Teori Manajemen
Teori Manajemen
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu
keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya
sesuatu tujuan (Kirsmansa. 2010).
Seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan
yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk dapat mengambil
keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus
memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan
baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role
model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas
maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain
termasuk dengan bawahannya. Selain itu seorang pemimpin yang efektif
harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut :
integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang
menyerah (perseverance), seimbang, kemampuan menghadapi stress, dan
kesadaran diri serta memiliki kualitas perilaku seperti: berpikir kritis,
menyelesaikan masalah (solve problem), menghormati/menghargai orang
lain, kemampuan berkomunikasi yang baik, punya tujuan dan
mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang
lain (Warta Wargana, 2010).
Jadi rata – rata pasien perlu bantuan perawat adalah 125 jam dengan
total klien 25 orang atau 125: 25 = 5 jam dalam 24 jam.
Total jam keperawatan yang dibutuhkan sehari untuk memenuhi standar
adalah 25 x 5 jam = 125 jam.
Satu hari bekerja selama 8 jam, maka 125 jam : 8 = 15,6 (16) perawat
untuk 24 jam.
Jika perawat bekerja 40 jam / minggu, maka 16 x 7 hari / minggu akan
di dapatkan 112 : 5 = 22 perawat (kebutuhan dasar unit dalam
seminggu).
Proses keperawatan:
Pengkajian
Standar kebijakan
institusi/ nasional Perencanaan
Intervensi
Evaluasi
Pendidikan pasien:
Sistem MAKP:
Tabel Jenis Model AsuhanKeperawatan
Mencegah penyakit
Menurut Grant danFungsional
Massey (1997) dan
Mempertahankan
Marquis dan Huston (1998) Tim
kesehatan
Modular
Informed consent
Primer
Rencana pulang/
komunitas Modifikasi
Model Deskripsi Penanggung
Jawab
Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Peraswat yang
(bukan keperawatan. bertugas pada
model Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu tindakan
MAKP) berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. tertentu.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kasus Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi Manajemen
keperawatan. keperawatan
Perawat bertanggungjawab terhadap asuhan dan
observasi pasien tertentu.
Rasio: I: (pasien : perawat). setiap pasien
dilimpahkan kepada semua perawat yang
melayani seluruh kebutuhannya pada saat
mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. metode
penugasan kasus biasanya diterapkan pada satu
pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk khusus seperti
isolasi, perawat intensif.
Tim Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua tim
keperawatan.
Enam sampai tujuh perawat profesional dan
perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim,
disupervisi oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/ grup
yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal,
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu.
Primer Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif Perawat primer
dari filosofi keperawatan. (PP)
Perawat bertanggungjawab semua aspek asuhan
keperawatan.
Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggungjawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode pemberi an asuhan
keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan
profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam
menghadapi tren pelayanan keperawatan.
1. Fungsional (bukan model MAKP)
Kepala Ruangan
Pasien/klien
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik;
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan;
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
2. MAKP Tìm
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit
rawat jalan, dan unit gawat darurat. Konsep metode Tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di atasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
b. Pengarahan:
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
c. Pengawasan:
a. Melalui komunikasi: melakukan fungsi pengawasan dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun perawat pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien;
b. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
5) Audit keperawatan
Kepala ruangan
3. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
pasien pulang atau keluar dari rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
PP 1 PP 1
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2
Pasien Pasien
Perawat Primer
Pasien/Klien
Kelebihan:
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit
(Gillies, 1989).
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif (intensive care).
Kelebihannya:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yag cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yag sama.
Kepala Ruangan
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
4. D-3
Keperawatan
sebagai PA.
MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1.
II memberikan kasus dan sesuai patway/ intervensi
asuhan keperawatan tingkat standar repra oleh
keperawatan ketergantun (masalah spesialis.
profesional gan pasien. aktual dan 2.
tingkat II. 2. Spesialis risiko) masalah
keperawatn riset.
91:3 PP). 3.
3. Spesialis hasil riset.
keperawata
n (1:9-10
pasien).
4. Kep/perawa
t sebagai
PP.
MAKP Mampu Manajemen 1. Jumlah Clinical 1. Riset
III memberikan kasus. sesuai patway intervensi
asuhan tingkat oleh
keperawatan ketergantun spesialis.
profesional gan pasien. 2. Identifikasi
tingkat III. 2. Dokter masalah
keperawata riset.
n klinik 3. Pemanfaatan
(konsultas hasil riset
3. Spesialis
keperawata
n (1:3 PP).
4. Kep/perawa
t sebagai
PP.
D. Identifikasi pasien
1. Pengertian
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau
individu dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar, 2012).
Poerwadarminta (2007) berpendapat bahwa identifikasi adalah penentuan atau
penetapan identitas seseorang atau benda. Identifikasi adalah penerapan atau
penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap seseorang (Hamzah, 2008). Menurut
Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda pengenal diri, penentu atau
penetapan identitas seseorang dan pengenalan tanda-tanda atau karateristik suatu
hal berdasarkan pada tanda pengenal. Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu
identitas seseorang atau benda saat tertentu. sedangkan identifikasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pengecekan ulang data pasien sebelum
melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan pada pasien untuk kepentingan masa
perawatan sela dirumah sakit. Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua
cara untuk mengidentifikasi setidaknya memerlukan dua cara mengidentifikasi
pasien, Dalam hal ini nomor kamar atau lokasi tidak digunakan.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan ketelitiam identifikasi pasien, salah satu alat yang digunakan
adalah gelang identitas pasien. Ada beberapa tindakan atau prosedur yang
membutuhkan identifikasi pasien, yaitu pemberian obat-obatan, prosedur
pemeriksaan radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya
seperti transfuse darah, pengambilan sampel. Gelang identifikasi dibedakan
dalam beberapa warna dengan tujuan yang berbeda-beda, yaitu :
Pink : pasien dengan jenis kelamin perempuan
Biru : pasien dengan jenis kelamin laki-laki
Merah : semua pasien yang memiliki alergi obat
Kuning : semua pasien dengan risiko jatuh
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien (biru dan pink) untuk
mengidentifikasi pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor
rekam medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib
dicantumkan, yaitu: nama lengkap, umur, nomor rekam medis dan jenis alergi
pasien.
2. Tujuan
Tujuan dokumentasi keperawatan adalah menurut Serri (2010) adalah :
a) Sebagai bukti kualitas asuhan keperawatan
b) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban perawat kepada
klien
c) Menjadi sumber informasi terhadap perlindungan individu
d) Sebagai bukti aplikasi standar praktek keperawatan
e) Sebagai sumber informasi statistik untuk standar riset keperawatan
f) Dapat mengurangi biaya informasi terhadap pelayanan kesehatan
g) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan dalam dokumentasi
keperawatan yang lain sesuai dengan data yang dibutuhkan
h) Komunikasi konsep risiko asuhan keperawatan
i) Informasi untuk peserta didik keperawatan
j) Menjaga kerahasiaan informasi klien
k) Sebagai sumber data perencanaan pelayanan kesehatan dimana dimasa
yang akan datang.
3. Manfaat
Manfaat dokumentasi keperawatan menurut Serri (2010) adalah :
a) Bernilai hukum yaitu dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai
bukti dalam persoalan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada klien yang bersangkutan
b) Kualitas pelayanan yaitu memberi kemudahan dalam menyelesaikan
masalah pelayanan kesehatan sehingga tercapai pelayanan kesehatan yang
berkualitas
c) Sebagai alat komunikasi yaitu sebagai alat perekam terhadap masalah
yang berkaitan dengan klien
d) Terhadap keuangan yaitu sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
perawatan terhadap klien
e) Terhadap pendidikan yaitu sebagai bahan atau referensi pembelajaran
f) Terhadap penelitian sebagai bahan atau objek riset dalam pengembangan
profesi keperawatan
g) Untuk akreditasi sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana peran dan
fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
4. Standar Dokumentasi
Standar dokumentasi adalah pernyataan tentang kualitas dan kuantitas
dokumentasi dipertimbangkan secara baik untuk memperkuat pola pencatatan
dan sebagai petunjuk atau pedoman pendokumentasian dalam kegiatan
keperawatan ( Yustiana Olfah, 2016).
Tujuan standar dokumentasian keperawatan dibuat dengan tujuan untuk :
a) Mengetahui pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan
b) Mengetahui mutu asuhan keperawatan
c) Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
d) Meningkatkan kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan
e) Menurunkan biaya perawatan
f) Melindungi kepentingan pasien dan perawat
g) Dengan adanya standar dokumentasi ini perawat akan senantiasa
meningkatkan kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan
sehingga mutu asuhan keperawatan dapat terjamin ( Yustiana Olfah,
2016).
c) Standar 3 keamanan
Perawat melindungi informasi kesehatan klien dengan menjaga
kerahasiaan dan menyimpan informasi sesuai dengan prosedur yang
konsisten sesuai dengan standar professional dan etika berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang relevan.
Indicator perawat :
- Memastikan bahwa informasi perawatan klien yang relevan diambil
dalam catatan kesehatan klien, seperti yang didefinisikan oleh
kebijakan rumah sakit.
- Mempertahankan kerahasiaan informasi kesehatan klien, termasuk
password atau informasi yang diperlukan untuk mengakses catatan
kesehatan klien.
- Memahami dan mematuhi kebijakan, standar dan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan kerahasiaan, privasi dan keamanan
( Yustiana Olfah, 2016).
F. Perhitungan BOR dan LOS
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR menurut Arwani (2011) adalah “the ratio of patient service days
toinpatient bed count days in a period under consideration”.
Menurut Depkes RI (2015), BOR adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2015).
JUMLAH PASIEN
X 100
BOR =
JUMLAH TEMPAT TIDUR
2. Matrix SWOT
Menurut Rangkuti (2013), matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.
Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas :
1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar–besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threats)
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats)
Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3. Fishbone Analisis
Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai
sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang
mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis
apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah
proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup
manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.
a) Langkah-langkah.
1) Menyiapkan sesi sebab-akibat.
2) Mengidentifikasi akibat.
3) Mengidentifikasi berbagai kategori.
4) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5) Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama.
6) Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin.
b) Manfaat analisa tulang ikan.
Memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan.
Langkah-langkah penerapan :
Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan.
1. Analisa Tulang Ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 – 60
menit.
2. Peserta dibagi dalam kelompok, maksimum 6 orang per kelompok.
3. Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau
komponen pelayanan yang akan dianalisa.
4. Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
5. Buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini.
6. Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi diagram tulang
ikan.
Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah.
1. Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling
kanan diagram tulang ikan. Misalnya Laporan Anggaran Akhir bulan
terlambat.
Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.
1. Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi
"cabang". Setiap cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang ditulis.
2. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga
masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti :
a. Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Mesin, Materi,
Pengukuran.
b. Metode, Mesin, Material, Manusia - (4M).
c. Tempat (Place), Prosedur (Procedure), Manusia (People), Kebijakan
(Policy) - (4P).
d. Lingkungan (Surrounding), Pemasok (Supplier), Sistem (System),
Keterampilan (Skill) - (4S).
3. Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain
yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada
lebih dari 6 kotak.