JURUSAN/SMESTER : MANAJEMEN/II
PERTEMUAN : IX
A. PENGERTIAN MANUSIA
Manusia adalah mahkluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensi yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan
mati, serta terkait serta dengan interaksi alam dan lingkungan dalam sebuah hubungan timbal
balik baik secara positif maupun negatif.
1
Di Indonesia tidak dipungkiri keberadaannya. Masyarakat Indonesia terdiri dari
berbagai kebudayaan yang besifat kewilayahannya yang merupakan pertemuan dari berbagai
suku bangsa daerah tersebut. Mereka yang mendiami daerah yang bervariasi, juga berkaitan
dengan tingkatan peradaban sukubangsa dan masyarakat yang berbeda, serta dengan
pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi
kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang
ada. Kemudian juga berkembang dan meluas agama-agama besar di Indonesia terut
mendukung kebudayaan sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Indonesia
adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragama budaya yang tinggi, tidak hanya
keanekaragaman suku bangsa namun juga kenekaragaman budaya dalam konteks peradaban
tradisional hingga ke modern.
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi
(KBBI) artinya adalah tingkah laku; macam, jenis; langgam; warna, corak; laras, tata bahasa.
Keragaman yang dimaksud adalah kondisi masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaan
dalam erbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesopanan, serta situasi ekonomi.
Kesederajatan berasal dari kata sederajat yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) artinya adalah sama tingkatan (pangkat, keudukan). Dengan demikian
konteks kesederajatan di sini adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan dan
keberagaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dalam satu
tingkatan hirarki.
Suku bangsa yang menempati wilayah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke
sangat beragam. Sedngkan perbedaan ras muncul karena adanya pngelompokan besar
manusia yang memiliki cirri-ciri biologis maka lahirlah yang sama seperti rambut, warna
kulit, ukuran tubuh, mata dan lain sebagainya. Di Indonesia, terutama bagian barat termasuk
ras Mongoloid Melayu Muda (Deutero Malayan Mongoloid) dan bagian timur termasuk ras
Austroloid. Sedngkan kelompok terbesar yang tidak termasuk pribumi adalah golongan chia
yang termasuk Astratic Mongoloid.
Suku Jawa adalah yang terbesar di Indonesia sekitar 45% dari seluruh populasi yang
awalnya mendiami bagian tengah dan timur pulau Jawa. Suku Sunda suku terbsar kedua
sekitar 14% dari seluruh populasi yang awalnya meniami bagian barat Jawa. Suku terbesar
ketiga suku Madura sekitar 7,5% dari seluruh populasi yang mendiami pulau Madura.
Meskipun etnis tionghoa mewakili sebagian kecil dari total populasi tapi mereka merupakan
kekuatan ekonomi, mengoprasikan segala mulai dari took kecil hingga bank-bank dan
industry-industri di Indonesia. Etnis tionghoa bisanya terbagi menjadi sua kelompok: Cina
2
peranakan, biasanya memiliki latar belakang Cina dan Indonesia, dan Cina totok, yang
dianggap sebagai Cina murni yang biasanya pendatang generasi pertama atau kedua dan
memegang teguh kebudayaan Cina.
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
yang dimaksud bersal dari suatu kekuatan yan lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan
gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Harun Nasution: 10).
Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan terperinci.
Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat
tentang agama. Namun apapun bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama, baik
dalam agama primitive maupun agama monoteisme. Menurut Robert H. Thouless.
Fakta menunjukan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa sebagai
ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. (psikologi agama: 14)
Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupak unsure penting dalam kragaman bangsa
Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui di Indonesia.
Ideologi adalah suatu idtilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat
terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan
kepercayaan yang fundamental. Ideologi membatu untuk lebih memperkuat landasan moral
bagi sebuah tindakan. Politik mencakup baik antara individu-individu dan kelopok untuk
meperoleh kekuasaan, yang di gunakan oleh pemenang bagi keuntungnya sendiri atas
kerugian dari yang ditaklukan. Politik juga bermakna sebagai usaha untuk menegakan
ketertiban sosial.
3
Keragama masyarakat Indonesia dalam Ideologi dan politik dapat dilihat dari
banyaknya partai politik sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya Indonesia
hanya mengakui satu ideologi, yaitu Pancasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian
bangsa Indonesia.
4. Tata krama
Tata krama yang dianggap dari Bahas Jawa yang brarti “adat sopan santun, bsa-basi”
pada dasarnya ialah tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai dengan
kaidah atau norma tertentu.
Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan terdiri dari aturan-aturan
yang jika dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki beragam suku bangsa di mana setiap suku
bangsa memiliki adat istiadat sendiri meskipun karena adanya sosialisasi nilai dan norma
secara turun-menurun dan berkesinambungan dari generasi menyebabkan suatu masyarakat
yang ada dalam suatu suku bangsa yang sama akan memilki adat dan kesopanan yang relative
sama.
5. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian Negara berkembang, perekonomian akan menjadi satu perhatian yang
terus ditingatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang
tidak dapat dihindari lagi.
6. Kesenjangan Sosial
Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja dapat
menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu, bahkan
bisa menjadi sebuah pemicu perang antar etnis atau suku.
4
Berdirinya Negara Indonesia di latar belakangi oleh masyarakat yang demikian
majemuk, secara etnis geografis, cultural, maupun religious. Kita tidak dapat mengingkari
sifat pluralistik bangsa kita. Sehingga kita perlu member tempat bagi berkembangnya
kebudayaan suku bangsa dan kebudayaan beragama yang dianut oleh warga Negara. Masalah
suku bangsa dan kesatuan nasional di Indonesia telah menunjukan kepada kita bahwa suatu
Negara yang multietnik memerlukan identitas nasional dan solidaritas nasional di antara
warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional Indonesia yang menyangkut kesadaran dan
identitas suatu bangsa telah dirancang saat kita belum merdeka.
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni,
yang seharusnya dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan kehidupan yang
menjunjung tinggi toleransi. Di kehidupan sehari-hari , kebudayaan suku bangsa dan
kebudayaan agama, yang beriringan, saling melengkapi dan mampu menyesuaikan dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi sering kali terjadi malah sebaliknya, perbedaan-perbedaan itu
menyebabkan ketegangan hubungan antar anggota masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh sifat dasar yang dimiliki oleh masyarakat majemuk
sebagaimana dejelskan oleh Van de Bergh:
Relatif diatas harus diakui dengan sikap terbuka, logis, dan dewasa karena dengannya,
kemajemukkan yang ada dapat dipersatukan. Jika keterbukaan dan kedewasaaan sikap
dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan
persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti:
5
3. Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-
macam, antara lain: keyakinannya bahwa secara kodrati ras, sukunya kelompoknya
lebih tinggi dari ras, suku, kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:
a. Semangat religus
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanisme
e. Dialog antar umat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antar agama, media massa, dan harmonisasi dunia
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran
kebersamaan dalam mempengaruhi sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi
terwujudnya sebuah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam keragaman dan
beragam dalam kesatuan. Segala bentuk kesenjangan didekatkan segala keanekaragaman
dipandang sebagai kekayaan bangsa, milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan
dlaam pola pikir masyarakat untuk menuju Indonesia Raya Merdeka.
F. PROBLEMATIKA DISKRIMINASI
Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia didasarkan pada prinsip-prinsip hak
asasi manusia (HAM). Sifat dari HAM adalah universal dan tanpa pengecualian, tidak dapat
dipisahkan, dan saling tergantung. Berangkat dari pemahaman tersebut seyogianya sikap-
sikap yang didasarkan pada ethnosentrisme, rasisme, religius fanatisme, dan diskriminasi
harus dipandang sebagai tindakan yang menghambat pengembangan kesederajatan dan
demokrasi, penegakan hukum dalam kerangka pemajuan dan pemenuhan HAM.
6
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya
beberapa faktor penyebab, antara lain adalah:
2. Tekanan dan intimidasi biasanya dilakukan oleh kelompok yang dominan terhadao
keompok atau golongan yang lebih lemah. Artistoteles membagi masyarakat dalam suatu
negara menjadi tiga kelompok: kaya, miskin dan yang berada di antaranya. Kelompok-
kelompok kaya (bangsawan, tuan tanah) biasanya melakukan intimidasi dan tekanan
sehingga mendiskriminasikan orang-orang miskin.
Problematika lainnya yang timbul dan harus diwaspadai adalah adanya disintegrasi
bangsa. Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya
sebuah negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang secara gradual bisa
menjadi penyebab utama proses itu, yaitu:
1. Kegagalan Kepemimpinan
2. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3. Krisis politik
4. Krisis sosial
5. Demoralisasi tentara dan polisi
6. Intervensi asing
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang
merupakan ungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang “majemuk” atau
“heterogen”. Masyarakat Indonesia terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku
bangsa dengan beraneka ragam latar belakang kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang
sama yang disebut, Kebudayaan Nasional