Anda di halaman 1dari 3

CERITA PENDEK

“MIMPI TIADA BATAS”

Dibuat oleh :
Sahabat Yuli Handoyo

HARAKA TRI ESTUNGKARA


KOMISARIAT HASAN MUNADI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
MIMPI TIADA BATAS

Namaku Lia, aku hidup di keluarga sederhana di pedesaan tanah jawa yang jauh dari
perkotaan, di keluargaku aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, dan aku juga satu-satunya
perempuan dalam keluarga ini, ibuku telah meninggal ketika aku dibangku SMA, kini aku lah
yang menggantikan pekerjaan ibu di dapur, memasak untuk bapak dan kedua abangku yang
sudah lelah dari pekerjaannya, bapakku hanyalah seorang buruh tambang yang berpenghasilan
tidak seberapa, Kedua abangku terpaksa putus sekolah karena tiada biaya dan lebih memilih
bekerja demi membantu bapak untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini. Dan aku satu-satunya
dalam keluaraga ini yang mengantongi ijazah SMA, sebenarnya dalam hati ini masih ada rasa
ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, namun apa dayaku.

Suatu hari ketika aku sedang menjemur pakaian di depan rumah, aku tak sengaja melihat
segerombolan anak dengan pakaian yang sama berjalan ria sambil bernyanyi, aku pun penasaran
dan menghampiri salah satu anak dari gerombolan tersebut, lalu aku bertanya " Hei kamu, kalian
ini sedang melakukan apa ? anak tersebut pun menjawab " kami sedang melaksanakan kegiatan
pramuka sekolah” sambil mengingat kenangan sekolah dulu aku pun menjawab " ooh pramuka"
dari sinilah aku mulai dekat dengan anak ini, dia bernama Bayu seoarang lelaki dari kota yang
belum pernah aku datangi. Bayu dan teman-temannya ternyata mengikuti kegiatan perkemahan
yang diadakan di dekat balai raya desa tempatku tinggal. Setelah mengenal bayu lebih dekat, aku
mulai mengetahui banyak hal walau hanya terbayangkan dipikiranku, dia sering bercerita tentang
kota kelahirannya yang begitu asing ditelingaku, sambil ku bertanya di dalam hati "Apakah aku
bisa pergi ke kota suatu saat nanti". Dan dari sinilah muncul satu mimpi yang membuat
jantungku berdebar-debar dan hatiku serasa akan meledak kegirangan, dalam hati aku berkata
"Aku harus wujudkan mimpiku". Aku tahu, untuk mewujudkan mimpiku ini, aku harus memiliki
pendidikan yang tinggi untuk bisa bertahan di kota besar yang tidak sama sekali ku kenal. Selesai
bersih-bersih kuputuskan untuk berbicara mengenai mimpiku ini ke bapak dan kedua abang ku.
Kulihat bapakku sedang berdiri di depan rumah "Pak bisa duduk sebentar, aku mau ngomong"
kata Lia, " Iya nak, mau ngomong apa ?" kata bapak, " Pak aku mau sekolah, aku ingin
mewujudkan mimpi ku untuk pergi ke kota" kata Lia, dengan nada tegas bapak berkata "Apa
kamu ingin ke kota!? Mau apa kamu ke kota? Kamu itu perempuan, tugas kamu itu memasak,
bersih-bersih dan mengurus rumah, Bapak tidak Izinkan kamu untuk pergi ke kota!", Lia dengan
memelas berkata "Tapi pak!". Bapakku langsung pergi tanpa mendengarkan semua penjelasan ku
terlebih dahulu. Tetapi aku tidak menyerah hanya sampai disitu, setelah bapakku pergi aku
berbicara dengan kedua abangku yang baru saja pulang dari bekerja, “ Bang apakah aku boleh
pergi merantau ke kota?” kata Lia, Abangnku yang paling tua pun menjawab dengan nada lesu
sambil berjalan ke dalam rumah “Jika kamu ingin mati kelaparan ya silahkan saja, kamu ini
perempuan bisa apa?! toh bapak juga pasti tidak setuju” . Mendengarkan perkataan abangku aku
hanya bisa merunduk terdiam, dan berkata hati ini “ Kenapa keluargaku begitu menolak
mimpiku ini, apakah karena aku ini perempuan? Yang dipandang sebelah mata saja oleh kaum
lelaki?”. Satu minggu pun berlalu, hingga akhirnya aku yakin dan memutuskan untuk mencari
cara untuk menempuh pendidikan di kota. Setelah mencari informasi dari satu desa kedesa
lainnya, aku pun mendapat kabar bahwa ada pendaftaran beasiswa kuliah di kota sebrang, tak
berpikir lama aku pun langsung bergegas untuk mendaftarkan diri dan mengikuti test yang ada
tanpa sepengetahuan keluargaku. Hari silih berganti, hasil tes pun diumumkan lewat surat kabar
pagi, dan tertulis “Lia Amanda dinyatakan lulus tes” hatiku terasa amat bahagia membaca
namaku tercantum dalam surat kabar itu, serasa aku ingin berteriak ke seluruh penjuru desa
bahwa aku lulus dalam tes ini. Dan perjuangan sebenarnya untuk meraih mimpiku di mulai dari
sini, hatiku senang juga gelisah memikirkan bagaimana meyakinkan keluargaku bahwa aku akan
meneruskan pendidikan ke kota, Setelah segala cara ku lakukan, akhirnya dengan sedikit
terpaksa keluargaku pun mengizinkanku pergi ke kota untuk mengejar impianku. Sesampainya di
kota aku mulai lembaran baru untuk ku tulis kehidupan baruku, memang tidak mudah hidup di
kota, segala kesulitannya ku alami dengan tegar dan aku tidak pernah sekali-kali berpikir untuk
menyerah dalam kehidupan ku yang baru ini. Untuk memnuhi kebutuhanku sehari-hari dan
membayar uang kuliahku, aku putuskan untuk bekerja sambilan di salah satu toko di dekat
kampusku. Hari demi hari ku lalui dan tak terasa hari kelulusan ku tinggal menghitung hari,
akupun tak lupa memberi kabar keluargaku yang berada di kampung untuk menghadiri dan
meyaksikan kelulusanku. Hari kelulusan pun tiba, hati ini berkata “Hari inilah hari pembuktian
bahwa aku yang hanya seoarang perempuan bisa bertahan di kota besar sendirian dan berhasil
mewujudkan mimpiku”. Inilah kisahku 10 tahun yang lalu dalam memperjuangkan mimpiku,
terus tegar dan pantang menyerah adalah kata-kata yang selalu aku pegang teguh dalam
keyakinanku dan aku tidak pernah lupa berdoa kepada tuhan di setiap ibadahku. Pesanku untuk
kaum perempuan “Jangan berhenti mengejar mimpimu, raih mimpimu, dapatkan, dan buktikan
bahwa kamu bisa menggapainya”.

“Saya tidak akan membatasi diri saya

hanya karena orang tidak akan menerima kenyataan

bahwa saya dapat melakukan hal lain”

-Dolly Partin-

Anda mungkin juga menyukai