permasalaham yang sering

terjadi adalah rendahnya kualitas pendidikan terutama dalam pembelajaran

matematika oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengatasi hal tersebut

diantaranya adalah melalui pengembangan soal-soal (Higher Order Thinking Skills)

Berdasarkan hasil pengamatan terdahulu yang penulis lakukan melaui

wawancara dengan guru kelas di beberapa Sekolah Dasar di Kota Pekanbaru ditinjau

dari keadaan lapangan bahwa guru memberikan soal latihan atau soal tes kepada

siswa hanya terpaku pada kategori mengingat, memahami, dan menerapkan. Terlebih

lagi siswa hanya mengerjakan soal dari Lembar Kerja Siswa (LKS) sekolah atau buku

sekolah dan terkadang guru mendikte soal yang ada di buku, lalu angkanya diganti

dengan angka lain. Maka dari itu sebagian siswa yang merasakan sudah mampu pada

materi tersebut terkadang hanya menunggu beberapa teman lain yang belum paham,

17
Achmad Fanani dan Dian Kusmaharti, Pengembangan Pembelajaran Berbasis HOTS
( Higher Order Thinking Skill ) di Sekolah Dasar Kelas V, (Jurnal Penndidikan Dasar1, no. 9 (2014):
1–11, https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.091.01.)
padahal ada beberapa siswa yang masih mampu dan mau mendapatkan soal lain. Dari

hasil wawancara ini peneliti juga mendapat kan informasi bahwa ada salah satu guru

yang belum mengenal kategori menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dalam

pembuatan indikator dan tujuan pembelajaran pun masih terpaku pada kategori

mengingat, memahami, dan menerapkan. Sebagian asesmen atau soal yang dibuat

belum berbentuk pemecahan masalah dan belum membuat siswa mau menganalisis

soal terlebih dahulu sebelum menjawab. Dari hasil wawancara tersebut guru juga

menyampaikan bahwa mereka juga membutuhkan tambahan soal untuk siswa yang

memiliki kemampuan berkpikir tingkat tinggi agar siswa mampu mengembangkan

cara bernalar mereka.

Peneliti juga memberikan angket kepada guru kelas V SD di Beberapa

Sekolah Dasar (SD) untuk memperkuat hasil analisis kebutuhan. Hasil dari angket

tersebut guru masih mengalami kesulitan dalam membuat soal yang mampu

mendorong siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan

belum membuat siswa mau menganalisis soal terlebih dahulu sebelum menjawab.

Guru membutuhkan contoh tes hasil belajar matematika yang sesuai dengan

kemampuan berpikir tingkat tinggi dan tujuan dalam taksonomi Bloom untuk

menyelesaikan masalah pada soal tes matematika terutama pada materi luas bangun

datar dan volume bangun ruang.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development) soal tes yang

didasarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills atau
HOTS), dengan judul: “Pengembangan Soal-Soal HOTS Matematika untuk Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Kota Pekanbaru”

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memfokuskan permasalahan

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana proses mengembangkan soal HOTS siswa pada materi luas

bangun datar dan volume bangun ruang Matematika untuk siswa kelas V

SD di Kota Pekanbaru?

2. Bagaimana kelayakan produk tes hasil belajar yang mengembangkan

HOTS siswa pada materi luas bangun datar dan volume bangun ruang

Matematika untuk siswa kelas V SD di Kota Pekanbaru?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran matematika berbasis HOTS di Sekolah

Dasar (SD) Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana kemampuan siswa di Sekolah Dasar (SD) Kota Pekanbaru

dalam menyelesaikan soal matematika berbasis HOTS?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengatahui bagaimana proses mengembangkan soal HOTS siswa pada

materi luas bangun datar dan volume bangun ruang Matematika untuk

siswa kelas V SD di Kota Pekanbaru?


2. Menegtahui bagaimana kelayakan produk tes hasil belajar yang

mengembangkan HOTS siswa pada materi luas bangun datar dan volume

bangun ruang Matematika untuk siswa kelas V SD di Kota Pekanbaru?

3. Mengathaui bagaimana evaluasi pembelajaran matematika berbasis HOTS

di Sekolah Dasar (SD) Kota Pekanbaru?

4. Mengetahui bagaimana kemampuan siswa di Sekolah Dasar (SD) Kota

Pekanbaru dalam menyelesaikan soal matematika berbasis HOTS?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mencakup dua (2) hal, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dan referensi dalam mengembangkan

soal tes matematika materi atau kompetensi dasar menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan luas bangun datar dan volume bangun ruang untuk

mengembangkan kemampuan bernalar tingkat tinggi siswa untuk kelas V

SD di Kota Pekanbaru.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru

a) Guru dapat mengetahui perkembangan pola pikir siswa dengan

menggunakan tes soal penalaran tingkat tinggi;

b) Soal yang dihasilkan dapat digunakan sebagai instrumen bagi


guru;

c) Guru memperoleh pedoman/contoh tes soal HOTS;

2. Bagi Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam mengerjakan soal tes

matematika yang tingkat berpikirnya pada level tertinggi dalam

taksonomi Bloom, yaitu: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan

mencipta (C6).

3. Bagi Sekolah

Memberikan contoh soal tes hasil belajar yang mengacu pada

ranah berpikir tingkat tinggi (HOTS) materi luas bangun datar dan

volume bangun ruang untuk siswa kelas V SD

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maksud dari penelitian ini

maka apat dijelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu:

1. Soal HOTS adalah merupakan komponen dari suatu penilaian yang

membutuhkan kemampuan bernalar tingkat tinggi untuk

menyelesaikannya.

2. Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat

tinggi adalah kemampuan seseorang dalam mencapai suatu kualitas

penalaran yang tinggi agar mampu mengahadpi tantangan dimasa depan.

3. Materi adalah teori atau informasi pada suatu cakupan atau mata pelajaran

dalam bidang pendidikan.


4. Luas bangun datar adalah suatu teori mengenai bagai mana cara mengitung

luas dari suatu benda yang berbentuk bangun datar.

5. Volume bangun ruang adalah teori mengenai bagaimana cara menghitung

suatu isi atau volume dari suatu benda yang berbentuk bangun ruang.

6. Siswa Sekolah Dasar adalah peserta didik yang sedang berada di jenjang

sekolah dasar atau yang sedang mengampu pendidikan di sekolah.

F. Spesifikasi Produk yang Dibuat

1. Instrumen soal HOTS berupa soal matematika Kelas V SD Semester II

Kompetensi Dasar 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas

bangun datar dan 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

volume kubus dan balok.

2. Instrumen soal HOTS berbentuk uraian (essay) terbatas sebanyak 15 soal.

3. Perangkat tes hasil belajar HOTS memuat beberapa komponen yaitu: (a)

kisi-kisi soal (b) soal HOTS matematika, (c) kunci jawaban, (d) rubrik

penilaian, (e) kata pengantar, (f) daftar isi, dan (g) biografi penulis.

4. Produk akhir dicetak dengan menggunakan ivory 230gsm untuk sampul

buku dan isi dari buku soal dengan kertas A4 70gsm.

5. Buku dibuat dengan sampul yang berisi judul, nama penyusun, untuk siapa

buku dibuat, dan ilustrasi gambar. Halaman sampul dibuat simple dan

fullcolour.

Pada isi buku diberi ilustrasi gambar kerangka bangun datar beserta bangun

ruang dan tabel dengan gradasi warna hitam putih, dengan font Times New
Roman, dan font berukuran 12.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Teoritis

1. Higher Order Thinking Skills

a. Pengertian Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Stein dan Lane mendefinisikan higher order thinking yaitu memberikan

pemikiran yang kompleks, tidak ada algoritma untuk menyelesaikan suatu tugas,

ada yang tidak dapat diprediksi, menggunakan pendekatan yang berbeda dengan

tugas yang telah ada dan berbeda dengan contoh-contoh yang telah diberikan.18

Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat

tinggi dijelaskan oleh Gunawan adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa

untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang

memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. Rosnawati menjelaskan

kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan

informasi yang baru diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam

ingatannya, kemudian menghubung-hubungkannya dan/atau menata ulang serta

mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu

penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.19

18
Nurina Ayungnityas dan Endah Budi Rahaju, Proses Penyelesaian Soal Higher Order
Thinking Materi Aljabar Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa, hlm. 2.
19
Nur Rochmah Laily & Asih Widi Wisudawati “Analisis Soal Tipe HOTS dalam Soal UN
Kimia SMA RAYON B Tahun 2012/2013”, Jurnal X1, No.1 (2015), hlm. 28.
Sejalan dengan pengertian berpikir tingkat tinggi menurut Brookhart

sebagai berikut:

Higher-order thinking conceived of as the top end of the Bloom’s cognitive


taxonomy. The teaching goal behind any of the cognitive taxonomies is
equipping students to be able to do transfer. “Being able to think” means
students can apply the knowledge and skills they developed during their
learning to new contexts. “New” here means applications that the student
has not thought of before, not necessarily something universally new.
Higher-order thinking is conceived as students being able to relate their
learning to other elements beyond those they were taught to associate with
it.20
Pengertian di atas dimaksudkan bahwa berpikir tingkat tinggi merupakan

tingkat terakhir atau teratas dari taksonomi kognitif Bloom, yang dimaksudkan

agar siswa mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki

untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang baru. Selain itu siswa diharapkan

mampu mengembangkan keterampilan atau HOTS ini untuk menghadapi

tantangan hidup dikemudian hari dan mampu memenangkan dalam persaingan

dikehidupan selanjutnya.

Sedangkan menurut Kemendikbud menjelaskan bahwa soal-soal HOTS

merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan

berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat

(recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan

pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur

kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan

20
Brookhart, S. M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your Classroom.
(Alexandria: ASCD, 2010), hlm.5
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-

beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah

ide dan informasi secara kritis.21 Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis

HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada recall.22

Menurut M. Brookhart mengemukakan bahwa manfaat penilaian HOTS

adalah sebagai berikut:23

1. Meningkatkan motivasi untuk belajar.

2. Meningkatkan pencapaian hasil belajar.

Berikut peran soal HOTS dalam meningkatkan mutu penilaian menurut

Kemendikbud.

1. Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke- 21

2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah

HOTS perlu dikembangkan pada diri siswa sejak dini namun diperlukan

perkembangan intelektual yang sempurna untuk mencapai HOT yang maksimal.

Menurut Piaget, perkembangan intelektual siswa telah mencapai tahap terakhir

(operasi formal) pada usia 12 tahun, lebih tepatnya pada usia tersebut siswa berada

pada jenjang pendidikan SMP. Nur menyatakan bahwa siswa pada usia 12 tahun

sudah dapat berpikir kombinatorik, artinya bila siswa dihadapkan kepada suatu

21
Kemendikbud. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).
(Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2017), hlm.3
22
Fanani, Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS) dalam Kurikulum 2013. (Journal of Islamic Religion Education, Vol . Kediri: IAIN Kediri),
hlm.61
23
Op.cit, hlm.34
masalah, ia dapat mengisolasi faktor-faktor tersendiri atau mengkombinasikan

faktor- faktor itu sehingga menuju penyelesaian masalah tadi.24

HOTS seringkali dijabarkan sebagai keterampilan berpikir level tinggi pada

berbagai kerangka keterampilan berpikir. Dalam hal ini, istilah HOTS biasanya

dikontraskan dengan LOTS (lower order thinking skill). Diantaranya Liu dan

Fisher yang mengelompokkan proses kognitif analisis (analysis), sintesis

(synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam taksonomi Bloom sebagai HOTS,

sedangkan pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension) dan penerapan

(application) sebagai LOTS. Demikian juga dalam tingkatan berpikir Krulik &

Rudnick berpikir kritis dan kreatif dikategorikan sebagai HOTS, sedangkan

(recall) dan basic termasuk dalam LOTS. Meskipun definisi HOTS masih banyak

diperdebatkan, secara umum HOTS dapat diartikan sebagai proses berpikir yang

melibatkan pengolahan informasi secara kritis dan kreatif dalam menghadapi

situasi atau menyelesaikan permasalahan tertentu. Dalam hal ini, penyelesaian

masalah dapat diposisikan sebagai basis utama dari HOTS yang dibangun dari

keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Dalam standar isi matematika SMP

sendiri, teridentifikasi 47% standar kompetensi (SK) (8 dari 17) dan 27%

kompetensi dasar (KD) (16 dari 59) memiliki muatan HOTS.25

24
Ika Victoria Nalurita, dkk. Profil Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal HOT
pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa”, hlm. 1.
25
Shi’an Musfiqi & Jailani “Pengembangan Bahan Ajar Matematika yang Berorientasi
pada Karakter dan HOTS”, Jurnal Pendidikan Matematika.X1, No.1 (2014), hlm. 3.
Taksonomi Bloom pada ranah kognitif merupakan dasar bagi keterampilan

berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills.

HOTS perlu dikembangkan pada diri siswa sejak dini namun diperlukan

perkembangan intelektual yang sempurna untuk mencapai HOT yang maksimal.

Menurut Piaget, perkembangan intelektual siswa telah mencapai tahap terakhir

(operasi formal) pada usia 12 tahun, lebih tepatnya pada usia tersebut siswa berada

pada jenjang pendidikan SMP.

Nur menyatakan bahwa siswa pada usia 12 tahun sudah dapat berpikir

kombinatorik, artinya bila siswa dihadapkan kepada suatu (HOTS). Tingkatan

taksonomi Bloom pada awalnya yakni: (1) pengetahuan (knowledge); (2)

pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application); (4) analisis (analysis);

(5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Revisi dilakukan terhadap

taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Perubahan

ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang mengindikasikan

bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata

benda). Revisi dilakukan oleh Kratwohl dan Anderson, taksonomi Bloom menjadi:

(1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3) mengaplikasikan

(apply); (4) menganalisis (analysis); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6)

mencipta/ mengkreasi (create). Kemampuan yang melibatkan menganalisis,

mengevaluasi dan mencipta/mengkreasi inilah yang dinamakan ketrampilan


berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills

(HOTS).26

Menurut Kratwohl menyatakan bahwa indikator untuk mengukur

kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi: 27

1. Menganalisis

a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau

menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungannya.

b) Mengindentifikasi/merumuskan pertanyaan

c) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari

sebuah skenario yang rumit

2. Mengevaluasi

a) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan

menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk

memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.

b) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian

c) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.

3. Mencipta/mengkreasi

26
Kasturi,dkk. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Problem Posing Berorientasi
Penerapan HOTS pada Materi Kesebangunan Kelas IX”, hlm. 16.
27
Ibid, hlm.16-17
a) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.

b) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.

c) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru

yang belum pernah ada sebelumnya.

b. Taksonomi Bloom

Pada dasarnya proses Kognitif dapat berfokus pada Taksonomi Bloom,

yang dibagi menjadi enam tingkatan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi,

yaitu:

1. Mengingat yaitu proses mengambil pengetahuan dari memori jangka

panjang;

2. Memahami yaitu proses mengkonstruksi makna dari materi

pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh

guru;

3. Mengaplikasi yaitu proses menerapkan atau menggunakan suatu

prosedur dalam keadaan tertentu;

4. Menganalisis yaitu proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan

hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau

tujuan;

5. Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan

atau standar;
6. Mencipta yaitu proses memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang

orisinal (Anderson & Krathwohl, 28

Menurut Anderson & Krathwohl Taksonomi dapat diartikan sebagai

kerangka pikir secara khusus. Taksonomi Bloom yang sudah direvisi ini memiliki

2 dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Taksonomi dalam bidang

pendidikan digunakan sebagai klasifikasi tujuan instruksional, seperti tujuan

pembelajaran atau sasaran belajar.29 Berikut hal yang memiliki tingkatan atau

tataran kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thingking skills yang

tecantum dalam taksonomi Bloom versi terbaru (revisi), yaitu:30

1. Mengingat (Remembering)

Mampu mengingat bahan-bahan yang baru saja dipelajari.

2. Memahami (Understanding)

Memahami makna, translasi, interpolasi, dan penafsiran bahan ajar dan

masalah.

3. Menerapkan (Applying)

28
Op.cit, hlm.102
29
Sofiyah, Siti. 2015. Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir TingkatTinggi
Matematika berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom pada Siswa Kelas V SD. (Skripsi, tidak
diterbitkan. Jember: FKIP Jember,2015), hlm.10
30
Basuki, Ismet & Hariyanto, Asesmen Pembelajaran. (Bandung: Remaja Rodaskarya,
2014), hlm.14
Mampu menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan lain-

lain, di dalam kondisi pembelajaran. Siswa mampu menerapkan apa

yang dipelajaro dalam kelas ke dalam suatu situasi yang baru sama

sekali di tempat kerja.

4. Menganalisis (Analysing)

Siswa mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi- bagi

atau menstrukutrkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta

membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang

rumit.

5. Menilai (Evaluating)

Siswa mampu memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,

metodologi, prosedur kerja dan lain-lain, dengan menggunakan kriteria

yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas

atau manfaatnya.

6. Menciptakan (Creating)

Siswa menempatkan unsur-unsur bersama-sama untuk membentuk

suatu keseluruhan yang koheren dan berfungsi, mengorganisasikan

kembali unsur-unsur menjadi suatu pola baru atau struktur baru

melalui membangkitkan, merencanakan, atau menghasilkan sesuatu.


Berikut ini adalah diagramatik, taksonomi Bloom versi lama dan versi

baru yang dinyatakan dalam gambar sebagai berikut:31

Gambar 2.1 Diagramatik Taksonomi Bloom Versi Lama dan Baru

Level Versi Lama Perubahan Versi Baru Level

C6 Evaluation Creativing C6

C5 Synthesis Evaluating C5

C4 Analysis Analysing C4

C3 Application Applying C3

C2 Comprehension Understanding C2

C1 Knowledge Remembering C1

c. Acuan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher-order thinking adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dari aspek

analysing sampai dengan creating32. Aktivitas HOTS membantu siswa terampil

mencari ilmu dalam penalaran induktif dan deduktif untuk memikirkan jawaban

atau mengidentifikasi dan mengeksplorasi pemeriksaan ilmiah dari fakta-fakta

yang ada33. Menurut Sofah Taksonomi Bloom dianggap sebagai dasar untuk

menentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi seseorang. Pemikiran tersebut

didasarkan karena setiap proses pembelajaran memerlukran acuan indikator

kemampuan yang terdapat pada susunan Taksonomi Bloom. Anderson &

Krathwohl menyatakan yang termasuk ke dalam kategori HOTS adalah

31
Ibid, hlm.14
32
Hamzah, A, Evaluasi Pembelajaran Matematika. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.154
33
Thitima, G. & Sumalee, C, Scientific Thinking of the Learners Learning with the
Knowledge Construction Model Enhancing Scientific Thinking. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 46, p:3771-3775, 2012, hlm3.771.
Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5) dan Mencipta (C6). Berikut adalah proses

dimensi kognitif berpikir tingkat tinggi menurut Anderson dan Krathwohl (2010:

120-133):

1. C4 (Menganalisis)

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-

bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar-bagian dan

antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses

menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan,

mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang

diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan

potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan),

menentukan cara-cara untuk menata potongan- potongan informasi

tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan dibalik informasi

itu (mengatribusikan).

2. C5 (Mengevaluasi)

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah

kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Mengevaluasi mencakup

kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau

beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang

berdasar kriteria tertentu (dalam matematika siswa mampu memaparkan

rumus atau perhitungan yang dilakukan untuk menjawab soal), dan


melibatkan penggunaan standar-standar performa dengan kriteria yang

jelas. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian

terhadap sesuatu. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif

memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria

internal) dan mengkritik (keputusan- keputusan yang diambil berdasarkan

kriteria eksternal).

3. C6 (Mencipta)

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Sekalipun kategori-kategori

proses memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis melibatkan proses

mendeteksi hubungan-hubungan di antara elemen-elemen yang diajarkan,

namun berbeda dengan mencipta walaupun mencipta melibatkan proses

pembuatan produk yang orisinil. Meskipun mencipta mengharuskan

berpikir kreatif, mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama

sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.

Mencipta menentukan suautu elemen untuk menentukan hasil dari elemen

yang baru dan mampu menyintesiskan sesuat menjadi sebuah keseluruhan.

Proses mencipta (kreatif) dapat dibagi jadi tiga tahap: penggambaran

masalah, yang di dalamnya siswa berusaha memahami tugas asesmen dan

mencari solusinya; perencanaan solusi, yang di dalamnya siswa mengkaji

kemungkinan-kemungkinan dan membuat rencana yang dapat dilakukan;

dan eksekusi solusi, yang di dalamnya siswa berhasil melaksanakan


rencananya dengan baik. Maka, dapatlah dikatakan bahwa proses

mencipta dimulai dengan tahap divergen yang di dalamnya siswa

memikirkan berbagai solusi ketika berusaha memahami tugas

(merumuskan). Tahap selanjutnya adalah berpikir konvergen, yang di

dalamnya siswa merencanakan metode solusi dan mengubahnya jadi

rencana aksi (merencanakan). Tahap terakhir ialah melaksanakan rencana

dengan mengkonstruksi solusi (memproduksi).

Tabel 2.1 Dimensi Proses Kognitif (Anderson & Krathwohl, 2010: 101-102)

Kategori dan
Proses Nama-nama Lain Definisi dan Contoh
Kognitif
4. MENGANALISIS –memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan
hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membe- Menyendirikan, Membedakan bagian materi pelajaran yang
dakan memilah, memfokuskan, relevan dari yang tidak relevan, bagian yang
memilih penting dari yang tidak penting (Membedakan
antara bilangan yang relevan dalam soal cerita
matematika).
4.2 Meng- Menemukan koherensi, Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja
organisasi memadukan, membuat atau berfungsi dalam sebuah struktur (Misalnya,
garis besar, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi
mendeskripsikan peran, bukti-bukti yang mendukung dan
menstrukturkan menentang suatu penjelasan historis.)
4.3 Meng- Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau
Atribusikan maksud di balik materi pelajaran (Misalnya,
menunjukkan, sudut pandang penulis suatu esai
sesuai dengan pandangan politik si penulis).
5. MENGEVALUASI –mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
5.1 Memeriksa Mengoordinasi, Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam
Mendeteksi, Memonitor, suatu proses atau produk; menentukan apakah
Menguji suatu proses atau produk memiliki konsistensi
internal; menemukan efektivitas suatu prosedur
yang sedang dipraktikkan (Misalnya, memeriksa
apakah kesimpulan- kesimpulan seorang ilmuwan
sesuai dengan
data-data amatan atau tidak)
5.2 Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antasa suatu produk dan
kriteria eksternal; menentukan apakah suatu
produk memiliki konsistensi eksternal;
menemukan ketepatan suatu prosedur untuk
menyelesaikan masalah (Misalnya,
menentukan satu metode terbaik dari dua metode
untuk menyelesaikan suatu masalah)
6. MENCIPTA –memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren
atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
6.1 Merumus- Membuat hipotesis Membuat hipotesis-hipotesis berdasar-kan
kan kriteria (Misalnya, membuat hipotesis tentang
sebab-sebab terjadinya sesuatu fenomenon)
6.2 Merenca- Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu
nakan tugas (Misalnya, merencanakan proposal
penelitian tentang topik sejarah tertentu)
6.3 Mempro- Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk (Misalnya, membuat
duksi habitat untuk spesies tertentu dengan suatu tujuan)

Dari semua rangkaian di atas mengenai HOTS, menekankan bahwa soal

HOTS merupakan tes yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi

siswa yang mampu menjadi bekal seseorang untuk menghadapi tantangan dimasa

depan

Anda mungkin juga menyukai