Anda di halaman 1dari 1

Latar Belakang

Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian integral dari

kebijakan kependudukan yang bertujuan untuk mempengaruhi fertilitas penduduk

yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan angka pertumbuhan penduduk

(Sumariati, Susilastuti, & Hadna, 2013). Salah satu rencana strategi (renstra)

BKKBN tahun 2015-2019 dalam upaya pencapaian target atau sasaran Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 untuk menurunkan

laju pertumbuhan penduduk yaitu dengan meningkatkan penggunaan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine Devices), Metode

Operasi Pria (MOP) atau Metode Operasi Wanita (MOW), dan implant (BKKBN,

2015). IUD (Intra Uterine Devices) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang efektif, aman, dan

reversible, dimana terbuat dari plastik atau logam kecil yang dililit dengan tembaga

dengan berbagai ukuran dan dimasukkan ke dalam uterus. Penggunaan IUD

memiliki beberapa efek samping yaitu spotting, perubahan siklus menstruasi,

amenorrhea, dismenorhea, menorrha

IUD dianggap menjadi salah satu metode yang paling efektif dengan tingkat

kegagalan kurang dari 1% dan sekitar 10 tahun keefektifan, namun dari kelebihan

tersebut juga tidak lepas dari efek samping penggunaan IUD yang tidak dapat

ditoleransi sehingga menyebabkan pelepasan dini IUD mencapai 15% pengguna

(Behboudi-gandevani et al., 2015).

Prevalensi penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia berdasarkan Data dan

Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016, terdapat Pasangan Usia Subur

(PUS) dengan usia 15-49 tahun sebanyak 74,80% peserta KB aktif dan 13,73%

peserta KB baru dimana terdapat 10,61% peserta KB aktif dan 7,23% peserta KB

baru yang menggunakan metode IUD. Di wilayah Jawa Timur sendiri, jumlah

akseptor KB IUD sebanyak 12,65% peserta KB aktif dan 73,82% peserta KB baru

(Kemenkes, 2016). P

Anda mungkin juga menyukai