Anda di halaman 1dari 16

MODUL PRAKTIKUM

METODA GEOLISTRIK

Oleh:
I Nengah Simpen

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
PRAKTIKUM METODA GEOLISTRIK
1. Tujuan Pratikum Metoda Geolistrik

Tujuan dari kegiatan Praktikum Metoda Geolistrik ini adalah untuk


mengetahui distribusi nilai tahanan jenis litologi baik secara vertikal maupun
horisontal pada daerah contoh.

2. Sasaran Yang Hendak Dicapai

Dalam Pratikum Metoda Geolistrik ini, mahasiswa diharapkan

- Mendapatkan informasi litologi batuan atau anomali yang menjadi target


pengukuran
- Dapat mengenal dan memahami fenomena kelistrikan di bawah permukaan
bumi.
- Dapat mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukur metoda tahanan jenis.
- Dapat melakukan pengukuran Metoda Geolistrik dengan menggunakan
konfigurasi elektroda yang berbeda, yaitu konfigurasi Wenner maupun
konfigurasi Schlumberger.
- Dapat melakukan pengolahan dan analisis data Metoda Geolistrik.
- Dapat melakukan interpretasi hasil pengolahan data Metoda Geolistrik.
- Mampu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil pengukuran Metoda
Geolistrik.
- Dapat menerapkan pengukuran Metoda Geolistrik untuk menyelesaikan kasus-
kasus eksplorasi dangkal sederhana.

3. Dasar Teori

3.1 Pengertian Metoda Geolistrik

Metoda geolistrik adalah salat satu metoda yang mempelajari sifat-sifat


aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya dari permukaan
bumi. Besaran fisis yang dicari adalah tahanan jenis batuan akibat adanya medan
potensial dan arus yang diinjeksikan ke bawah permukaan bumi. Pada dasarnya
metode ini didekati menggunakan konsep perambatan arus listrik di dalam
medium yang homogen isotropis, dimana arus listrik bergerak ke segala arah
dengan nilai sama besar. Sehingga jika terjadi penyimpangan dari kondisi ideal
(homogen isotropis), maka penyimpangan ini (anomali) yang justru yang diamati.
Nilai tahanan jenis batuan berhubungan dengan sifat fisisnya antara lain derajat
saturasi air, porositas, permeabilitas dan formasi batuan.

Prinsip kerja dari Metoda Geolistrik ini adalah arus listrik diinjeksikan ke
dalam bumi melalui dua buah elektoda arus. Beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua buah elektroda potensial, dari hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu, dapat ditentukan variasi harga
tahanan jenis masing-masing lapisan di bawah titik ukur.

Umumnya, metode ini hanya baik untuk ekplorasi dangkal dengan


kedalaman maksimuk sekitar 200 meter. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga
tersebut, maka informasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan dengan
bentangan yang besar dengan maksud mendapatkan penetrasi kedalaman di atas
200 m, maka arus yang mengalir akan semakin lemah dan tidak stabil akibat
perubahan bentangan yang semakin besar. Karena itu, metode ini jarang
digunakan untuk eksplorasi dalam, sebagai contoh untuk eksplorasi minyak.
Metode Geolistrik ini banyak digunakan di dalam pencarian air tanah, memonitor
pencemaran air dan tanah, eksplorasi geotermal, aplikasi geoteknik, pencarian
bahan tambang, dan untuk penyelidikan dibidang arkeologi, jadi prinsipnya untuk
eksplorasi yang tidak terlalu dalam.

3.2 Sifat Kelistrikan Batuan dan Mineral

Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga


macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolitik, dan konduksi elektronik.
Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran
arus listrik (terjadi polarisasi muatan bahan saat bahan dialiri listrik). Konduksi
elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi
cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion
elektrolitik. Kondisi elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak
elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan/mineral oleh elektron
bebas.
Berdasarkan harga tahanan jenis (ρ) listriknya batuan/mineral digolongkan
menjadi tiga yaitu :
- Konduktor baik : 10-8 < ρ < 1 Ω m
- Konduktor buruk : 1 < ρ < 107 Ω m
- Isolator : ρ > 107 Ω m
3.3 Perumusan Dasar Metoda Geolistrik
Dalam menginterpretasikan pengukuran pada metoda geolistrik bumi
dianggap homogen isotropis, yaitu setiap lapisan memiliki resistivitas yang sama.
Prinsip dasarnya dari metoda geolistrik adalah mengukur respon berupa potensial
pada suatu elektroda potensial akibat arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi
melalui elektroda arus, oleh karena itu perumusan teoritis metoda geolistrik
didasarkan pada prinsip perhitungan potensial listrik pada suatu medium tertentu
akibat suatu sumber arus listrik di permukaan bumi. Jika arus (I) diinjeksikan ke
dalam bumi yang homogen dan isotropis melalui sebuah elektroda tunggal, maka
arus listrik tersebut akan menyebar ke segala arah dalam permukaan-permukaan
ekuipotensial pada bumi berupa permukaan setengah bola seperti yang
diilustrasikan dalam Gambar 1 (Telford, 1990).
Arus listrik

(a) Tampak atas

(b) Tampak penampang

Gambar 1. Aliran Arus Listrik dan Bidang Ekuipotensial

Harga resistivitas listrik suatu formasi bawah permukaan dapat ditentukan menurut persamaan
(Mudiarto, dkk., 2013):
V(r) = Iρ/(4π r) (1)
Karena permukaan yang dialiri arus adalah permukaan setengah bola yang mempunyai luas
, maka

atau (2)

Apabila dipasang empat buah elektroda seperti gambar 2, dan jarak antara dua
elektroda arus tidak terlalu besar, potensial disetiap titik dekat permukaan akan
dipengaruhi oleh kedua elektroda arus tersebut, sehingga equipotensial yang
dihasilkan dari kedua titik sumber ini bersifat lebih kompleks dibandingkan
sumber arus tunggal, akan tetapi pada daerah dekat sumber arus mendekati bola.
bila dibuat penampang melalui sumber A dan B, maka terlihat pola distribusi
bidang equipotensial seperti pada gambar 3

Gambar 2. Skema Elekektroda Arus dan Elektroda Potensial (Telford dkk., 1990,
Reynolds, 1997)

Bila digambarkan garis-garis ekuipotensialnya akan didapatkan tampak


atas seperti gambar 3. Apabila digambarkan dalam bentuk penampang akan
didapatkan seperti gambar 4. Perubahan potensial sangat drastis pada daerah
dekat sumber arus, sedangkan pada daerah antara A dan B gradien potensial kecil
dan mendekati linier. Dari alasan ini, pengukuran potensial paling baik dilakukan
pada daerah diantara A dan B yang mempunyai gradien potensial linier. Untuk
menentukan perbedaan potensial antara dua titik yang ditimbulkan oleh sumber
arus listrik A dan B, maka dua elektroda potensial misalnya M dan N ditempatkan
di dekat sumber seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Garis-Garis Equipotensial Dilihat dari Atas (Telford dkk., 1990)


Dengan prinsip bidang ekuipotensial, akan didapatkan bahwa pengukuran
potensial di permukaan tanah akan menghasilkan nilai yang sama dengan beda
potensial di dalam tanah pada radius yang sama untuk pengukuran beda potensial
antara titik M dan N dari sumber arus A dan B di permukaan seperti gambar 4.
(Telford, 1990, Mudiarto, dkk., 2013) akan didapatkan:

Gambar 4. Elektroda Arus dan Elektroda Potensial, Serta Garis-Garis


Ekuipotensial

(3)

(4)

Maka selisih beda potensial antara titik M dan N adalah :

(5)

Maka didapat persamaan untuk menentukan resistivitas yaitu :

(6)

Dimana K yang merupakan faktor geometri mempunyai nilai:


K= (7)
⎡⎛ 1 1 ⎞ ⎛ 1 1 ⎞⎤
⎢⎜ AM − MB ⎟ − ⎜ AN − NB ⎟⎥
⎣⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦
Apabila dalam pengambilan data jarak spasi elektroda dibuat sama yaitu
AM = MN = NM = a, maka AM = NB = a dan MB = AN = 2a, seperti gambar 5,
maka persamaan (7) akan menjadi:


K=
⎡⎛ 1 1 ⎞ ⎛ 1 1 ⎞⎤
⎢⎜ AM − MB ⎟ − ⎜ AN − NB ⎟⎥
⎣⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎦

K = 2π a (8)

Konfigurasi seperti ini dikenal dengan Konfigurasi Wenner. Faktor geometri untuk
konfigurasi Wenner menjadi:
K w = 2 π a dan (9)

Gambar 5. Elektroda Arus dan Elektroda Potensial pada Konfigurasi Wenner

Jadi dengan melakukan pengukuran beda potensial, kuat arus dan jarak antar
elektroda akan didapatkan resistivitas (resistivitas semu) pada titik pengukuran
tersebut.

3.4 Konfigurasi Elektroda dan Faktor Geometri

Ada berbagai konfigurasi elektroda yang sering dipakai pada Metoda Geolistrik, yaitu
konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Gambar 6 memperlihatkan dua konfigurasi
elektroda dan faktor geometri yang dikenal dalam Metoda Geolistrik. (Loke, 2000).
Gambar 6. Konfigurasi Wenner dan Konfigurasi Schlumberger (Loke, 2000)

Dengan C1 dan C2 adalah elektoda-elektroda arus, P1 dan P2 adalah elektroda-elektroda potensial,


a adalah spasi elektroda, n adalah perbandingan jarak antara elektroda C1 dan P1 dengan spasi “a”
K adalah faktor geometri yaitu besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak
kedua elektroda arus.

3.5 Konsep Resistivitas Semu

Dengan asumsi bahwa bumi bersifat homogen isotropis, resistivitas yang


terukur merupakan resistivitas sebenarnya dan tidak tergantung atas spasi
elektroda. Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan ρ yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-
lapisan tersebut. Maka harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga
resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang
lebar.

Resistivitas semu ini dirumuskan dengan :

(10)

Dengan ρa resistivitas semu (apparent resistivity) yang bergantung pada spasi elektroda.
Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen
dengan medium berlapis yang ditinjau. Sebagai contoh medium berlapis yang ditinjau misalnya
terdiri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda (ρ1 dan ρ2) dianggap sebagai medium
satu lapis homogen yang mempunyai satu harga resistivitas yaitu sebesar ρa, jadi ρa ini
merupakan harga semu. Demikian juga dengan konduktansi lapisan fiktif sama dengan jumlah
konduktansi masimg-masing lapisan σa = σ1 + σ2.
Gambar 7. Konsep Resistivitas Semu Pada Medium Berlapis

3.6 Pemilihan Konfigurasi Elektroda

Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan dipetakan,
sensitivitas alat Geolistrik dan tingkat noise yang ada. Masing-masing konfigurasi elektroda
diatas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Suatu permasalahan mungkin lebih baik dilakukan
dengan suatu jenis konfigurasi elektroda, tetapi belum tentu permasalahan tersebut dapat
dipecahkan jika digunakan jenis konfigurasi lainnya. Oleh karena itu, sebelum dilakukan
pengukuran, harus diketahui dengan jelas tujuannya sehingga kita dapat memilih jenis
konfigurasi yang mana yang akan dipakai. Karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan konfigurasi elektroda adalah sensitivitas konfigurasi terhadap perubahan nilai tahanan
jenis bawah permukaan secara vertikal dan horizontal, kedalaman investigasi, cakupan data
horizontal dan kuat sinyal.

Sensitivitas konfigurasi adalah suatu koefisien yang menggambarkan tingkat perubahan


nilai tahanan jenis bawah permukaan yang akan mempengaruhi potensial yang terukur. Koefisien
sensitivitas juga bergantung pada faktor geometri elektroda yang akan digunakan.

Kedalaman investigasi adalah kemampuan konfigurasi elektroda dalam memetakan


kedalaman maksimum yang dapat ditembus. Untuk memperoleh kedalaman maksimum yang
dapat dipetakan, kalikan spasi elektroda “a” maksimum atau panjang bentangan maksimum “L”
dengan faktor kedalaman.

Cakupan data horizontal adalah kemampuan konfigurasi elektroda untuk menghasilkan


banyaknya data dalam arah lateral/horizontal, kemampuan ini sangat berguna dalam survei 2D
(Loke, 2000). Sedangkan yang dimaksud dengan kuat sinyal adalah tingkat stabilitas tegangan
yang dihasilkan oleh alat ukur tahanan jenis terhadap peningkatan faktor geometri elektroda.
Besarnya adalah berbanding terbalik dengan faktor geometri yang digunakan.

3.7 Teknik Survei Metoda Geolistrik

Metode ini disebut juga dengan metoda mapping, digunakan untuk menentukan distribusi
resistivitas semu secara vertikal per kedalaman. Pengukurannya dilakukan dengan cara
memasang elektroda arus dan potensial pada satu garis lurus dengan spasi tetap, kemudian semua
elektroda dipindahkan atau digeser sepanjang permukaan sesuai dengan arah yang telah
ditentukan sebelumnya (Gambar 10). Untuk setiap posisi elektroda akan didapatkan harga
tahanan jenis semu. Dengan membuat peta kontur tahanan jenis semu akan diperoleh pola kontur
yang menggambarkan adanya tahanan jenis (Loke, 2000). Konfigurasi elektroda yang dipakai
pada metoda ini adalah konfigurasi Wenner maupun konfigurasi Schlumbeger. Sedangkan
contoh hasil pengolahan data dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 8. Susunan elektroda dan urutan pengukuran geolistrik tahanan jenis 2-D
(Loke, 2000)

Gambar 9. Contoh distribusi nilai tahanan jenis dari hasil pengolahan data
(Simpen, 2015, Simpen, dkk. 2015)

3.8 Perangkat Lunak Res2dinv

Perangkat lunak Res2dinv adalah sebuah perangkat lunak komputer yang


secara langsung menghitung resistivitas dan gambar kontur penampang
resistivitas pada suatu lintasan survey. Beberapa input yang perlu dimasukkan
adalah:
Baris 1 : Nama lintasan pengukuran.
Baris 2 : Spasi elektroda terkecil
Baris 3 : Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole-dipole = 3,
Pole-dipole = 6, Wenner Schlumberger = 7).
Baris 4 : Jumlah total titik data.
Baris 5 : Jenis lokasi-x untuk titik-titik data. Masukan angka 0 jika lokasi
elektroda pertama dalam konfigurasi digunakan untuk mengukur
titik data. Masukkan 1 jika titik data terletak pada titik tengah
konfigurasi.
Baris 6 : Tanda untuk data IP (masukan 0 untuk data tahanan jenis)
Baris 7 : Lokasi-x, spasi elektroda, faktor seperasi elektorada n dan nilai
tahanan jenis pada titik data pertama.
Baris 8 : Lokasi-x, spasi elektroda, n, nilai tahanan jenis semu pada titik
data kedua.
Baris 9 : Dan seterusnya.
Untuk mengakhiri input data, ketikkan 4 angka 0 pada empat baris
terakhir.

Set alat yang dimiliki oleh Jurusan Teknik Sipil Univbersitas Udayana sudah bisa
langsung interface, sehingga tidak perlu memasukkan data seperti tersebut di atas.

4. Peralatan dan Pengenalan Alat

Peralatan yang dibutuhkan dalam Praktikum Metoda Geolistrik ini adalah


alat ukur Metoda Geolistrik misalnya merek Skill Pro 48 Channel (Set Geolistrik
yang dimiliki oleh Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana). Set alat ini terdiri
dari:

- accu 12 volt sebagai sumber arus 1 buah


- batang elektroda 48 buah
- kabel penghubung 2 gulung
- meteran rol panjang 50 m 1 buah
- laptop untuk interface (sudah terprogram interface dengan Skill Pro)
- palu 1 kg 1 buah

Untuk perkenalan alat, di bawah ini hanya diberikan bagian pentingnya saja yang
berupa panel bagian depan set alat Skill Pro 48 Channel seperti gambar di bawah,
sedangkan bagian detail dan cara mengoperasikannya akan diberikan saat
praktikum pengambilan data.
 
 
(a) Tampak utuh

 
(b) Tampak Muka
 
(c) Keyboard
Gambar 10. Geolistrik Skill Pro

5. Prosedur Praktikum

Sesuai dengan set peralatan Geolistrik yang dimiliki oleh Jurusan Teknik
Sipil Universitas Udayana, yaitu Skill Pro 48 chanel, di bawah ini diberikan
prosedur praktikum untuk set alat Skill Pro 48 chanel. Langkah-langkah kerjanya
sebagai berikut:

a.-Tentukan target yang akan dicari


b.-Tentukan arah lintasan
c.-Tentukan lintasan pengukuran
d.-Tentukan jarak antar elektroda
e.-Pasang kabel pengukuran (kabel chanel 1–24 dan kabel chanel 25-48)
f.-Pasang kabel-kabel pengukuran ke set alat
g.-Lakukan pengukuran
h.-Simpan data hasil pengukuran

6. Analisis Data dan Interpretasi

Agar data yang didapat bisa dianalisis, terletabih dahulu datanya diambil
dan dimasukkan ke dalam flash disk. Selanjutnya data diolah dengan program
Res2divn. Hasil analisa data inilah yang nantinya akan diinterpretasi.

6.1 Cara Memindahkan Data dari Set Peralatan Skill Pro ke Flash Disk

Langkah-langkah yang ditempuh untuk memindahkan data dari Skill Pro ke


flash disk (sesuai dengan peralatan yang dimiliki oleh Jurusan Teknik Sipil
Universitas Udayana) adalah:
a. Hidupkan Skill Pro
b. Hubungkan ke laptop untuk interface.
c. Menu Utama Skill Pro dibawa ke posisi System, kemudian pilih USB dan
tekan ENTER. Caranya setelah Skill Pro hidup, geser kanan pakai tanda
panah kanan di key board.
d. Buka program interface (Program Siber Tools), sehingga nampak seperti
gambar berikut.

Gambar 11. Tampilan Program Siber Tools

e. Pilih menu File, kemudian cari Open selanjutnya cari tempat dan nama
file (removable, dat, d2d, (nama file yang dimasukkan dalam Skill
Pro)) selanjutnya tekan Enter. Ini merupakan data hasil pengukuran
yang telah dilakukan.

f. Data hasil pengukuran ini perlu diubah sehingga dapat diakses oleh
program Res2Divn. Caranya sebagai berikut: kembali lagi pilih menu File
--- export --- save in --- (carikan tempat dan nama file) dengan type file:
Res2DinvFiles.dat kemudian tekan Enter. File ini sudah siap untuk
diakses oleh progran Res2Divn.

g. Tutup program interface (Program Siber Tools) dan matikan Skill Pro.
6.2 Cara Menganalisa Data dengan Program Res2Divn
Agar mendapatkan gambar penampang lintasan berdasarkan kontur
resistivitasnya, data yang didapat perlu diolah dengan program Res2Divn, caranya
sebagai berikut:
a. Bukan Program Res2Divn.
b. Pilih File – Read data file – (cari tempat dan nama file) – kemudian
tekan Enter.
c. Pilih Inversion – last square inversian -- tekan Enter. Tunggu
beberapa saat, komputer sedang menghitung dan menggambar hasil
kontur penampang resistivitas lintasan pengukuran. Setelah selesai
proses dan menampilkan gambar penampang resistivitas, gambar inilah
yang dicari dan diinterpretasi. Di bawah ini diberikan hasil proses
Program Res2Dinv.

Gambar 12. Hasil Proses Program Res2Dinv.

6.3 Interpretasi Data

Untuk interpretasi data, gambar yang paling di bawah yang diinterpretasi.


Interpretasi data sangat tergantung dari “apa yang akan dicari”. Sebagai contoh
akan mencari akuifer. Di bawah ini diberikan contoh gambar kontur resistivitas
penampang lintasan untuk mencari akuifer. Nampak sekala perubahan warna dari
Biru sampai Merah, yang berarti dari resistivitas kecil ke resistivitas besar.
Bulatan biru menandakan daerah resistivitas rendah yang merupakan akuifer
yang akan dicari. Kemudian setelah dilakukan verifikasi, memang benar
didapatkan akuifer pada kedalaman 18,5 m, sesuai skala kedalaman (sebelah kiri
gambar ada skala kedalaman).

Gambar 13. Kontur Resistivitas Penampang Lintasan Untuk Mencari Akuifer


(Simpen, 2015, Simpen, dkk. 2015)

Analisa data dan Interpretasi akan diberikan lebih detail saat praktikum
dan analisa data.

7. Daftar Rujukan

Loke, M. H. 2000. A practical guide to 2-D and 3-D surveys.


http://www.geophysik.unikoeln.de/studium/WS04/vorlesung/env_geoscience/
chapter2.pdf
Mudiarto, A., Supriyadi dan Sugiyanto, 2013, Pemodelan Fisik Untuk Monitoring
Kebocoran Pipa Air Dengan Metode Geolistrik, Unnes Physics Journal, Vol.
1(1): 1-6.
Reynolds, J. M. 1997. An Introduction to Aplied and Environmental Geophysics.
John Wiley and Sons Ltd. Baffins, Chichester, West Susex PO19 IUD.
England.
Simpen, I Nengah, 2015, Solusi Permasalahan Sumur Bor versus Sumur Gali
dengan Metoda Geolistrik dan Uji Pemompaan Sumur (Suatu Studi Kasus
di Bugbug Karangasem Bali), Prosiding SeminarNasional Fisika dan
Pembelajarannya 2015, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Malang.
Simpen, I Nengah, 2015. I Nyoman Sutarpa Sutama, I Wayan Redana, Siti
Zulaikah, 2015, Pendugaan Akuifer Bawah Permukaan Tanah dengan
Metoda Geolistrik, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi II
2015, LPPM Universitas Udayana, Denpasar.

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R.E dan Keys, D. D. 1990. Applied Geophysics
First Edition. Cambridge University Press. Cambridge. New York.

Anda mungkin juga menyukai