PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masa usia lanjut ( Late Adulthood) adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan
masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara
Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat
dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang
lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok
orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia
lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu
1
sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh
berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan
sikapsikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan , penolakan, dan
keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian
semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri.
Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan
kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari
hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling
mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk
diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber
data kependudukan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.
Saparinah ( 1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian
akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun
1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan
bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang
tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. Namun
demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat
dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia.
2
Perubahan-perubahan yang umum terlihat pada masa usia lanjut adalah ditandai
dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Baik pria maupun wanita, pada usia lanjut
mereka akan melakukan penyesuaian diri agar mereka tampak siap dan sesuai dengan masa
usia lanjut tersebut secara baik ataupun tidak baik. Akan tetapi hasil yang diperoleh dari
penyesuaian tersebut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang tidak baik
daripada yang baik, terutama adalah terjadinya kemunduran fisik dan mental yang
berlangsung secara perlahan dan bertahap.
1. PERUBAHAN FISIK PADA MASA USIA LANJUT
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga
fungsinya mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan
bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Beberapa perubahan gangguan fisik yang timbul adalah sebagai berikut :
Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering
dan keriput, kulit di bagian bawah mata membentuk seperti kantung dan lingkaran
hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering
muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi lembek dan
mengendur di sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut
Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada bagian tungkai
dan lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan
Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga kadang-
kadang memakai gigi palsu
Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung mengeluarkan
kotoran yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan menderita presbiop atau
kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya akomodasi karena menurunnya elastisitas
mata
Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga tidak
sedikit yang mempergunakan alat bantu pendengaran.
Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek dan sering
tersengal-sengal, hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paru-paru, residu
3
volume paru dan konsumsi oksigen basal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan
elastisitas dari paru
Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung, dengan bertambahnya
usia sering pula disertai dengan perubahan-perubahan akibat penyakit kronis, obat-
obat yang diminum akibat operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan
psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti :
Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami penurunan ukuran, berat,
dan fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.
Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan elastisitas dari pembuluh
darah jantung dan menurunnya kardiak out put
Penyakit kronis misal diabetes melistus (DM), penyakit cardiovaskuler, hipertensi,
gagal ginjal, kanker, dan masalah yang berhubungan dengan persendian dan syaraf
Beberapa operasi seperti prostatectomy, histrectomy, dan mastectomy.
Hasil penelitian menunjukkan timbulnya masalah prostatectomy meliputi gagal ereksi
mencapai 12 % sampai timbulnya masalah tidak tercapainya ejakulasi sebesar 24 %,
kanker prostate dan operasi prostad (hilangnya libido, gagal ereksi, volume ejakulasi)
Perubahan pada sistem ginjal, kandung kencing, dan ureter mengalami penurunan
efisiensi, jumlah sel dalam ginjal mengalami penurunan menyebabkan gangguan
pengeluaran toksin dan air dari tubuh.
4
Depresi
Rasa bersalah (guilty feeling)
Masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan
seksual
Khusus pada perempuan, ada beberapa gangguan yang sangat berpengaruh besar
terhadap sisi kewanitaannya seperti :
Penurunan sekresi estrogen setelah menopause
Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
Cerviks yang menyusut ukurannya
Dinding vagina atropi ukurannya memendek
Berkurangnya pelumas vagina
Matinya steroid seks secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas seks
Perubahan ageing meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan,
penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perineal
Disamping itu ada beberapa gangguan mental yang paling umum yang
berpengaruh pada orang tua adalah depresi, dimensia dan menggigau prilaku seksual
mungkin berubah secara signifikan pada depresi dan dimensia .
Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring
makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat seksual
pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun
akan mempengaruhi libido.
2. Fase arousal
Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,
elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra dan
kandung kemih.
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron; elevasi
testis ke perineum lebih lambat.
3. Fase orgasmic
Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
6
Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua
menurut Kaplan
7
mendapatkan orgasme multipel kontraksi menurun; volume ejakulat
berkurang dengan makin menurun.
lanjutnya usia.
Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode Periode refrakter memanjang secara
refrakter, dimana pembangkitan fisiologis, dimana ereksi dan
gairah secara segera lebih sukar. orgasme berikutnya lebih sukar
terjadi.
Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik
saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
1. Penyebab iatrogenic
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin
membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
2. Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak
dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan seksual pada lansia
adalah sebagai berikut :
Gangguan hasrat
Tahap pemanasan
Orgasme
Rasa nyeri
Sakit fisik
Obat dan alkohol
Gangguan yang tidak khusus
Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan seksual antara lain :
1. Infark miokard
8
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan untuk
terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Pasca stroke
Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien
mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut akan
kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan malu atas
situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual sebelum stroke
sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang aktivitas seksual
ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami kerusakan pada stroke,
maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.
3. Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual. Baik
operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan disfungsi
seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun tidak ada kerusakan
saraf.
4. Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan neuropati
autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan disfungsi vasokonstriksi
yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi seksual.
5. Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur fleksi
9
mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku mungkin
berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas seksual.
8. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara lain
beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.
12
penyakit ganglia radiks dorsalis medula spinalis, juga pada gangguan nervus erigentes
akibat pasca prostatektomi total atau operasi rektosigmoid.
DE vaskuler merupakan DE yang paling sering pada lansia yang mungkin berhubungan
erat dengan prevalensi penyakit aterosklerosis yang tinggi pada lansia. Gangguan aliran
darah arteri ke korpus kavernosus seperti bekuan darah, aterosklerosis, atau hilangnya
kelenturan dinding pembuluh darah dapat menyebabkan DE. Selain itu DE bisa terjadi
pada penyakit Leriche, yaitu obstruksi di pangkal bifurkasio a. iliaka di daerah
a.abdominalis. Serta penyakit Peyronie mengakibatkan pengisian darah tidak sempurna
yang akan menyebabkan DE.
2) DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai penyebab utama DE, namun menurut
penelitian hal ini tidak benar. Justru penyebab utama DE pada lansia gangguan organik,
walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis ini yang berpotensi
reversibel potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan depresi, rasa bersalah,
masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam hubungan seksual.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa impotensi merupakan akibat masturbasi
yang dahulu atau karena terlalu sering ejakulasi atau sebailiknya karena terlalu lama
menahan dan tidak disalurkan hasrat seks-nya itu. Namun penelitian membuktikan bahwa
ejakulasi atau tidak ejakulasi dalam waktu yang lama tidak langsung mengganggu
kesehatan. Masters dan Johnson mengatakan bahwa ereksi dan ejakulasi tidak dapat
dipelajari karena hal ini terjadi secara reflektoris.
Selain yang telah disebutkan di atas, sekitar 25 % DE disebabkan oleh obat-obatan
terutama obat antihipertensi ( Reserpin, ß blocker, guanethidin dan metildopa), alkohol,
simetidin, antipsikotik, antidepresan, lithium, hipnotik sedatif, dan hormon-hormon seperti
estrogen dan progesteron.
13
pasien memiliki privasi, oleh karena itu perlu ditanyakan apakah pasien ingin
mendiskusikan hal ini dengan atau tanpa pasangannya, namun cara yang terbaik
adalah bersama pasangan. Karena pandangan serta dukungan dari pasangan seksual
mereka sangat berharga dan dapat mengembalikan kepercayaan diri pasien untuk
kembali memulai lagi fungsi seksualnya dan secara tidak langsung dapat membantu
mengatasi masalah disfungsi ereksi.
Selain dari segi psikologis perlu juga digali apakah disfungsi ereksi yang
terjadi murni disfungsi ereksi psikogenik atau ada penyakit atau kelainan lain yang
menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Bila terdapat penyakit atau kelainan yang
mendasari terjadinya disfungsi ereksi maka perlu ditangani penyakit dan kelainan
yang mendasarinya. Peninjauan terhadap obat-obatan yang selama ini dikonsumsi
oleh pasien juga perlu diperhatikan.
Selain dari anamnesa perlu juga diadakan suatu pemeriksaan fisik untuk
mengetahui ada tidaknya disfungsi ereksi:
Apakah ada tanda-tanda penyakit vaskuler, seperti arteri femoral dan perifer
berkurang atau terdengar bruit.
Adakah perubahan kulit. Turgor menurun mengakibatkan kulit menjadi kurang
elsatis.
Adakah perubahan neuropati otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti adanya
reflek bulbo kavernosus dan kremaster.
Adakah gejala hipotensi ortostatik.
Adakah gejala neuropati perifer seperti DM, alkoholisme, kekurangan vitamin B1,
dan lain-lain.
Pemeriksaan genitalia, adanya atrofi testis atau dan plak pada peyronie’s disease.
Peyronie’s disease adalah keadaan dimana terjadi kelainan anatomis penis, berupa
tumbuhnya jaringan ikat atau plak yang tidak biasa pada jaringan penis sehingga
aliran darah dalam badan kavernosa penis terganggu untuk mencapai ereksi.
Pemeriksaan rektal untuk melihat prostate.
Pemeriksaan laboratorium umum diperlukan untuk menentukan adanya kondisi
medis penyerta, faktor resiko vaskular atau endokrin yang abnormal.
14
Pemeriksaan hormone testoteron dan prolaktin.
15
relaksasi otot-otot licin dari corpus cavernosum, yang dapat terisi darah dan terjadilah
ereksi. Setelah penggunaan sublingual kadarnya dalam darah memuncak dalam 4o-60
menit dan ereksi dapat terjadi setelah 20 menit. Efek samping yang tersering berupa
nausea, sakit kepala, dan pusing-pusing.
HRT (hormon replacement therapy) diindikasikan pada pria dengan
hipogonadal. Pengobatan yang aman dan efektif dengan injeksi intra muscular jangka
panjang, maupun transdermal testoteron gel. Testoteron oral sebaiknya dihindari
karena kemungkinan toksik hepatik pada penggunaan jangka lama. Pada pemakaian
testoterone-containing gel sebaiknya menunggu sekitar 10 -15 menit sampai gel
tersebut diabsorbsi dan kering sebelum melakukan aktivitas seksual. Semua pria yang
menggunakan terapi testoterone replacement perlu mendapatkan pemeriksaan rektal
digital dan PSA test sedikitnya 1 tahun sekali.
Pemberian testoteron dapat menyebabkan beberapa efek samping, antara lain :
Pada laki-laki : testis mengecil, produksi sperma berkurang, ginekomastia,
pembesaran prostat
Pada wanita : klitoris membesar, tumbuh rambut di daerah muka, volume suara
membesar
Umum : hepatotoksik, peningkatan hematokrit darah, aterosklerosis, dan
hipertrofi jantung.
Ada beberapa cara lain selain dengan terapi testoteron. Misalnya alat vakum maupun
protesa. Alat vakum meningkatkan pembesaran penis dengan membuat keadaan
vakum yang menarik darah ke dalam penis. Saat terjadi ereksi, sebuah gelang karet
atau cincin konstriksi pasang pada pangkal penis dan alat vakum tersebut dilepas.
Gelang tersebut dapat memperlambat aliran balik vena dan membantu
mempertahankan ereksi lebih dari 30 menit. Alat vakum ini dapat mengakibatkan
petekhie dan membuat ujung penis lebih dingin dari biasanya. Protesa pada penis
mungkin membantu ketika cara lain tidak berhasil. Pembedahan revaskularisasi penis
relatif bersifat eksperimental dan belum ada kesuksesan yang tinggi.
1. ANDROPAUSE PADA PRIA LANSIA
a. Defenisi Andropause pada pria lansia
16
Andropause berasal dari kata “Andro = kejantanan” dan “pause = istirahat”.
Andropause dapat diartikan sebagai perubahan akibat proses menua pada sistem reproduksi
pria mungkin di dalamnya termasuk perubahan pada jaringan testis, produksi sperma dan
fungsi ereksi.
Ada yang memberi istilah andropause sebagai klimakterium laki-laki yang berarti
seorang laki-laki sedang berada pada tingkat kritis fase kehidupannya, dimana terjadi
perubahan fisik, hormon dan psikis serta penurunan aktivitas seksual. Perubahan-perubahan
ini biasanya terjadi secara bertahap. Tingkah laku, stress psikologik, alkohol, trauma,
ataupun operasi, medikasi, kegemukan dan infeksi dapat memberikan kontribusi pada onset
terjadinya andropause ini.
Sebenarnya andropause bukanlah suatu fenomena baru, hal ini terjadi karena
kemampuan kita untuk mendiagnosa andropause ini sangat terbatas karena tidak ada cara
untuk menprediksi siapa yang akan mengalami gejala andropause. Test yang sensitif untuk
mengetahui bioavaibilitas testoteron baru tersedia akhir-akhir ini, sehingga sebelum ada test
ini andropause terlewatkan begitu saja tanpa terdiagnosa dan tidak memperoleh
penatalaksanaan.
d. Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada andropause yaitu dengan testoterone replacement
therapy baik secara injeksi maupun oral.
18
F. PERUBAHAN SEKSUALITAS WANITA LANSIA
Perubahan-Perubahan Fisiologis pada Wanita berkaitan dengan bertambahnya usia :
19
h. Tegang dan cemas
20
– Kreatifitas berkurang
– Berkurang rasa humor
– Perbendaharaan kata semakin menurun
c. Gangguan mental
– Agresi : menyerang disertai kekuatan
– Kemarahan dan rasa tidak senang yang kuat
– Kecemasan yang tidak berobyektif
– Kacau & sering bingung
– Penolakan ; ketidakmampuan untuk mengakui secara sendiri terhadap keinginan,
fikiran, perasaan pada kejadian nyata
– Ketergantungan : meletakakkan kepercayaan terhadap orang lain
– Depresi : perasaan sedih & pesimis
– Ketakutan : reaksi emosional terhadap sumber luar
– Manipulasi : proses bertingkah laku untuk memuaskan diri sendiri / orang lain
dengan cara serdik, tidak jujur / tipu muslihat
– Rasa sakit yang tidak berpenyebab
b. Etiologi menopause
Akibat dari kadar hormon esterogen, progerseteron dan hormon ovarium
yang berkurang akan menyebabkan perubahan fisik, psikologis dan seksual yang
menurun pada wanita pasca menopause (Hacker&Moore, 2001).
21
Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan atau
satu tahun. Menopause umumnya terjadi ketika perempuan memasuki usia 48 hingga
52 tahun (Rachmawati, 2006).
Menurut Andra (2007), efek berkurangnya hormon estrogen mengakibatkan
penipisan pada dinding vagina, pembuluh darah kapiler di bawah permukaan kulit
juga akan terlihat. Akhirnya, karena epitel vagina menjadi atrofi dan tidak adanya
darah kapiler berakibat permukaan vagina menjadi pucat. Selain itu, rugae-rugae
(kerut) vagina akan jauh berkurang yang mengakibatkan permukaannya menjadi licin,
akibatnya sering sekali wanita mengeluhkan dispareunia (nyeri sewaktu senggama),
sehingga malas berhubungan seksual.
22
berarti padamnya dorongan seksual, kesulitan berhubungan intim akibat perlendiran
vagina berkurang, sementara ereksi tetap kokoh seperti sedia kala, penolakan istri
karena merasa sakit saat berhubungan seksual (Pangkahila, 1998). Anggapan seperti
itu sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh salah pengertian atau karena
mendengar cerita orang lain, kadang pria mencoba mengatasi masalah ini dengan
mencari pasangan lebih muda dengan harapan bahwa kemampuan seksualnya yang
telah surut dapat kembali. Rasionalisasi yang umum dilakukan oleh pria dengan
mencari pasangan lebih muda adalah karena pihak wanita tidak lagi tertarik pada seks
setelah menopause, hal ini semakin diperparah dengan upaya menghindari
berhubungan intim dengan suami disebabkan nyeri saat senggama akibat menipisnya
selaput lendir liang senggama (Hidayana, 2004).
Perubahan yang terjadi pada organ tubuh wanita menopause disebabkan oleh
bertambahnya usia dan juga faktor fisik, faktor psikis dapat mempengaruhi kehidupan
mereka. Gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, cemas, depresi, dan
merasa kehilangan daya tarik fisik dan seksual, sehingga dia takut ditinggalkan
suaminya (Purwoastuti, 2008).
Hasil penelitian dan kajian, diperoleh data bahwa 75% wanita yang
mengalami menopause akan merasakan sebagai masalah atau gangguan, sedangkan
sekitar 25% tidak memasalahkannya. Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi
seorang perempuan terhadap menopause, antara lain faktor kultural, sosial ekonomi,
gaya hidup, kebutuhan terhadap kehidupan seksual, dan sebagainya (Achadiat, 2007).
Studi yang dilakukan oleh (Duke, 1999) University AS, menunjukkan bahwa
tidak semua perempuan menopause mengalami penurunan hasrat seksual, 39% wanita
berusia 61-65 tahun memiliki aktivitas seksual seperti 27% wanita berumur 66-71
tahun, 13% wanita menopause mempunyai hasrat lebih tinggi dibandingkan ketika
masih muda (Rachmawati, 2006).
23
1) Pemeriksaan alat kelamin
Pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, liang rahim dan leher rahim untuk
melihat kelainan yang mungkin ada, misalnya lecet, keputihan, pertumbuhan
abnormal sepertu benjolan dan radang.
2) Pap Smear
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setahun sekali untuk melihat adanya tanda
radang atau deteksi awal bagi kemungkinan adanya kanker pada saluran
reproduksi. Dengan demikian pengobatan terhadap adanya kelainan dapat segera
dilakukan.
3) Perabaan Payudara
Ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar hormone
estrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau tumor payudara. Hal ini juga dapat
terjadi pada pemberian hormone pengganti untuk mengatasi masalah kesehatan
akibat menopause.
4) Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsure fito-estro-gen
5) Hormon estrogen yang kadarnya menurun pada masa menopause digantikan
dengan makanan yang mengandung unsur fito-estro-gen yang cukup seperti
kedelai ( tahu, tempe, kecap), papaya dan semanggi merah
6) Penggunaan bahan makanan sumber kalsium
7) Menghindari makanan yang banyak mengandung banyak lemak, kopi dan alkohol
3. SENIUM PADA WANITA LANSIA
Yaitu masa sesudah pasca menopause. Ditandai dengan telah tercapainya keseimbangan
baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis.
24
Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah seksual adalah masalah
yang tabu.
Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual pada
lansia adalah sebagai berikut :
2. Therapi Hormon
4. Peralatan Mekanis
5. Bedah Pembuluh
3. Bimbingan Psikososial
25
Bimbingan dan konseling sangat dipentingkan dalam rencana manajemen gangguan
seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan Pharmakologi
4. Penyembuhan Hormon
Pada Pria Lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan
Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian estrogen pada
klimakterium
Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi
multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut
Tabel Efek Obat Yang Sering Diberikan dan Pengaruhnya Pada Fungsi Seksual Lansia.
27
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Fokus
a. Biodata
Meliputi nama pasien, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis, Tgl MRS, dan
b. Keluhan Utama
pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu fisik (rasa sakit
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
28
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah
f. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu:
g. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan, pertumbuhan badan dan makanan
mempengaruhi pola hidup sehari- hari, karena hal ini memungkinkan dapat
29
i. Pengkajian Psikososial
1) Perasaan depresi
2) Frustasi
3) Ansietas/kecemasan
4) Keputusasaan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda Vital
2) Mata
penglihatan.
3) Hidung
4) Mulut
5) Telinga
30
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena
7) Dada / Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal
premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan,
8) Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi,
ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen
atau tegang.
9) Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Vesika urinaria sulit dikosongkan pada
lanjut usia sehingga meningkatnya produksi urin. Frekuensi BAK meningkat,
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin serta tidak dapat menahan untuk BAK.
Apakah ada konstipasi (sembelit), diare dan inkontinensia alvi.
10) Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi
nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku
kuduk.
11) Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu
Gerakan sendi
12) Kulit/integumen
13) Reproduksi
melakukan dan menikmati berjalan terus. Adanya kecacatan sosial yang mengarah
keaktivitas seksual.
Pemeriksaan Dalam
32
Pemeriksaan dalam untuk menentukan :
menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d infeksi pada sistem reproduksi.
2. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
3. Resiko terhadap infeksi b/d kontak dengan mikroorganisme.
4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
33
C. INTERVENSI
Dx.1 Nyeri b/d infeksi pada sistem reproduksi.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Kaji nyeri (karakteristik, skala nyeri,
intensitas nyeri)
selama 1x24 jam, nyeri dapat
Meluruskan kesalahan konsep pada
berkurang/hilang dengan kriteria hasil :
keluarga.
Rasa nyeri berkurang Bicarakan mengenai ketakutan, marah
dan rasa frustasi klien.
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri
Dorong penggunaan tehnik manajemen
Mengidentifikasi aktivitas yang stress.
meningkatkan dan menurunkan nyeri Kolaborasi:
34
Melaporkan keinginan untuk Berikan dorongan bertanya tentang seksual
melanjutkan aktivitas seksual atau fungsi seksual.
Berikan reinforcement positif pada pasien
atas kerjasamanya
a. Infeksi tidak te
b. Tanda- tand
Dx. 4 Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan
35
Setelah dilakukan tindakan keperawatan • Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman
lingkungan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
36
Sejalan dengan bertambahnya usia, masalah seksual merupakan masalah yang tidak
kalah pentingnya bagi pasangan usia lanjut. Masalah ini meliputi ketakutan akan
berkurangnya atau bahkan tidak berfungsinya organ sex secara normal sampai ketakutan
akan kemampuan secara psikis untuk bisa berhubungan sex.
Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk masalah
seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan ini
memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama antara
pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual merupakan
masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian, karena pada
beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan membicarakan masalah
seksual adalah masalah yang tabu.
B. Saran
Makalah dibuat berdasarkan kebutuhan seorang mahasiswa sebagai tanggung
jawabnya dalam menyelesaikan tugas sebuah mata kuliah. Diperlukan bimbingan dan
arahan dari dosen pembimbing sehingga kiranya makalah tersebut dapat menjadi sesuatu
yang lebih berguna di masa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
37
2. Widyastuti, Yani dan Anita Rahmawati, Yuliasti, E. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Yogyakarta. Fitramaya
3. Modul Kesehatan Reproduksi. 2008. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
4. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/masalah-seksual-lansia/
5. http://www.smallcrab.com/lanjut-usia
6. http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/493-andropause-waktunya-si-jantan-istirahat
7. http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/469-mengenal-impotensi-atau-disfungsi-ereksi
8. http://sehatnews.com/wlovesex/up-date/3999.html
9. http://www.damandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunairbab2.pdf
10. http://www.docstoc.com/docs/6600963/Masalah-Usia-LAnjut
11. http://www.klipingku.com/result-page/masalah%20seks%20pada%20lansia
38