Anda di halaman 1dari 42

A.

APGAR SKOR

a. Pengertian Apgar Skor

Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk

menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohardjo :

2002).

Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia

atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas

(respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan

reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli) yaitu dengan memasukkam

kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo :

2002).

Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat

diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia

ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo :

2002).

b. Kriteria Apgar Skor Tabel 2.1 Kriteria Apgar Skor


Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim
Warna Kulit Seluruh Appearanc
badan warna kulit warna kulit e
biru tubuh normal tubuh, tangan,
atau merah muda, dan kaki
pucst tetapi tangan normal merah
dan kaki muda, tidak
kebiruan ada sianosis
Denyut tidak ada
Jantung Pulse
<100 kali atau >100 kali atau
menit menit
Respon Grimace
Reflek
tidak ada meringis atau meringis atau
respons menangis bersin atau batuk
terhadap lemah ketika saat stimulasi
stimulasi distimulasi saluran napas
Tonus Otot sedikit gerakan bergerak aktif Activity

lemah
atau
tidak ada
Pernafasan tidak ada lemah atau menangis Respiratio
tidak teratur kuat, n
pernapasan
baik dan
teratur
Sumber : Prawirohardjo : 2002

c. Interpretasi Skor
Tabel 2.2. Interpretasi Skor
Jumlah Skor Interpretasi Catatan
7-10 Normal
4-6 Asfiksia Memerlukan tindakan medis segera
Ringan seperti penyedotan lendir yang
menyumbat jalan napas, atau pemberian
oksigen untuk membantu bernapas
0-3 Asfiksia Berat Memerlukan tindakan medis yang lebih
intensif
Sumber : Prawirohardjo : 2002

2. Persalinan Normal

a. Pengertian Persalinan Normal

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada

usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37-40 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit (JNPK-KN, 2008). Selain itu, persalinan juga


merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-40 minggu) juga lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung 18-24 jam tanpa komplikasi.

Sedangkan partus abnormal adalah proses bayi lahir melalui vagina

dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi atau ekstraksi, cunam,

vakum, dekapitasi, embriotomi atau lahir per abdominam dengan seksio

sesaria (JNPK-KN : 2008).

b. Sebab terjadinya proses persalinan

Faktor yang menyebabkan persalinan belum diketahui secara

benar, yang ada hanyalah merupakan teori – teori yang kompleks antara

lain dikemukakan faktor – faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi

rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi. Dibawah ini merupakan

penjelasan dari faktor – faktor terjadinya proses persalinan :

1) Teori penurunan hormonal : 1-2 minggu sebelum partus mulai

terjadi penurunan kadar progesteron dan estrogen menurun

mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.

2) Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar

estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh

darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

3) Teori distensi rahim : rahim menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot – otot uterus karena pengaruh hormonal

dan beban semakin merangsang terjadinya kontraksi.


4) Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion
servikale dari fleksus frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

5) Induksi partus (induction of labour) : partus dapat pula ditimbulkan


dengan jelas (Sinopsis : 2006).

c. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Berapa faktor yang mempengaruhi persalinan, antara lain

1) Power (Tenaga atau Kekuatan) adalah kekuatan yang mendorong

janin keluar, dalam persalinan kekuatan yang dimaksud adalah

kekuatan HIS. His adalah gelombang kontraksi ritmik otot polos

dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri pada daerah di

mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal gelombang

tersebut didapat dari „pacemaker‟ yang terdapat di dinding uterus

daerah tersebut. His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan

mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.

Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal

mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis

(jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.


(1). His dapat terjadi sebagai akibat dari :

(a). Kerja hormon oksitosin

(b). Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi

(c). Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser

yang tertekan massa konsepsi.

(2). His dikatakan baik dan ideal apabila :


(a) Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus

(b) Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus

(c) Terdapat periode relaksasi di antara dua periode

kontraksi

(d) Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah

his

Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang

mengandung serabut otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot

korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar (cervical

effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.

(1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nyeri saat his

berlangsung adalah :

(a) Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut

saraf di pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf

pusat menjadi sensasi nyeri

(b) Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul

dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.

(c) Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan,

cemas atau anxietas, atau eksitasi).

(d) Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress

(2) Hal yang penting dinilai mengenai His adalah :

(a)Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos, bagian pertama

peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak


lambat.

(b)Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10

menit).

(c)Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan atau mmHg

terhadap frekuensi).

2) Passage (Jalan Lahir).

Faktor jalan lahir meliputi bentuk dan ukuran jaringan tulang serta

jaringan lunak pada panggul yang meliputi uterus (pada kehamilan

dapat dibagi menjadi segmen atas rahim, segmen bawah rahim dan

serviks uterus), otot – otot dasar panggul dan perineum (Llewellyn-

Jones : 2002).

3) Passanger (Janin)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian

terbawah, dan posisi janin.

a) Sikap (Habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu


janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya

dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki

dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

b) Letak (Situs)

Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu

misalnya letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada


sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan

sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.

c) Presentasi

Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada dibagian

bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan

dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong,

presentasi bahu dan lain-lain.

d) Bagian Terbawah Janin

Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.

e) Posisi Janin

Posisi janin dalam keadaan normal, yaitu kepala janin berada di

bawah.

4) Perubahan Psikologis ibu bersalin terhadap sirkulasi dan oksigenasi

terhadap uterus dan servik.

Rahim dirancang secara sempurna untuk membantu dalam

melahirkan janin. Jika ibu memahami bagaimana rahim dapat

berfungsi secara normal ketika tidak dipengaruhi oleh sindrom

ketakutan, ketegangan, nyeri atau Fear – Tension – Pain Syndrome,

maka konsep persalinan dapat terjadi dengan mudah dan nyaman.

Efek fisik negatif dari psikologis ibu (sindrom ketakutan,

ketegangan, nyeri atau Fear – Tension – Pain Syndrome) terhadap

persalinan dapat ditelusuri ke fungsi Susunan Saraf Otonom (SSO

tubuh, SSO adalah jaringan komunikasi dalam tubuh kita, fungsi


utamanya adalah menerjemahkan pesan yang diterima, menentukan

tindakan apa yang harus diambil, dari pesan tersebut dan kemudian

segera mengkomunikasikan tindakan tersebut ke sistem tubuh yang

lain. Respon terhadap implus yang disalurkan melalui SSO (Sistem

Saraf Otonom) tidak dibawah kendali kesadaran, sehingga bersifat

tidak sadar.

Untuk melihat dampak stres terhadap persalinan, serta efek

menguntungkan dari perasaan tenang terdapat dua sistem dalam SSO

(Sistem Saraf Otonom), yaitu :

a) Sistem Simpatis

Sistem ini dipersiapkan tubuh untuk menghadapi kondisi darurat

dan bahaya, sistem ini akan terpicu bila seseorang dalam

keadaan stres, takut atau terkejut, atau berperan sebagai

mekanisme pertahanan tubuh. Sistem ini dengan cepat

menciptakan respon Fight, Flight, and Freeze (Lawan, lari dan

membeku) di dalam tubuh. Jika sistem ini bereaksi akan

menyebabkan pupil mata melebar, denyut jantung bertambah

cepat dan kuat, tubuh akan bergerak secara defensif. Sistem ini

menghentikan untuk sementara berbagai aktifitas seperti

pencernaan, yang paling penting sistem ini menutup arteri –

arteri yang mengalir ke organ – organ tubuh yang tidak esential

untuk pertahanan misalnya rahim.

b) Sistem Parasimpatis
Sistem yang mempertahankan tubuh dan jiwa dalam

keadaan harmonis dan seimbang, mempertahankan fungsi tubuh

dalam keadaan tenang, memperlambat kecepatan denyut

jantung, mengurangi stimulasi, memperlambat pelepasan

neuropeptida yang membahayakan, dan secara umum menjaga

tubuh agar tetap dalam keadaan sejahtera.

Bagian simpatis dari sistem saraf tidak hanya merespon

terhadap ancaman yang nyata, tetapi juga terhadap ancaman

yang baru dibayangkan. Pesan negatif tentang persalinan yang

diterima oleh ibu secara terus menerus akan diproses menjadi

sesuatu yang nyata, seiring dengan berjalannya waktu. Pesan –

pesan negatif ini menjadi bagian dari sistem keyakinan ibu dan

mengganggu keseimbangan kimiawi tubuh ibu secara terus

menerus, pesan – pesan negatif ini mempengaruhi keadaan

emosional ibu dan bayinya (Mongan : 2007)

Ketika ibu akan menghadapi persalinannya dengan diliputi

rasa takut dan stres maka tubuhnya sudah dalam keadaan sikap

defensif, dan terjadi pengeluaran hormon stresor Kotekolamin.

Karena rahim adalah organ tubuh yang tidak merupakan organ

pertahanan tubuh, maka arteri yang mengalir ke rahim menjadi

tegang dan menyempit, menghambat aliran darah dan oksigen.

Sehingga serat – serat lingkar dibagian mulut rahim mengencang

dan mengerut, bukan melemas dan membuka


seperti yang seharusnya. Otot – otot vertikal di bagian atas terus

berupaya menarik otot lingkar keatas dan belakang, tetapi otot –

otot bagian bawah ini melawan, maka leher rahim tetap kencang

dan tertutup. Jika kedua otot ini bekerja saling bertentangan,

timbul nyeri hebat yang dirasakan oleh ibu serta bayi dapat

mengalami hipoksia karena kurangnya oksigenasi ke bayi. Hal

ini dapat menyebabkan adanya intervensi terhadap persalinan,

misalnya vaccum ekstraksi, sectio caesaria (Mongan : 2007).

Keadaan sindrom takut – tegang, nyeri ( fear tensian pain

syndrome ) dapat menimbulkan stres yang menyebabkan

pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan

steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan

otot polos dan vasokontriksi pembuluh darah sehinnga terjadi

penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta,

pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya

iskemia utreus yang membuat implus nyeri bertambah banyak

(Mander : 2004). Berkurangnya aliran darah dan kontraksi

uterus selama kala I persalinan yang mengakibatkan pembukaan

mulut rahim tidak adekuat sehingga waktu persalinan bertambah

lama (Schats : 1996).

Berbagai metode non-farmakologi untuk mengontrol rasa tidak

nyaman diterapkan. Metode ini biasanya dipelajari pada kelas

persiapan melahirkan, yang meliputi hipnosis, acupressure,


yoga, umpan balik biologis (biofeedback), sentuhan terapeutik,

terapi aroma, terapi uap, yang bisa meemberi efek bermanfaat

bagi beberapa wanita.

(1) Hipnosis adalah suatu seni komunikasi persuasifyang

ditujukan untuk menyampaikan pesan ke pusat motivasi

manusia yang disebut sebagai pikiran bawah sadar.

(2) Acupressure merupakan salah satu cara pengobatan

tradisional Cina yang menggunakan titik triger sebagai

pusat penekanannya.

(3) Yoga adalah suatu metode yang menyelaraskan antara

tubuh fisik, pikiran dan jiwa yang memberi efek

kesehatan, keseimbangan, kekuatan dan vitalitas.

(4) Terapi aroma adalah terapi yang menggunakan aroma –

aroma tertentu untuk menenangkan pikiran, merelakskan

otot – otot tubuh.

(5) Terapi uap adalah terapi yang mengunakan uap sebagai

pemanas untuk melenturkan otot – otot yang kaku.

5) Kala dan fase dalam persalinan

Persalinan dapat dibagi dalam 4 kala (stages), yaitu:

a) Kala I

Mulai dari his teratur sampai pembukaan lengkap. In partu


(partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

(bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan

mendatar (efficement).

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :

(1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,

sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

(2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3

subfase :

(a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

(b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

b) Kala II

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan

lebih lama. Kepala janin telah turun masuk ruang pintu bawah

panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot – otot dasar

panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan

lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin.

c) Kala III
Setelah lahirnya bayi, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus

teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta

yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian,

timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 1-5 menit

seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan

lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau

fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah kira – kira 100-200 cc.

d) Kala IV

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan postpartum (Sinopsis : 2006).

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang

aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000

gram.Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama

jampertama setelah kelahiran. (Saifuddin : 2002).

b. Ciri-ciri Bayi Normal

Bayi yang sehat dan normal mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm


3) Lingkar badan 30-38 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x atau menit

kemudian menurun sampai 120-160 x atau menit.

6) Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x atau menit

kemudian turun sampai 40 x atau menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

terbentuk dan diliputi verniks caeseosa (lemak pada kulit bayi).

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Testis sudah turun (pada anak laki-laki), genitalia labio mayora

telah menutupi labia minora (pada anak perempuan).

11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12) Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan tangan seperti memeluk.

13) Graff refleks sudah baik, bila diletakkan suatu benda di telapak

tangan maka akan menggenggam.

14) Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam, pertama

mekonium berwarna kecoklatan. (Saifuddin : 2006).

4. Hipnosis

a. Pengertian Hipnosis

Hipnosis adalah suatu seni komunikasi persuasif yang ditujukan

untuk menyampaikan pesan ke pusat motivasi manusia yang disebut


sebagai pikiran bawah sadar (sub conscious). Sebagai suatu teknik

komunikasi, maka hipnotis melibatkan aspek verbal, nonverbal, dan

me-utilisasikan segenap faktor pendukung komunikasi, termasuk

lambang – lambang dan nilai keyakinan (beliefsystem). Hipnotis adalah

gejala psikologi murni dan tidak terkait dengan umur, magis, mistik,

kuasa kegelapan atau istilah lain sejenisnya (Nurindra : 2008).

Keadaan seperti tidur karena sugesti, yang pada taraf permulaan

orang itu berada di bawah pengaruh orang yang memberikan sugesti,

tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2008 :501). Kondisi rileks, fokus atau

konsentrasi atau kondisi mirip tidur atau keadaan saat pikiran dalam

kondisi alam bawah sadar (Wong, Hakim : 2009).

b. Klasifikasi hipnosis :

Hipnosis dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, masing – masing

adalah :

1) Formal Hipnosis

Aktivitas hipnosis yang di gambarkan dengan melambaikan tangan,

mengayunkan pendulum, memandu relaksasi merupakan bentuk

dari hipnotis formal atau directhypnosis terkadang disebut juga

sebagai genuine hypnosis.

2) Informal Hipnosis

Hipnosis informal, atau indirecthypnosis biasanya berupa pola

komunikasi alamiah sehari – hari, tetapi dapat membuat filter


seseorang menjadi terbuka. Teknik hipnotis informal ini biasa

diterapkan dalam kehidupan sehari – hari, walaupun mungkin

secara tidak disadari, misalkan oleh para penjual handal yang

mampu menggerakkan calon pembeli yang dari semula tidak

tertarik menjadi mempertimbangkan, dan akhirnya melakukan

pembelian. Pada saat ini hipnosis informal juga mulai

dikembangkan di bidang – bidang nontherapeutic, misalkan

hipnosis for selling, hynosis for parenting, dan lain – lain.

c. Syarat subyek yang di hipnosis

Secara umum setiap orang dapat di hipnotis, akan tetapi jika

mengacu kepada informal hipnosis, maka mereka yang dapat di

hipnotis harus memenuhi 3 persyaratan utama, yaitu :

1) Tidak Menolak

Filter pikiran bawah sadar secara otomatis akan tertutup jika

seseorang dalam kondisi tidak nyaman. Oleh karena itu seseorang

yang menolak dihipnosis maka tidak dapat dihipnosis. Dengan kata

lain informal hipnosis membutuhkan kerjasama yang baik antara

hinosis dengan pihak yang akan dihipnosis.

2) Dapat Berkomunikasi

Hipnosis adalah seni komunikasi. Oleh karena itu jika seseorang

tidak dapat menerima atau memahami komunikasi yang

disampaikan oleh seorang Hypnosis, maka tidak akan dapat

dihipnotis.
3) Memiliki Kemampuan Fokus

Fokus merupakan komponen utama unntuk membuka filter pikiran

bawah sadar. Oleh karena itu bagi seseorang yang benar – benar

tidak memiliki kemampuan untuk fokus, akan sangat sulit untuk

dihipnotis.

d. Hipnosis Untuk Ibu Hamil dan Bersalin (Hypnobirthing)

1) Definisi Hynobirthing

Hypnobirthing dicetuskan berdasarkan buku yang ditulis oleh

pakar ginekologi Dr. Grantly Dick-Read, yang mempublikasikan

buku Childbirth Without Fear pada 1944. Terapi hypnoBirthing

selanjutnya dikembangkan oleh Marie Mongan, pendiri

HypnoBirthing Institute. hypnobirthing berasal dari kata hypno

(hypnos dari bahasa Yunani yang artinya "tidur") dan birthing dari

bahasa Inggris yaitu "proses melahirkan". Hypnobirthing adalah

science and art (ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan bahasan

secara ilmiah).

Hypnobithing berasal dari kata hypno dan birthing. Hypno dalam

bahasa Yunani berarti tidur sedangkan birthing berarti kelahiran

(Myers S : 1999). McCue (2005) mengartikan hipnosis sebagai

sebuah pengaruh yang alami terhadap konsentrasi relaksasi, dimana

disampaikannya gagasan kepada alam bawah sadar, yang akan

mempengaruhi cara berfikir, apa yang dirasakan dan pilihan yang

dibuat. Hipnosis adalah metode penanaman sugesti saat otak telah


berada dalam kondisi rileks, tetapi bukan berarti tertidur atau tidak

sadarkan diri saat praktik (Andriana : 2007).

Jadi setiap ibu hamil dapat belajar dan berlatih agar terampil

untuk meningkatkan ketenangan diri selama hamil dan pada saat

melahirkan. Hypnobirthing merupakan perkembangan dari hipnosis,

yang sama sekali bukan magic seperti anggapan yang berkembang di

masyarakat. Banyak orang yang tidak tahu bahwa hipnosis

merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan bahkan yang

menemukannya adalah seorang dokter bernama Dr Frans Anton

Mesmer berkebangsaan Austria.

McCue (2005) berpendapat bahwa hypnoBirthing dapat

membantu ibu sepanjang waktu merasakan ketenangan, tetap sadar

dengan apa yang terjadi di sekitarnya dan dapat berkomunikasi

dengan jelas dan secara efektif. Hypnobirthing membantu ibu untuk

mempercayai naluri alami pada tingkatan bawah sadar yang

memungkinkan ibu untuk mengalami kelahiran dengan keyakinan,

mempercayai tubuhnya sendiri dan bayinya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

hypnobirthing merupakan kombinasi antara proses kelahiran alami

dengan hipnosis untuk membangun persepsi positif dan rasa percaya

diri serta menurunkan ketakutan, kecemasan, tegang dan panik

sebelum, selama dan setelah persalinan. Hypnobirthing merupakan

sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan secara alami.


Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam,

pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari

dalam tubuh (relaksan alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu

menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa

proses pembedahan.

2) Tujuan Hypnobirthing

Mongan (2007) menyatakan bahwa Hypnobirthing bertujuan agar :

a) Ibu yang akan melahirkan menyadari bahwa tubuhnya akan

mampu melahirkan dengan kondisi rileks, bekerjasama dengan

tubuhnya dan bayinya, dia percaya bahwa masing – masing dapat

melakukan tugasnya, dan proses persalinannya berlangsung

alami tanpa interupsi.

b) Dalam proses persalinan dia melenyapkan rasa lelah dan

mempersingkat waktu persalinan.

c) Hasilnya adalah pengalaman persalinan yang memuaskan dari

proses persalinan, bersama seluruh keluarga, termasuk bayi tetap

terjaga, sadar dan tenang namun bersemangat.

d) Hypnobirthing membuat orang tua menjadi tenang, rileks dan

memegang kendali saat mereka membahas berbagai pilihan yang

ada, mengevaluasi situasinya dan mengambil keputusan

mengenai persalinan.
e) Suasana hati yang tenang dan damai dapat membuat pemulihan

ibu menjadi lebih mudah dan mengurangi intervensi medis

selama persalinan.

3) Teknik Dasar Hipnosis

Adiyanto (2010) menyatakan bahwa ada 4 langkah teknik dalam

hypnosis, antara lain :

a) Pre – Induction

Tahap ini adalah periode persiapan hipnosis. Persiapan hipnosis

meliputi posisi klien, kenyamanan klien, pada tahap ini sebagai

proses hipnosis selanjutnya.

b) Inductuon

Tahap ini adalah proses membawa klien menuju kondisi trans

atau hypnosis state. Kondisi hypnosis state adalah kondisi dimana

pikiran bawah sadar seseorang terbuka dan siap menerima

informasi atau ide atau sugesti. Dalam ukuran brain wave, klien

dipandu untuk memasuki kondisi alfa atau tetha dengan tingkat

kedalaman sesuai kebutuhan terapi.

c) Suggestion (Sugesti)

Proses sugesti artinya memberikan atau menanamkan informasi

atau ide pada pikiran bawah sadar seseorang dengan


mempergunakan kata – kata atau situasi tertentu. Kemampuan

komunikasi adalah kunci utama.

Dalam hypnotherapy sugesti yang diberikan adalah :

a) Permisif, sugesti bersifat ajakan bukan perintah.

b) Repetition, pengulangan dimaksudkan untuk memperkuat

penanaman sugesti ke dalam pikiran bawah sadar.

c) Client Languange Preference, mempergunakan bahasa yang

mudah dimengerti atau bahasa kebiasaan klien.

d) Progresif, sugestikan perubahan yang bertahap sehingga

lebih mudah diterima oleh pikiran sadar maupun bawah

sadar.

Pada ibu hamil sugesti yang diberikan untuk membawa citra

positif tentang kehamilan dan persalinan berikut suasana

yang melingkupi.

Salah satu contoh sugesti yang diberikan pada ibu hamil

antara lain :

(1) Pada ibu hamil TM III sugesti yang diberikan adalah :

“Aku makin yakin dan percaya diri dalam menjalani

kehamilan ini, suami tercinta dan orang – orang

mendukung setulusnya. Hari demi hari kulewati dengan

sehat dan nyaman, aku makin bersyukur dan bahagia.

Bayiku dalam rahim semakin sehat dan cerdas. Wahai

anakku yang sholeh atau sholekhah, ibu dan ayah


menantimu,.wahai pembawa sinar terang dunia, penyejuk

jiwa orang tua”.

(2) Menjelang persalinan sugesti yang diberikan antara lain

“Ya Tuhan dengan menyebut nama-Mu, kupasrahkan diri

ini dalam kekuatan-Mu Yang Maha Agung, dengan penuh

keyakinan akan kekuatan-Mu aku mempesiapkan

kelahiran bayiku, dalam kasih sayang-Mu aku merasakan

rileks dan bahagia karena bayiku akan tiba”.

“Persalinanku berjalan dengan mudah dan lancar, aku

percaya pada tubuhku dan aku mengikuti iramanya. Ya

Tuhan jadikanlah setiap tarikan dan hembusan nafasku

membuat pikiranku serta tubuhku tenang dan rileks”.

d). Termination

Adiyanto (2010) menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan

dalam memandu terminasi adalah dilakukan secara perlahan

dan berikan afirmasi positif. Pemberian terminasi yang terlalu

tergesa – gesa seringkali menyebabkan ibu merasa pusing

setelah bangun dari kondisi relaksasi.

4) Manfaat Hypnobirthing

Ketenangan diri saat proses persalinan. Emosi dan jiwa tenang

memungkinkan ibu untuk tidak berteriak atau mengamuk atau


menjerit kala menahan sakit akibat kontraksi. Karena ibu sudah siap

secara mental.

a) Manfaat Untuk Ibu :

(1) Menghilangkan rasa takut, tegang dan panik saat bersalin.

(2) Mempersingkat masa proses persalinan, pasca bersalin

cepat kembali pulih.

(3) Ikatan batin ibu terhadap bayi dan suami juga jadi lebih

kuat.

(4) Meningkatkan produksi ASI, karena relaksasi

meningkatkan vasikularisasi diseluruh tubuh.

(5) Mengurangi komplikasi medis dalam melahirkan

b) Manfaat Untuk Janin

(1) Getaran tenang dan damai akan dirasakan oleh janin yang

merupakan dari perkembangan jiwa (SQ).

(2) Pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang akan

memberikan hormon-hormon yang seimbang ke janin lewat

plasenta.

c) Manfaat Untuk Suami

Merasa lebih tenang dalam mendampingi proses kelahiran, dan

hubungan suami istri menjadi lebih hangat.

5) Pelaksanaan Hipnosis

Waktu untuk melakukan penanaman sugesti atau proses

hypnobirthing adalah 2-3 minggu menjelang perkiraan persalinan,


pada beberapa kasus ibu bersalin yang belum pernah mengikuti

program hipnobirthing sejak TM I, mereka tetap merasakan hasil

yang efektif meskipun melaksanakan sugesti pada minggu terakhir

atau bahkan hanya beberapa saat menjelang persalinan. Hal tersebut

bisa dikarenakan sugestifitas serta penerimaan klien yang cukup

tinggi (Adiyanto, 2010,p.40). Pada saat persalinan tiba ibu dibimbing

kembali untuk melakukan relaksasi.

Pada saat penanaman sugesti yakinkan ibu untuk percaya pada

dirinya sendiri, bahwa persalinan akan berjalan normal, nyaman,

cepat dan aman. Dengan kata lain ibu menghipnosis diri sendiri pada

waktu relaksasi dirumah karena waktu dirumah lebih banyak dari

pada waktu pertemuan di klinik. Peran suami juga sangat dibutuhkan

dalam proses relaksasi ini.

6) Posisi Relaksasi

Memilih posisi yang dianggap paling nyaman dengan mencoba

sesantai mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring sambil

memejamkan mata. (Payne : 2000, Morgan : 2007, Andriana : 2007).

a) Posisi berbaring terlentang

Beberapa hal yang dapat membantu untuk menyamankan posisi

berbaring terlentang:

Gambar 2.3. Posisi Berbaring Terlentang


Sumber: Hypnobirthing The Mongan Method

b) Posisi menyamping

Posisi menyamping (lateral) terutama dipilih oleh ibu hamil saat

menjalani persalinan tahap akhir dan sering kali untuk

mengeluarkan bayi mereka. Ini juga merupakan posisi tidur bagi

ibu yang sedang hamil.

Gambar 2.4. Posisi Menyamping

Sumber: Hypnobirthing The Mongan Method

4 Empat langkah sebelum latihan hypnobirthing:

1) Memutar kepala dengan posisi miring ke atas bahu

sebanyak 8 kali hitungan. Meletakkan jari-jemari kiri

dan kanan di atas bahu, lalu memutar ke belakang

sebanyak 8 kali dan ke depan 8 kali.

2) Untuk merelaksasi otot, berbaring santai. Meluruskan

lengan kanan dan kiri sejajar tubuh. memposisikan


telapak kanan menghadap ke atas. Menegangkan

telapak kaki hingga merambat ke betis, paha, pinggul,

dan dada. Menarik pundak ditarik ke atas dan kedua

telapak tangan dikepal kuat-kuat. Mengerutkan dahi,

tarik lidah ke arah langit-langit.

3) Selanjutnya relaksasi pernapasan. Ketika berbaring,

napas akan terdorong ke arah perut. Menarik napas

panjang lewat hidung sambil hitung sampai 10.

Menghembuskan perlahan-lahan lewat mulut. Lakukan

10 kali.

4) Merelaksasi pikiran. Memejamkan mata sejenak lalu

buka perlahan-lahan sambil memandang ke satu titik

yang tepat di atas mata, makin lama kelopak mata

makin relaks, berkedip dan pada hitungan ke-5, mata

akan menutup. Ketika kondisi sudah nyaman,

masukkan pikiran positif yang akan terekam dalam

alam bawah sadar. Contoh program positif, “Saya dan

janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat. Dan saat

persalinan akan menghadapinya dengan tenang.”

7) Teknik Pernapasan

Pada saat kondisi stres, otak manusia membutuhkan lebih banyak

pasokan nutrisi dan oksigen. Terutama pada saat seseorang


mengalami stres (terutama saat emosional meningkat) pola

pernapasan mengalami gangguan, sehingga tidak jarang pasien

mengalami kepala terasa berat, pusing serta sesak napas. di bawah

ini adalah macam – macam teknik pernapasan yang bisa digunakan

pada ibu hamil (Adiyanto, Lelik : 2010).

a) Pernapasan Tidur (Sleep Breathing)

Pernapasan tidur mudah dikuasai, dapat digunakan secara

teratur di kelas ibu hamil dan sewaktu berlatih di rumah. Akan

dirasakan bahwa relaksasi datang lebih mudah dan lebih cepat

setiap kali melakukannya. Setelah beberapa kali dilakukan,

tubuh akan terbawa ke dalam keadaan relaksasi sebagai

persiapan bagi upaya pendalaman selanjutnya.

b) Pernapasan Lambat (Slow Breathing)

Pernapasan lambat terdiri dari penghirupan udara secara

perlahan, tenang dan lama dari perut yang mengarahkan kembali

fokus pada apa yang sedang terjadi di sekitar bayi dan

membantu menghadapi setiap kontraksi rahim. Teknik ini akan

dibutuhkan selama persalinan untuk mengimbangi setiap

kontraksi rahim. Saat berkontraksi, rahim akan terangkat.

Pernapasan lambat membantu ibu untuk bekerja sama dengan

gerakan ke atas rahim sewaktu menghirup hingga perut naik

setinggi mungkin, seperti mengisi balon di dalam perut. Hal ini

memaksimalkan gelombang otot-otot vertikal, menyebabkan


otot-otot ini bekerja lebih efisien dalam menarik ke atas otototot

melingkar di bagian bawah, serta menipiskan dan membuka

leher rahim. Bantuan yang diberikan kepada kedua kelompok

otot ini akan memperpendek durasi gelombang, serta durasi

persalinan.

c) Pernapasan Persalinan (Birth Breathing)

Pernapasan persalinan digunakan saat mengembuskan bayi

agar keluar pada fase persalinan. Bernapas ini ditujukan untuk

membantu Refleks Mendorong Alami (Natural Expulsive Reflex

atau NER) dari tubuh untuk secara lembut menggerakkan bayi

ke arah luar.
B. KERANGKA TEORI
Faktor yang
Proses
mempengaruhi persalinan Apgar Skor Bayi
Persalian Baru Lahir
1. Janin
2. Jalan Lahir 1.
3. Tenaga 2.
4. Pengaruh psikologis
3.
a. Hipnosis 4.
1) Pre Induction
2) Induction-
Deeping
3) Suggestion
4) Termination
b. Acupresure
c. Yoga
d. Terapi Aroma
e. Terapi Uap

Sumber : Prawirohardjo (2007); Mongan (2007), Adiyanto


(2010), M. Bobak (2005)
Keterangan : Kata yang di blok tebal adalah variabel yang akan
diteliti

C. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Hipnosis Apgar Skor Bayi


Baru Lahir
D. HIPOTESIS

Ha : Ada pengaruh hipnosis terhadap apgar skor bayi baru lahir


PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PERSA LINAN NORMAL

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai


berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan
yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : Langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan
urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk
sedikit perbaikan atau membantu untuk kodisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutan dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D : Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu
tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN KASUS
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan
Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat
pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-
obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia  tempat datar dank eras. 2 kain dan
1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik
steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya
dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi), lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%  langkah #9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan
pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah
kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang
bagaimana peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi
meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar
dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran
dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara
kontraksi
 Anjurkan keluarga member dukungan dan
semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)
di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong bu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong di antara dua
klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kea rah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke
arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan
kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk
diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas
tanpa
kesulitan ?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau
megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
 Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala,
dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tanpa
membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di
atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada
lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang
telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah
yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-
10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di
tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea
rah bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus kea rah belakang – atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,
suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi putting susu
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptic) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introtus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan
utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic
atau tempat khusus
41.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar
10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran
bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis, dan
vitamin K1 1mg intramuscular dip aha kiri
anterolateral
45. Setelah satu jam pemberian Vitamin K 1 berikan
suntikan imunisasi Hepatitis B dip aha kanan
anterolateral
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi
belum berhasil menyusu di dalam satu jam
pertama dan biarkan sampai bayi berhasil
menyusu
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca
persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus
dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2
jam pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali /menit) serta suhu
tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10menit).
Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI.
Anjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan
makanan yang diinginkannya
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV

Anda mungkin juga menyukai