Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit tidak menular hadir sebagai pembunuh utama sejak beberapa abad
yang lalu. Penyakit degeneratif yang disebabkan oleh gaya hidup, kualitas lingkungan
yang tidak sehat, dan kondisi psikologis, stres, atau depresi berkepanjangan, telah
menjadi penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Penyakit tidak menular
menyerang orang dari semua umur, bagian terbesarnya adalah mereka yang berada
dalam usian produktif (Herman; Murniati; S, 2019). Pelayanan publik diterbitkannya
dalam keadaan mendesak yaitu suatu keadaan yang muncul secara tiba-tiba
menyangkut kepentingan umum yang harus diselesaikan dengan cepat, dimana untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, peraturan perundang-pundangan belum
mengaturnya. Kendala-kendala di dalam diskresi birokrasi dalam pemerintahan
daerah sebagai salah satu upaya efektivitas pelayanan publik (Suprapto & Abdul
Malik, 2019).
Dispepsia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi di
masyarakat dan mempengaruhi sekitar 20% populasi global. WHO memprediksi pada
tahun 2020, proporsi angka kematian karena penyakit tidak menular akan meningkat
menjadi 73% dan proporsi kesakitan menjadi 60% di dunia, sedangkan untuk negara
SEARO (South East Asian Regional Office) pada tahun 2020 diprediksi angka
kematian dan kesakitan karena penyakit tidak menular akan meningkat menjadi 50%
dan 42%. Kejadian dispepsia biasanya disertai dengan nyeri ulu hati, perut begah,
mual, muntah, sendawa, memiliki saran cepat kenyang ketika makan.
Makan yang tidak teratur memicu timbulnya berbagai penyakit karena terjadi
ketidakseimbangan dalam tubuh. Ketidakteraturan ini berhubungan dengan waktu
makan. Biasanya, ia berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu
kenyang. Sehingga kondisi lambung dan pencernaannya menjadi terganggu. Faktor
yang memicu produksi asam lambung berlebihan, diantaranya beberapa zat kimia,
seperti alkohol, umumnya obat penahan nyeri, asam cuka. Makanan dan minuman
yang bersifat asam, makanan yang pedas serta bumbu yang merangsang, semua faktor
pemicu tersebut dapat mengakibatkan dispepsia (Warianto, 2011).
Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi juga dapat merangsang peningkatan
asam lambung seperti makanan pedas yang dimana biasanya cabai memiliki
kandungan zat bernama capsaicin yang dapat memperlambat kerja sistem pencernaan
yang akan semakin memperburuk kondisi seseorang bila sedang mengalami kejadian
dispepsia. Semakin lama makanan bertahan di perut, akan semakin meningkat pula
risiko naik asam lambung. Makanan asam juga mempengaruhi kejadian dispepsia
karena tingginya asam menyebabkan peradangan serta erosi pada mukosa lambung
sehingga dapat memunculkan gangguan dispepsia. Minuman bersoda dan kopi juga
mempengaruhi gangguan dispepia karena mengandung kafein yang dapat
meningkatkan sekresi gastrin sehingga akan merangsang produksi asam lambung.
Hal-hal lain yang menjadi pemicu kejadian dispepsia diantaranya jenis
kelamin, usia dan tingkat stress. Jenis kelamin paling banyak yang menderita
gangguan dispepsia adalah perempuan, karena perempuan menyukai makanan pedas
yang berlebihan dan tidak sedikit menyukai makanan asam. Usia paling banyak
dialami oleh lansia karna semakin bertambahnya usia semakin berkurang kinerja
dalam tubuh seseorang. Tingkat stress juga menjadi pemicu kejadian dispepsia karena
stres yang berlebihan dapat memicu lambung untuk mengeluarkan asam lambung
secara berlebihan, reaksi ini dapat mengganggu aktivitas lambung bahkan dapat
memicu kebocoran lambung.
Meskipun dispepsia tidak termasuk dalam kategori penyakit yang serius,
gejala ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang dan membatasi kemampuan
seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu,pemahaman
tentang dispepsia serta cara penanganannya yang tepat sangat penting untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian atau definisi dari dispepsia?
1.2.2 Apa etiologi atau penyebab terjadinya dispepsia?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari dispepsia beserta klasifikasinya?
1.2.4 Apa saja gejala-gejala dari dispepsia?
1.2.5 Bagaimana cara pengobatan (Swamedikasi) dari dispepsia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian atau definisi dari dispepsia?
1.3.2 Mengetahui etiologi atau penyebab terjadinya dispepsia?
1.3.3 Mengetahui patofisiologi dari dispepsia beserta klasifikasinya?
1.3.4 Mengetahui gejala-gejala dari dispepsia?
1.3.5 Mengetahui pengobatan (Swamedikasi) dari dispepsia?
DAPUS

Herman, H., & Lau, S. H. A. (2020). Faktor Risiko Kejadian Dispepsia. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 9(2), 1094-1100.

Wibawani, E. A., Faturahman, Y., & Purwanto, A. (2021). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Dispepsia Pada Pasien Rawat Jalan Poli
Penyakit Dalam Di Rsud Koja (Studi Pada Pasien Rawat Jalan Poli Penyakit
Dalam Di Rsud Koja Tahun 2020). Jurnal Kesehatan Komunitas
Indonesia, 17(1).

Anda mungkin juga menyukai