ABSTRAK
BAB I. PENDAHULUAN
Adapun rumusan masalah dari penulisan jurnal ini, yaitu sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka penelitian
ini bertujua untuk menganalisis:
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari buku, majalah, artikel baik non elektronik maupun elektonik.
1. Bujur Sangkar
Perhitungan :
Luas Areal : 1 Ha
Jarak Tanam : 9m x 9m
2. Segitiga
a = Jarak tanam
b =Jarak antar baris yang akan dicari
Perhitungan :
Luas Areal : 1 Ha
Jarak Tanam : 9m x 9m X 9m
3.3 Pemancangan
Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur terlebih dahulu
diadakan pemancangan areal. Pemancangan pada areal yang rata jarak antara
barisan dan dalam barisan sesuai dengan jarak yang sebenarnya. Sedangkan untuk
areal yang berbukit dan berkontur arah barisan mengikuti arah kontur yang ada
dan jarak antara barisan adalah proyeksi jarak antar barisan. Pada umumnya areal
penanaman kelapa sawit di Indonesia terletak pada daerah yang banyak hujannya
dan tidak semuanya datar/flat. Pada bulan tertentu (musim hujan) dapat tejadi
lebih air (water excess), tetapi pada beberapa lokasi dimana terdapat perbedaan
musim hujan dan kemarau agak tegas terdapat pula kekurangan air (water deficit).
Agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap
dalam tanah, persediaan air dalam tanah (water reserve) selalu cukup terutama
pada musim kemarau dan untuk mencegah erosi maka dibangunlah teras, rorak,
benteng, parit dan lain-lain dilapangan.Tindakan pengawetan tanah ini mutlak
diperlukan terutama didaerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar pada
lahan yang berombak, berbukit.
3.4 Pembuatan Lubang Tanam
Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.
Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag
besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap
artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih
dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar
(Dalimunthe, 2009).
Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki
keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika
menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan
memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi
mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran
matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika
menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas
areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain
itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua
tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).
3.6 Penyisipan
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu data yang seharusnya lebih banyak
materi nya dari sumber yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Alfath, 2015. Lubang Tanam Kelapa Sawit. [Internet]. Tersedia di:
http://pupukbuahsawitnasa.blogspot.com/2015/12/lubang-tanam-kelapa-
sawit.html
Eddie Purwanto, 2018. Membangun Perkebunan Kelapa Sawit. [Internet].
Tersedia di:
https://membangunperkebunankelapasawit.blogspot.com/2018/03/tanaman-
non-valuer.html
Sihombing, Darwin., dan Fifi, Puspita. 2015. Kajian Teknik Budidaya Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Petani Swadaya Kecamatan Lubuk
dalam Kabupaten Siak Provinsi Riau. Universita Riau Fakultas Pertanian,
Agroteknologi. Vol.2 No.2 Oktober 2015.