Anda di halaman 1dari 19

KONSEP NEGARA DAN KONSTITUSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Ibu Eva

Disusun oleh:
Kelompok 2
Sahra Nabilah (20217158)
Shinta (20217166)
Siti Nuraliza (20217184)
Siti Nurun Nissa (20217185)
Sri Diana (20217187)

TINGKAT 2D KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI
Jl. Arya Santika No. 40 A, Bugel, Margasari, Karawaci Kota Tangerang
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Promosi Kesehatan. Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik
lagi dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah Kewarganegaraan
oleh Ibu Eva Marsepa. atas bimbingan dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami.
Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan
insyaAllah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-
rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang Konsep Negara
Dan Konstitusi. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya.

Tangerang, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ...............................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi .........................................................................................
2.2 Pentingnya Konstitusi bagi Negara .......................................................................................
2.3 UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia ..................................................................
2.4 Perilaku Konstitusional .........................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara, atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara
yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang telah
menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk
mengamandemen UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta
dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan
terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah
hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah
menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis
dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan
sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi
perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen
sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Negara dan Konstitusi?
2. Bagaimanakah pentingnya konstitusi bagi negara?
3. Bagaimanakah UUD 1945 sebagai konstitusi negara republik indonesia?
4. Apa saja bentuk perilaku konstitusional?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penuliasan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian Negara dan Konstitusi.
2. Mengetahui psntingnya konstitusi bagi negara
3. Mengetahui UUD 1945 sebagai konstitusi negara republik indonesia
4. Mengetahui bentuk perilaku konstitusional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara dan Konstitusi


Negara adalah suatu organisasi dimana sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (Teritorial) tertentu dengan mengakui adanya
suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan kelompok tersebut di
wilayahnya. Secara umum Negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di
dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut
campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen yang
berperan dalam membentuk suatu Negara, yaitu:
a) Masyarakat atau rakyat; sebagai individu yang mendiami dan berstatus sebagai
warga di suatu Negara.

b) Wilayah (Teritorial); sebagai tempat atau wilayah Negara berdiri.

c) Bentuk Pemerintahan; sebagai penguasa dan pihak yang memagang kekuasaan atas
tanggung jawab keberlangsungan hidup warga Negara.

d) Pengakuan dari Negara lain; sebagai bukti bahwa Negara tersebut terbentuk dan
berdiri secara resmi dan legal.
Dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, unsur-unsur di atas menjadi 5 yaitu dengan
penambahan UUD (Konstitusi) sebagai tambahan.
Menurut Mukhti Fajar (2005:43), sebagai negara hukum Indonesia mempunyai ciri-ciri
sebagai Negara hukum karena adanya:
1. Asas pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
2. Asas legalitas.
3. Asas pembagian kekuasaan.
4. Asas peradilan yang bebas dan tidak memihak.
5. Asas kedaulatan rakyat.
6. Asas demokrasi.
7. Asas konstitusional
Konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-ketentuan hukum yang
dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan termasuk dasar
hubungan kerjasama antara Negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kata “Konstitusi” berarti pembentukan, yang berasal dari bahasa
Prancis yaitu “constituer”. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yang berarti suatu
Undang-Undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum bentuk organisasi yang pada
umumnya berbentuk naskah yang sering disebut dengan Konstitusi atau Undang-Undang
Dasar. Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting yang dikeluarkan oleh
kaisar atau raja yang digunakan secara luas dalam hukum kanon untuk menandakan
keputusan substitusi tertentu. Konstitusi umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen
yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan Negara. Terdapat
5 jenis konstitusi yaitu:
 Written Constitution and Unwritten Contitution;
 Fleksible and Rigid Cnstitution
 Supreme and Not Supreme Constitution
 Federal and Unitary Constitution
 President Executive and Paliamentary Executice

Konstitusi memiliki tujuan yang berkaitan dengan:


1. Berbagai lembaga kenegaraan dengan wewenang dengan tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga Negara.
3. Hubungan antar lembaga Negara (pemerintah) dengan warga Negara (rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.
5. Hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan perkembangan zaman. Semakin banyak
pasal yang terdapat dalam suatu konstitusi tidak menjamin konstitusi tersebut baik.

Selain tujuan di atas, tujuan adanya konstitusi juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap
kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa itu sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
2.2 Pentingnya konstitusi bagi negara
ARTI PENTING KOSTITUSI DALAM SEBUAH NEGARAKonstitusi memiliki
kemuliaan dan arti penting bagi kehidupan suatu negara. Kemuliaan suatu
konstitusilah yang menjadikannya sebagai fundamental law(hukum dasar) dan the higher
law(hukum tertinggi). Hal itu dikarenakan konstitusi dapat disamakan dengan suatu
piagam kelahiran suatu negara baru. Konstitusi memiliki arti penting bagi negara
karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi
barometer kehidupan negara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para
pahlawan.Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup dan inspirasi bangsa
yang memilikinya. A. Hamid S. Attamimi menyatakan bahwa konstitusi sebagai
pemberi pegangan dan pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam mengatur
bagaimana kekuasaan negara itu akan dijalankan.
Sebagai mana di kemukakan oleh A.A.H. Struycken1dalam bukunya berjudul Het
Staatsrecht van Het Koninkrijk dre Nederlandermenyatakan bahwa undang-undang dasar
sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisi sebagai berikut:1.Hasil
perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.2.Tingkat tertinggi perkembangan
ketatanegaraan bangsa.3.Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk
waktu sekarang maupun yang akan datang.4.Suatu keinginan di manaperkembangan
kehidupan ketatane garaan bangsa hendak dipimpin.Keempat hal yang termuat dalam
konstitusi tersebut menunjukkan arti pentingnya suatu konstitusi yang menjadi
barometer kehidupan bernegara dan berbangsa. Konstitusi juga memberikan arah dan
pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Konstitusi
memiliki kedudukan istimewa dan menjadi sumber hukum utama. Oleh karena itu, tidak
boleh ada satu peraturan perundang-undangan pun yang bertentangan
dengannya.Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua
negara yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen
nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen hukum
dan politik. Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak lembaga negara,
pemerintahan, hu bungan antara negara dan warganya, serta pengawasan jalannya
pemerintahan

2.3 UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia


Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah kelompok aturan dasar / pokok
Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma Dasar.

1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode, yaitu sebagai
berikut:
a) Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri
dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan paralihan, 2
ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b) Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri
atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c) Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian.
d) Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Khasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;
2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan tahun
2002) Amandemen tersebut adalah:
a) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999;
b) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000;
c) Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November 2001;
d) Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya merupakan
hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945
dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan
hukum dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara
Indonesia setelah mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.
Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan 3 keputusan
penting, yaitu sebagai berikut.
1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar
Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk
presiden.
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung sngat singgat yaitu
kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan untuk segera
membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan dengan lancar.
Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang mendasar.
Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hokum dasar yang dihasilkan oleh
BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:
a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,
b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam
Bagi Pemeluk-Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI dilakukan
dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4 Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia terdiri atas
16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan.

Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri atas dua
bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya. Adapun
bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka
Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15 Februari 1946,
terdiri atas:
a) Pembukaan
b) Batang tubuh, dan c) Penjelasan.
Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya berlaku dalam
waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Sejak 27
Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru disebut kontitusi Republik Indonesia
Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi
Republi Indonesia Serikat disingkat KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik
Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu
Negara Republik Indonesia (RI) yang beribu kota di Yogyakarta. Kontitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku dari tanggal 27 Desember 1949
sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia kembali kebentuk Negara kesatuan.
Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak diberlakukan lagi. Priode berlakunya UUD RIS 1949
daei tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut
konstitusi II.
1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan
lampiran.
Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain:
a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlamenter. Dalam sistem pemerintahan ini, kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang perdana mentri.perdana mentri apis saat itu adalah Moh.
Hatta.

Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti dari UUD RIS
1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan yang dituangkan dalam Undang-
Undang Federal No.7 Tahun 1950 tentang perubahan konstitusi RepublikIndonesia Serikat
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang
menyusun Undang- Undang Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:
1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2) Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.
3) Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;
4) Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;
5) Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950.
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Situasi ini
kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut:
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;
b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c) Pembenntukan MPRS dan DPAS.

2, Proses Amandemen UUD 1995


Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen
sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan
perubahan rancangan UU. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen UUD yang
artinya perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri mencangkup dua
pengerrtianyaitu:
a. Amandemen konstitusi
b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan
addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku. Adapun
bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan memperbaruhi konstitusi
negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara demokrasi. Dengan adanya
amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita diharapkan semakin baik dan lengkap
meyesuikan dengan tuntutan perkembangan dan kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia juga haus mampu
menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu dilakukan perubahan
terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa pemerintahan presiden soeharto belum
pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai berikut:
1) Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota majelis permusyawaratan
2) Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3) Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat diadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan rakyat.
4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis permusyawaratan
rakyat.
5) Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR
pada siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian UUD
1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19 oktober
1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november 2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus 2002.
Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3 pasal aturan
peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya beberapa
ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku adalah ketentuan-
ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945.
Dengandemikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:
1. Naskah asli UUD 1945
2. Naskah perubahan pertama UUD 1945
3. Naskah perubahan kedua UUD 1945
4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945
5. Naskah perubahan keempat UUD 1945
Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat
tersebut tertuang dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan MPR
tersebut tidak menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin berbeda dengan jenis putusan
majelis lainnya, yaitu ketetapan majelis dan keputusan majelis yag menggunakan nomor
keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945 menjadi lebih
lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan pasal yang diubah dari
perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun jumlah nomor pasal tetap yaitu 37
tidak termasuk aturan peralihan dan aturan tambahan. Perubahan diakukan dengan cara
menambahkan huruf A, B, C, dan seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya pasal
28, kemudian pasal 28A, pasal 28B dan seterusnya.
3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
pembukaan dan bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan
luhur dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara
meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi malaysia, singapure, dan australia tidak memiliki
bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki bagian pembukaan adalah
konstitusi jepang, india, dan amerika serikat.
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi negara indonesi.
Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan luhur bangsa indonesia. Selain
berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan keinginan bangsa indonesia, dalam bernegara
yaitu mencapai masyarakat merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia
pembukaan UUD 1945 memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
Alenia pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat indonesia kedepan
pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur”.
Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.
Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah
negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah dara
indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD
1945negara indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara republik indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh ikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

2.4 Perilaku konstitusional


Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa
hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara.
Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh
konstitusi. Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan
terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional
adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan
penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Perilaku konstitusional juga
dapat diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan konstitusi negara. Sebaliknya, perilaku
inkonstitusional adalah perilaku yang menyimpang dari konstitusi negara.
Sebagai warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki kesetiaan
terhadap bangsa dan negara, yang meliputi kesetiaan terhadap ideologi negara, kesetiaan
terhadap konstitusi, kesetiaan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesetiaan
terhadap kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, maka setiap warga Negara harus dan wajib
untuk memiliki prilaku positif terhadap konstitusi, yang mempunyai makna berperilaku
peduli atau memperhatikan konstitusi (UUD), mempelajari isinya, mengkaji maknanya,
melaksanakan nilai-nilai yang terjandung didalamnya, mengamalkan dalam kehidupan, dan
berani menegakkan jika konstitusi dilanggar.

Perilaku konstitusional wajib dimiliki dan diterapkan oleh semua warga negara, karena
perilaku konstitusional dapat menciptakan keadaan yang tertib, disiplin, dan sesuai dengan
hukum.
Berikut adalah contoh sikap konstitusional :
A. Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara
Berdasarkan konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini penyelenggaraan Nagara
dilaksanakan oleh lembaga-lembaga Negara meliputi : MPR, Presiden, Kementrian Negara,
DPR, DPD, KPU, Badan Pemeriksa Keuangan, MA, MK, TNI, dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Lembaga-lembaga penyelenggara Negara tersebut melaksanakan tugas atau kewajibannya
berdasarkan wewenang yang dimiliki berdasarkan ketetapan konstitusi lain :
1. MPR
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD

2. Presiden dan Kementrian Negara


 Tidak pernah menghianati Negara
 Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas sebagai Pres dan
Wapres
 Mengajukan rancangan UU kepada DPR
 Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU

3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


 Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
 Membentuk undang-undang
 Membahas rancangan undang-undang bersama dengan Presiden

4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


 Mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah, hubungan antar pusat
dan daerah
 Pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain kepada DPR

5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)


 Menyelenggarakan pemilu yang langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil

6. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
 Menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD

7. Mahkamah Agung (MA)


 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
8. Mahkamah Konstitusi (MK)
 Memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD
 Memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil pemilihan umum

9. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia


 Mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan serta kedaulatan Negara
 Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat

B. Perilaku Konstitusional Warga Negara


1. Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.
2. Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan lalu lintas, sekolah, dan
lain sebagainya.
3. Tidak main hakim sendiri.
4. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan.
6. Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
7. Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.
8. Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
9. Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak dengan
money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
10. Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan kekerasan, infiltrasi,
atau revolusi.
11. Membayar pajak tepat waktu
12. Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan kewajiban.
13. Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.

Berikut adalah contoh perilaku inkonstitusional yang perlu dihindari dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara :
1) Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma yang
telah ditetapkan di dalam konstitusi.
2) Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun
untuk memperkaya diri sendiri (korupsi).
Perilaku konstitusional harus dilaksanakan oleh penyelenggara dan warga negara secara
seimbang. Untuk mengembangkan perilaku konstitusional, pertama kali dengan mengetahui
dan memahami aturan-aturan penyelenggaraan negara yang tecantum dalam UUD 1945. Oleh
karena itu, sosialisasi UUD 1945 kepada seluruh warga negara harus dilaksanakan secara
efektif melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat
ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian
negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M., merumuskan
negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis. Konstitusi atau
undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem
politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai
dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya.
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan. Perubahan yang
dilakukan merupakan ada atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap
berlaku. Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung jawabkan.

Daftar Pustaka
Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa,
Bandung: PT Refika Aditama, 2015.
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta:
Paradigma, 2016.
Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA
SAKTI, 2018.
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007.

Anda mungkin juga menyukai