Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi ALLAH SWT yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu
tentang “Prinsip-Prinsip Dan konsep Kurikulum Mulok”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berdasarkan sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari ALLAH akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................. i
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 2
A. Kesimpulan.............................................................. .......... 12
B. Saran.............................................................. .......... .......... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip kurikulum muatan lokal
2. Menjelaskan model konsep kurikulum muatan lokal
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
program pendidikan yang isinya dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta perkembangan
daerah”. Sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1994, muatan lokal
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, atau tidak lagi
diintegrasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal tidak
tidak lagi sama seperti tahun 1987, konsep muatan lokal di sini
maksudnya dalah “Bentuk penyelenggaraan pendidikan yang bersufat
desentralisasi, sebagai upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan
relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan” (Suharsimi
Arikunto : 1998). Sedangkan pendapat lainnya mengemukakan bahwa
“Kurikulum muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri,
berdasarkan pendekatan monolitik” (Usman Wahyudi dan Yatim Riyani :
1995). Pendekatan monolitik bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap
mata pelajaran mempunyai otonomi masing-masing, membawa misi
tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Jadi pada kurikulum tahun 1994
muatan lokal sudah menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, baik
bidang studi wajib maupun bidang studi pilihan, atau lebih dikenal
dengan mata pelajaran muatan lokal wajib dan mata pelajaran muatan
lokal pilihan.
1. Prinsip penyelenggaraan kegiatan pembelajaran muatan lokal, antara
lain:
a) Materi sederhana sehingga konsep yang ditanamkan tidak
terbenam oleh kompleksnya kegiatan
b) Berhubungan dengan kejadian nyata atau fakta sehari-hari
sehingga selalu berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari
c) Melibatkan siswa secara aktif
d) Menggunakan bahan dan alat-alat yang biasa mereka jumpai
dalam kehidupan sehari-hari
e) Berkaitan dengan keperluan belajar lebih lanjut
f) Materinya tidak boleh tumpang tindih dengan muatan nasional
agar tidak terjadinya pemborosan sumber daya pendidikan
3
termasuk jam pelajaran yang terbatas.
g) Sesuai dengan kebutuhan lokal (sekolah, peserta didik).
Kesesuaiannya dengan kebutuhan ini idealnya didahului kajian
oleh sekolah atau gugus sekolah dengan semaksimal mungkin
melibatkan tokoh masyarakat atau orang tua siswa.
h) Memberikan manfaat bagi peserta didik, baik untuk
kehidupannya saat ini maupun dimasa yang akan datang.
i) Tersedia potensi yang mendukung di sekitar sekolah atau dapat di
akses oleh sekolah.
4
4. Rambu- Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal
Berikut ini rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
muatan lokal:
• Menentukan mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat
kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi
sekolah, dan kesiapan guru yang akan mengajar.
• Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata
pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
beserta silabusnya sekolah dapat melaksanakan muatan lokal
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah,
atau dapat meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang
masih dalam satu daerahnya.
5. Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mata
pelajaran lain, garis besarnya adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji silabus
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Mempersiapkan penilaian.
4) Melakukan pembelajaran
5) Melakukan evaluasi.
6) Melakukan tindak lanjut.
5
karena untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah mungkin
hasilnya belum layak dipasarkan, meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk melakukannya. Semua itu merupakan kewenangan
guru dan kepala sekolah, dan bisa juga bekerja sama dengan komite
sekolah. Dengan demikian, melalui pembelajaran muatan lokal ini,
diharapkan dapat melahirkan lulusan-lulusan yang kreatif dan produktif,
serta siap untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
bangsa dan Negara (E. Mulyasa, 2009).
6
setempat.
Pengembangan bidang pendidikan telah menjadi hal penting dalam
rancangan pembangunan nasional. Bahwa, keberhasilan pendidikan akan
berpengaruh terhadap peningkatan sektor lain secara stimulan. Untuk itu,
dalam pengembangan ini, sekolah perlu melakukan kajian dengan
melibatkan semua stakeholder pendidikan untuk merumuskan bersama
tentang muatan lokal yang akan dimasukkan dalam pendidikan berbasis
potensi daerah. Sehingga muatan lokal terintegrasi dalam materi belajar
yang disusun sesuai jenjang pendidikan siswa. Bahkan jika
memungkinkan materi keunggulan lokal menjadi integral dengan
kurikulum nasional berciri khas lokal.
Model penyelenggaraan pendidikan yang mempertimbangkan
keuntungan geografis dan demografis inilah yang bisa mewujudkan
pendidikan nyata. Yaitu pendidikan yang dikelola sesuai kebutuhan lokal
masyarakat. Penyesuaian materi dengan kebutuhan lokal dipadukan
dalam praktek pendidikan. Sebab, tujuan pendidikan adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat sosial. Model pendidikan inilah yang diharapkan bisa
mengakomodir segala kebutuhan masyarakat. Pendidikan model ini
berangkat dari analisis potensi lokal pada setiap daerah yang
karakteristiknya berbeda.
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai
unsur atau komponen yang saling terkait. Begitu pula dalam
menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut
berbagai sumber, seperti pengajar, metode, media, dana dan
evaluasinya. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
• Mengidentifikasi segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan
bahan muatan lokal.
• Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :
7
a) Sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik.
b) Tidak bertentangan dengan Pancasila dan berbagai
peraturan adat yang berlaku.
c) Ada narasumber baik di dalam maupun di luar sekolah.
d) Bahan/kegiatan tersebut merupakan ciri khas di daerah
itu.
• Mencari sumber bahan, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis.
• Mengusahakan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.
8
waktu dan biaya yang sia-sia. Oleh karenanya, pembinaan perlu
ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional yang dilakukan
secara continue.
9
keterampilan yang sesuai dengan harapan nantinya. Dapat
membantu dirinya sendiri, keluarga, masyarakat yang akhirnya
dapat membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh
karenanya, perkembangan muatan lokal dalam jangka waktu
panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah,
keluarga dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-
pakar pada instansi terkait, baik negeri maupun swasta.
Perkembangan dapat dilaksanakan dengan pola Tri Con Teorin
oleh Ki Hajar Dewantara yaitu muatan lokal di ambil dari
daerah setempat (concentris), kemudian berjalan terus
meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik menuju
ke daerah – daerah lain akhirnya meskipun setiap sekolah
memulai dari centris-nya masing-masing, tapi kalau semua
sekolah melaksanakan secara continue akibatnya akan terjadi
kesamaan bahan yang dipelajari oleh semua peserta didik di
Indonesia (convergensi). Jadi, dengan kata lain untuk muatan
lokal di sekolah dasar masih bersifat concentris kemudian
dilaksanakan secara continue di sekolah menengah pertama
dan akan terjadi convergensi di sekolah menengah atas.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Pengembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat
dilakukan oleh sekolah setempat untuk pengembangan
selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu
perluasan muatan lokal, dan pendalaman muatan lokal.
1) Perluasan muatan lokal
Dasarnya ialah bahan muatan lokal yang ada
didaerahnya itu yang terdiri dari berbagai jenis muatan
lokal, misalnya: pertanian, kalau sudah dianggap cukup
ganti peternakan, perikanan, kerajinan dan sebagainya.
Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai
muatan lokal sedang pendalamannya dilaksanakan paa
10
periode selanjutnya.
2) Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatn lokal yang sudah ada
kemudian diperdalam sampai misalnya: masalah
pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai
bagaimana cara memupuk, memelihara,
mengembangkannya, penyakitnya, pemasarannya dan
sebagainya. Oleh karena itu, pelajaran ini diberikan
pada siswa yang sudah dewasa.
11
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang disi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Kurikulum muatan lokal diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional sebagaimana tercantum didalam GBHN.
Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari
nara sumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan
dan sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut
berbagai unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan
menyangkut berbagai aspek, antara lain : sumber bahan ajar, pengajar, metode,
media, dana dan evaluasi.
Pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal harus tetap sinergi dengan
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan. Keterlibatan
berbagai unsur, terutama di tingkat satuan pendidikan seperti: guru, kepala
sekolah, serta komite sekolah/madrasah diperlukan untuk mencapai tujuan muatan
lokal. Di sisi lain, pemerintah daerah beserta perangkat daerah yang melaksanakan
pemerintahan daerah di bidang pendidikan perlu mendukung dalam bentuk
supervisi serta koordinasi sesuai dengan kewenangan masing-masing.
B. Saran
Sebagai salah satu kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam
pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan
antara lain dari segi : peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana,
bahkan kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di
minimalisir dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan
bagi para pengajar, lebih memantapkan GBPP, dengan evaluasi yang
berkesinambungan dan sebagainya.
12
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih
mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur,
mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa
cinta kepada budaya tanah air.
13
DAFTAR PUSTAKA
14