Anda di halaman 1dari 22

SALINAN

tJI?[::;IDENI
REPLJ BL..I K ..It)ONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 16 TAHUN 2OL8
TENTANG

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 256 ayat (71


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Satuan Polisi Pamong Praja;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat {2) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun L945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 56791;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SATUAN POLISI
PAMONG PRAJA.

BAB I
q,D
PRESIDEN
REPIJBLIK IN DO N ESIA

-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut
Satpol PP adalah perangkat daerah yang dibentuk
untuk menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan
Kepala Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum
dan ketenteraman serta menyelenggarakan
pelindungan masyarakat.
2. Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Pol PP
adalah anggota Satpol PP sebagai aparat Pemerintah
Daerah yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dan
diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dalam
penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman serta pelindungan masyarakat.
3. Penyidik Pegawai Negeri Sipii yang selanjutnya
disingkat PPNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi
tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
atas ketentuan Peraturan Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda
atau yang disebut dengan nama lain adalah Perda
provinsi dan Perda kabupaten/kota.
5. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut
Perkada adalah peraturan gubernur dan peraturan
bupati/wali kota.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri.
BAB II
$-,D
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-
BAB II
PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI
Pasal 2
(l) Untuk menegakkan Perda dan Perkada,
menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketenteraman serta menyelenggarakan pelindungan
masyarakat di setiap provinsi dan kabupaten/kota
dibentuk Satpol PP.
(21 Pembentukan Satpol PP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Perda provinsi dan Perda
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 3
(1) Satpol PP provinsi dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada gubernur melalui
sekretaris daerah provinsi.
12) Satpoi PP kabupaten/kota dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada bupati/wali kota
melalui sekretaris daerah kabupaten/ kota.

Pasal 4
Tipologi dan struktur perangkat Satpol PP provinsi dan
Satpol PP kabupaten/ kota ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai perangkat daerah.

BAB III
TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG
Pasal 5
Satpol PP mempunyai tugas:
a. rnenegakkan Perda dan Perkada;

b. menyelenggarakan
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-4-
b. menyelenggarakan ketertiban umum dan
ketenteraman; dan
c. menyelenggarakan pelindungan masyarakat.

Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, Satpol PP mempunyai fungsi:
a. pen5rusunan program penegakan Perda dan Perkada,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
serta penyelenggaraan pelindungan masyarakat;
b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat;
c. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan
Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat dengan instansi terkait;
d. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau
badan hukum atas pelaksanaan Perda dan Perkada;
dan
e. pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yang
diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6, Satpol PP
berwenang:
a. melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap
warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada;

b. menindak
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-5-
b. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan
hukum yang mengganggu ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat;
c. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/ atau
Perkada; dan
d. melakukan tindakan administratif terhadap warga
masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang
melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau Perkada.

Pasal 8
(1) Dalam melaksanakan penegakan Perda Satpol PP
bertindak selaku koordinator PPNS di lingkungan
Pemerintah Daerah.
(2t Dalam melaksanakan penegakan Perda dan/atau
Perkada Satpol PP dapat berkoordinasi dengan
Tentara Nasionai Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia,
dan pengadilan yang berada di daerah provinsi/
kabupaten/kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (21
diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 9
(1) Penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan
Perda dilakukan oleh pejabat penyidik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2t Selain pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat ditunjuk PPNS yang terdiri atas unsur
PPNS Pol PP dan PPNS perangkat daerah lainnya.

(3) Penunjukan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
(3) Penunjukan PPNS sebagaimana dimaksud pada
ayat dilakukan oleh kepala Satpol PP.
(21
(4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberi
tugas untuk melakukan penyidikan terhadap
pelanggaran atas ketentuan Perda sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(s) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (41
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut
umum dan berkoordinasi dengan penyidik kepolisian
setempat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal l0
(1) Penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada oleh
Satpol PP dilaksanakan sesuai dengan standar
operasional prosedur dan kode etik.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar operasional
prosedur dan kode etik diatur dalam Peraturan
Menteri.

Pasal l1
Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat meliputi kegiatan:
a. deteksi dan cegah dini;
b. pembinaan dan penyuluhan;
c. patroli;
d. pengamanan;
e. pengawalan;
f. penertiban; dan
g. penanganan unjuk rasa dan ken:suhan massa.

Pasal 12
PRESIDEN
R EPUBL IK IN D ONESIA

-7 -

Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat, Satpol PP dapat meminta
bantuan personel dan peraiatan dari Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Tentara Nasionai Indonesia dalam
melaksanakan tugas yang memiliki dampak sosial yang
luas dan risiko tinggi.

Pasal 13
(1) Penyelenggaraan pelindungan masyarakat oleh Satpol
PP melibatkan masyarakat.
(21 Untuk efektivitas penyelenggaraan pelindungan
masyarakat, Satpol PP melakukan
pembinaan
terhadap masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1).

Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenterzrman masyarakat serta
penyelenggaraan pelindungan masyarakat diatur dalam
Peraturan Menteri.

BAB IV
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 15
(1) Anggota Satpol PP diangkat dari pegawai negeri sipil
yang memenuhi persyaratan.
(21 Pegawai negeri sipil Satpol PP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. pejabat pimpinan tinggi pratama;
b. pejabat administrasi; dan

c. pejabat
PRES I DEN
REPUBL.IK INDONESIA

-8-
c. pejabat fungsional Pol PP.
(3) Pegawai negeri sipil Satpol PP sebagaimana dimaksud
pada ayat (21 huruf b dan huruf c dapat memiliki
kualifikasi pejabat PPNS.

Pasal 16
Pejabat pimpinan tinggi pratama diangkat dari pegawai
negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan memiliki kualifikasi sebagai PPNS.

Pasal 17
Pejabat administrasi terdiri atas:
a. pejabat administrator;
b. pejabat pengawas; dan
c. pejabat pelaksana.

Pasal 18
Pejabat fungsional Pol PP diangkat dan diberhentikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19
(1) Pol PP wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan
dasar.
(21 Selain mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat
fungsional Pol PP dan pejabat PPNS wajib mengikuti
dan lulus pendidikan dan pelatihan teknis dan
fungsional.
(3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dasar,
teknis, dan fungsional dilaksanakan oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.

(4) Pemerintah . .
PRESIiffI..J
REPUBL . II.IDOI.JESIA

-9-
(4) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan
berkoordinasi dengan Menteri.
(s) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan
pelatihan dasar, teknis, dan fungsional diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 20
Pegawai negeri sipil Satpol PP wajib:
a. menjunjung tinggi hak asasi manusia;
b. menaati peraturan perundang-undangan dan kode
etik serta nilai agama dan etika;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif; dan
d. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

BAB V
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 21
Pemerintah Daerah wajib:
a. memenuhi hak pegawai negeri sipii Satpol PP;
b. menyediakan sarana dan prasarana minimal
Satpol PP; dan
c. melakukan pembinaan teknis operasional.

Pasal22
Hak pegawai negeri sipil Satpol PP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf a meliputi:
a. jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian, dan bantuan hukum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.pengembangan...
PRESIDEN
REPUELIK IN DON ESIA

-10-
b. pengembangan kompetensi, keahlian, dan karier; dan
c. hak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 23
Sarana dan prasarana minimal Satpol PP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 huruf b meliputi:
a. gedung kantor;
b. kendaraan operasional; dan
c. perlengkapanoperasional.

Pasal 24
Perlengkapan operasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. perlengkapanperorangan;
b. perlengkapanberegu;
c. perlengkapan patroli; dan
d. perlengkapan penegakan Perda dan Perkada.
Pasal 25
(1) Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf c dilakukan oleh kepala daerah
kepada Satpol PP dalam penegakan Perda dan
Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat.
(21 Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan:
a. pembinaan etika profesi;
b. koordinasi Satpol PP;
c. pengembanganpengetahuan dan keterampilan;
d. manajernen penegakan Perda dan perkada;

e. peningkatan
PRES IDEt.I
REPUBLIK INDONESIA

_ 11_

e. peningkatan kualitas pelayanan Satpol PP; dan


f. peningkatan kapasitas kelembagaan.

Pasal 26

Pendanaan pemenuhan hak pegawai negeri sipil Satpol PP,


penyediaan sarana dan prasarana minimal Satpol PP, dan
pembinaan teknis operasional Satpol PP dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/
kabupaten/kota.

Pasal27
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan hak pegawai
negeri sipil Satpol PP, penyediaan sarana dan prasarana
minimal Satpol PP, dan pembinaan teknis operasional
Satpol PP diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VI
KOORDINASI

Pasal 28
(1) Kepala Satpol PP provinsi mengoordinasikan
penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman serta
penyelenggaraan pelindungan masyarakat di
kabupaten/kota.
(2) Kepala Satpol PP kabupaten/kota berkoordinasi
dengan camat, dan/atau instansi terkait serta
Satpol PP provinsi dalam penegakan perda dan
Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat.

Pasal 29 . .
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

-t2-
Pasal 29
(1) Dalam pelaksanaan koordinasi tugas Satpol PP secara
nasional, Menteri menyelenggarakan rapat koordinasi
nasional Satpol PP.
(21 Dalam pelaksanaan koordinasi tugas Satpol PP tingkat
provinsi, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
menyelenggarakan rapat koordinasi Satpol PP
kabupaten/kota di wilayah provinsi.

BAB VII
PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGHARGAAN,
DAN PELAPORAN
Pasal 30
(1) Pembinaan dan pengawasan umum terhadap
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
penegakan Perda dan Perkada, ketertiban umum dan
ketenteraman serta pelindungan masyarakat yang
dilaksanakan oleh Satpol PP dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2t Pendanaan pembinaan dan pengawasan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 31
(1) Dalam penyelenggaraan penegakan Perda dan
Perkada, ketertiban umum dan kete nteraman serta
pelindungan masyarakat, Menteri dapat memberikan
penghargaan kepada:
a. gubernur dan bupati/wali kota;
b. Satpol PP provinsi dan kabupaten/kota; dan

c. pegawai
PRESIOEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-13-
c. pegawai negeri sipil Satpol PP provinsi dan
kabupaten/kota.
(2t Penghargaan diberikan didasarkan pada
pertimbangan profesionalitas, penghormatan hak
asasi manusia, kinerja, disiplin, dan integritas.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghargaan diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 32
(1) Gubernur menyampaikan laporan penyelenggaraan
penegakan Perda dan Perkada, ketertiban umum dan
ketenteraman serta pelindungan masyarakat kepada
Menteri secara berkala.
(2t Bupati/wali kota menyampaikan laporan
penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada,
ketertiban umum dan ketenteraman serta
pelindungan masyarakat kepada gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat secara berkala.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (21 disampaikan melalui sistem informasi
pelaporan.
(4t Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi
pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33
Pejabat pimpinan tinggi pratama Satpol PP yang belum
memiliki kualifikasi PPNS sebelum Peraturan Pemerintah
ini berlaku wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan PPNS paiing lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

BAB IX
PRE-S ID EN
REPUELIK INDONfSIA

-14-
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34

ini mulai berlaku, semua


Pada saat Peraturan Pemerintah
peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2O7O tentang Satuan Polisi Pamong Praja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OlO
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5094) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini.

Pasal 35
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2OLO tentang
Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OlO Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5094) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 36
Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah ini
harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung
sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan.

Pasal 37
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Mei 2018
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Mei 2018
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 72

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Asist ti Bidang Pemerintahan Dalam Negeri
, Deputi Bidang Hukum
.ng-undangan,
:{
L,
Trihastuti Sukardi
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ESIA

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2OI8

TENTANG

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

I. UMUM
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah mengatur bahwa Satpol PP dibentuk untuk menegakkan Perda
dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman
serta menyelenggarakan pelindungan masyarakat. Ketentuan Pasal 256
ayat (71 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang Pemerintahan
Daerah dimaksud mengamanatkan pengaturan tebih lanjut mengenai
Satpol PP diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Satpol PP sebagai perangkat daerah, mempunyai peran yang
sangat strategis dalam memperkuat otonomi daerah dan pelayanan
publik di daerah. Untuk menjamin terlaksananya tugas Satpol PP dalam
penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketenteraman serta pelindungan masyarakat perlu dilakukan
peningkatan, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya manusia.
Selain itu, keberadaan Satpol PP dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah diharapkan dapat membantu adanya kepastian hukum dan
memperlancar proses pembangunan di daerah.
Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai pembentukan dan
organisasi, tugas, fungsi, dan wewenang, sumber daya manusia,
kewajiban Pemerintah Daerah, koordinasi, pembinaan, pengawasan,
penghargaan, dan pelaporan serta pengaturan kualifikasi PPNS untuk
pejabat pimpinan tinggi pratama Satpol PP.

II. PASAL
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-2-
II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "menyelenggarakan ketertiban
umum dan ketenteraman" adalah upaya dan kegiatan yang
diselenggarakan Satpol PP yang memungkinkan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dapat
melakukan kegiatannya dalam situasi dan kondisi yang
tenteram, tertib, dan teratur sesuai dengan kewenangannya
dalam rangka penegakan Perda dan Perkada.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Yang dimaksud dengan "penyusunan program" adalah
Satpol PP membuat perencanaan dan program yang berisi
kegiatan, sasaran, dan target pencapaian penyelenggaraan
penegakan Perda dan Perkada, ketertiban umum dan
ketenteraman serta pelindungan masyarakat.

Huruf b .
FFl[:JIDEI\
REPUI][-IK INII)ONESIA

-3-
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "instansi terkait" antara lain Tentara
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Kejaksaan Republik Indonesia, dan pengadilan yang berada
di daerah provinsi atau kabupaten/kota.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasai 7
Huruf a
Yang dimaksud dengan "tindakan penertiban non)rustisial"
adalah tindakan yang dilakukan oleh Pol PP dalam rangka
menjaga dan/atau memulihkan ketertiban umum dan
ketenteraman masyarakat terhadap pelanggaran Perda
dan/atau Perkada sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan tidak sampai pada proses
peradilan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "menindaP adalah melakukan
tindakan hukum terhadap pelanggaran Perda untuk
diproses melalui peradilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "tindakan penyelidikan" adalah
tindakan Pol PP yang tidak menggunakan upaya paksa
dalam rangka mencari data dan informasi tentang adanya
dugaan pelanggaran Perda dan/atau Perkada, antara lain
mencatat, mendokumentasi, atau merekam kejadian/
keadaan serta meminta keterangan.

Huruf d. . .
PRESIDEN
REPUBLiK INDONESIA

-4-
Huruf d
Yang dimaksud dengan otindakan administratil" adalah
tindakan berupa pemberian surat pemberitahuan dan/atau
surat teguran/ surat peringatan terhadap pelanggaran
Perda dan/ atau Perkada.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Pelindungan masyarakat antara lain dilakukan melalui
pembantuan pencegahan dan penanggulangan bencana
dan kebakaran, pembantuan keamanan masyarakat, dan
pembantuan kegiatan sosial kemasyarakatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
$*D
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-5-
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29 .
PRES IDEI{
REPIJRI..IK INDONESIA

-6-
Pasal 29
Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "rapat koordinasi nasional Satpol PP'


adalah wadah koordinasi bagi Menteri dengan kepala Satpol
PP provinsi dalam rangka membahas permasalahan,
identifikasi permasalahan, penyelesaian pernasalahan serta
perumusan dan sinkronisasi kebijakan operasional
penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada, ketertiban
umum dan ketenteraman serta pelindungan masyarakat.
Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "rapat koordinasi Satpol PP


kabupaten/kota di wilayah provinsi" adalah wadah koordinasi
bagr gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dengan kepala
Satpol PP provinsi dan kepala Satpol PP kabupaten/kota
dalam satu wilayah provinsi dalam rangka membahas
permasalahan, identifikasi permasalahan, penyelesaian
permasalahan serta perumusan dan sinkronisasi kebijakan
operasional penyelenggaraan penegakan Perda dan Perkada,
ketertiban runum dan ketenteraman serta pelindungan
masyarakat.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 3 1

Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
FRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA

-7 -

Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jeias.

TAMBAHAN LEMBAMN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6205

Anda mungkin juga menyukai