Anda di halaman 1dari 12

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah: Manajemen Mutu Kelas

Oleh:
Jusmaliah : 105011102520

Nur Wahida :

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanuhu wata’ala yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

(Problematika Pendidikan Islam Kontemporer ) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah

pada Program Pasca Sarjana, PRODI Magister Pendidikan Agama Islam, mata kuliah:

Manajemen Mutu Kelas.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak., selaku dosen mata kuliah ini ,

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang

saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami

menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar ,14 November 2021

Jusmaliah dan Nur Wahida


DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................6

C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Kode Etik Guru.................................................................................................................7

B. Tujuan Kode Etik Profesi Keguruan...................................................................................8

C. Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan...................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................11

B. Saran.................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pendidikan tidak akan pernah selesai untuk dibicarakan, karena soal ini akan
selalu terkait dengan kontekstualitas kehidupan umat manusia sepanjang zaman. Setiap
perkembangan peradaban manusia sudah barang tentu selalu diikuti oleh berbagai dimensi
kehidupan manusia itu sendiri, termasuk di dalamnya dimensi pendidikan. Berbagai pemikiran
telah dikembangkan oleh para pakar tentang hakikat, makna, dan tujuan pendidikan.
Warna pemikiran itu sudah tentu amat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan nilai-
nilai budaya yang dianut oleh para pakar tersebut. Akan tetapi, dengan segala perbedaan
pandangan yang mereka kemukakan, dalam satu hal mereka sama-sama setuju bahwa
pendidikan bertujuan untuk memberi bekal moral, intelektual, dan keterampilan kepada anak
didik agar mereka siap menghadapi masa depannya dengan penuh percaya diri.
Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti pendidikan
intelek, pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak).
Pendidikan karakter berkenaan dengan psikis individu, di antaranya segi keinginan/nafsu,
motif, dan dorongan berbuat.
Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup,
seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan,
dan keimanan. Dengan demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan
informasi yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang
berguna bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya.
Pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang
sadar diri sebagai makhluk, manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Kesadaran itu
dijadikan ukuran martabat dirinya sehingga berpikir obyektif, terbuka, dan kritis, serta
memiliki harga diri yang tidak mudah memperjualbelikan. Sosok dirinya tampak memiliki
integritas, kejujuran, kreativitas, dan perbuatannya menunjukkan produktivitas.
Dunia masa depan merupakan dunia yang cepat berubah. Agar dapat memanfaatkan
dinamika perubahan itu diperlukan kemampuan persepsi yang cepat terhadap perubahan,
mampu menganalisisnya demi keuntungan memperkaya kepribadian agar ia tidak hanyut
dalam arus perubahan itu. Disinilah penting adanya suatu tumpuan pijakan yang kuat bagi
seseorang. Pijakan itutak lain dari budaya Indonesia dalam arti luas yang mendasari upaya
orientasi atau wawasan setiap orang Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas munculah beberapa permasalah yang mungkin perlu adanya
pembahasan lebih mendalam lagi., diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan sebagai Kegiatan dan Pendidikan sebagai Fenomena?
2. Empat Kelemahan Mendasar dalam Sistem Pendidikan Kita?
3. Basis Pendidikan Menuju Masa Depan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kode Etik Guru

Pengertian Kode Etik Guru

Secara umum kode etik sendiri dapat diartikan sebagai nilai, norma dan
aturan tertulis yang mengatur tentang apa yang seharusnya dilakukan dan yang
tidak harus dilakukan oleh profesional dalam bidang tertentu.
Menurut KH. M. Hasyim Asy'ari (1947) dalam merumuskan kode etik

guru, ia pertama-tama memandang guru sebagai profesi yang sangat sakral dan

sarat dengan nilai-nilai ibadah serta misi profetik (kenabian). Sehingga, selain

guru dituntut memiliki tugas, peran dan tanggung jawab secara profesional, ia

juga memiliki tanggung jawab kepada Tuhannya. Dengan demikian, tugas yang

terpenting bagi guru adalah mendidik manusia dalam arti yang hakiki sesuai

fitrahnya, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah-Nya di muka bumi.

Tugas guru tidak hanya terbatas pada aktivitas yang mengatur sendiri,

tetapi juga memberi pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Yakni mengarahkan

peserta didik agar memiliki karakter dan kepribadian luhur serta perilaku mulia

sesuai dengan norma-norma agama dan etika.

Dalam suatu jabatan atau profesi sering kita temukan istilah kode etik. Di

mana kode etik tersebut adalah sebagai kontrol dari semua aktivitas profesi yang

berhubungan dengan profesinya. Dalam buku Profesi Keguruan, kode etik pada

suatu profesi adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, untuk menjaga

dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya, untuk meningkatkan pengabdian

para anggota profesi. Guru diharapkan mampu berfungsi secara optimal terutama
meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan

wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.

Maka, guru sebagai tenaga profesional dalam hal ini memerlukan baru

atau kode etik guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik

menjadi masa kini untuk tetap profesional (sesuai dengan persyaratan dan

persyaratan profesi). Setiap guru yang memegang keprofesionalnya sebagai

pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode etik guru ini

sebagai salah satu ciri yang ada pada profesi itu sendiri. Sesuai dengan petugas

profesional lainnya, seperti dokter, hakim, peneliti, yang tugasnya dituntut

mematuhi dan terikat oleh kode etik jabatan, maka seorang guru sebagai petugas

profesional juga diwajibkan dan mematuhi menggunakan suatu kode etik dalam

menjalankan tugasnya membimbing dan mendidik anak.

B. Tujuan Kode Etik Profesi Keguruan

Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S,
1979):

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh terhadap
profesi yang bersangkutan.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan

Yang di maksud kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan batin (spiritual


atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik
umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan
perbuatan- perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Kode etik
juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah
laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam
berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu pengabdian
para anggotanya

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam


membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

C. Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan


Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru
dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut
diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap
kewajibannya. Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya
untuk menambah kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik.
Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik mengemukakan empat
fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi kode etik tersebut sebagai
berikut;
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan sebagai acuan.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat, dan
pemerintah
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas
Fungsi kode etik seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan Gibson dan
Mitchel ( 1995: 449 ), yang lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi
masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika ada anggota
profesi yang bertindak diluar kewajaran sebagai seorang profesional.
Biggs and blocher (1986: 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik, yaitu:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi
2. Agar guru bertanggung jawab pada profesinya
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa profesi
guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam
memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
5. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah secara kurang
proporsional. Guru diharapkan mampu menjalin hubungan harmonis, dinamis, kooperatif,
dengan teman sejawat, siswa, orang tua siswa, pimpinan, masyarakat, dan dengan misi
tugasnya sendiri
BAB III

A. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Disimpulkan guru yang dapat ditiruhwa kode etik guru adalah aturan-aturan, nilai atau

norma yang telah disepakati dan diterima oleh guru seluruh Indonesia sebagai pedoman

dalam menjalankan profesinya.

2. Tugas guru bukan hanya mengajar tetapi guru juga bertugas untuk mendidik. Guru adalah

pendidik, dimana pendidik adalah orang yang memikul tanggungjawab untuk

membimbing

B. Saran

Demikian makalah yang saya buat, tentu masih banyak kekurangan, penulis

mengharapkan masukan dan kritikan yang positif. Sebagai saran dari penulis agar para

pencinta ilmu keguruan, terutama guru yang dapat ditiru untuk senantiasa menelaah kitab-

kitab terkait kode etik guru, karena kitab-kitab tersebut menghidangkan kepada kita banyak

pengetahuan mengenai kode etik guru sebagai pemimpin yang ditiru, sehingga kita dapat

mengabil hikmah dan pelajaran untuk diaplikasikan di masa kini


DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.


Hasyim Asy'ari, Adab al-’Alim wa al-Muta’allim (Pondok Pesantren Tebuireng
Jombang: Maktabah At-Turats Al-Islamy, 1415 H), hlm. 22-24.
Ibid., hlm 71-80

Anda mungkin juga menyukai