Anda di halaman 1dari 5

Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi

Eksekutif Kota Gresik


Perum. Grand Verona , Kebomas, Gresik
Telp. 083832296368  Instagram : @lmnd.gresik

BAHAN BACAAN
HARI TANI NASIONAL 2021

Melalui Keppres No 169 tahun 1964, Presiden Soekarno meresmikan bahwa setiap tanggal 24
September diperingati  sebagai Hari Tani Nasional dengan memghasilkan produk Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960. UU PA ini mengamanatkan perubahan mendasar terhadap prinsip-
prinsip hukum agraria kolonial. Melalui pengukuhan hukum adat, pelarangan monopoli penguasaan tanah
dan sumber agraria lain, pengikisan praktik feodalisme, serta jaminan kesetaraan hak atas tanah bagi laki-
laki dan perempuan merupakan prinsip-prinsip UUPA untuk mewujudkan keadilan sosial.

Dalam historisnya, dulu tanah partikelir dikuasai oleh penguasa kolonial dan disewakan kepada
orang kaya yang juga disertai hak-hak pertuanan. Yang mana artinya tanah yang disewakan dapat
dikuasai oleh tuan tanah yang didalamnya tuan tanah berhak untuk mengangkat dan memberhentikan
kepala desa, menuntut rodi atau uang pengganti rodi, dan juga mengadakan pungutan. Setelah mengalami
proses panjang UU PA resmi menjadi Undang-undang agraria nasional salah satunya bisa menghilangkan
hak tuan tanah yang dimiliki oleh bangsa kolonial, yang mana saat itu lahan asing kembali dialihkan ke
tangan bangsa Indonesia. Sehingga aturan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak sesuai dengan
UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi "Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," dan Pancasila yang
bertumpu pada filosofis keadilan sosial.

Dalam nawacita yang digaungkan oleh Presiden Jokowi di periode pemerintahan 2014-2019,
salah satunya ada program reforma agraria dan kedaulatan pangan. Lalu di periode 2019-2024, Presiden
Jokowi kembali membuat program terkait reforma agraria dalam visinya sebagai Presiden. Namun
program ini tidak maksimal, sehingga masih banyak konflik agraria yang terjadi di Indonesia. Landasan
hukum yang membawahi reforma agraria, namun dalam pelaksanaannya masih belum sesuai harapan.
Yang mana ketimpangan antara penguasaan dan pemilikan lahan di Indonesia masih terus terjadi.
Sehingga hampir di seluruh sektor, terjadi penguasaan secara besar-besaran atas sumber agraria. Sebesar
71 % dikuasai oleh perusahaan kehutanan, 16% oleh perusahaan perkebunan, 7% dikuasai golongan kaya
dan sisanya oleh masyarakat miskin. 
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
Eksekutif Kota Gresik
Perum. Grand Verona , Kebomas, Gresik
Telp. 083832296368  Instagram : @lmnd.gresik

Kebijakan pertanian juga turut memperparah kemiskinan pedesaan. Berdasarkan catatan Aliansi
Petani Indonesia (API) rata-rata terdapat 59 rumah tangga tani yang keluar dari sektor pertanian/jam,
artinya ada 1 rumah tangga tani hilang di setiap menitnya. Jika rata-rata kepemilikan lahan produksi
petani 0,3 hektar dan ditanami padi, rata-rata hanya akan menghasilkan Rp. 4.290.000, atau Rp. 1.072.500
setiap bulannya. Disisi lain kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras juga lebih berorientasi pasar,
tanpa mempertimbangkan kebutuhan petani. Hal ini turut mendorong lonjakan angka migrasi dari desa ke
kota yang akhirnya berdampak serius pula terhadap regenerasi dan munculnya angkatan muda di sektor
tani.

S, kita sedang berhadapan dengan UU Omnibuslaw Ciptaker yang disahkan satu tahun lalu.
Terkait reforma agraria, Omnibus Law (RUU Cipta Kerja) justru memuat ketentuan-ketentuan yang
bertentangan dengan UUPA 1960, seperti penambahan Hak Guna Usaha (HGU) hingga 90 tahun,
pembentukan ‘Bank Tanah’, dan pasal-pasal lainnya. Sementara terkait kedaulatan pangan, Omnibus Law
RUU Cipta Kerja semakin berupaya meliberalisasi sector pangan, yakni dengan mengadopsi kebijakan
pasar bebas yang didorong oleh WTO. Indikasi ini dapat dilihat dari pasal-pasal tentang penghapusan
ketentuan impor pangan dan aktor produksi pangan di dalam Undang-Undang Pangan dan Undang-
Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, yang selama ini digugat oleh WTO karena memproteksi
petani di Indonesia. 

Kedaulatan Pangan

Indonesia dengan jumlah penduduk yang tinggi, tantangan untuk mewujudkan berdaulat di sektor
pangan tidaklah ringan. Kedaulatan pangan mencakup tiga aspek, yakni ketersediaan jumlah, keamanan,
dan keterjangkauan harga. Dari sisi ketersediaan jumlah. Padi sebagai pangan utama (makanan primer)
memainkan peran yang strategis dan sekaligus politis. Ketersediaannya dalam jumlah yang cukup
menjadi salah satu pilar penting dalam menopang ketahanan pangan nasional. Tingginya laju konversi
lahan sawah ke pemanfaatan lain telah menjadi ancaman bagi produksi padi dalam negeri yang berarti
sekaligus juga ancaman bagi ketahanan pangan nasional.
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
Eksekutif Kota Gresik
Perum. Grand Verona , Kebomas, Gresik
Telp. 083832296368  Instagram : @lmnd.gresik

Kedaulatan pangan berbeda dengan ketahanan pangan. Sedangangkan strategi pemerintah


Indonesia untuk saat ini hanyalah sebatas ketahanan pangan yang akhirnya berprinsip bertahan dari
kekurangan. Kedaulatan pangan artinya kecukupan dan memiliki kekutan penuh dalam mengatur pangan
jangka panjang, sehingga mampu membuat pangan menjadi surplus dan dapat melakukan ekspor pangan.
Prinsip ketahanan pangan ala pemerintah juga menyebabkan harga beras tidak stabil yang kemudian
menggunakan strategi impor sebagai solusi untuk menstabilisasi harga pangan. Hal ini tentu saja
berdampak pada penghasilan petani yang membuat harga jual beras dari petani turun.

Pemberdayaan Petani

Sebagai negara yang memiliki alam dan kekayaan sumber daya yang luas, Indonesia diharapkan
mampu mewujudkan kemandirian pangan dalam upaya meningkatkan pembangunan taraf kehidupan
bangsa. Dalam sila kelima Pancasila dan pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
secara jelas dinyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar salah satu
filosofi pembangunan bangsa, sehingga setiap warga Negara Indonesia, berhak atas kesejahteraan,
keadilan, dan kemakmuran. Selama ini Petani telah memberikan kontribusi yang nyata dalam
pembangunan Pertanian dan pembangunan ekonomi perdesaan. Petani sebagai pelaku pembangunan
Pertanian perlu diberi Perlindungan dan Pemberdayaan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan.
Pelaku utama pembangunan Pertanian adalah para Petani, umumnya berusaha dengan skala kecil, yaitu
rata-rata luas Usaha Tani kurang dari 0,5 hektare, dan bahkan sebagian dari Petani tidak memiliki sendiri
lahan Usaha Tani atau disebut Petani penggarap, bahkan juga buruh tani. umumnya Petani mempunyai
posisi yang lemah dalam memperoleh sarana produksi, pembiayaan Usaha Tani, akses pasar. Selain itu,
Petani dihadapkan pada kecenderungan terjadinya perubahan iklim, kerentanan terhadap bencana alam
dan risiko usaha, globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada
Petani.

Konsepsi pemberdayaan petani juga perlu dilakukan mulai hulu hingga hilir. Hulu artinya ada
subsidi untuk perawatan awal bertani mulai dari bibit, pupuk, dan sebagainya. Hilir artinya setelah panen
dengan mengakomodir selur hasil panen petani yang terdistribusikan dengan baik serta mendapatkan
Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
Eksekutif Kota Gresik
Perum. Grand Verona , Kebomas, Gresik
Telp. 083832296368  Instagram : @lmnd.gresik

harga yang mensejahterakan. Selama ini, pemerintah Indonesia sering melupakan aspek pemberdayaan di
sektor hilir, sehingga ketika panen raya para petani malah hidup sengsara.
Bangun Persatuan Nasional. Menangkan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai