yang sangat penting didalam proses persidangan. Bahwa hukum acara perdata
hukum perdata materiil. Jadi pada intinya adalah secara formal hukum
yang terdapat dalam RBg dan HIR. Sedangkan secara materiil, hukum
pembuktian mengatur dapat atau tidaknya pembuktian itu diterima dengan alat-
alat bukti tertentu dipersidangan dan kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti
putusan harus selalu berdasarkan bukti-bukti yang ada selama proses persidangan.
Sehingga menang dan kalahnya suatu pihak dalam perkara bergantung pada
kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti yang dimilikinya. Baik secara tertulis
maupun lisan, tetapi harus diiringi atau disertai dengan bukti-bukti yang sah
alat-alat bukti yang sah menurut hukum kepada hakim yang memeriksa suatu
26
27
“The law of evidence is the system of rules and standards by which the
menunjukan suatu sistem hukum dan standar bagi keseluruhan aturan pembuktian.
dari beberapa pakar hukum diatas penulis dapat simpulkan mengenai arti
bukti yang sah sebagai alatnya dengan tujuan untuk memperoleh kebenaran dari
Dalam Pasal 283 RBg dan Pasal 163 HIR menyatakan barang siapa
21
Ridwan Syahrani, 2004, Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h.83
22
Edward W. Cleary, 1972, McCormick’s Handbook of the Law of Evidence, West
Publishing Co, St. Paul Minn, h.1
28
meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah hak orang lain, haruslah
menyatakan bahwa :
tata cara pembuktian, macam-macam alat bukti, beban pembuktian dan kekuatan
314, RBg ini berlaku untuk diluar wilayah pulau Jawa dan Madura. HIR
(Herziene Indonesische Reglement) terdapat pada Pasal 162 sampai Pasal 177,
HIR ini berlaku untuk wilayah Pulau Jawa dan Madura. Dan KUHPerdata Buku
23
Ny. Retnowulan Sutianto dan Iskandar Oeripkartawinata, 1983, Hukum Acara perdata
dalam Teori dan Praktek, Alumni, Bandung, h.53
29
bersangkutan.
24
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 498
25
M. Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata : Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, h.499
30
mengenai hal-hal yang diajukan oleh penggugat dan tergugat. Oleh Karena
itu, fungsi dan peran hakim dalam proses perkara perdata hanya terbatas :
bahwa apa yang digugat dan diminta penggugat adalah benar, tetapi
dalam persidangan.
persidangan.
31
alat bukti, kemudian bahan atau alat bukti tersebut diserahkan kepada
alat bukti.26
hakim dalam persidangan. Dalam hal ini hakim tidak dibenarkan untuk
surat kabar adalah fakta yang diperoleh hakim dari sumber luar, bukan
26
Ibid., h. 500
32
demikian disebut out of court28. Oleh karenanya fakta tersebut tidak dapat
materi pokok perkara. Apabila tergugat mengakui secara murni dan bulat
pihak.
tidak benar. Meskipun hakim mengetahui dan yakin pengakuan itu bohong
pengakuan itu sebagai fakta dan kebenaran. Oleh karena itu, hakim harus
27
Ibid, h. 501
28
A. Pilto, 1986, Pembuktian dan Daluwarsa (terj.), Internusa, Jakarta, h.11
29
Yahya Harahap, op.cit., h. 505
33
pemeriksaan perkara.
sikap berdiam diri saja maka peristiwa tersebut tidak boleh ditafsirkan
menjadi fakta atau bukti pengakuan tanpa syarat. Oleh Karena itu sikap
barulah sah untuk dijadikan sebagai pengakuan yang murni tanpa syarat.
Sedangkan dalam keadaan diam, tidak pasti dengan jelas apa saja yang
mengakhiri perkara.
hak kepada pihak yang berdiam diri atau kepada yang mengajukan
(binding)kepada para pihak. 30 Oleh karena itu tidak dapat dicabut kembali
(irrevocable) dan juga tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi sesuai
30
M. Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata : Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, h.507
35
Dalam hukum acara perdata yang menyebutkan bahwa hakim terikat pada
alat-alat bukti yang sah. Artinya dalam mengambil suatu keputusan, hakim
senantiasa terikat dengan alat-alat bukti yang telah ditentukan oleh Undang-
Undang. Macam-macam alat bukti dalam hukum acara perdata menurut RBg/HIR
Dalam hukum acara perdata, dasar hukum alat bukti tertulis atau
surat diatur dalam Pasal 164 RBg / Pasal 138 HIR, Pasal 285 RBg sampai
dengan Pasal 305 RBg, Pasal 165 HIR, Pasal 167 HIR, Stb. 1867 Nomor
satu unsur yang tidak ada, maka bukanlah merupakan surat. Unsur
sebuah surat. Begitu pula dengan unsur mengandung buah pikiran dan
buah pikiran atau isi hati yang diwujudkan dengan tanda-tanda bacaan
kesimpulan mengenai pengertian alat bukti surat. Bahwa alat bukti surat
merupakan buah pikiran atau isi hati dari orang yang mebuatnya. Jadi surat
Walaupun ada sesuatu benda yang memuat tanda-tanda bacaan akan tetapi
tidak menyatakan buah pikiran atau isi hati, maka hal tersebut tidak
31
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., h. 150
32
Teguh Samudera, 1992, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata, Alumni, Bandung,
h. 36
37
Alat bukti tertulis atau surat dapat dibagi menjadi akta dan tulisan
bukan akta, kemudian akta masih dibedakan lagi menjadi dua yaitu akta
otentik dan akta dibawah tangan. Dalam hukum pembuktian, alat bukti
2.3.1.1 Akta
yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu
hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
seseorang untuk keperluan siapa surat itu dibuat dan harus ditanda tangani.
Oleh karena itu tidak semua surat dapat dikatakan sebagai akta. Kemudian
atau dihadapan pejabat umum, yang berkuasa untuk membuat surat itu.
akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
33
Sudikno Mertokusumo, Loc.Cit.
38
dihadapan pejabat umum yang berwenang dan akta harus ditanda tangani.
dalam pasal 286 ayat (1) RBg menyebutkan bahwa dipandang sebagai akta
dibawah tangan yaitu surat, daftar, surat urusan rumah tangga dan surat
yang ditanda tangani dan dibuat dengan tidak memakai bantuan seorang
tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantara seorang pegawai
umum.
adalah cara pembuatan atau terjadinya tidak dilakukan oleh atau dihadapan
pejabat pegawai umum, tetapi cukup oleh pihak yang berkepentingan saja.
dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan tidak ditanda tangani oleh
pembuatnya. Meskipun tulisan atau surat-surat yang bukan akta ini sengaja
dapat dibuktikan dengan alat bukti tulisan atau akta. Dalam kenyataannya
bisa terjadi penggugat tidak memilki alat bukti tulisan untuk membuktikan
dalil gugatannya.
Dan alat bukti tulisan yang ada tidak mencukupi batas minimal
diperkarakan tersebut.
orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil dalam
disengketakan dipersidangan.
menjadi saksi dengan orang yang dilarang/tidak cakap untuk menjadi saksi
didengar sebagai saksi dan yang dapat mengundurkan diri sebagai saksi
sebagaimana diatur dalam Pasal 172 RBg / 145 HIR, Pasal 174 RBg /
Pasal 146 HIR serta Pasal 1909 dan Pasal 1910 KUHPerdata adalah
sebagai berikut :
b. Suami atau istri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai;
34
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., h. 168
35
Yahya Harahap, Op.Cit,. h. 633
41
sehat.
a. Berumur diatas 15 tahun; (pasal 145 (1) sub 3e jo (4) HIR, pasal 1912
(1) KUHPerdata).
b. Tidak sedang terganggu jiwanya (pasal 145 (1) sub 4c HIR, pasal 1912
(1) KUHPerdata).
dari salah satu pihak (pasal 145 (1) sub 1e HIR, pasal 1910 (1)
KUHPerdata).
42
ada yang dengan sengaja diajak untuk menyaksikannya, tetapi ada juga
haruslah tentang adanya perbuatan atau peristiwa hukum yang saksi lihat,
dengar dan alami sendiri serta saksi harus memberikan alasan atau dasar
tidak dapat dianggap sebagai kesaksian (Pasal 308 RBg / Pasal 171 ayat
Alat bukti persangkaan diatur didalam pasal 310 RBg / Pasal 173
HIR dan Pasal 1915 sampai dengan Pasal 1922 KUHPerdata. Pengertian
KUHPerdata dibanding dengan Pasal 310 RBg / Pasal 173 HIR, yang
berbunyi :
hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum kearah suatu
36
Teguh Samudera, Op.Cit., h.67
43
undang-undang atau oleh hakim dari suatu hal atau tindakan yang
diketahui, kepada hal atau tindakan yang belum diketahui.37 Pada intinya
ditemukannya fakta atau bukti langsung dalam persidangan, dan dari fakta
Pasal 310 RBg / Pasal 173 HIR tidak mengatu klasifikasi alat bukti
2. Persangkaan Hakim
37
Fockema Andreae, 1983, Kamus Hukum Fockema Andreae (terj.), Bina Cipta,
Bandung, h. 626
44
pria dengan seorang wanita dewasa yang bukan suami istri yang sah tidur
bersama dalam satu kamar yang hanya punya satu tempat tidur, maka
suatu peristiwa yang telah dianggap terbukti atau peristiwa yang dikenal
lisan yang tegas dinyatakan oleh salah satu pihak dalam perkara
38
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 688
45
suatu peristiwa.”39
membenarkan seluruh dalil lawan, atau hanya satu atau lebih daripada
satu hak-hak atau hubungan yang didalilkan, atau hanya salah satu atau
pengakuan yaitu suatu keterangan yang diberikan oleh salah satu pihak
atau hubungan hukum yang didalilkan oleh pihak lawan baik seluruhnya
dijadikan alat bukti apabila pengakuan tersebut diajukan sebagai alat bukti
Menurut Pasal 312 RBg / Pasal 175 HIR dan Pasal 1927 dan 1928
Alat bukti yang terakhir yaitu alat bukti sumpah diatur dalam Pasal
tetapi tidak menjelaskan arti sumpah secara jelas. Salah satu sarjana
atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan agar
merupakan jaminan akan berkata benar, karena bagi orang seperti itu
41
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., h. 147
47
kebohongan baginya merupakan suatu hal yang biasa dan tidak takut
Didalam Hukum acara Perdata sumpah sebagai alat bukti ada tiga
macam, yaitu :
1. Sumpah Pemutus
sumpah yang dilakukan oleh pihak tergugat atas perintah atau permintaan
42
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 750
43
Subekti, Op.Cit., h. 61
48
2. Sumpah Penambah
Pasal 182 RBg, 155 HIR, dan 1940 KUHPerdata. Sumpah suppletoir atau
satu pihak yang berperkara baik dari pihak penggugat ataupun pihak
mencukupi dan tidak ada alat bukti lain. Jika tidak ada alat bukti sama
sekali maka hakim tidak dapat memerintahkan salah satu pihak yang
juga sama sekali tidak terbukti. Apa yang dinyatakan dalam sumpah
secara pribadi oleh orang yang bersumpah. Dan kepada pihak lawan
3. Sumpah penaksir
44
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., h. 190
49
sumpah yang diucapkan untuk menetapkan jumlah ganti rugi atau harga
barang yang akan dikabulkan. Sumpah penaksir ini diatur dalam Pasal 182
RBg, Pasal 155 HIR, dan 1940 KUHPerdata. Sumpah penaksir merupakan
salah satu alat bukti sumpah yang secara khusus diterapkan untuk
menentukan berapa jumlah nilai ganti rugi atau harga barang yang digugat
berapa nilai harga barang yang dituntutnya, begitu juga tergugat tidak
sebenarnya, taksiran atas ganti rugi atau harga barang itu dapat ditentukan
apabila ada halangan yang sah, contohnya pihak yang dibebankan sumpah
untuk membuat berita acara menurut ketentuan Pasal 185 RBg dan Pasal
45
Yahya Harahap, Op.Cit., h. 775