Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MAKANAN HASIL REKAYASA GENETIKA DALAM


PANDANGAN ISLAM
Dosen Pembimbing : H. Iif Taufik L Haque., S. Kep., Ners., M. HKes.

Disusun Oleh : Ina Nurhasanah (1903277017)

PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 3A


STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
Tahun Ajaran 2021/2022
Jalan K. H. Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat 46216
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dewasa ini pesatnya perkembangan teknologi membuat semua serba
instan, begitu juga perkembangan di bidang bioteknologi, Kemajuan ini ditandai
dengan ditemukannya berbagai macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur
jaringan, DNA rekombinan pengembang biakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-
penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan. Selain itu Hal–
hal yang mendorong perkembangan bioteknologi ini adalah untuk meningkatkan
mutu baik itu dalam bidang pangan, medis, maupun bidang kehidupan lainnya.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui
aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis
suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa
gen pada organisme tersebut. Salah satu penerapan bidang bioteknologi yang
sering dibicarakan orang yaitu Kloning.

Islam merupakan suatu jalan menuju kebenaran, kesejahteraan, juga


kebahagiaan, jadi selaku penganut agama islam setiap aspek penemuan terbaru
harus dapat di kaitkan dengan islam, artinya bagaimana pandangan islam dalam
penemuan baru tersebut, jika itu bermanfaat, maka islam akan membolehannya,
tapi jika muzarat lebih besar ketimbang manfaat, maka islam akan
mengharamkannya.

Dari sebab itu, pada kesempatan kali ini kami akan menulis tentang
“Kloning dalam pandangan islam” semoga tulisan ini dapat bermanfaat terutama
untuk saya agar dapat memahami kloning menurut pandangan islam dan terkhusus
untuk semua yang membacanya.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana definisi dan sejarah kloning

2. Apa saja jenis-jenis kloning

3. Bagaimana perspektif kloning dalam islam

4. Apa saja manfaat dilakukannya cloning

C. Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah makan yang menjadi
tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahuai pengertian dan sejarah kloning

2. Mengetahui jenis-jenis kloning

3. Memahami perspektif kloning dalam islam

4. Mengetahui manfaat cloning


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sejarah Kloning

1. Definisi kloning
Kloning berasal dari kata ‘Clone” yang diturunkan dari bahasa Yunani
“Klon” yang artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.
Secara definisi, Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah
individu yang secara genetic sama persis (identik). Sedangkan istilah klon adalah
sekelompok organisme hewan maupun tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan melalui
reproduksi aseksual dan berasal dari satu induk yang sama. Setiap anggota dari
klon tersebut mempunyai susunan dan jumlah gen yang sama dan kemungkinan
besar fenotipnya juga sama. Cloning didasarkan pada prinsip bahwa setiap
makhluk hidup mempunyai kemampuan totipotensi yang artinya setiap sel
mempunyai kemampuan untuk menjadi individu.

2. Sejarah Kloning
Kata kloning, dari kata Inggris clone, pertama kali diusulkan oleh Herbert Webber
pada tahun 1903 untuk mengistilahkan sekelompok makhluk hidup yang
dilahirkan tanpa proses seksual dari satu induk. Kloning sebagai prosedur
perbanyakan non-seksual telah sukses dilakukan sejak tahun 1952 oleh Briggs dan
King, dan disempurnakan di Oxford oleh Sir John Gurdon tahun 1962-1966.

Kloning dapat berupa klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat
genetiknya, semua berasal dari satu sel, dan klon gen atau molecular, yaitu
sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang direplikasi dari satu gen yang
dimasukkan ke dalam sel inang.

a. Kloning sel

Kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk hidup dengan
menggunakan bahan genetis dari sel makhluk itu sendiri.

Tahun 1997 Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Edinburgh,
Inggris, mengklon domba dari sel epitel ambing (sel payudara) seekor domba
lainnya.Wilmut pertama mengambil sel epitel ambing seekor domba jenis Finn
Dorset berumur enam tahun yang sedang hamil. Kemudian sel ambing itu
dikultur dalam cawan petri dengan sumber makanan yang terbatas. Karena
kelaparan sel itu berhenti berkembang atau mematikan aktivitas
gennya.Sementara itu mereka juga mengambil sel telur yang belum dibuahi dari
seekor domba betina jenis Blackface. Inti sel telur yang bisa membelah menjadi
domba dewasa setelah dibuahi itu kemudian diambil, sekarang sel telur itu
kosong, hanya berisi organela dan plasma sel saja.

Selanjutnya dua sel itu didekatkan satu dengan lainya. Kejutan aliran listrik
membuat kedua sel itu bergabung seperti dua gelembung sabun. Kejutan aliran
listrik kedua meniru energi alami yang muncul ketika telur dibuahi oleh sperma,
sehingga sel telur dengan inti baru itu merasa telah dibuahi. Kejutan aliran listrik
itu telah mengubah sel telur dengan inti baru itu seakan-akan menjadi sel embrio.
Kurang lebih enam hari kemudian, sel embrio bohongan itu disuntikkan ke dalam
rahim seekor domba betina Blackface lainnya yang kemudian mengandung.
Setelah mengandung selama 148 hari induk domba titipan ini melahirkan Dolly,
seekor domba lucu seberat 6,6 kilogram yang secara genetis persis dengan domba
jenis Finn Dorset pemilik inti sel ambing.

b. Sel Eukariotik

Secara taksonomi eukariotik dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-


masing hewan (animalia), tumbuhan (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang
terdiri atas alga dan protozoa. Salah satu ciri sel eukariotik adalah adanya organel-
organel subseluler dengan fungsi-fungsi metabolisme yang telah terspesialisasi.
Tiap organel ini terbungkus dalam suatu membran. Sel eukariotik pada umumnya
lebih besar daripada sel prokariotik. Diameternya berkisar dari 10 hingga 100 µm.
Seperti halnya sel prokariotik, sel eukariotik diselimuti oleh membran plasma.
Pada tumbuhan dan kebanyakan fungi serta protista terdapat juga dinding sel yang
kuat di sebelah luar membran plasma. Di dalam sitoplasma sel eukariotik selain
terdapat organel dan ribosom, juga dijumpai adanya serabut-serabut protein yang
disebut sitoskeleton. Serabut-serabut yang terutama berfungsi untuk mengatur
bentuk dan pergerakan sel ini terdiri atas mikrotubul (tersusun dari tubulin) dan
mikrofilamen (tersusun dari aktin).

B. Jenis – Jenis Kloning


Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa
fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen)
yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama. Berdasarkan
pengertian diatas, terdapat beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain :

1. Kloning DNA Rekombinan

Kloning DNA adalah memasukkan DNA asing ke dalam plasmid suatu sel
bakteri. DNA yang dimasukkan ini akan bereplikasi (memperbanyak diri) dan
diturunkan pada sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Gen asing ini tetap
melakukan fungsi seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri.
Pembentukan DNA rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika. Perekayasaan
genetika terhadap satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan,
menyisipkan atau menularkan satu atau beberapa pasang basa nukleotida
penyusun molekul DNA tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan
enzim untuk memotong DNA, serta enzim untuk menyambungkan gen yang
disisipkan itu ke plasmid.

Beberapa jenis bakteri mempunyai sejumlah molekul DNA melingkar yang


ukurannya kecil sekali, hanya mengandung beberapa ribu pasang basa, selain
mempunyai kromosom utama dengan 4 juta pasang basa. Kromosom mini ini
dinamakan juga plasmid. Plasmid dapat bereplikasi secara otonom. Plasmid ini
merupakan elemen genetis yang tidak berhubungan dengan kromosom utama dan
mengandung gen-gen yang resisten terhadap antibiotik, antara lain yaitu antibiotik
tetrasiklin dan ampisilin). Keresistenan terhadap antibiotik memerlukan sejumlah
enzim yang secara kimiawi dapat menetralisir antibiotik tersebut.

Dengan menempatkan gen pada plasmid, masing-masing gen ada dalam salinan
(copy) sejumlah plasmid tertentu yang dinamakan episom. Plasmid ini mampu
bergerak mendekati dan menjauhi elemen kromosom utama. Hal ini menunjukkan
bahwa plasmid memiliki elemen-elemen genetis yang bergerak, yang dilakukan
melalui fusi secara bebas dari dua unit DNA replikasi (replikon). Plasmid dapat
diintegrasikan (dimasukkan) ke dalam kromosom bakteri dan dapat dipindahkan
dari satu sel bakteri ke bakteri yang lain melalui transformasi, jika kromosom sel-
sel tersebut merupakan pasangannya.

Transformasi adalah pemindahan satu sifat mikroba melalui bagian DNA tertentu
dari mikroba. Oleh karena DNA plasmid sangat kecil daripada fragmen DNA
kromosom, maka dapat dengan mudah dipisahkan dan dimurnikan. Di dalam
laboratorium, jika plasmid dicampurkan dengan bakteri, dengan adanya ion Ca++,
DNA plasmid tersedot ke dalam sel bakteri, sehingga bakteri mengandung
plasmid yang tersedot tersebut. Sel bakteri mempunyai satu bentuk plasmid.
Kenyataannya bahwa enzim Eco Ri menghasilkan potongan ujung khusus yang
kohesif yang selanjutnya merupakan metode praktis untuk kloning fragmen DNA.
Cara yang penting adalah memasukkan suatu fragmen DNA yang telah dipotong
dengan enzim restriksi Eco Ri ke dalam plasmid hibrid yang dapat digunakan
untuk mempengaruhi bakteri. Masing-masing sel bakteri memperoleh satu sel
plasmid rekombinan yang mengandung fragmen DNA asing yang dimasukkan.

Penggunaan antibiotik secara ekstensif dan penyalahgunaan antibiotik dalam


pengobatan manusia dan hewan ternak menyebabkan strain bakteri alami menjadi
resisten terhadap kebanyakan antibiotik yang bersifat umum. Biasanya
keresistenan ini tergantung pada respon (tanggapan) plasmid bakteri yang
mempunyai enzim khusus yang dapat menguraikan antibiotik. Jika digunakan
plasmid yang resisten antibiotik bersama-sama dengan sel bakteri yang
plasmidnya sensitive terhadap antibiotik, dengan memasukkan plasmid resisten
terhadap antibiotik yang mengandung gen rekombinan, plasmid ini dapat
dideteksi dengan mudah. Plasmid pbR 322 adalah salah satu contoh plasmid yang
mengandung gen resisten terhadap dua jenis antibiotik yaitu ampisilin dan
tetrasiklin. Selain itu tempat untuk enzim restriksi bekerja berada di antara gen-
gen yang resisten terhadap antibiotik tersebut (lihat Gambar 2). Dengan demikian,
jika sepotong DNA asing dikombinasikan ke dalam satu atau lebih gen resisten
antibiotik, gen tersebut tidak akan aktif. Hal ini berarti bahwa keberhasilan
pemotongan DNA asing ke dalam satu gen resisten antibiotik dengan mudah
dideteksi. Potensi genetis untuk resisten tersebut dieleminir. Jika plasmid
dimasukkan ke dalam sel bakteri (hos), bakteri akan memperoleh keresistenan
khusus yang kedua karena gen tersebut masih utuh..

Plasmid yang membawa gen resisten antibiotik itu tersebar luas di alam dan
plasmid tersebut dimutasikan agar tidak dapat bergerak secara spontan dari satu
sel ke sel yang lain. Dengan menggunakan strain bakteri tertentu, percobaan
dengan menggunakan plasmid yang resisten obat sangat berguna tanpa
menimbulkan resiko yang berarti. Plasmid yang pertama kali dipakai sebagai
vektor untuk rekombinan DNA adalah plasmid dari sel bakteri Escherichia coli.
Plasmid ragi Saccharomyces cerevisiae, dan plasmid bakteri Bacillus subtilis dan
virus saat ini juga digunakan sebagai vektor untuk rekombinan DNA.

Dalam melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang diinginkan atau
DNA sasaran harus memenuhi hal-hal sebagai berikut. DNA plasmid vektor harus
dimurnikan dan dipotong dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka. DNA yang
akan disisipkan ke molekul vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus
dipotong dengan enzim yang sama. Reaksi pemotongan dan penggabungan harus
dipantau dengan menggunakan elektroforesis gel. Rekombinan buatan harus
ditransformasikan ke E. coli atau ke vektor lainnya.

Rekayasa genetik dengan menggunakan plasmid bakteri E. coli dapat dilakukan


sebagai berikut :

 Menentukan gen yang diinginkan untuk disisipkan, misalnya gen


pengkode hormone insulin dari sel-sel pankreas manusia atau gen
pengkode hormone pertumbuhan dari kelenjar pituitari. Kromosom sel-sel
pankreas dikeluarkan dengan memecah membran plasma. Membran
plasma ini dipecah dengan diberi kejutan listrik atau dengan pemberian zat
kimia yaitu polietilen glikol atau kalsium klorida (CaCl2), sehingga
kromosom dapat keluar dari sel pankreas.
 Kromosom yang diinginkan tadi dipotong dengan menggunakan enzim
restriksi endonuklease untuk melepaskan bagian DNA yang diinginkan,
kemudian memurnikan DNA tersebut. Elektroforesis dapat juga digunakan
untuk persiapan memurnikan fragmen DNA tertentu, selain digunakan
untuk menganalisis.
 Mengektraksi plasmid dari sel bakteri. Plasmid dipisahkan dari sel dengan
cara memecah dinding sel bakteri. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan deterjen atau dengan enzim lisozim, kemudian dilisis
dengan natrium hidroksida (NaOH) dan larutan dedosil sulfat. DNA
kromosom akan menggumpal dan dinetralisir dengan natrium asetat. DNA
plasmid ini akan menggumpal membentuk jaring-jaring dan dengan
mudah mengendap. Untuk memisahkan DNA ini dilakukan sentrifugasi.
 Cairan yang mengandung plasmid ini dijenuhkan dengan pengendapan
etanol. DNA plasmid yang dimurnikan dengan filtrasi gel. Plasmid yang
berbentuk lingkaran itu dipotong dengan enzim restriksi endonuklease
yaitu enzim yang sama digunakan untuk memotong DNA pankreas. Enzim
ini memecah ikatan fosfodiester pada molekul DNA. Endonuklease
memecah asam nukleat pada posisi internal, sedangkan enzim eksonuklase
memecah molekul DNA dari ujung molekulnya.
 Kemudian pemasangan gen pengkode yang diinginkan tadi ke dalam
plasmid dengan menggunakan enzim ligase yang fungsinya
menggabungkan ikatan fosfodiester antara fragmen ujung-ujung yang
terpotong tadi. Proses penyambungan tersebut disebut ligasi. Karena
enzim yang digunakan untuk memotong DNA sel pankreas dan plasmid
sama jenisnya, akan menghasilkan ujung-ujung yang lengket yang sama
strukturnya, sehingga penyambungannya akan menyatu sempurna. Suhu
optimum untuk ligasi adalah 37oC, tetapi ikatannya tidak stabil. Ligasi
akan berhasil jika dilakukan pada suhu 4o-150oC.
 Plasmid yang telah disisipi gen pengkode yang diinginkan itu dimasukkan
ke dalam sel bakteri coli dengan cara tranformasi. Transformasi dilakukan
dengan memasukkan bakteri E. coli ke dalam larutan CaCl2 sehingga
terbentuk lubang-lubang sementara, sehingga plasmid dapat masuk ke
dalam sel bakteri. Diharapkan bakteri yang telah disisipi gen tersebut
mewarisi sifat gen baru, sehingga bakteri yang telah disisipi dengan gen
pengkode insulin dapatm memproduksi insulin.
 Langkah selanjutnya adalah mengembangbiakkan bakteri hasil rekayasa
dalam tabung fermentasi yang berisi medium untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri E. coli untuk memproduksi insulin dalam
jumlah yang banyak. Insulin yang terbentuk kemudian dipisahkan dari
senyawa yang lain.

2. Kloning Kesehatan (Terapeutic Cloning)


Kloning terapeutik bagian dari terapi sel punca yang bertujuan untuk menghindari
adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien pada saat dilakukan terapi.
Kloning terapeutik dilakukan dengan sel induk, dimaksudkan untuk tujuan
terapeutik (penyembuhan) dan riset medis, bukan untuk menciptakan manusia
baru. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi SCNT (Somatic Cell
Nuclear Transfer). Sel punca memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk
terapi berbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan baru untuk
mengobatinya. Sampai saat ini, ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi
dengan penggunaan sel punca, di antaranya adalah:

 Penyakit autoimun,
 Penyakit degeneratif, contoh stroke, Parkinson, Alzhimer.
 Penyakit kanker, contoh leukemia.

Sel punca embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi berbagai
macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, dan
sebagainya. Oleh karena itu, sel punca embrionik dapat digunakan untuk
transplantasi jaringan yang rusak. Selain itu, sel punca embrionik memiliki tingkat
imunogenisitas yang rendah selama belum mengalami diferensiasi. Salah satu cara
untuk menghindari terjadinya graft versus host disease (GVHD) adalah dengan
menggunakan sel punca embrionik dengan sel somatik yang bersumber dari
pasien itu sendiri sehingga tidak akan ada penolakan lagi terhadap sistem
imunnya. Dengan menggunakan teknologi SCNT, sel punca embrionik yang
dihasilkan akan identik dengan induknya (dalam hal ini adalah pasien itu sendiri).
Hal itu mengakibatkan tidak akan adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun
pasien apabila dilakukan transplantasi.

Secara teoritis, teknik SCNT memiliki potensi besar dalam dunia kesehatan
karena dapat dipergunakan untuk transplantasi berbagai organ dan jaringan pada
manusia. Secara singkat tahapan untuk melakukan kloning terapeutik pada
manusia Pertama mengambil biopsi sel somatik dari tubuh pasien dan inti dari sel
somatik tersebut ditransfer ke dalam sel telur donor yang telah dikeluarkan intinya
(unfertilized enucleated oocyte). Sel telur hasil manipulasi dikultur sampai ke
tahapan tertentu dan setelah mengalami berbagai proses akan didapatkan sel
punca embrionik. Sel punca embrionik ini diarahkan perkembangannya menjadi
suatu jaringan atau organ tertentu yang akan dapat digunakan untuk transplantasi
jaringan atau organ dan tidak akan mengalami rejeksi sistem imun pada pasien itu
sendiri (immunologically compatible transplant). Dengan menggunakan bantuan
mikroskop, pergerakan sel telur ditahan dengan holding pipette. Kemudian, DNA
dari sel somatik pasien (yang berada di dalam injection pipette) diintroduksikan
ke dalam sel telur enucleated. Sel telur hasil manipulasi dikultur secara in vitro
menjadi blastosit selama 5-6 hari. Lalu, inner cell mass diisolasi dan dikultur di
cawan petri sehingga akan berkembang menjadi sel punca embrionik yang
memiliki profil imunologi yang sama dengan pasien.

3. Kloning Reproduksi (Reproductive Cloning)

Kloning reproduktif pertama kali dilakukan oleh seorang Ilmuan Inggris, John
Gurdon. Beliau berhasil melakukan kloning pada katak. Kemudian para peneliti
dengan antusias melakukan percobaan lain pada mamalia. Sampai dengan tahun
1996 tepatnya 5 Juli, Ian Wilmut dan para peneliti yang lain dari Roslin Institute
di Edinburg (Skotlandia) berhasil menciptakan biri-biri yang diberi nama Dolly,
akan tetapi penelitian ini dikatakan belum berhasil karena Dolly yang seharusnya
dapat mencapai umur 11 tahun ternyata hanya dapat mencapai umur 6 tahun.
Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa Dolly mengalami penuaan dini,
menderita penyakit radang sendi, dan infeksi paru kronis.

Kloning reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk


menghasilkan individu baru atau teknologi yang digunakan untuk menghasilkan
hewan yang sama dengan menggunakan teknik SCNT. Genetika individu klon
tidak seluruhnya memiliki kesamaan dengan sang induk, persamaan genetika
individu klon dengan induknya hanya terletak pada inti DNA donor yang berada
di kromosom. Individu klon juga memiliki material genetik lainnya yang berasal
dari DNA mitokondria di sitoplasma. Teknologi kloning reproduktif dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya kepunahan hewan-hewan langka ataupun
hewan-hewan sulit dikembangbiakkan. Namun, laju keberhasilan teknologi ini
sangatlah rendah seperti pada contoh yaitu Domba Dolly merupakan contoh
kloning reproduktif yang satu-satunya klon yang berhasil lahir setelah dilakukan
276 kali percobaan.

Pada kloning reproduktif ini sel donor yang berupa sel somatik (2n)
diintroduksikan ke enucleated oocyte. Keberhasilan proses aktivasi embrio
konstruksi secara kimiawi atau mekanik mengakibatkan terjadinya proses
pembelahan sampai ke tahap blastosit. Kemudian, embrio dimplantasikan ke
dalam rahim untuk dilahirkan secara normal. Berbeda pada kloning kesehatan
yang setelah embrio mencapai tahapan blastosit, embrio dikultur secara in vitro
untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel untuk kegunaan terapeutik atau
kesehatan.

Sampai saat ini, hewan klon yang berhasil diproduksi jumlahnya cukup banyak, di
antaranya adalah domba, sapi, kambing, kelinci, kucing, dan mencit. Sementara
itu, tingkat keberhasilan kloning masih rendah pada hewan anjing, ayam, kuda,
dan primata. Masalah yang kerap kali timbul dalam kloning reproduktif adalah
biaya dan efisiensinya. Penelitian dalam kloning reproduktif membutuhkan biaya
yang sangat tinggi dan tingkat kegagalannya tinggi. Di samping tingkat
keberhasilan yang rendah, hewan klon cenderung mengalami masalah defisiensi
sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor, dan
kelainan-kelainan lainnya. Penyebab timbulnya berbagai masalah di atas adalah
adanya kesalahan saat pemrograman material genetik (reprogramming) dari sel
donor. Kesalahan pengkopian DNA dari sel donor atau yang lebih dikenal dengan
sebutan genomic imprinting akan mengakibatkan terjadinya perkembangan
embrio yang abnormal. Berbagai contoh abnormalitas yang terjadi pada klon
mencit adalah obesitas, pembesaran plasenta (placentomegally), kematian pada
usia dini. Parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam SCNT
adalah kemampuan sitoplasma pada sel telur untuk mereprogram inti dari sel
donor dan juga kemampuan sitoplasma untuk mencegah terjadinya perubahan-
perubahan secara epigenetik selama dalam perkembangannya. Dari semua
penelitian yang telah dipublikasikan, tercatat hanya sebagian kecil saja dari
embrio hasil rekonstruksi (menggunakan sel somatik dewasa atau fetal) yang
berkembang menjadi individu muda yang sehat.

C. Kloning Dalam Perspektif Islam

Hukum kloning dalam pandangan Islam sangat jelas, yang diambil dari dalil-dalil
qiyas dan itjihat. Karena belakangan ini telah berkembang satu teknologi baru
yang mampu menduplikasi makhluk hidup dengan sama persis, teknologi ini
dikenal dengan nama teknologi kloning. Kloning adalah teknik membuat
keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada makhluk hidup
tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kloning telah berhasil
dilakukan pada tanaman sebagaimana pada hewan belakangan ini, kendatipun
belum berhasil dilakukan pada manusia. Tujuan kloning pada tanaman dan hewan
pada dasarnya adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan,
meningkatkan produktivitasnya, dan mencari obat alami bagi banyak penyakit
manusia, terutama penyakit-penyakit kronis guna menggantikan obat-obatan
kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia.

Upaya memperbaiki kualitas tanaman dan hewan dan meningkatkan


produktivitasnya tersebut menurut syara’ tidak apa-apa untuk dilakukan dan
termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Demikian pula memanfaatkan
tanaman dan hewan dalam proses kloning guna mencari obat yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit manusia, terutama yang kronis adalah kegiatan
yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah (mandub), sebab berobat
hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-obatan untuk
kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah. Oleh karena itu, dibolehkan
memanfaatkan proses kloning untuk memperbaiki kualitas tanaman dan
mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan seperti
sapi, domba, unta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses
kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan
mengembang biakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit
manusia, terutama penyakit-penyakit yang kronis. Oleh karena itu tidak salah jika
Majma' al-Buhûts al-Islâmiyyah yang berpusat di Kairo Mesir mengeluarkan
fatwa akan bolehnya memanfaatkan teknologi kloning terhadap tumbuh-
tumbuhan atau hewan asalkan memiliki daya guna (bermanfaat) bagi kehidupan
manusia. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang ada di dunia
ini diciptakan untuk kesejahteraan manusia. Apalagi jika kita memanfaatkan
proses kloning ini untuk jelas-jelas untuk memperbaiki kualitas tanaman dan
mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan. Selain
itu juga dibolehkan memanfaatkan proses kloning untuk mempertinggi
produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembang biakannya, ataupun untuk
mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-penyakit yang
kronis.

Adapun kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik
yang sama dengan induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian
diambil inti selnya (nukleusnya), dan selanjutnya ditanamkan pada sel telur
(ovum) wanita yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode yang mirip
dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan. Dengan metode semacam itu,
kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dari tubuh
seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari seorang
perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus listrik,
inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel
telur yang telah bercampur dengan inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim
seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi,
dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat
dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan
induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan
pada sel telur perempuan.

Melihat fakta kloning manusia secara menyeluruh, syari’at Islam mengharamkan


kloning terhadap manusia, dengan argumentasi sebagai berikut:

Pertama, anak-anak produk proses kloning dihasilkan melalui cara yang tidak
alami (percampuran antara sel sperma dan sel telur). Padahal, cara alami inilah
yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai sunatullah menghasilkan anak-anak dan
keturunannya. Allah SWT berfirman:

“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” (QS an-Najm, 53: 45-46)

Dalam ayat lain dinyatakan pula,


“Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan
menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan
perempuan.” (QS al-Qiyâmah, 75: 37-38).

Kedua, anak-anak produk kloning dari perempuan tanpa adanya laki-laki-tidak


akan mempunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses
pemindahan sel telur yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh ke dalam
rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan mempunyai ibu
sebab rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya
menjadi penampung (mediator). Oleh karena itu, kondisi ini sesungguhnya telah
bertentangan dengan firman Allah SWT:.

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurât, 49:
13)

Juga bertentangan dengan firman-Nya yang lain,

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak


mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui
bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu
seagama dan maula-maulamu [Maula-maula ialah: seorang hamba sahaya yang
sudah dimerdekakan atau seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti Salim
anak angkat Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah] dan tidak ada dosa atasmu
terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang
disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS al-Ahzâb. 33: 5).

Ketiga, kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal


Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini berdasarkan hadis yang
diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah
bersabda, “Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan
ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka
dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” (H.R.
Ibnu Majah). Diriwayatkan pula dari Abu ‘Utsman An Nahri r.a. yang berkata,
“Aku mendengar Sa’ad dan Abu Bakrah masing-masing berkata, ‘Kedua
telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda Muhammad s.a.w.,
“siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang bukan
bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga baginya
haram.” (H.R. Ibnu Majah). Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a.
bahwasannya tatkala turun ayat li’an dia mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa saja perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang)
yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat apapun dari
Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke dalam surga. Dan siapa
saja laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat
(kemiripan)nya, maka Allah akan akan tertutup darinya dan Allah akan
membeberkan perbuatannya itu dihadapan orang-orang yang terdahulu dan
kemudian (pada Hari Kiamat)” (H.R. Ad-Darimi).

Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia unggul dalam hal


kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi
terhadap orang-orang yang akan dikloning, tanpa memperhatikan apakah mereka
suami-isteri atau bukan, sudah menikah atau belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil
dari perempuan atau laki-laki yang terpilih. Semua ini akan mengacaukan,
menghilangkan dan membuat bercampur aduk nasab.

Keempat, memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah (baca:


mengacaukan) pelaksanaan banyak hukum-hukum syara’ seperti hukum tentang
perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, waris,
perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan banyak lagi. Di
samping itu, kloning akan mencampur-adukkan dan menghilangkan nasab serta
menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah
kelahiran anak. Konsekuensi kloning ini akan menjungkir balikkan struktur
kehidupan masyarakat.

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum


islam dan tidak boleh dilahsanakan. ALLAH SWT berfirman mengenai perkataan
iblis terkutuk, yang mengatakan : ”...dan akan aku (iblis) suruh mereka
(mengubah ciptaan ALLAH), lalu benar-benar mereka mengubahnya.” (QS.An
Nisaa’ : 119).

Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam


kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama.
Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah
kloning ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.

Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat
berikut:

“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa
ayat tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia
mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan
hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan
atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.

Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi


ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT
sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada pernyataan al-
Qur’an bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu,
dan Nabi ‘Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:

“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)


Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran:
59).

Pada surat yang sama juga dikemukakan:

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah


menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam
berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila
Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 45-47).

Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu
terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-
akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan
pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus
penciptaan Adam As. dan ‘Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi
kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi
bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi
keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama
yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda
ciptaan Allah SWT.

D. Manfaat dan Efek Negatif kloning


Secara garis besar kloning sangatlah bermanfaat:

1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya


reproduksi-embriologi dan diferensiasi. Dengan pengembangan itu pengetahuan
baru di bidang bioteknologi akan membuka peluang lebar bagi peneliti untuk
menemukan cara baru lagi untuk memecahkan masalah-masalah yang berujung
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul

Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang
serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada
domba, kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil
dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul
tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan
dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen
yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan
yang lebih unggul.

3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi

Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit
genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak
mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan
terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon
blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor,
maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum
dikembangkan menjadi blastosit.

Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ
atau jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak. Mengingat
fakta bahwa sel dapat dimanipulasi untuk meniru jenis sel lain, ini dapat
memberikan cara baru untuk mengobati penyakit seperti kanker dan Alzheimer.
Kloning juga menawarkan harapan kepada orang yang membutuhkan
transplantasi organ. Orang-orang yang membutuhkan transplantasi organ untuk
bertahan hidup akibat suatu penyakit sering menunggu bertahun-tahun untuk
donor mendapatkan donor yang cocok. Dengan teknologi kloning maka pasien
tidak perlu menunggu lama untuk donor transplantasi organ tersebut.

4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan

Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis
infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia
merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu
bantuan ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF).
Namun IVF tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang
ibu yang tidak dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat
menghasilkan sperma, IVF tidak akan membantu.

Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner
sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma
atau telur. Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun
diambil, sudah memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari
suami atau istrinya.

5. Melestarikan Spesies Langka

Meskipun upaya terbaik dari konservasionis di seluruh dunia, beberapa spesies


yang hampir punah. Kloning Dolly sukses merupakan langkah pertama dalam
melindungi satwa langka. Contoh lainnya adalah hasil cloning yang melahirkan
Noah, hewan gaur (spesies dari Asia Tenggara yang mirip bison), yang
merepresentasikan percobaan pertama yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk
mengkloning hewan yang terancam punah. Para ilmuwan di Amerika berharap
bisa mengambil langkah besar dalam upaya melindungi spesies yang terancam
punah dengan melahirkan kloningan gaur di sebuah peternakan di Iowa.

6. Meningkatkan pasokan makanan

Kloning dapat menyediakan sarana budidaya tanaman yang lebih kuat dan lebih
tahan terhadap penyakit, sambil menghasilkan produk lebih. Hal yang sama bisa
terjadi pada ternak serta di mana penyakit seperti penyakit kaki dan ulut bisa
menjadi eradicated. Kloning karena itu bisa secara efektif memecahkan masalah
pangan dunia dan meminimalkan atau mungkin kelaparan.

Efek Negatif Kloning


1. Jika kloning pada tanaman bertujuan menghasilkan tanaman baru yang
memiliki sifat-sifat identik dengan induknya maka kloning pada tanaman
akan menghasilkan individu baru yang sama dengan sifat induknya. Hal
ini hal ini akan menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang
dihasilkan. Tentu hal ini akan menurunkan keanekaragaman tanaman baru
yang dihasilkan. Akibatnya, keanekaragaman tumbuhan yang merupakan
sumber daya alam hayati pun akan semakin menurun. Demikian juga
kloning pada hewan, akan menurunkan keanekaragaman hewan.
Keanekaragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam
sintasan dan adaptabilitas suatu spesies, karena ketika lingkungan suatu
spesies berubah, variasi gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat
bertahan hidup dan beradaptasi. Spesies yang memiliki derajat
keanekaragaman genetik yang tinggi pada populasinya akan memiliki
lebih banyak variasi alel yang dapat diseleksi. Seleksi yang memiliki
sangat sedikit variasi cendering memiliki risiko lebih besar. Dengan
sedikitnya variasi gen dalam spesies, reproduksi yang sehat akan semakin
sulit, dan keturunannya akan menghadapi permasalahan yang ditemui
2. Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena akibat
yang ditimbulkan seperti contohnya: resiko kesehatan terhadap individu
hasil kloning. Beberapa kalangan berpendapat bahwa kloning manusia
dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengahn
tujuan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, kloning
pada mamalia belum sepenuhnya sempurna. Dapat dilihat dari domba
Dolly yang menderita berbagai penyakit dan berumur pendek.. Setelah
hidup hanya 6 tahun (umur domba biasanya mencapai 11-12 tahun), Dolly
mati muda disebabkan penyakit paru-paru yang biasanya menyerang
domba-domba yang lanjut usia. Dolly juga mengidap penyakit arthritis,
mengerasnya sendi-sendi dan engsel tulang, lagi-lagi penyakit yang biasa
ditemukan pada domba yang sudah mulai uzur. Penelitian sesudah
kematiannya, menunjukkan bahwa Dolly memiliki telomer yang lebih
pendek daripada domba normal seusianya. Telomer adalah bagian yang
melindungi ujung-ujung kromosom (bundelan rantai DNA) yang
memendek setiap kali sebuah sel membelah, atau boleh dikatakan setiap
saat individu itu bertumbuh. Individu hasil kloning sel-selnya diperoleh
dari induknya. Ini berarti umur sel-sel hasil kloning pun sama dengan
umur sel-sel induknya. Oleh karena itu, individu hasil kloning pun akan
memiliki umur sama dengan induknya. Dolly dikloning dari domba yang
berusia 6 tahun dan hasil penelitian ini seolah-olah menunjukkan bahwa
tubuh Dolly sudah berumur 6 tahun pada saat dilahirkan
3. Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun
induknya. Klon atau individu hasil cloning akan diangggap sebagai kopian
dari individu lain yang dianggap sebagai induknya karena memiliki sifat
yang sama dengan induknya. Sehinggga terjadi kekacauan apakah status
klon tersebut adalah anak atau merupakan kembaran dari individu aslinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Kloning adalah suatu upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang


secara genetic sama persis (identik). Kloning pertama kali dicetuskan oleh
Herbert Webber pada tahun 1903.
2. Terdapat beberapa jenis kloning yaitu, Kloning DNA Rekombinan,
Kloning Kesehatan (Terapeutic Cloning), Kloning Reproduksi
(Reproductive Cloning).
3. Kloning memiliki beberapa manfaat yaitu, Untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul,
Untuk tujuan diagnostik dan terapi , Menolong atau menyembuhkan
pasangan infertil mempunyai turunan, Melestarikan Spesies Langka,
Meningkatkan pasokan makanan. Namun ada juga beberapa efek negative
dari kloning ini.
4. Pemanfaatan teknologi kloning terhadap manusia perlu ditinjau ulang dari
berbagai aspek baik itu aspek agama, moral, etika, ekonomi sosial dan
budaya. Banyak dampak yang akan ditimbulkan jika proses kloning pada
manusia dilakukan.
5. Dalam islam, kloning manusia Haram hukumnya, karena merusak
nasab/keturunan, menghilangkan mahramnya, ambur-radur dalam
keturunan, dan pastinya proses ini bukanlah proses seleksi alam yang di
sunnahkan dalam islam.

B. Saran
Adapun saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yaitu apabila
dilakukan kloning ini hendaknya dilakukan dengan tujuan yang benar-benar baik
dan dapat dipertanggung jawabkan. Pro dan kontra terhadap kloning manusia
perlu disikapi secara bijak dan menindak lanjuti dampak yang akan terjadi
selanjutnya. Namun untuk penganut agama islam sebaiknya menjauhi kloning
manusia, karena ini punya dampak yang besar dan kemuzaratan yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai