Anda di halaman 1dari 10

TEORI DAN APLIKASI BERBICARA DI DEPAN UMUM

Dosen pengampu : Ai Nuraini

Di susun oleh : Ismi Nurul Ikhlas Alinsani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARGAM


PRODI PGMI 1
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, pencipta langit dan bumi, pembuat gelap dang terang. Shalawat
dan salam semoga terlimpah curah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, penutup para
rasul, yang memberi kabar gembira dan ancaman, yang memberi janji dan peringatan, yang
dengan kehadiran beliaulah Allah menyelamatkan manusia dari kesesatan, yang menunjuki
manusia ke jalan yang lurus, jalan Allah yang ada dilangit dan bumi, dan hanya kepada Allah-
lah semua urusan akan kembali.
Dan tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih atas dukungan orang tua maupun teman
sejawat yang sangat berperan penting dalam penyelesaian makalah ini. Penulis berharap
semoga dengan hadirnya makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi ladang amal
untuk kami.

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Berbicara di depan umum tergolong menjadi aktivitas yang menakutkan bagi banyak
orang. Namun, Anda perlu meluangkan waktu untuk mengembangkan keahlian sebagai
pembicara, keluarlah dan bagilah keahlian yang anda kuasai. (Stephan Schiffman's : 101
Successful Sales Strategies)
Berbicara di muka umum bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh setiap orang. Tapi,
bukan pula hal yang teramat sulit untuk dipelajari. Selama ini, Beragam alasan orang akan
menghindar untuk tidak berbicara di depan umum.
Padahal siapapun berhak untuk berbicara di depan publik tanpa terkecuali. Apalagi di era
seperti sekarang ini, mampu berbicara di depan umum dengan baik dan benar, sudah menjadi
bagian dari gaya hidup seseorang. Sudah saatnya setiap orang yang ingin meningkatkan
kualitas hidup, meraih sukses yang lebih tinggi, trampil berbicara di depan umum.
Setiap orang punya kesempatan untuk bicara di depan publik. Tetapi sayangnya banyak
orang melewatkan kesempatan itu dengan alasan bahwa mereka tidak mampu, dan karenanya
juga tidak pernah mengembangkannya. Padahal, memahami dan menyenangi public speaking
sama dengan berinvestasi, “Semakin lama dipupuk dan dikembangkan, nilainya akan semakin
berkilau.”
Public Speaking adalah keterampilan yang dapat dilatih, dipraktekkan, untuk memberi
manfaat sesuai dengan kebutuhan audiens, antara lain: untuk menyampaikan informasi,
memotivasi, membujuk dan mempengaruhi orang lain, mencapai saling pengertian dan
kesepakatan, meraih promosi jabatan, mengarahkan kerja para staf, meningkatkan penjualan
produk/keuntungan bisnis dan membagikan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Sesungguhnya, mampu dan tidaknya seseorang menjadi pembicara hanya masalah tekad
dan disiplin dalam mengembangkannya. (Pembentukan Citra Diri melalui Kemampuan
Berbicara Di Depan Publik, di Charles Bonar Sirait Shcool Of Communications)
1.2  Perumusan Masalah

1.2.1   Bagaimana cara menghilangkan ketegangan saat berbicara di depan umum?


1.2.2   Bagaimana cara kita berbicara agar mampu menguasai situasi dan kondisi?
1.2.3   Bagaimanakah etika yang seharusnya diterapkan ketika berbicara di depan umum?

1.3  Tujuan Penelitian

1.3.1   Tujuan Penelitian secara Umum


a.       Memberikan solusi untuk seseorang yang akan berbicara di depan umum agar tidak
merasa tegang dan ketakutan.
b.      Mempelajari cara agar mampu menguasai situasi saat berbicara.
c.       Mengajarkan etika yang seharusnya digunakan saat berbicara.

1.3.2   Tujuan Penelitian secara Khusus

a.       Mampu meningkatkan kemampuan untuk menghilangkan ketegangan saat berbicara di


depan umum.
b.      Lebih terampil untuk mempelajari serta mengetahui cara untuk menguasai situasi saat
berbicara.
c.       Lebih memahami cara untuk menempatkan sikap yang baik saat berbicara.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  LANDASAN TEORI

Berbicara merupakan salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 148) berbicara adalah suatu kegiatan berkata, bercakap,
berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan atau tulisan dan sebagainya.
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana
komunikasi. Hal tersebut terjadi karena manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Pembelajaran bahasa Indonesia
mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka-ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang tertatur mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak
bahasa, Menurut Tarigan (1998: 13).
Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik berbicara yang harus dimiliki
oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Untuk menarik perhatian audiens,
terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain persiapan materi yang
matang, yakni : mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan
dan psikologis audiensnya, berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan maksud
agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya, menyesuaikan penampilan
fisik sebelum tampil di atas panggung, berupaya untuk menjadi diri sendiri, bila perlu
selipkanhumor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan, sehingga
pendengar tidak merasa bosan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1  PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS BERBICARA

3.1.1        Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-


kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun sertadikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak
(Tarigan, 2008:16-17).
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan
bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh pendengar
tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian
mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.
Menurut Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua dilakukan
manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-
bunyi bahasa yang didengarkan itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya
mampu untuk berbicara.

3.1.2        Jenis – Jenis Berbicara

Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka
umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan beberapa
kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut.

1) Berbicara di Muka Umum


Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.

a)      Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat


informatif (informative speaking).
b)      Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan
(persuasive speaking).
c)      Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati
(deliberate speaking).

2)      Diskusi Kelompok
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a)      Kelompok resmi (formal)
b)      Kelompok tidak resmi (informal)
3.2  BERBICARA DI DEPAN UMUM

Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus


dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Untuk menarik perhatian
audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain persiapan materi
yang matang, yakni : mempersiapkan mentaldengan baik, yakni dengan memahami kondisi
ruangan dan psikologis audiensnya, berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan
maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya,
menyesuaikan penampilan fisiksebelum tampil di atas panggung, berupaya untuk menjadi diri
sendiri, bila perlu selipkan humor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang
disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa bosan.
Persiapan yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang akan
muncul ketika seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut diantaranya adalah
kurang antusiasnya audiens untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan, tidak
mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik audiens yang di luar perkiraan.
Beberapa contoh Berbicara di depan Umum, salah satunya adalah Berpidato. Pidato
merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, pidato berarti pengungkapan pikiran
dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Pidato berarti mengemukakan
sesuatu secara lisan yang biasa dijumpai di depan umum atau audiensnya.
Pidato bisa menjadi sebuah kegiatan yang menakutkan bagi seseorang yang tidak terbiasa
untuk berbicara di depan umum. karena kurangnya rasa percaya diri, takut ditertawakan, atau
mungkin ada pengalaman masa dahulu yang membuat pembicara trauma.
Namun, dalam berpidato persiapan mental atau yang berkaitan dengan kejiwaan amat
penting untuk seseorang yang akan berpidato. Keberhasilan seseorang dalam berbicara di
depan umum akan banyak ditentukan sejauh mana keadaan mental saat berbicara di depan
umum.
Selain persiapan mental, persiapan materi juga harus dilakukan dengan baik dan benar.
Karena kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan akan sangat mempengaruhi
kesiapan kita secara mental,  seseorang yang akan tampil di depan umum harus dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana.
Keberhasilan seseorang dalam berbicara juga ditentukan oleh keadaan fisik dan
kejiwaannya. Apabila ia sedang dalam keadaan tidak prima, baik kesehatan badan maupun
jiwanya, rasanya suatu keberhasilan akan sulit tercapai. Namun, yang perlu ditekankan disini
adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar. Di mana ada kemauan berusaha, di situlah
terbentang jalan.
Pada prinsipnya, berbicara di depan umum seperti halnya berpidato sama dengan
bercakap-cakap, keduanya menuntut interaksi langsung antara pembicara pendengar. Kalau
komunikasi dan interaksi tidak berjalan secara langsung, maka pidato itu kurang berhasil.

3.2.1        Menghilangkan rasa takut ketika Berbicara

Beberapa dari Anda mungkin pernah mengalami saat dimana Anda takut untuk berbicara
di depan umum. Anda merasa tertekan, takut, ingin membatalkan situasi itu atau bahkan kabur
dengan memberikan orang lain berbicara.
Anda tidak perlu merasa malu karena Anda tidak bisa berbicara di depan umum, tapi
Anda juga seharusnya tidak perlu kabur dan takut akan hal ini. Perasaan yang Anda alami
dialami juga oleh banyak orang, bahkan orang-orang profesional yang sudah sering berbicara
di depan umum juga pernah merasakan hal ini.
Seseorang yang akan berbicara di depan umum harus berhasil melewati 'tembok
penghalangnya'. Misalkan saja, Anda harus mencoba untuk menghindari membuat sebuah
contekan dan kemudian dihafalkan. Cara ini menjadi sebuah tradisi yang biasa digunakan oleh
orang banyak, bahkan buruknya adalah pada saat Anda lupa dengan apa ingin Anda bicarakan,
Anda akan tiba-tiba berhenti berbicara dan mengeluarkan contekan. Hal ini dapat merusak
penilaian orang terhadap citra Anda.

3.2.2        Menguasai Situasi saat Berbicara

Saat berbicara di depan umum, Anda sebaiknya jangan pernah berbicara menggunakan
pikiran saja melainkan hati yang melaksanakan. Sering kali kita jumpai masalah seperti ini,
sebagian orang terlalu terpakupada pokok bahasan yang dibawakan dan arahan yang disusun.
Berbicara dengan hati jauh lebih nyaman dibanding harus berbicara dengan penuh
konsentrasi dan memperhatikan gaya bahasa. Dengan cara seperti ini, pendengar akan merasa
lebih nyaman saat mendengarkan pembicaraan dalam kondisi bebas dan tidak dipaksakan.
Pandangan mata juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran penyajian saat berbicara,
jangan memandang hanya kepada satu titik. Biarkan mata menjelajah kemana-mana untuk
mengetahui intensitas ketertarikan audiens. Selain itu, saat berbicara di depan umum Anda
perlu mengendalikan suara pada titik nyaman Anda. Cara ini dapat menarik perhatian serta
memberi kenyamanan juga kepada para pendengar. (Pringgawidagdo, 2002:4)
Alangkah baiknya, untuk lebih menguasai situasi saat berbicara di depan umum Anda
harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengemas pembicaraan agar lebih menarik.
Karena seseorang dikatakan mampu mendengarkan jika ia dapat menangkap atau menerima
dengan benar apa yang didengarnya.

3.2.3        Etika Berbicara di Depan Umum

Seseorang yang akan tampil berbicara di depan umum harus dapat menarik dan
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana. Orang yang akan berbicara pun tentu
akan berusaha untuk tampil dengan baik serta menarik demi mencari perhatian dari
pendengarnya.
Berbicara merupakan komunikasi lisan, berarti ketika Anda sedang berbicara di depan
umum Anda harus memahami karakteristik atau ciri bahasa lisan.
Ketika Anda akan membuka sebuah pembicaraan, sebaiknya terlebih dahulu Anda
mengucapkan salam serta ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
kesempatan untuk berbicara di depan umum.
Saat berbicara di depan umum, kemukakan hal-hal atau masalah-masalah penting yang
akan Anda sampaikan. Sehingga pendengar dapat menyerap dengan baik apa yang
disampaikan pembicara.
Jika para pendengar Anda telah menunjukkan sikap yang baik serta merespon apa yang
Anda bicarakan, yakinlah bahwa itu merupakan modal yang sangat berharga untuk menambah
rasa percaya diri Anda ketika berbicara di depan umum.
BAB IV
PENUTUP

4.1  SIMPULAN

Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus


dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Saat berbicara, Anda juga
membutuhkan persiapan yang baik untuk mengantisipasigangguan yang akan muncul ketika
seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut diantaranya adalah kurang antusiasnya
audiens untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan.
Persiapan mental atau yang berkaitan dengan kejiwaan amat penting untuk seseorang
yang akan berbicara di depan umum. Selain persiapan mental, persiapan materi juga harus
dilakukan dengan baik dan benar. Karena kesiapan materi atau pesan yang akan kita sampaikan
akan sangat mempengaruhi kesiapan kita secara mental,  seseorang yang akan tampil di depan
umum harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana.
Keberhasilan seseorang dalam berbicara juga ditentukan oleh keadaan fisik dan
kejiwaannya, yang perlu ditekankan disini adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar.
Di mana ada kemauan berusaha, di situlah terbentang jalan.
Seseorang yang akan berbicara di depan umum harus berhasil melewati 'tembok
penghalangnya'. Misalkan saja, Anda harus mencoba untuk menghindari membuat sebuah
contekan dan kemudian dihafalkan.
Seseorang yang akan tampil berbicara di depan umum harus dapat menarik dan
menyesuaikan diri dengan keadaan tempat dan suasana. Orang yang akan berbicara pun tentu
akan berusaha untuk tampil dengan baik serta menarik demi mencari perhatian dari
pendengarnya.
Saat berbicara di depan umum, kemukakan hal-hal atau masalah-masalah penting yang
akan Anda sampaikan. Sehingga pendengar dapat menyerap dengan baik apa yang
disampaikan pembicara.
Jika para pendengar Anda telah menunjukkan sikap yang baik serta merespon apa yang
Anda bicarakan, yakinlah bahwa itu merupakan modal yang sangat berharga untuk menambah
rasa percaya diri Anda ketika berbicara di depan umum.

4.2  SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, kita seharusnya memahami bahwa keterampilan berbicara


merupakan hal penting yang harus dikuasai untuk dapat menambah rasa percaya diri ketika
berbicara di depan umum.
Seiring dengan perkembangan tekhnologi, maka penulis menyarankan agar
memperbanyak latihan dan menambah pengetahuan serta pengalaman sehingga dapat
menyampaikan bahan pembicaraan yang berkelas.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam pembahasan materi di
atas. Oleh karena itu, penulis berharap agar  semua pihak dapat memaklumi kekurangan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai