Membicarakan tentang kelistrikan pada dasarnya adalah membicarakan segala sesuatu yang
menyangkut perpindahan elektron karena adanya impuls yang menyebabkannya. Pola
berpindahnya elektron-elektron sehingga menimbulkan energi listrik serta upaya
pengaplikasiannya di dalam berbagai penerapan adalah termasuk di dalamnya.
Teori tentang kelistrikan telah lama didefinisikan orang setelah banyaknya percobaan-
percobaan yang dilakukan orang untuk memahami prilaku perpindahan elektron ini.
Kesimpulan-kesimpulan pun telah ditetapkan dan kini telah menjadi baku sebagai dasar di
dalam ilmu kelistrikan.
Dalam ilmu kelistrikan ada beberapa besaran dasar yang sangat penting dan sangat dominan,
di antaranya adalah : besaran tegangan, besaran arus dan besaran daya.
W=VxI
atau
V=W/I
atau
I=W/V
Contoh 2 : Pada sebuah lemari es lama terdapat tulisan 200W dengan konsumsi arus 1,81A.
Berapakah tegangan listrik yang harus diberikan untuk pengoperasiannya?
V=W/I
V = 200 / 1,81 = 110V
Contoh 3 : Pada sebuah kompor listrik tertulis besaran daya 600W, sedangkan ia dioperasikan
pada tegangan 220V. Berapakah arus yang ditariknya?
I=W/V
I = 600 / 220 = 2,727A.
Besaran resistansi
Resistansi listrik adalah faktor hambatan terhadap arus listrik yang menyebabkan adanya
pengurangan atau pembatasan di dalam suatu aktifitas elektris. Semakin besar resistansi
maka akan semakin kecil arus yang mengalir dan semakin kecil resistansi maka akan semakin
maksimal arus yang mengalir.
Besaran resistansi adalah bentuk parameter tentang seberapa besar faktor hambatan di antara
media-media yang menghantar dalam suatu aktifitas elektris dan dinyatakan di dalam satuan
besarannya.
Besaran resistansi listrik dinyatakan dalam Ω (Ohm).
1 MΩ (MegaOhm) = 1000 kΩ (kiloOhm)
1 kΩ = 1000 Ω
1 Ω = 1000 mΩ.
V=IxR
atau
I=V/R
atau
R = V / I.
Dari rumus-rumus itu dapat disimpulkan bahwa pada setiap aktifitas elektris di mana terdapat
tegangan dan mengalirnya arus, sesungguhnya ada faktor lain yang menyertainya, yaitu
faktor hambatan atau resistansi. Baik besar ataupun sangat kecil, faktor hambatan ini tetaplah
ada. Pada sepotong kawat tembaga yang sedang menghantarkan listrik pun sebenarnya
terdapat resistansi, yaitu resistansi jenis tembaga.
Dan di dalam praktek, pada setiap peralatan elektronik yang membutuhkan tegangan
pengoperasian dan menarik arus ketika beroperasinya mempunyai “resistansi-dalam” atau
“resistansi-diri”.
Resistansi-dalam ini tidak selalu bisa diukur dengan Ohm-meter, tetapi bisa diketahui dari
kebutuhan tegangan dan arus yang ditariknya.
Mengambil contoh dari yang dikemukakan atas, sebuah setrika listrik yang dioperasikan pada
tegangan 220V dengan arus 1,6A maka setrika listrik itu mempunyai resistansi-dalam sebesar
:
R=V/I
R = 220 / 1,6 = 137,5 Ω.
Karena itu setiap peralatan elektronik yang membutuhkan tegangan dan menarik arus bisa
dipandang sebagai sebuah “resistor”. Setrika listrik itu bisa diibaratkan sebagai sebuah
resistor 137,5 Ω yang disambungkan kepada tegangan listrik 220V....
Sampai di sini, dasar-dasar dalam kelistrikan yang menyangkut tegangan, arus, daya dan
resistansi listrik disudahi. Poin-poin pentingnya adalah :
Apa-apa yang menjadi dasar ini sangat penting untuk diketahui dan dimengerti terutama bagi
para pemula dalam dunia elektronika, karena tanpa ini kelanjutan dalam mempelajari
elektronika akan lebih sulit untuk bisa berjalan dengan baik.
Happy learning!