Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PRINSIP DAN KONSEP KURIKULUM MUATAN LOKAL

Dosen Pengampu:

Drs. Nasaruddin, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

1. AISYAH DWICAHYA RAMADHANTI SYAM 210407501057


2. AISYAH AMINY MARWAN 210407501064
3. DZAQARASMA LUVIA NURDIN 210407501058
4. NURFADILAH 210407501061
5. KHAERUNNISA 210407501062

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi ALLAH SWT yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu
tentang “Prinsip-Prinsip Dan konsep Kurikulum Mulok”, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berdasarkan sumber.

Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari ALLAH akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Prinsip-Prinsip Dan Konsep Kurikulum


Mulok” serta masih banyak lagi yang saya jelaskan. Penyusun juga
mengucapkan terimakasih kepada dosen kurikulum dan pembelajaran yang
telah membimbing saya agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Makassar, 17 September 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................... .................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................. .......... 1

A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 2

A. Prinsip-prinsip Kurikulum Muatan Lokal......................... 2


B. Konsep Kurikulum Muatan Lokal..................................... 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................... 12

A. Kesimpulan.............................................................. .......... 12
B. Saran.............................................................. .......... .......... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut


pendidikan, sebab sudah memiliki rancangan kehidupan berupa
kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Dalam
pelaksannanya, dilakukan pengawasan dan penilaian untuk mengetahui
tingkat pencapaian kurikulum tersebut. Peranan kurikulum dalam
pendidikan formal di sekalah sangatlah strategis dan menentukan bagi
tercapainya tujuan pendidikan.

Proses pembelajaran ditandai dengan aktivitas dan interaksi antara guru


dengan peserta. Didik, serta antar peserta didik. Melalui pembelajaran
matematika sesuai tujuannya, diharapkan mampu menjadi salah satu
wahana untuk membangun dan mengembangkan implementasi dari
pendidikan karakter. Upaya pembinaan karakter peserta didik menjadi
peran strategis guru, di samping pengembangan kurikulum. Guru perlu
memenuhi kualifikasi untuk menjadi guru yang profesional, misalnya
mempunyai kompetensi yang mendukung sesuai tugas dan tangung
jawabnya. Guru perlu membekali diri dengan kompetensi kognitif,
pedagogis, sosial, dan kepribadian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Prinsip-prinsip kurikulum muatan lokal?

2. Bagaimana model konsep kurikulum muatan lokal?

C. Tujuan Penulisan
1. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip kurikulum muatan lokal
2. Menjelaskan model konsep kurikulum muatan lokal

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Kurikulum Muatan Lokal

Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah


landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip
tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan
kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam
pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip
yang telah disepakati.

Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan


yang bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-
unsurnya yang pelaksanaannya Melibatkan semua pihak, baik
dilingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengjelaskan prinsip-prinsip


pengembangan Kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
prinsip- prinsip umum : Relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
efektivitas; Prinsip-prinsip khusus: prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan
dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Kurikulum muatan lokal adalah salah satu bagian dari kurikulum yang
berlaku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di
Indonesia secara resmi mulai tahun 1987, melalui Keputusan Menteri
Pendidikan dan /kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987,
tentang muatan lokal. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada
awalnya bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi
pelajaran lokal yang dimasukkan ke dalam berbagai bidang studi yang
relevan. Ibrahim ( 1990 ), mengemukakan bahwa “muatan lokal adalah

2
program pendidikan yang isinya dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta perkembangan
daerah”. Sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1994, muatan lokal
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, atau tidak lagi
diintegrasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal tidak
tidak lagi sama seperti tahun 1987, konsep muatan lokal di sini
maksudnya dalah “Bentuk penyelenggaraan pendidikan yang bersufat
desentralisasi, sebagai upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan
relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan” (Suharsimi
Arikunto : 1998). Sedangkan pendapat lainnya mengemukakan bahwa
“Kurikulum muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri,
berdasarkan pendekatan monolitik” (Usman Wahyudi dan Yatim Riyani :
1995). Pendekatan monolitik bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap
mata pelajaran mempunyai otonomi masing-masing, membawa misi
tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Jadi pada kurikulum tahun 1994
muatan lokal sudah menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, baik
bidang studi wajib maupun bidang studi pilihan, atau lebih dikenal
dengan mata pelajaran muatan lokal wajib dan mata pelajaran muatan
lokal pilihan.
1. Prinsip penyelenggaraan kegiatan pembelajaran muatan lokal, antara
lain:
a) Materi sederhana sehingga konsep yang ditanamkan tidak
terbenam oleh kompleksnya kegiatan
b) Berhubungan dengan kejadian nyata atau fakta sehari-hari
sehingga selalu berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari
c) Melibatkan siswa secara aktif
d) Menggunakan bahan dan alat-alat yang biasa mereka jumpai
dalam kehidupan sehari-hari
e) Berkaitan dengan keperluan belajar lebih lanjut
f) Materinya tidak boleh tumpang tindih dengan muatan nasional
agar tidak terjadinya pemborosan sumber daya pendidikan

3
termasuk jam pelajaran yang terbatas.
g) Sesuai dengan kebutuhan lokal (sekolah, peserta didik).
Kesesuaiannya dengan kebutuhan ini idealnya didahului kajian
oleh sekolah atau gugus sekolah dengan semaksimal mungkin
melibatkan tokoh masyarakat atau orang tua siswa.
h) Memberikan manfaat bagi peserta didik, baik untuk
kehidupannya saat ini maupun dimasa yang akan datang.
i) Tersedia potensi yang mendukung di sekitar sekolah atau dapat di
akses oleh sekolah.

2. Ruang Lingkup Muatan Lokal


a. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah.
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah
tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya yang
diperlukan oleh masyarakat, khususnya untuk kelangsungan hidup
dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, serta
disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi
daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah meliputi
kebutuhan untuk:
b. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah.
c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu,
sesuai dengan keadaan perekonomian daerah.
d. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-
hari, dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan
belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat).
e. Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
3. Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa
Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat
istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam
sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

4
4. Rambu- Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal
Berikut ini rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
muatan lokal:
• Menentukan mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat
kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi
sekolah, dan kesiapan guru yang akan mengajar.
• Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata
pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
beserta silabusnya sekolah dapat melaksanakan muatan lokal
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah,
atau dapat meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang
masih dalam satu daerahnya.
5. Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mata
pelajaran lain, garis besarnya adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji silabus
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Mempersiapkan penilaian.
4) Melakukan pembelajaran
5) Melakukan evaluasi.
6) Melakukan tindak lanjut.

Tindak Lanjut Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal erat kaitannya


dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran. Bentuk tindak
lanjut ini, bisa berupa perbaikan terhadap proses pembelajaran, misalnya
dengan membentuk kelompok belajar, dan grup kesenian. Tindak lanjut
ini bisa juga dengan melakukan kerja sama dengan masyarakat, misalnya
untuk memasarkan hasil (produk) pembelajaran muatan lokal. Dalam hal
pemasaran hasil ini, lebih menekankan kepada SMA/MA, dan SMK,

5
karena untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah mungkin
hasilnya belum layak dipasarkan, meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk melakukannya. Semua itu merupakan kewenangan
guru dan kepala sekolah, dan bisa juga bekerja sama dengan komite
sekolah. Dengan demikian, melalui pembelajaran muatan lokal ini,
diharapkan dapat melahirkan lulusan-lulusan yang kreatif dan produktif,
serta siap untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
bangsa dan Negara (E. Mulyasa, 2009).

B. Konsep Kurikulum Muatan Lokal


Muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial
dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah setempat
yang perlu diajarkan kepada siswa.
Pada praktiknya, muatan lokal dipandang merupakan pelajaran kelas
nomor dua dan hanya pelengkap. Sekolah-sekolah menerapkannya
sebatas formalitas untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang dituangkan
dalam berbagai peraturan. Kondisi demikian mengindikasikan aplikasi
pengajaran muatan lokal di sekolah masih mengambang.
Muatan lokal di sini dapat diartikan segala potensi dan karya di suatu
daerah yang menjadi karakteristik daerah tersebut. Muatan lokal ini juga
berarti sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di suatu daerah.
Muatan lokal ini merupakan paduan dari pengetahuan, keterampilan,
kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan pendidikan dengan
kondisi aktual di setiap daerah. Sehingga pembelajaran menjadi aktual
dan mengarah pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat
setempat. Dengan demikian muatan lokal merupakan ciri khas daerah
yang dihasilkan dari potensi alam dan potensi manusia yang ada di suatu
daerah. Muatan lokal inilah yang menjadi bahan untuk terus
dikembangkan setiap daerah sehingga menjadi kumpulan potensi yang
telah dikembangkan dan menjadi barometer pengembangan daerah

6
setempat.
Pengembangan bidang pendidikan telah menjadi hal penting dalam
rancangan pembangunan nasional. Bahwa, keberhasilan pendidikan akan
berpengaruh terhadap peningkatan sektor lain secara stimulan. Untuk itu,
dalam pengembangan ini, sekolah perlu melakukan kajian dengan
melibatkan semua stakeholder pendidikan untuk merumuskan bersama
tentang muatan lokal yang akan dimasukkan dalam pendidikan berbasis
potensi daerah. Sehingga muatan lokal terintegrasi dalam materi belajar
yang disusun sesuai jenjang pendidikan siswa. Bahkan jika
memungkinkan materi keunggulan lokal menjadi integral dengan
kurikulum nasional berciri khas lokal.
Model penyelenggaraan pendidikan yang mempertimbangkan
keuntungan geografis dan demografis inilah yang bisa mewujudkan
pendidikan nyata. Yaitu pendidikan yang dikelola sesuai kebutuhan lokal
masyarakat. Penyesuaian materi dengan kebutuhan lokal dipadukan
dalam praktek pendidikan. Sebab, tujuan pendidikan adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
masyarakat sosial. Model pendidikan inilah yang diharapkan bisa
mengakomodir segala kebutuhan masyarakat. Pendidikan model ini
berangkat dari analisis potensi lokal pada setiap daerah yang
karakteristiknya berbeda.
1. Menyusun Perencanaan Muatan Lokal
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai
unsur atau komponen yang saling terkait. Begitu pula dalam
menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut
berbagai sumber, seperti pengajar, metode, media, dana dan
evaluasinya. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
• Mengidentifikasi segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan
bahan muatan lokal.
• Menyeleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut :

7
a) Sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik.
b) Tidak bertentangan dengan Pancasila dan berbagai
peraturan adat yang berlaku.
c) Ada narasumber baik di dalam maupun di luar sekolah.
d) Bahan/kegiatan tersebut merupakan ciri khas di daerah
itu.
• Mencari sumber bahan, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis.
• Mengusahakan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau.

2. Pembinaan dan Pengembangan Muatan Lokal


Pembinaan muatan lokal perlu ditangani oleh tenaga-tenaga yang
profesioanal dan dilakukan secara kontinue, karena dalam
pelaksanaan dilapangan kadang-kadang siswa lebih mahir dari pada
gurunya , karena siswa sudah biasa melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang dimaksud, misalnya anak petani, anak pengrajin, bengkel,
peternak dan sebagainya, yang akibatnya akan terjadi pembuangan
tenaga, waktu dan biaya.
Meskipun kurikulum muatan lokal telah direncanakan dengan serapi
mungkin, tetapi dalam pelaksanaannya tentu akan mengalami
berbagai hambatan. Atas dasar berbagai pengalaman bagi si
pelaksana dan berbagi sarana, kritik dan tanggapan yang merupakan
bahan masukan yang sangat berguna bagi revisi bahan muatan lokal
selanjutnya. Dalam pelaksanaan di lapangan kadang-kadang siswa
bahkan lebih mahir daripada gurunya, karena siswa sudah biasa
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksud setiap harinya.
Misalnya anak petani diajari bertani oleh guru yang tidak biasa
bertani. Anak pengrajin, bengkel, peternak dan sebagainya diajari
oleh guru yang tidak mengenal dan memiliki kemampuan berbagai
kegiatan tersebut, yang akibatnya akan terjadi pembuangan tenaga,

8
waktu dan biaya yang sia-sia. Oleh karenanya, pembinaan perlu
ditangani oleh tenaga-tenaga yang profesional yang dilakukan
secara continue.

3. Pengembangan Muatan Lokal


Ada dua pengembangan dalam muatan lokal, yakni pengembangan
untuk jangka panjang dan pengembangan untuk jangka pendek.
a. Pengembangan untuk jangka panjang
Pengembangan jangka panjang dilaksanakan secara berurutan
atau berkesinambungan dari berbagai muatan lokal yang
pernah ada di sekolah-sekolah bawahnya. Sedang di perguruan
tinggi akan lebih tepat kalau diistilahkan dengan “program
khusus”, yang akan menyebabkan adanya ciri khas bagi setiap
perguruan tinggi yang bersangkutan. Kalau ada istilah muatan
lokal kiranya akan didapatkan juga muatan regional, muatan
nasional, dan muatan internasional. Batasan untuk berbagai
istilah tersebut seolah-olah dibatasi oleh tebanya (scobe) yang
menyangkut batas daerah atau lokasi.
Muatan lokal mungkin tebatasnya berada di beberapa
kabupaten, muatan regional untuk satu provinsi sedang muatan
nasional untuk seluruh negara. Kurikulum yang diperuntukkan
di Dinas Depdiknas dibedakan antara bidang studi yang
dikoordinasi oleh pusat (kurikulum nasional) akan dijadikan
bahan Ujian Nasional, sedang berbagai mata pelajaran yang
dikoordinasi oleh lokal dijadikan bahan Ujian Sekolah.
Dengan adanya arus globalisasi, kiranya perlu diperhatikan
adanya kemungkinan masuknya muatan internasional. Muatan
internasional bukannya perkembangan dari muatan nasional,
muatan nasional bukannya perkembangan dari muatan regional
dan sebagainya. Jadi perkembangan muatan lokal dalam
jangka panjang, agar para siswa dapat melatih keahlian dan

9
keterampilan yang sesuai dengan harapan nantinya. Dapat
membantu dirinya sendiri, keluarga, masyarakat yang akhirnya
dapat membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh
karenanya, perkembangan muatan lokal dalam jangka waktu
panjang harus direncanakan secara sistematik oleh sekolah,
keluarga dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-
pakar pada instansi terkait, baik negeri maupun swasta.
Perkembangan dapat dilaksanakan dengan pola Tri Con Teorin
oleh Ki Hajar Dewantara yaitu muatan lokal di ambil dari
daerah setempat (concentris), kemudian berjalan terus
meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik menuju
ke daerah – daerah lain akhirnya meskipun setiap sekolah
memulai dari centris-nya masing-masing, tapi kalau semua
sekolah melaksanakan secara continue akibatnya akan terjadi
kesamaan bahan yang dipelajari oleh semua peserta didik di
Indonesia (convergensi). Jadi, dengan kata lain untuk muatan
lokal di sekolah dasar masih bersifat concentris kemudian
dilaksanakan secara continue di sekolah menengah pertama
dan akan terjadi convergensi di sekolah menengah atas.
b. Pengembangan untuk jangka pendek
Pengembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat
dilakukan oleh sekolah setempat untuk pengembangan
selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu
perluasan muatan lokal, dan pendalaman muatan lokal.
1) Perluasan muatan lokal
Dasarnya ialah bahan muatan lokal yang ada
didaerahnya itu yang terdiri dari berbagai jenis muatan
lokal, misalnya: pertanian, kalau sudah dianggap cukup
ganti peternakan, perikanan, kerajinan dan sebagainya.
Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai
muatan lokal sedang pendalamannya dilaksanakan paa

10
periode selanjutnya.
2) Pendalaman muatan lokal
Dasarnya adalah bahan muatn lokal yang sudah ada
kemudian diperdalam sampai misalnya: masalah
pertanian dibicarakan dan dilaksanakan mengenai
bagaimana cara memupuk, memelihara,
mengembangkannya, penyakitnya, pemasarannya dan
sebagainya. Oleh karena itu, pelajaran ini diberikan
pada siswa yang sudah dewasa.

11
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang disi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.
Kurikulum muatan lokal diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional sebagaimana tercantum didalam GBHN.
Sumber bahan muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari
nara sumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan
dan sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut
berbagai unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan
menyangkut berbagai aspek, antara lain : sumber bahan ajar, pengajar, metode,
media, dana dan evaluasi.
Pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal harus tetap sinergi dengan
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan. Keterlibatan
berbagai unsur, terutama di tingkat satuan pendidikan seperti: guru, kepala
sekolah, serta komite sekolah/madrasah diperlukan untuk mencapai tujuan muatan
lokal. Di sisi lain, pemerintah daerah beserta perangkat daerah yang melaksanakan
pemerintahan daerah di bidang pendidikan perlu mendukung dalam bentuk
supervisi serta koordinasi sesuai dengan kewenangan masing-masing.

B. Saran

Sebagai salah satu kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam
pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan
antara lain dari segi : peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana,
bahkan kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di
minimalisir dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan
bagi para pengajar, lebih memantapkan GBPP, dengan evaluasi yang
berkesinambungan dan sebagainya.

12
Muatan lokal perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih
mengetahui dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur,
mandiri, kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa
cinta kepada budaya tanah air.

13
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo.2012. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal.Semarang:UNNES.


9Riwayuat, 2007, Pengembangan Muatan Lokal,
http://islam-intelek-pendidikan
Jajang Badruzaman, KTSP dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal,
Desember 6, 2007
http://lenterapena.wordpress.com/2007/12/06
https://text-id.123dok.com/document/myje89jkq-konsep-dasar-kurikulum-
muatan-lokal.html
http://little-chiyoo.blogspot.com/2013/06/prinsip-pelaksanaan-muatan-
lokal.html?m=1
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/19760731
2001121-ADE_SUTISNA/KONSEP_KURIKULUM_MULOK.pdf
https://www.tozsugianto.com/2018/03/pengertian-tujuan-manfaat-landasan-
kurikulum-muatan-lokal.html?m=1
https://docplayer.info/amp/31444804-Materi-kuliah-pengembangan-kurikulum-
mulok-by-estuhono-s-pd-m-pd.html

14

Anda mungkin juga menyukai