Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR DAN SEBARAN TEGAKAN DIPTEROCARPACEAE DI SUMBER

BENIH MERAPIT, KALIMANTAN TENGAH (Structure and Distribution of


Dipterocarpaceae Trees in Merapit Seed Stand, Central Kalimantan)*)
Oleh/By:
Tri Atmoko1, Zainal Arifin1, dan/and Priyono1
1
Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam
Jl. Soekarno-Hatta KM 38 Po Box 578 Balikpapan 76112 Telp. (0542) 7217663, Fax. (0542) 7217665
e-mail: bptpsbj@telkom.net Samboja – Kalimantan Timur
*)Diterima : 29 September 2009; Disetujui : 30 Agustus 2010

ABSTRACT

A research on the structure and distribution of Dipterocarpaceae trees was done in Merapit seed stand,
Central Kalimantan, using seven purposive sampling observation plots of 100 x 100 m. The study was
conducted by recording the tree species with a dkh of 10 cm or more, height and the position of trees. The
results indicated that 31 trees of Dipterocarpaceae belong to four genera. This stand has three strata of
canopy (A, B, and C), and 44.88% of which belongs to A strata. Based on the density of trees, Shorea
parvifolia Dyer. is the dominant trees of Dipterocarpaceae and found at all observation plots. Fiveteen
Shorea parvifolia Dyer. trees are suitable to be selected for mother trees.
Keywords : Structure, distribution, mother tree, Shorea parvifolia Dyer

ABSTRAK

Penelitian struktur dan sebaran pohon Dipterocarpaceae telah dilakukan di Sumber Benih Merapit,
Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan dengan membuat tujuh petak ukur tidak permanen berukuran 100
x 100 m yang ditempatkan secara purposive sampling. Pohon Dipterocarpaceae berdiameter batang > 10 cm
dicatat jenisnya dan diukur diameter, tinggi serta koordinat x dan y. Hasil penelitian diketahui sebanyak 31
pohon Dipterocarpaceae yang termasuk dalam empat marga. Terdapat tiga strata pohon pada tegakan sumber
benih Merapit, yaitu strata A (tinggi > 30 m), B (tinggi 20-30 m) dan C (tinggi 4-20 m), dimana 44,88%
pohon menempati strata A. Jenis Shorea parvifolia Dyer. ditemukan paling dominan dan menyebar pada
semua petak pengamatan, selain itu 15 pohon di antaranya memenuhi syarat sebagai pohon induk.
Kata kunci: Struktur, sebaran, pohon induk, Shorea parvifolia Dyer

I. PENDAHULUAN Shorea spp., dan Dipterocarpus spp. (Al-


Dipterocarpaceae adalah pohon pe- rasyid et al., 1991).
nyusun utama hutan hujan tropis dataran Pohon Dipterocarpaceae adalah po-
rendah di Asia Tenggara. Sekitar 510 hon penghasil kayu utama yang bernilai
jenis yang ada di dunia, 470 jenis di anta- ekonomi tinggi di kawasan Asia Teng-
ranya terdapat di Asia Tenggara (Bawa, gara. Permintaan yang tinggi mengakibat-
1998; Ng, 1991) sedangkan di Pulau Ka- kan eksploitasi terus dilakukan secara
limantan terdapat sembilan marga, 268 berlebihan, sehingga potensinya semakin
jenis, dan 27 anak jenis (Newman et al., menurun. Oleh karena itu pembangunan
1999). Sembilan marga tersebut melipu- hutan tanaman Dipterocarpaceae harus
ti: Anisopthera spp., Cotylelobium spp., dilakukan untuk mengimbanginya.
Dryobalanops spp., Hopea spp., Para- Dalam pembangunan hutan tanaman
shorea spp., Upuna spp., Vatica spp., Dipterocarpaceae perlu memperhatikan
399
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

beberapa hal, di antaranya adalah pemi- 1. Kondisi Umum Lokasi


lihan jenis dan penggunaan benih yang Sumber Benih Merapit termasuk da-
berkualitas. Pemilihan jenis yang tepat lam areal kerja Ijin Usaha Pemanfaatan
akan mengurangi resiko penggunaan be- Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) PT. Dasa
nih dari jenis yang sifatnya tidak dike- Intiga, tepatnya pada petak 75/76, Co 35
hendaki, seperti pertumbuhannya lambat, RKL II 75-80. Secara geografis lokasi-
tidak tahan hama penyakit, tidak adaptif nya terletak pada 114028’15”-114029’30”
terhadap tempat tumbuh, dan kualitas Bujur Timur dan 103’20”-103’50” Lin-
kayu yang buruk. Beberapa dari Diptero- tang Utara. Menurut administrasi peme-
carpaceae yang pertumbuhannya terma- rintahan terletak di Desa Buhut, Keca-
suk cepat adalah Shorea leprosula Miq., matan Kapuas Tengah, Kabupaten Ka-
S. parvifolia Dyer., S. johorensis Foxw., puas, Kalimantan Tengah. Sumber Benih
S. platyclados Sloot. ex Foxw., S. Sela- Merapit telah disertifikasi dan ditetapkan
nica Blume, D. lanceolata Burck, dan S. sebagai tegakan benih teridentifikasi jenis
smithiana Sym. (Subiakto et al., 2007; Shorea sp. oleh BPTH Kalimantan pada
Effendi, 2007). Penentuan jenis yang te- tahun 2004 seluas 100 ha.
pat dan penggunaan benih yang berkuali- Sumber Benih Merapit merupakan
tas baik akan meningkatkan kualitas dan hutan alam yang termasuk zona benih
produktivitas hutan tanaman yang diba- lahan basah sub zona lahan basah selatan.
ngun. Penggunaan jenis yang memiliki Kondisi topografi bergelombang sedang
perbedaan riap diameter 1% dalam ta- dengan ketinggian berkisar antara 100-
naman operasional 1.000 ha dapat meng- 165 m dpl dan kelerengan berkisar antara
akibatkan keuntungan atau kerugian 8-15%.
sebesar 4,5 miliar (Soekotjo, 2007b). Berdasarkan curah hujan selama 10
Benih bermutu dapat diperoleh dari tahun (1992-2001) yang tercatat di Stasi-
sumber benih tegakan hutan alam mau- un Meteorologi dan Geofísika Kuala Ka-
pun dari sumber benih hutan tanaman. puas, areal PT Dasa Intiga termasuk iklim
Berdasarkan database sumber benih Ba- A dimana rasio bulan kering dengan
lai Perbenihan Tanaman Hutan Banjar- bulan basah menunjukkan nilai Q = 0%
baru, terdapat 30 sumber benih Diptero- (tidak ada bulan kering). Jumlah curah
carpaceae di Kalimantan, 28 di antaranya hujan berkisar antara 98-279 mm dengan
adalah tegakan benih teridentifikasi dan jumlah hari hujan 144 hari. Temperatur
dua lainnya tegakan benih terseleksi (Ba- udara bulanan berada pada kisaran 24,3-
lai Perbenihan Tanaman Hutan, 2008). 29,90C dengan kelembaban nisbi antara
Beberapa sumber benih tersebut belum 81-86% (Tim Fakultas Kehutanan IPB,
diketahui potensi jenis dan pohon induk- 2006).
nya, salah satunya adalah Sumber Benih Jenis tanah pada SB Merapit adalah
(SB) Merapit. podsolik merah kuning dan bahan induk
Tujuan penelitian adalah untuk me- vulkan masam, batu pasir kwarsa, endap-
ngetahui struktur dan sebaran jenis-jenis an kwarsa, dan batu liat. Strukturnya ber-
pohon Dipterocarpaceae di SB Merapit, bentuk gumpal, ukuran tipis halus dan
Kalimantan Tengah. derajat struktur lemah. Tekstur lempung
berpasir dengan konsistensi tanah lembab
II. BAHAN DAN METODE (gembur) dan peka terhadap erosi (Sari
dan Aquarina, 2007).
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan B. Bahan dan Alat Penelitian
Juli sampai Agustus 2007, berlokasi di Bahan yang digunakan adalah
sumber benih Merapit, Kalteng. tegakan pohon Dipterocarpaceae di SB

400
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

Merapit. Alat yang digunakan adalah Pada petak ukur dilakukan inventa-
kompas, GPS, altimeter, roll meter, pita risasi, pengukuran, dan pemetaan pohon
meter, kamera digital, kantong plastik, Dipterocarpaceae yang berdiameter ba-
kertas koran, dan kertas label. tang setinggi dada (dbh = diameter at
breast height) > 10 cm. Data yang dicatat
C. Metode Penelitian adalah jenis pohon, diameter, tinggi, dan
Penelitian dilakukan dengan mem- koordinat posisi x dan y pohon pada
buat petak ukur tidak permanen berben- petak pengamatan. Identifikasi jenis lebih
tuk bujur sangkar berukuran 100 x 100 lanjut dilakukan di Herbarium Wanariset
m. Petak dibuat sebanyak tujuh buah dan Samboja. Data kemudian ditabulasikan
ditempatkan secara purposive sampling. dan dianalisis secara deskriptif, sedang-
Penempatan petak ukur tersaji pada kan titik posisi pohon di-overlay dengan
Gambar 1. petak yang dibuat.

Gambar (Figure) 1. Distribusi petak pengamatan pada areal Sumber Benih Merapit (The distribution of
observation plots at Merapit Seed Stand area)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN kerapatan 24,57 pohon/ha dan 23,86


pohon/ha. Sebaran pohon menurut kelas
A. Kondisi Tegakan diameter tersaji pada Gambar 2.
Pengamatan tegakan Dipterocarpa-
ceae pada petak pengamatan diketahui Tegakan yang dapat dijadikan te-
sebanyak 537 pohon dengan kerapatan gakan sumber benih adalah tegakan hutan
76,71 pohon/ha. Secara umum kondisi alam yang masih utuh dan hutan yang
tegakan didominasi pohon pada kelas mempunyai tingkat kerusakan minimal
diameter 10-30 cm dan 30-50 cm dengan serta tumbuh sehat (Juliaty et al., 1998).

401
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

30

24.57
25 23.86
Kerapatan ( density ) (N/ha)

20

15

10 9.14 8.86
6.86

5
1.86
0.43 0.57 0.29 0.29
0
10-30 30-50 50-70 70-90 90-110 110-130 130-150 150-170 170-190 190-210
Ke las diame te r ( diameter class ) (cm)

Gambar (Figure) 2. Sebaran pohon Dipterocarpaceae berdasarkan kelas diameter (The distribution of
Dipterocarpaceae tree based on diameter classes)

.
Penyebaran diameter tegakan Dipte- 2007). Jenis-jenis unggulan dari pohon
rocarpaceae yang ditemukan dalam petak Dipterocarpaceae untuk penanaman
pengamatan menyebar secara tidak nor- komersial adalah Shorea leprosula, S.
mal (menyerupai huruf J terbalik), dima- parvifolia, S. johorensis, S. platyclados,
na jumlah pohon yang berdiameter kecil S. selanica, S. macrophylla, dan Dryoba-
tinggi dan semakin menurun seiring de- lanops sp. (Subiakto et al., 2007), S.
ngan meningkatnya diameter. Hal itu smithiana, S. polyandra, dan S. javanica
menunjukkan bahwa sistem regenerasi (Subiakto dan Parthama, 2007).
vegetasi tingkat pohon dan tiang dalam Pohon Dipterocarpaceae yang dite-
kondisi baik. Sistem regenerasi sangat mukan pada petak pengamatan sebanyak
penting artinya dalam tegakan sumber 31 jenis, meliputi marga Anisoptera (satu
benih karena dapat menjamin keberadaan jenis), marga Dipterocarpus (dua jenis),
pohon induk pada masa yang akan marga Dryobalanops (satu jenis), marga
datang. Pohon induk yang mati atau Shorea (23 jenis), dan marga Vatica (tiga
produktivitas benihnya mulai menurun jenis). Untuk jumlah jenis tersebut ada
karena sudah terlalu tua dapat digantikan empat jenis Shorea dan satu jenis Vatica
pohon induk dewasa lainnya. tidak dapat diidentifikasi sampai tingkat
jenis. Beberapa jenis pohon
B. Tegakan Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae yang ditemukan tersaji
Pembangunan sumber benih diarah- pada Tabel 1.
kan untuk memenuhi kebutuhan bibit Dari ke-31 jenis tersebut, jenis S.
berbagai keperluan, salah satunya untuk parvifolia memiliki kerapatan yang
menunjang pembangunan hutan tanaman. paling tinggi yaitu 35,43 pohon/ha
Beberapa kriteria dalam pemilihan jenis (46,18%) diikuti jenis S. johorensis dan
potensial untuk dikembangkan pada hu- Shorea sp. dengan kerapatan 5,43
tan tanaman adalah kayunya memiliki pohon/ha (7,08%), D. lanceolata dengan
nilai komersial tinggi, pertumbuhannya kerapatan empat pohon/ha (5,21%). Ke-
relatif cepat, dan pengetahunan silvikul- rapatan masing-masing jenis Dipterocar-
turnya sudah dikuasai (Subiakto et al., paceae tersaji pada Gambar 2.

402
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

Gambar (Figure) 3. Kerapatan jenis Dipterocarpaceae yang ditemukan pada petak pengamatan (The
distribution of density of Dipterocarp species at Merapit Seed Stand)

Jumlah pohon Dipterocarpaceae pertumbuhan yang cepat. Penelitian Soe-


yang ditemukan di SB Merapit tersebut kotjo (2007a) di Kalimantan Barat mela-
sama dengan hasil penelitian kekayaan porkan bahwa S. parvifolia mempunyai
hutan Dipterocarpaceae di Bukit Karung riap pertumbuhan diameter 20,6 mm/th,
Kalimantan Tengah (Riswan et al., 2002 bahkan S. parvifolia di Kepong Malaysia
dalam Effendi dan Saridan, 2008). Hasil memiliki riap pertumbuhan diameter
tersebut lebih rendah dibandingkan jenis mencapai 26,7 mm/th (Appanah dan
yang ditemukan di Hutan Penelitian Sa- Weindland, 1993).
ngai, Kalimantan Tengah dan Hutan Pe- Berdasarkan uraian di atas, maka SB
nelitian Labanan, Kalimantan Timur. Pa- Merapit lebih sesuai untuk dijadikan
da kedua lokasi tersebut masing-masing sebagai tegakan sumber benih untuk jenis
ditemukan sebanyak 37 dan 76 jenis po- S. parvifolia.
hon Dipterocarpaceae (Effendi dan Sari-
dan, 2008).
C. Diameter dan Tinggi
Dalam petak pengamatan seluas 7 ha Stratifikasi dalam tegakan hutan ter-
jenis S. parvifolia dijumpai paling ba- jadi akibat adanya perbedaan umur dan
nyak, yaitu 248 pohon (diameter > 10 persaingan antara satu jenis tertentu
cm), hasil tersebut lebih banyak diban- dengan jenis lainnya sehingga memben-
dingkan penelitian Takeuchi et al. (2004) tuk struktur vertikal. Stratifikasi dapat
di Hutan Lindung Pasoh Malaysia yang ditentukan berdasar tinggi tajuk vegetasi.
hanya menemukan 44 pohon S. parvifolia Soerianegara dan Indrawan (1988) mem-
pada petak seluas 6 ha. bagi stratifikasi menjadi tiga strata, yaitu
Shorea parvifolia merupakan jenis strata A (tinggi > 30 m), strata B (tinggi
dari famili Dipterocarpaceae yang paling 20-30 m), dan strata C (tinggi 4-20 m).
umum ditemukan dan menyebar hampir Pohon Dipterocarpaceae dapat berbuah
di seluruh Pulau Kalimantan sampai ke- setelah mencapai posisi dominan dan
tinggian 800 m dpl. (Newman et al., tajuknya mendapatkan cahaya penuh dari
1999). Selain penyebarannya luas di matahari, kondisi tersebut umumnya
Kalimantan, S. parvifolia mempunyai setelah pohon berdiameter lebih dari 20
403
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

cm atau berumur lebih dari 15 tahun D. lanceolata (21 pohon). Pohon yang
(Smits, 1986). Daniel et al. (1987) mene- menempati strata B 45,81%, yang paling
gaskan bahwa pohon dominan adalah banyak yaitu jenis S. parvifolia (132
produsen biji terbaik sedangkan pohon pohon) dan S. johorensis (16 pohon),
tertekan dalam tegakan tidak menghasil- sedangkan strata C hanya 9,31% dengan
kan biji sama sekali. jenis yang paling banyak adalah S.
Secara umum tegakan Dipterocarpa- parvifolia (36 pohon) dan S. johorensis
ceae di SB Merapit memiliki tajuk yang (tiga pohon). Pengamatan diameter pohon
tinggi dan menempati posisi dominan. pada petak contoh menunjukkan bahwa
Jenis S. laevis dan S. atrinervosa bahkan 36,87% memiliki diameter > 50 cm. Dia-
mencapai tinggi 50 m. Pohon yang me- meter dan tinggi tajuk jenis-jenis pohon
nempati strata A sebanyak 44,88%, jenis Dipterocarpaceae tersaji pada Gambar 3
yang paling banyak menempati strata A dan Gambar 4.
adalah jenis S. parvifolia (80 pohon) dan

Gambar (Figure) 4. Diameter pohon Dipterocarpaceae di Sumber Benih Merapit (The diameter of
Dipterocarp trees at Merapit Seed Stand)

Banyaknya pohon yang menempati posisi dominan akan memberikan


posisi dominan di SB Merapit adalah kesempatan yang besar bagi jenis tersebut
kondisi yang sangat ideal pada sumber untuk mendapatkan cahaya matahari
benih. Posisi tajuk yang menempati secara langsung dari berbagai arah.

404
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

Gambar (Figure) 5. Tinggi pohon Dipterocarpaceae di Sumber Benih Merapit (The height of Dipterocarp
trees at Merapit Seed Stand)

D. Sebaran Pohon Berdasarkan hasil pemetaan lokasi


Tegakan benih teridentifikasi Shorea pohon menunjukkan jenis S. parvifolia, S.
sp. pada umumnya berasal dari hutan Inappendiculata, dan S. leavis menyebar
alam. Tegakan benih teridentifikasi Sho- merata pada petak 1, 2, 3, 5, 6, dan 7,
rea sp. berasal dari tegakan alam, maka sedangkan jenis D. lanceolata menge-
sering ditemukan pohon yang saling ber- lompok pada petak 4 (Tabel 1 dan Lam-
dekatan dan masih berkerabat dekat. piran 1). Pola sebaran beberapa jenis po-
Jenis pohon yang rentang penyebarannya hon Dipterocarpaceae secara umum ber-
berdekatan akan membentuk populasi kelompok, seperti pada jenis S. leprosula
yang berkerabat dekat (Schmidt, 2000), dan S. ovalis di Hutan Lindung Bangi,
karena perkawinan antar pohon induk Malaysia (Noraini dan Khairiah, 1987).
yang berkerabat (inbreeding) akan meng- Atmoko (2008) menyatakan bahwa
hasilkan kemerosotan pertumbuhan pada penye-baran pohon induk S. leprosula
keturunannya (Mulawarman et al., 2002). dan S. parvifolia di Datar Alai, Kaliman-
Untuk menghindari kedekatan kekerabat- tan Selatan mengelompok pada jarak
an antara pohon induk, maka disarankan kurang dari 110 dan 120 m.
jarak antar pohon induk minimal 50-100 Beberapa aspek yang menyebabkan
m (Direktorat Perbenihan Tanaman Hu- adanya perbedaan jumlah pohon, pohon
tan, 2004). induk, dan penyebarannya adalah kondisi

405
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

topografi, kerapatan jenis, kondisi tempat Sebaran jenis S. parvifolia yang


tumbuh, unsur hara tanah, kondisi air ta- merata pada areal SB Merapit digambar-
nah dan dipengaruhi juga oleh penyebar- kan perjumpaannya pada hampir semua
an biji (Ng et al., 2006). Penyebaran biji petak pengamatan. Kondisi ini memung-
Shorea sp. oleh tiupan angin kencang da- kinkan untuk melakukan penunjukkan
pat menerbangkannya sampai lebih dari pohon induk dengan jarak yang berjauhan
0,8 km (Webber, 1934 dalam Johns, sehingga menghindari terpilihnya pohon-
1987), bahkan biji S. albida dapat dise- pohon induk yang saling berkerabat.
barkan oleh angin sejauh lebih dari 2 km
(Ashton, 1982).

Tabel (Table) 1. Penyebaran pohon Dipterocarpaceae pada petak pengamatan (Distribution of Dipterocarpa-
ceae trees at observation plots)
Petak (Plots)
Jenis (Species)
1 2 3 4 5 6 7
Anisoptera costata Korth. v
Dipterocarpus eurhynchus Miq. v
Dipterocarpus pachypyllus Meyer. v v v
Dipterocarpus verrucosus Fox ex v. Slooten. v
Dryobalanops lanceolata Burck. v v
Shorea atrinervosa Symington v
Shorea beccariana Burck. v v
Shorea excelliptica Meijer v v v
Shorea faguetiana Heim. v v
Shorea hopeifolia Symington v
Shorea inappendiculata Burck. v v v v v v v
Shorea johorensis Foxworthy v v v v v v
Shorea laevis Ridley. v v v v v v v
Shorea lamellata Foxworthy v
Shorea leprosula Miq. v v v v
Shorea macroptera Dyer. v v
Shorea maxwelliana King. v v
Shorea mujongensis P.S. Ashton. v
Shorea ochracea Symington v
Shorea ovalis Blume. v v v v v v
Shorea parvifolia Dyer. v v v v v v v
Shorea parvistipulata Heim. v v v v v v
Shorea pauciflora King. v v v v
Shorea smithiana Symington v v v v v v
Shorea sp.1 v v v v v v
Shorea sp.2 v v
Shorea sp.3 v
Shorea sp. 4 v v v v v
Vatica nitens King. v
Vatica umbonata Burck. v v
Vatica sp. v

E. Pohon Induk sedangkan untuk tujuan pengusahaan


Secara umum pohon penghasil benih kayu pertukangan, fenotipe pohon induk
hendaknya memiliki fenotipa yang baik, yang baik dapat dilihat dari bentuk
umur pohon tidak terlalu muda atau tua batang lurus silindris, batang bebas
(Morandini, 1962 dalam Schmidt, 2000), cabang tinggi, diameter batang besar,

406
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

tajuk menempati lapisan yang dominan, yang berpotensi sebagai pohon induk.
dan pohon tumbuh sehat tidak terserang Tabel 2 menunjukkan rata-rata pohon
hama dan penyakit (Juliaty et al., 1998; induk memiliki rata-rata diameter 85,6
Djamhuri et al., 2007). cm, rata-rata tinggi total 37,6 m, dan rata-
Dalam petak pengamatan seluas 7 rata tinggi bebas cabang 25,3 m.
ha, dijumpai 15 pohon jenis S. parvifolia

Tabel (Table) 2. Kondisi pohon induk S. parvifolia pada petak pengamatan (Mother trees condition of S.
parvifolia at the observation plots)
Petak pengamatan Tinggi total (Hight)
No Tinggi bebas cabang (m) Diameter (Diameter) (cm)
(Observation plots) (m)
1 Petak 1 40 18 82,8
2 Petak 1 42 27 89,8
3 Petak 2 40 30 88,8
4 Petak 2 40 25 95,5
5 Petak 2 28 22 82,8
6 Petak 3 26 18 108,0
7 Petak 3 37 22 98,0
8 Petak 3 45 30 90,0
9 Petak 5 42 30 90,0
10 Petak 6 35 23 60,0
11 Petak 6 40 32 80,3
12 Petak 6 35 28 70,0
13 Petak 7 45 22 80,0
14 Petak 7 27 23 79,6
15 Petak 7 42 30 89,0
Rata-rata (Average) 37,6 25,3 85,6

Dari 248 pohon S. parvifolia yang IV. KESIMPULAN DAN SARAN


dijumpai, 15 pohon di antaranya meme-
nuhi syarat sebagai pohon induk. Jumlah A. Kesimpulan
pohon induk tersebut lebih banyak di- Hasil penelitian dapat disimpulkan
bandingkan hasil penelitian Noraini dan sebagai berikut:
Khairiah (1987) yang menemukan empat 1. Identifikasi yang dilakukan ditemu-
pohon induk S. parvifolia pada petak kan sebanyak 31 jenis pohon Diptero-
berukuran 40 x 350 m (1,4 ha). Penun- carpaceae dengan kerapatan tegakan
jukkan sumber benih yang berasal dari 76,71 pohon/ha.
hutan alam harus memperhatikan jumlah 2. Kondisi tegakan Dipterocarpaceae
minimal pohon induk, hal itu untuk men- masih bagus karena 36,87% pohon
jaga agar variasi genetiknya lebar. Sum- memiliki diameter > 50 cm dan
ber benih yang memiliki pohon induk 44,88% pohon menempati strata A.3.
yang banyak diharapkan dapat mengha- Shorea parvifolia Dyer. menyebar
silkan benih yang keragaman genetiknya merata pada petak pengamatan se-
tinggi. Menurut Direktorat Perbenihan dangkan Dryobalanops lanceolata
Tanaman Hutan (2004), jumlah minimal Burck mengelompok pada satu petak
pohon induk yang diperlukan adalah 25 pengamatan.
pohon, namun apabila sulit menemukan 4. Terdapat 15 pohon S. parvifolia Dyer.
25 pohon maka disarankan tidak kurang yang memenuhi syarat sebagai pohon
dari 10 pohon induk. induk pada petak pengamatan yang
dibuat.

407
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

B. Saran Daniel, T.W., J.A. Helms, and F.S. Ba-


Sumber Benih Merapit lebih sesuai ker. 1987. Prinsip-prinsip silvikul-
dijadikan sebagai sumber benih jenis tur. Terjemahan: D. Marsono dan
Shorea parvifolia Dyer., namun masih O.H. Soeseno. Gajah Mada Univer-
perlu dilakukan inventarisasi pada selu- sity Press. pp.163-179.
ruh areal sumber benih, sehingga diper- Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.
oleh 25 pohon induk atau lebih. 2004. Petunjuk Teknis Pembangun-
Perlu dilakukan inventarisasi pohon an dan Pengelolaan Sumber Benih.
induk Dryobalanops lanceolata Burck di Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan
sekitar petak 4 untuk mengetahui ke- Perhutanan Sosial. Kementerian
mungkinan dapat ditunjuk sebagai sum- Kehutanan Jakarta.
ber benih jenis D. lanceolata Burck. Djamhuri, E., Supriyanto, I.Z. Siregar,
A.Sukendro, U.Y. Siregar, S.W.
Budi, P. Pamungkas, dan C.
Wibowo. 2007. Petunjuk Teknis
DAFTAR PUSTAKA Seleksi Pohon Induk. Technical
Alrasyid, H., Marfuah, H. Wijayakusu- Report No 02/27. Departemen
mah, dan Hendarsyah. 1991. Vade- Silvikultur, Fakultas Kehutanan,
mikum Dipterocarpaceae. Badan Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dan Pengembangan Ke- Effendi, R. 2007. Shorea smithiana
hutanan. Kementerian Kehutanan. unggul di Arboretum Sempaja
Appanah, S. dan G. Weindland. 1993. Samarinda. Majalah Kehutanan
Planting quality timber trees in Indonesia. Edisi IX, p. 13.
Peninsular Malaysia: A Review. Effendi, R. dan A. Saridan. 2008. Potensi
Mal. For. Research 38: 45-56. For. dan jenis-jenis pohon Dipterocarpa-
Res. Inst. Malaysia. Kuala Lumpur. ceae di Kawasan Hutan Dengan
Ashton. 1982. Dipterocarpaceae. Flora Tujuan Khusus (KHDTK) Sangai,
Malesiana Seri I, Vol. 9: 237-552. Kalimantan Tengah. Info Teknis
Atmoko, T. 2008. Evaluasi kelayakan Dipterocarpa 2(1): 49-57.
hutan datar Alai sebagai tegakan Johns, R.J. 1987. The natural regenera-
benih teridentifikasi Shorea spp. tion of Anisoptera and Hopea in
(eds) A. N. Ginting, T. Rostiwati, Papua New Guinea. In: (eds)
B. Leksono, R. Effendi, dan A. Wi- A.J.G.H. Kostermans. Proceedings
bowo. Prosiding Workshop Sintesa of the Third Round Table Conferen-
Hasil Penelitian Hutan Tanaman, ce on Dipterocarps. United Nations
Bogor 19 Desember 2008. Pusat Educational, Scientific and Cultural
Litbang Peningkatan Produktivitas Organization. Jakarta. pp. 213-233.
Hutan. Bogor. pp. 357-365. Juliaty, N., D. Leppe, dan W. Rusman-
Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2008. toro. 1998. Pengembangan dan pe-
Database sumber benih tanaman ngelolaan tegakan benih. In : B.M.
hutan wilayah Kalimantan. Purnama dan E. Jalaludin (eds).
Bawa, K.S. 1998. Conservation of gene- Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Pe-
tic resources in the Dipterocarpa- nelitian Balai Penelitian Kehutanan
ceae. In: S. Appanah and J. M. Samarinda. Samarinda.
Turnbull (eds). A Review of Dipte- Mulawarman, J.M., S.M. Roshetko,
rocarps Taxonomy, Ecology and Sasongko, dan D. Irianto. 2002.
Silviculture. Central for Interna- Pengelolaan benih pohon, sumber
tional Foretry Research. Bogor. pp. benih, pengumpulan dan penangan-
45-55. an benih : pedoman lapang untuk
petugas lapang dan petani. Interna-
408
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

tional Centre for Research in 4-5 September 2007. Balai Besar


Agroforestry (ICRAF) dan Winrock Penelitian Dipterokarpa. Samarinda.
International. Bogor. p. 46. pp. 1-15.
Newman, M.F., P.F. Burgues, dan T.C. Soekotjo. 2007b. Membangun hutan
Whitmore. 1999. Pedoman Identifi- tanaman komersil yang prospektif,
kasi Pohon-Pohon Dipterocarpaceae sehat dan lestari dalam hutan alam.
Pulau Kalimantan. Prosea Indone- Laporan Pakar, Februari 2007.
sia. Bogor. Soerianegara, I. dan A. Indrawan. 1988.
Ng, F.S.P. 1991. Manual of forest fruits, Ekologi hutan. Fakultas Kehutanan
seeds and seedlings. Forest Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Research Institute Malaysia. Kuala Smits, W.T.M. 1986. Pedoman sistem
Lumpur. Vol. 1: 51. cabutan bibit Dipterocarpaceae.
Ng, K.T.S., S.L. Lee, L.G. Saw, J.B. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
Plotkin, and C.L. Koh. 2006. Samarinda.
Spatial structure and genetic diver- Subiakto, A. dan P. Parthama. 2007.
sity of three tropical tree species Pemilihan jenis dan biaya pena-
with different habitat preferences naman Dipterokarpa. Info Teknis
within a natural forest. Tree Gene- Dipterokarpa I (1) : 1-6. Balai Besar
tics & Genomes 2 : 121-131. Penelitian Dipterokarpa. Samarinda.
Noraini, M.T. and J. Khairiah. 1987. Subiakto, A., R. Efendi, dan Ernayati.
Distribution map and establishment 2007. Ketersediaan iptek pembi-
of Dipterocarps in a lowland rain- bitan, penanaman dan pemeliharaan
forest. In: A.J.G.H. Kostermans hutan tanaman Dipterokarpa. P.
(eds). Proceedinga of the Third Parthama dan N. Juliaty (Eds)
Round Table Conference on Dipte- Prosiding Seminar Pengembangan
rocarps. United Nations Educatio- Hutan Tanaman Dipterokarpa dan
nal, Scientific and Cultural Organi- Ekspose TPTII/SILIN. Balai Besar
zation. Jakarta. pp. 161-173. Penelitian Dipterokarpa. Samarinda.
Sari, T. dan Aquarina. 2007. Hasil Pp : 17-27.
Identifikasi Pohon Plus di Areal Takeuchi, Y., S. Ichikawa, A. Konuma,
Seed Stand Km 37 Petak Co. 35 PT N. Tomaru1, K. Niiyama, S.L. Lee,
Dasa Intiga, BC. Hyang Sakti. PT N. Muhammad, dan Y. Tsumura.
Daya Sakti Timber Group. 2004. Comparison of the fine-scale
Banjarmasin. genetic structure of three Diptero-
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan carp Species. Heredity 92 : 323-
Benih Tanaman Hutan Tropis dan 328.
Sub Tropis. (Terjemahan). Ditjen Tim Fakultas Kehutanan IPB. 2006.
BPDAS-PS. Kementerian Kehutan- Penetapan sistem silvikultur di areal
an. Jakarta. pp. 37-40. izin usaha pemanfaatan hasil hutan
Soekotjo. 2007a. Pengalaman dari uji kayu (IUPHHK) PT. Dasa Intiga,
jenis Dipterokarpa Umur 4,5 Tahun Kabupaten Kapuas Tengah, Kali-
di PT Sari Bumi Kusuma, Kalteng. mantan Tengah. Laporan Akhir.
P. Parthama dan N. Juliaty (Eds). Kerjasama Tim Fakultas Kehutanan
Prosiding Seminar Pengembangan IPB dengan IUPHHK PT. Dasa
Hutan Tanaman Dipterokarpa dan Intiga.
Ekspose TPTII/SILIN, Samarinda,

409
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

Lampiran (Appendix) 1. Sebaran jenis pohon Dipterocarpaceae pada petak pengamatan di Sumber Benih
Merapit (Distribution pattern of Dipterocarp species at observation plots at
Merapit seed stand)

Petak (Plot) 1

Petak (Plot) 2

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)

410
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)

Petak (Plot) 3

Petak (Plot) 4

411
Vol. 8 No. 3 : 399-413, 2011

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)

Petak (Plot) 5

Petak (Plot) 6

412
Struktur dan Sebaran Tegakan Diperocarpaceae.…(T. Atmoko; dkk)

Lampiran (Appendix) 1. Lanjutan (Continued)

Petak (Plot) 7

413

Anda mungkin juga menyukai