Anda di halaman 1dari 33

PERAN NUTRISI TERHADAP PERGERAKAN GIGI

MATA KULIAH FISIOLOGI ORAL

Disusun oleh:
Ishlahil Akmalia (160321210008)
Leni Paramita (160321210011)

Dosen Pembimbing:
Dr. Sri Tjahajawati, drg., M.Kes, AIFM

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONTI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
2.1 Pergerakan Gigi.............................................................................................2
2.1.1 Teori Pergerakan Gigi.............................................................................2
2.1.2 Jenis Pergerakan Gigi.............................................................................5
2.1.3 Mekanisme Pergerakan Gigi...................................................................8
2.2 Nutrisi..........................................................................................................12
2.2.1 Fungsi Nutrisi........................................................................................13
2.2.2 Macam-Macam Nutrisi.........................................................................14
2.2.3 Mekanisme Penyerapan Nutrisi............................................................17
2.3. Mekanisme Hubungan Nutrisi terhadap Pergerakan Gigi..........................18
2.3.1 Peran Protein dalam Pergerakan Gigi Ortodontik................................18
2.3.2 Peran Lipid dalam Pergerakan Gigi Ortodontik...................................19
2.3.3 Peran Vitamin C dalam Pergerakan Gigi Ortodontik...........................19
2.3.4 Peran Vitamin D dalam Pergerakan Gigi Ortodontik...........................21
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................23
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pergerakan Tipping 5

Gambar 2.2 Pergerakan Bodily 6

Gambar 2.3 Pergerakan Rotasi 6

Gambar 2.4 Pergerakan Vertikal 7

Gambar 2.5 Pergerakan Torque 8

Gambar 2.6 Jenis- Jenis Nutrisi 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN
Perawatan ortodonti adalah bentuk perawatan dalam bidang kedokteran

gigi yang berperan penting untuk memperbaiki susunan gigi sehingga dapat

meningkatkan kemampuan pengunyahan, berbicara, dan penampilan. Perawatan

ortodonti dapat dilakukan dengan menggerakan gigi yang ada pada rongga mulut

(Iskandar, 2010).

Pada proses pergerakan gigi ortodonti terjadi perubahan pada jaringan gigi

dan paradental, termasuk pulpa gigi, ligamen periodontal, tulang alveolar dan

gingiva. Paparan mekanik dengan berbagai tingkat besar, frekuensi, dan durasi

menghasilkan perubahan makroskopik dan mikroskopik yang luas dalam jaringan

ini (Krishnan, 2009). Pergerakan gigi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti

kesehatan periodontal, kebersihan mulut, nutrisi, dll (Shenava, 2014).

Nutrisi penting untuk seluruh proses metabolisme di dalam tubuh. Nutrisi

sangat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ tubuh,

termasuk tulang dan gigi. Terdapat beberapa zat yang berperan penting dalam

tubuh seperti protein yang mengandung banyak asam amino menjadi unsur

pembangun struktur jaringan tubuh, kalsium yang merupakan mineral penting

yang berperan dalam seluruh proses metabolisme tulang dan gigi, serta vitamin

(Aryati, 2014). Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maka akan dibahas

lebih lanjut mengenai peran nutrisi terhadap pergerakan gigi dalam makalah ini.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pergerakan Gigi

Sebelum seorang dokter gigi melakukan perawatan ortodonti, dokter gigi

sebaiknya mengerti mengenai pergerakan gigi. Dalam menggerakan gigi dari

keadaan malposisi ke posisi yang diinginkan dibutuhkan kekuatan ortodonti

tertentu untuk mendapatkan reaksi jaringan sebaik mungkin. Pada saat gigi

bergerak, terdapat gaya mekanis menyebabkan daerah sekitar gigi terbagi menjadi

dua daerah yaitu daerah tekanan dan daerah regangan. Pada daerah tekanan, gaya

mekanis akan merangsang osteoklas untuk melakukan resorpsi tulang alveolar.

Dilain pihak, pada daerah regangan akan terjadi pembentukan tulang alveolar baru

yang dilakukan oleh osteoblas. Kedua proses ini selain tergantung dari faktor

lokal daerah tersebut (seperti hormon atau mediator lainnya) juga sangat

dipengaruhi oleh besarnya gaya yang diterima. Gaya yang kecil menyebabkan

resorpsi dan pembentukan tulang alveolar baru sangat kecil ataupun tidak terjadi,

sedangkan gaya yang terlalu besar dapat mengaktifasi lebih dominan kerja

osteoklas untuk meresorpsi dibanding kerja osteoblas dalam pembentukan tulang

alveolar, sehingga resorpsi yang terjadi berlebihan (underminning resorption)

(Graber, 2000).

2
2.1.1 Teori Pergerakan Gigi

Terdapat beberapa teori pergerakan gigi. Teori yang umum digunakan saat

ini adalah pressure tension theory. Lebih dari 100 tahun yang lalu Sandstedt,

Oppenheim dan Scwharz menyatakan bahwa jika gigi mendapatkan gaya

ortodonsia maka akan terjadi daerah tekanan dan regangan. Daerah tekanan adalah

daerah periodonsium yang mengalami tekanan karena gigi bergerak mendekat dan

daerah tarikan adalah daerah periodonsium yang mengalami tarikan karena gigi

bergerak menjauh. Daerah tekanan akan mengalami resorpsi tulang sedangkan

daerah tarikan akan mengalami aposisi tulang (Meikle, 2006).

Dengan kekuatan yang besar, jaringan periodontal dikompresi, yang

menyebabkan trombosis kapiler, kematian sel, dan produksi lokal daerah bebas sel

disebut hialinisasi (karena penampilan glasslike yang menyerupai hialin tulang

rawan secara histologis). Pada daerah tersebut, resorpsi osteoklas dari dinding

alveolar yang berdekatan tidak terjadi secara langsung, tapi diprakarsai oleh

proses yang disebut oleh Sandstedt sebagai undermining resorption dari ruang

sumsum terdekat (Krishnan and Davidovitch, 2006).

Penelitian histologis klasik tentang pergerakan gigi oleh Sandstedt (1904),

Oppenheim (1911), dan Schwarz (1932) menyebabkan mereka berhipotesis

bahwa gigi bergerak dalam ruang periodontal dengan menghasilkan sisi tekanan

dan sisi tarikan. Hipotesis pada sisi tekanan, ligament periodontal (PDL)

menampilkan disorganisasi dan berkurangnya produksi serat. Di sini, replikasi sel

menurun tampaknya karena penyempitan pembuluh darah. Di sisi tarikan,

stimulasi diproduksi oleh peregangan hasil serat bundel PDL di peningkatan

3
replikasi sel. Aktivitas proliferasi ditingkatkan mengarah pada akhirnya ke

peningkatan produksi serat. Schwarz menyatakan lebih lanjut, dengan

menghubungkan respon jaringan terhadap besarnya tekanan yang diaplikasikan

dengan tekanan darah kapiler. Dapat disimpulkan bahwa tekanan disampaikan

sebagai bagian dari terapi ortodonsia tidak boleh melebihi tekanan darah kapiler

(20-25 g/cm2 dari permukaan akar) (Krishnan and Davidovitch, 2006).

Jika melebihi tekanan ini, kompresi dapat menyebabkan nekrosis jaringan.

Penerapan tingkat kekuatan yang lebih besar akan menghasilkan kontak fisik

antara gigi dan tulang, menghasilkan resorpsi di bidang tekanan dan undermining

resorption atau hialinisasi dalam ruang sumsum yang berdekatan. Ada jelas

gangguan serat kolagen dalam PDL, dengan bukti kerusakan sel dan jaringan.

Tanda pertama dari hialinisasi adalah adanya inti pyknotic dalam sel, diikuti oleh

bidang aselular, atau zona sel- bebas. Resolusi masalah dimulai ketika unsur-

unsur selular seperti makrofag, giant cell bodies, dan osteoklas dari daerah yang

berdekatan rusak menyerang jaringan nekrotik. Sel-sel ini juga mengisap bagian

bawah tulang berbatasan langsung dengan wilayah nekrotik PDL dan keluarkan

bersama-sama dengan jaringan nekrotik. Proses ini dikenal sebagai undermining

resorption (Krishnan and Davidovitch, 2006).

Setelah beberapa hari elemen seluler dari daerah PDL yang lain mulai

memasuki jaringan yang rusak. Osteoklas terbentuk pada ruang sumsum tulang di

dekatnya dan mulai merusak tulang di sekeliling daerah nekrotis sehingga disebut

juga undermining resorption. Bila terjadi hialinisasi dan undermining resorption

maka pergerakan gigi akan melambat. Hal ini mungkin disebabkan oleh

4
lambatnya stimulasi pembentukan osteoklas pada sumsum tulang dan lebih

tebalnya tulang yang harus diresorpsi. Pergerakan gigi yang simultan terjadi pada

resorbsi frontal, sedang pada pemberian tekanan yang besar, pergerakan gigi

seperti melompat (Krishnan and Davidovitch, 2006).

2.1.2 Jenis Pergerakan Gigi

Menurut Mulyani (1996) pergerakan gigi terdiri dari pergerakan tipping,

bodily atau translasi, rotasi, vertical, dan torque. Pergerakan tipping (gambar 2.1)

adalah pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat ditegakkan dan gigi yang

tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan hasil yang baik juga oklusi yang

harmonis sesuai dengan bentuk lengkung gigi. Tipe pergerakan ini merupakan

yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Tekanan ortodonsia diaplikasikan

pada satu titik di mahkota gigi yang menyebabkan gigi miring menjauhi arah

tekanan. Mahkota gigi bergerak searah dengan gaya sedangkan apeks gigi

bergerak dalam arah yang berlawanan (Balajhi, 2006).

Gambar 2.1 Pergerakan Tipping

5
Pergerakan bodily (gambar 2.2) adalah pergerakan translasi menyeluruh

dari sebuah gigi ke posisi yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak

dalam jumlah yang setara. Tekanan harus diaplikasikan pada daerah mahkota

yang lebar dan setiap pergerakan tilting harus dibatasi. Pergerakan bodily

mengakibatkan resorpsi tulang terjadi pada daerah tekanan dan pembentukan

tulang terjadi pada daerah tarikan (Balajhi, 2006).

Gambar 2.2 Pergerakan Bodily

Pergerakan rotasi (gambar 2.3) adalah gerakan gigi berputar di sekeliling

sumbu panjangnya. Rotasi merupakan suatu penjangkaran gigi yang paling rumit

dilakukan dan sukar untuk dipertahankan. Rotasi gigi dalam soketnya

membutuhkan aplikasi tekanan ganda. Pergerakan rotasi ini dapat diperoleh

dengan memberikan kekuatan pada satu titik dari mahkota dan stop untuk

mencegah bergeraknya bagian mahkota yang lain (Balajhi, 2006).

6
Gambar 2.3 Pergerakan Rotasi

Pergerakan vertikal (gambar 2.4) ada dua jenis yaitu pergerakan ekstrusi

dan intrusi dimana kedua pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan arah yang

berlawanan. Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar

mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan

deposisi tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme

pendukung gigi. Pada umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada

seluruh struktur pendukung (Balajhi, 2006).

Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus. Intrusi

gigi menyebabkan resorpsi tulang, terutama di sekitar apeks gigi. Dalam

pergerakan ini, terjadi daerah tekanan pada seluruh struktur jaringan pendukung,

tanpa adanya daerah tarikan (Balajhi, 2006).

7
Gambar 2.4 Pergerakan Vertikal Ekstrusi dan Intrusi

Pergerakan torque (gambar 2.5) adalah pergerakan akar gigi dengan hanya

sedikit pergerakan mahkota. Pergerakan torque mengakibatkan pada daerah

tekanan akan terjadi resorpsi jaringan dan pada daerah tarikan terjadi aposisi yang

Gambar 2.5 Pergerakan Torque

2.1.3 Mekanisme Pergerakan Gigi

Pergerakan gigi yang diinduksi dengan pemberian gaya mekanis oleh alat

ortodonsia mempunyai 3 fase dalam proses pergerakan gigi. Fase tersebut adalah

initial phase, lag phase dan postlag phase. Pada fase inisial dikarakteristikkan

sebagai pergerakan secara cepat dan terjadi segera setelah aplikasi gaya pada gigi.

Laju fase ini sebagian besar dihubungkan dengan displacement gigi pada celah

8
ligament periodontal. Segera setelah fase ini, maka akan terjadi lag phase, fase ini

berkebalikan dengan fase sebelumnya yang mempunyai laju yang rendah bahkan

sama sekali tidak terjadi pergerakan gigi. Hialinisasi ligament periodontal pada

daerah tekanan merupakan tanda utama dari fase ini dan tidak terjadi pergerakan

gigi sampai sel-sel osteoklas secara lengkap menghilangkan semua jaringan

nekrotik. Pada fase ketiga akan terjadi laju pergerakan secara gradual atau

meningkat secara tiba-tiba (Dolce et al, 2002).

Reaksi selular dan jaringan mulai pada initial phase segera terjadi setelah

gaya mekanis diaplikasikan. Gaya mekanis tersebut menyebabkan tekanan dan

peregangan pada serabut ligamen periodontal serta sel-sel pada daerah ligamen

periodontal didaerah tekanan dan regangan. Proses kompleks ini mengawali

rekruitmen dari progenitor osteoklas dan osteoblas, seperti dimulainya

ekstravasasi dan kemotraksi sel-sel radang. Keberadaan daerah hialinisasi di

daerah tekanan pada fase awal sudah dilaporkan pada beberapa penelitian (Dolce

et al, 2002).

Perubahan deformasi pada tulang alveolar yang diakibatkan gaya mekanis

akan di respon oleh osteosit, yang merupakan sel yang sensitif dan sebagai

mekanoreseptor pada tulang. Sel ini dalam merespon gaya mekanis dengan cara

meningkatkan ekspresi glucose-6-phosphatase dehydrogenase, Huridine, c-fos dan

insulin-like growth factor-1. Sehingga akan memicu reaksi-reaksi inflamasi

selanjutnya (Meikle, 2006).

Krishnan and Davidovitch (2006) menyebutkan bahwa fase awal

pergerakan gigi secara ortodonsia selalu melibatkan respons inflamasi akut yang

9
ditandai oleh vasodilatasi kapiler dan migrasi leukosit ke kapiler. Sel-sel yang

bermigrasi ini memproduksi berbagai sitokin. Sitokin ini merangsang sintesis dan

sekresi berbagai substansi untuk sel target seperti prostaglandin, growth factor dan

berbagai sitokin.

Inflamasi akut yang terjadi merupakan initial phase dan bersifat eksudatif.

Satu sampai dua hari kemudian fase inflamasi akut menjadi inflamasi kronik

bersifat proliferatif yang melibatkan fibroblas, sel-sel endotel, osteoblas dan sel-

sel tulang alveolar. Selama periode ini leukosit terus bermigrasi ke jaringan

paradental dan mengatur proses remodeling (Capelli, 2010).

Keterkaitan inflamasi akut pada fase awal pergerakan gigi juga

dikemukakan oleh Dolche (2002), yang menyebutkan bahwa respon inflamasi

akut adalah gambaran khas pada fase awal pergerakan gigi secara ortodonsia.

Sitokin yang dikeluarkan oleh mononocluer cells sebagai mediator kimiawi yang

berinteraksi dengan sel-sel tulang secara langsung ataupun tidak langsung. IL-1

dapat meningkatkan sintesis dan sekresi beberapa substansi termasuk

prostaglandin ataupun growth factors lainnya. PG dapat menstimulasi resorbsi

tulang dan meningkatkan laju pergerakan gigi secara ortodonsia

Lag phase dipresentasikan sebagai pergerakan yang terhenti, dimana

terjadi rekruitmen sel-sel dan persiapan mikroenvironmen bagi ligamen

periodontal dan tulang untuk mengalami remodeling. Fase ini terjadi ketika

osteoklas sudak terekrut dan osteblas teraktivasi (Dolce, 2002).

Gambaran fase kedua ini sejalan dengan Krishnan and Davidovitch (2006)

yang menyatakan bahwa fase kedua pada daerah tekanan dikenali dengan

10
terjadinya penampakan susunan serabut ligament periodontal yang abnormal.

Gangguan aliran darah akibat terjadinya distorsi ini akan membawa pembentukan

area hialinisasi dan terhentinya pergerakan gigi. Pembersihan jaringan nekrotik

dan resopsi tulang yang berasal dari daerah alveolar bone marrow (indirect

resorption) dan dari arah ligament periodontal yang normal (undermining

resorption) memungkinkan dimulainya kembali pergerakan gigi. Proses

komprehensif ini membutuhkan perekrutan sel-sel fagosit seperti makrofag,

foreign body giant cells, dan osteoklas yang berasal dari daerah yang berbatasan

dengan ligamen periodontal yang belum rusak dan kavitas alveolar bone marrow.

Sel-sel ini beraktifitas secara bersamaan menghilangkan jaringan nekrotik dari

ligament periodontal dan yang berbatasan dengan tulang alveolar pada daerah

tekanan. Pada daerah regangan, quiescent osteoblasts (bone surface lining cells)

akan membesar dan mulai memproduksi matrik tulang baru (osteoid). Progenitor

osteoblast baru berasal dari populasi fibroblast-like cells (pericytes) disekitar

kapiler ligament periodontal. Sel preosteoblas ini akan berproliferasi dan migrasi

kearah permukaan tulang alveolar melalui serat-serat Sharpey’s secara simultan,

dilanjutkan fibroblast pada daerah regangan memulai multifikasi dan remodeling

matriks disekitarnya (Henneman, 2008).

Pernyataan ini didukung oleh Bien dalam fluid dynamic theory 8 yang

menyatakan bahwa aplikasi gaya eksternal pada gigi menyebabkan terjadinya

pergerakan cairan di dalam kanalikuli. Ketika cairan kanalikuli berkurang,

terjadilah apoptosis osteosit yang terdapat dalam tulang kemudian akan menarik

osteoklas sehingga terjadi resorbsi tulang (Meikle, 2006).

11
Pada fase lanjut pergerakan gigi secara ortodonsia, juga dikenal sebagai

fase akselerasi dan linear. Pada daerah tekanan gigi menunjukkan serat kolagen

tanpa orientasi yang tepat. Permukaan tulang yang tidak beraturan ditemukan

yang mengindikasikan terjadinya resorpsi langsung atau frontal. Namun, pada

beberapa penelitian terbaru ditunjukkan bahwa zona hialinisasi pada daerah

tekanan terjadi pada tahap ini khususnya pada daerah yang diaplikasikan gaya

yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan dan penghilangan daerah

nekrotik merupakan proses yang terjadi secara terus menerus atau lebih dari satu

kejadian selama pergerakan gigi. Selain itu juga menunjukkan bahwa resopsi

tulang pada daerah tekanan bukan merupakan reaksi terhadap gaya tetapi terjadi

untuk menghilangakan jaringan tulang iskemik yang berdekatan dengan jaringan

hialinisasi. Resorpsi tulang langsung (Dolce et al, 2002).

Selain itu, dalam pressure tension theory (Meikle, 2006) menyebutkan

bahwa bila terjadi hialinisasi dan undermining resorption maka pergerakan gigi

akan melambat. Hal ini mungkin disebabkan oleh lambatnya stimulasi

pembentukan osteoklas pada sumsum tulang dan lebih tebalnya tulang yang harus

diresorpsi. Pergerakan gigi yang simultan terjadi pada resorbsi frontal, sedang

pada pemberian tekanan yang besar, pergerakan gigi seperti melompat. Sedangkan

Farrar dalam “Bone Bending dan Piezoelectric theory” (Meikle,2006).

menyatakan bahwa pada saat gigi diberi tekanan, tulang alveolar di sekitarnya

akan mengalami tekukan. Daerah yang cekung diasosiasikan dengan arus negative

dan menyebabkan deposisi tulang sedangkan daerah yang cembung diasosiasikan

dengan arus positif dan menyebabkan resorbsi tulang.

12
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Mekanisme pergerakan

gigi secara ortodonsia mempunyai tiga fase yaitu initial phase¸ lag phase dan

postlag phase. Ketiga fase tersebut terjadi secara berkesinambungan, sehingga

bila terjadi gangguan pada salah satu fase maka proses pergerakan gigi juga

terganggu

2.2 Nutrisi

Kata nutrisi berasal dari kata “nutrition” yang di Indonesia lebih dikenal

dengan sebutan “gizi” yang memiliki makna sebagai makanan yang menyehatkan

(Dyah, 2018). Nutrisi atau zat gizi terdapat dalam asupan makanan yang

dikonsumsi. Namun tidak semua makanan yang dikonsumsi mengandung nutrisi

yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang proses pertumbuhan dan

perkembangan

Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia

menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,

pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara

asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah salah satu komponen

penting yang menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa

tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat,

lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi,

maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat (Hidayat, 2006).

13
2.2.1 Fungsi Nutrisi

Nutrisi berfungsi menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerak dan fungsi

fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel-sel

tubuh dan sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh. Nutrisi adalah elemen yang

dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh (Hidayat, 2006). Kebutuhan energi

didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin,

dan mineral (Potter and Perry, 2010).

Menurut Santoso (2009) terdapat 5 fungsi nutrisi yaitu sebagai sumber

energi dan tenaga, jika fungsi ini terganggu orang akan menjadi kurang geraknya

atau kurang giat dan merasa cepat lelah. Fungsi selanjutnya adalah untuk

menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah

ada. Fungsi ketiga adalah memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau

aus terpakai, yaitu mengganti sel yang nampak jelas pada luka tubuh yaitu

terjadinya jaringan penutup luka. Nutrisi penting juga untuk mengatur

metabolisme dan berbagi keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan air,

asam basa dan mineral). Nutrisi berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

terhadap berbagai penyakit sebagai anti oksidan dan antibodi lainnya.

2.2.2 Macam-Macam Nutrisi

Nutrisi yang dibutuhkan tubuh secara umum dapat dikelompokkan

menjadi lima,yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

14
Gambar 2.6 Jenis-Jenis Nutrisi

1. Karbohidrat

Fungsi utama karbohidrat adalah untuk menyediakan sumber tenaga utama

bagi tubuh berbentuk energi. 1gram karbohidrat dapat memberikan energi sebesar

4 7 kilokalori (Kal). Karbohidrat dalam bentuk glukosa merupakan satusatunya

sumber energy yang bagi otak dan sistem saraf. Karbohidrat disimpan sebagai

cadangan energi dalam tubuh dengan bentuk glikogen yang kemudian disimpan

dalam hati dan otot. Karbohidrat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu karbohidrat

sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana (fruktosa, glukosa,

dan laktosa) dapat dijumpai dalam gula, susu dan buah-buahan. Sedangkan

karbohidrat kompleks dapat ditemukan dalam gandum, sayuran berserat, sereal,

nasi, oat dan lain sebagainya (Boyle, 2010).

2. Protein

Protein adalah komponen utama protoplasma di dalam sel, selain ia dapat

menjadi sumber energy, protein juga berperan penting dalam proses pertumbuhan.

15
Protein dapat berperan dalam pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh,

serta proses regenerasi jaringan. Pada masa pertumbuhan. komponen protein di

dalam tubuh meningkat dari 14,6% menjadi 18- 19% saat berusia 4 tahun.

Estimasi kebutuhan protein pada masa pertumbuhan sekitar 1-4g/kg BB (Boyle,

2010).

3. Lemak

Lemak dapat memberikan 40-50% energi yang dikonsumsi oleh bayi.

Lemak menyediakan sekitar 60% energi yang diperlukan tubuh selama

beristirahat. Meskipun karbohidrat dan protein yang berlebih dapat diubah dalam

bentuk lemak, namun lemak tidak dapat diubah dalam bentuk karbohidrat dan

protein. Lemak sebagai komponen utama 9 pembentuk membran sel. Lemak juga

dapat membantu penyerapan dan penyimpanan vitamin larut lemak, seperti

vitamin A, D, E dan K. Asam lemak esensial, seperti asam lemak omega 3 dan

omega 6 merupakan 8 zat nutrisi penting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan

otak. Namun, asam lemak ini diperoleh dari luar, tidak disintesis sendiri oleh

tubuh (Boyle, 2010).

4. Vitamin

Vitamin merupakan salah satu zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah

yang kecil. Meskipun jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, asupan

vitamin tetap harus dipenuhi setiap harinya.  Vitamin tidak seperti beberapa zat

lain yang bisa dihasilkan oleh tubuh. Tubuh kita tidak bisa menghasilkan vitamin

yang artinya asupan zat ini berasal dari luar tubuh.  Kekurangan vitamin bisa

16
menimbulkan beragam gangguan kesehatan dan dapat menghambat tumbuh

kembang. Terdapat dua jenis vitamin berdasarkan kelarutannya. Jenis tersebut

adalah vitamin yang bisa larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang

larut dalam lemak seperti vitamin D, E, A, dan K disimpan di jaringan lemak dan

hati.  Vitamin tersebut dapat disimpan di dalam tubuh selama berhari-hari hingga

berbulan-bulan. Vitamin yang laut dalam air Berbeda dengan vitamin yang larut

dalam lemak, vitamin yang larut dalam air tidak bisa disimpan lama dalam tubuh. 

Sisa vitamin yang tidak terserap tubuh akan dikeluarkan melalui urine. Vitamin

yang larut dalam air adalah Vitamin C dan vitamin B kompleks tubuh (Boyle,

2010).

5. Mineral

Secara garis besar, mineral yang dibutuhkan tubuh terbagi menjadi dua

jenis, yaitu makro mineral dan mikro mineral. Makro mineral merupakan jenis

mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar, sedangkan mikro mineral

merupakan jenis mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit (Boyle,

2010).

2.2.3 Mekanisme Penyerapan Nutrisi

Enzim pencernaan secara kimiawi akan memecah molekul makanan

kompleks menjadi lebih sederhana, kemudian cairan empedu membantu proses

pencernaan mekanis yang memecah lemak sehingga menjadi partikel yang lebih

kecil. Ketika makanan melalui usus duabelas jari, berarti proses pencernaan

17
selesai. Proses berikutnya adalah penyerapan. Penyerapan makanan umumnya

terjadi dalam usus halus jejunum dan ileum. Di sana terdapat banyak lipatan atau

disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili memiliki fungsi memperluas permukaan

penyerapan, sehingga makanan dapat terserap dengan lebih efisien.

Selama proses penyerapan, molekul makanan akan memasuki aliran darah

melalui dinding usus. Pembuluh darah mikroskopik atau kapiler dalam vili akan

menyerap hasil pencernaan yang berupa protein dan karbohidrat, sedangkan

pembuluh getah bening dalam vili akan menyerap lemak. Dari situ, aliran darah

akan membawa makanan yang sudah dicerna menuju ke hati. Sel-sel hati

kemudian akan menyaring zat-zat berbahaya dalam darah. Hati juga akan

menyimpan vitamin larut dalam lemak serta nutrisi yang berlebihan, seperti

glukosa untuk disimpan sebagai cadangan. Cadangan nutrisi ini akan dilepaskan

ketika tubuh memerlukan energi ekstra misalnya ketika seseorang lari marathon.

2.3. Mekanisme Hubungan Nutrisi terhadap Pergerakan Gigi

Perawatan ortodonti mempengaruhi pergerakan gigi melalui proses

remodelling tulang alveolar. Terdapat hubungan antara nutrisi dan perawatan

ortodonti dimana kualitas nutrisi mempengaruhi laju perawatan ortodonti.

Perawatan ortodonti merupakan suatu rangkaian perawatan untuk merapikan gigi

demi mencapai estetika dan fungsi oklusi yang baik. Gigi dapat bergerak pada

tulang alveolar karena adanya gaya ortodonti dan aktivitas biokimia yang

18
meregulasi terjadinya proses remodelling ligamen periodontal dan juga tulang

alveolar. Asupan nutrisi yang cukup dapat mepengaruhi proses keberhasilan

pergerakan gigi selama perawatan ortodonti. Pasien dengan defisiensi vitamin C

memiliki kecendurenguan terhambatnya proses pergerakan gigi karena

terganggunya proses remodeling jaringan pendukung gigi. Pasien dengan

defisiensi vitamin D dapat mengalami terganggunya proses osteoblast yang akan

menghambat proses pergerakan gigi selama perawatan ortodonti. Pasien dengan

kekurangan protein memiliki resiko terhambatnya aktifitas matriks ekstraseluler

yang dapat menyebabkan terhambatnya proses pergerakan gigi dan perbaikan

jaringan selama perawatan ortodonti berlangsung.

2.3.1 Peran Protein dalam Pergerakan Gigi Ortodontik

Protein dibutuhkan untuk membantu aktifitas matriks ekstraseluler selama

proses pergerakan gigi. Komponen matriks ekstraseluler utama terdiri dari

protein-protein jaringan, antara lain kolagen, fibronektin dan glikoasaminoglikan

yang berikatan dengan protein membentuk proteoglikan. Protein-protein ini

memiliki peranan untuk integritas struktural dari jaringan pendukung gigi.

Kekurangan protein akan menyebabkan Kerusakan dari jaringan pendukung gigi

yang ditandai oleh degradasi matriks ekstraseluler yang dapat menyebabkan

kerusakan permanen dari jaringan lunak periodontal dan tulang alveolar (Bord S,

Horner A, Hembry R, Reynolds J, 1997).

19
2.3.2 Peran Lipid dalam Pergerakan Gigi Ortodontik

Pergerakan gigi ortodontik diikuti dengan terjadinya osteoklas dan

osteoblast atau resorpsi tulang alveolar yang dimediasi melalui produksi lokal dan

aksi PGS. Adanya inhibitor sintesis PG seperti NSAID, dapat menghambat

munculnya osteoklas dan mengurangi kecepatan pergerakan gigi. Asam lemak n-3

memiliki pengaruh yang mirip dengan NSAID, dan asupan lemak (lipid) dapat

mempengaruhi remodeling tulang dan pergerakan gigi dalam perawatan

ortodontik, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah osteoklas dan derajat

resorpsi tulang pada sisi tekanan selama pergerakan gigi.

2.3.3 Peran Vitamin C dalam Pergerakan Gigi Ortodontik

Kekurangan vitamin C menghentikan osteogenesis dan organisasi ligamen

periodontal (Thomaz EB et al 2010). Telah terbukti bahwa kekurangan vitamin C

selama perawatan ortodontik mengurangi pergerakan gigi karena efeknya pada

penyembuhan jaringan. Efek utamanya adalah pada jaringan periodontal ligamen

(PDL). Kekuatan ortodontik dapat menginduksi respon biologis, yang melibatkan

aktivitas osteoklastik dan osteoblas. Pergerakan gigi membutuhkan fungsi

metabolisme kolagen yang sinkron secara simultan. Metabolisme kolagen

bergantung pada pasokan vitamin C yang cukup untuk memproduksi kolagen

matang. Kekurangan Vitamin C mempengaruhi ligamen periodontal dan

menimbulkan ruang endosteal dan periosteal yang membesar dengan aktivitas

osteoklastik sehingga mempengaruhi pergerakan dan retensi gigi pada perawatan

ortodontik (Boyare et al, 1998). Peneliti Juga telah mengamati individu yang

20
kekurangan vitamin C, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa gigi yang telah

dikoreksi dengan perawatan ortodontik cenderung lebih tidak stabil dan lebih

cepat mengalami relaps dibandingkan dengan individu tanpa defisiensi vitamin C

(McCanlies JM, et a, 1961).

Asam askorbat (vitamin C) yang dapat mempengaruhi respon biologis

terhadap gaya serta tekanan pada perawatan ortodonti merupakan contoh

sederhana. Selain dapat memberikan pengaruh terhadap respon biologis pada

pergerakan gigi, asam ascorbic juga dapat mempengaruhi retensi. Penelitian yang

dilakukan oleh Stephen-F-Litton tentang pengaruh defisiensi asam ascorbic

selama masa pergerakan gigi pada guinea pig untuk melihat perubahan morfologi

dan penurunan sintesis kolagen yang normal selama defisiensi vitamin

berlangsung. Hal ini mengakibatkan penghentian hampir seluruh proses

osteogenesis & disorganisasi ligamen periodontal. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa asam askorbat merupakan komponen penting bagi ligament

periodontal dan tulang alveolar (Litton SF, 1974)

Pada tahun 1981 Nanda and Hickong menyatakan bahwa meskipun

ortodontis jarang menjumpai manifestasi dari pasien yang mengalami defisiensi

nutrisi, asupan nutrisi yang optimal merupakan hal penting yang dapat

mempengaruhi respon biologis pada jaringan. Telah dilaporkan bahwa antara 17%

sampai 27% pasien dengan perawatan ortodonti mengalami kekurangan asam

askorbat dan defisiensi tersebut dapat mempengaruhi jaringan ikat dari ligament

periodontal dan formasi osteoid (Cheraskin et al, 1969). Selain itu, kekurangan

nutrisi pada periodonsium, ditambah dengan iritasi molar band dan braket

21
ortodontik, dapat menyebabkan perubahan respons gingiva (Hickory W, Nanda R,

1981).

2.3.4 Peran Vitamin D dalam Pergerakan Gigi Ortodontik

Bahan yang berperan dalam metabolisme tulang selama pergerakan gigi adalah

1,25-dihydroxycholecalciferol (1,25-DHCC). 1,25-DHCC adalah hormon dan

bentuk fisiologisaktif vitamin D, yang bersama dengan Parathyroid hormon (PTH)

dan calcitonin, membantu untuk mempertahankan homeostasis kalsium dan fosfor

sistemik. Osteoklas-stimulating factor, seperti PTH dan vitamin D3 dapat

menghambat apoptosis osteoklas. Perkembangan remodeling tulang 8

membutuhkan penambahan terus menerus osteoklas, karena hanya memiliki

rentang hidup yang terbatas yaitu kurang dari 12,5 hari (Nimeri, et al., 2013).

Pada studi in vivo telah menunjukkan peningkatan tingkat pergerakan gigi

otodontik pada ligamen periodontal yang diberi suntikan 1,25-DHCC. Jumlah

peningkatan pergerakan gigi dibandingkan kontrol telah dilaporkan sebesar 60%

pada model tikus dan kucing. Setelah membandingkan efek dari 1,25-DHCC

terhadap Prostaglandin /PGE-2 jumlah pergerakan gigi meningkat secara

signifikan pada kedua kelompok dibandingkan dengan kontrol (Nimeri, et al.,

2013).

22
BAB III

PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN


Perawatan ortodonti merupakan suatu rangkaian perawatan untuk

merapikan gigi demi mencapai estetika dan fungsi oklusi yang baik. Gigi

dapat bergerak pada tulang alveolar karena adanya gaya ortodonti dan

aktivitas biokimia yang meregulasi terjadinya proses remodelling ligamen

periodontal dan juga tulang alveolar. Mekanisme laju pergerakan gigi pada

perawatan ortodonti dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:

1. Aktivitas osteoklas yang dapat meresorpsi tulang pada lokasi tulang yang

mengalami tekanan dari perawatan ortodonti

2. Aktivitas osteoblas yang berperan untuk membentuk formasi tulang pada

lokasi tegangan (berlawanan dengan area tekanan). (Metha, et al., 2018).

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh nutrisi. Asupan

makanan dapat mempengaruhi proses enlargement dan replikasi sel yang

mana hal itu dapat mempengaruhi pertumbuhan organ dan jaringan. Berbagai

nutrisi dapat mempengaruhi regulasi emzim di dalam tubuh Southon S et al,

1992). Seorang Ortodontis harus mampu melakukan skrining pasien tentang

status gizi pasien serta memberikan edutasi tentang nutrisi selama perawatan

ortodonti (Huang JS et al, 2006). Nutrisi dapat berhubungan langsung dengan

perawatan gigi termasuk perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti

menghasilkan stress secara fisik, psikologis dan emosi yang dapat

23
meningkatkan perubahan nutrisi yang mana hal tersebut dapat meningkatkan

kebutuhan nutrisi seseorang, sehingga keseimbangan asupan nutrisi

merupakan hal yang penting selama perawatan ortodonti (Veneth Meta et al,

2018).

Status nutrisi dapat mempengaruhi pergerakan gigi dan respon

jaringan dalam perawatan ortodonti yang berhubungan dengan respon

biologis dari ligament periodontal dan tulang alveolar selama gigi

mendapatkan gaya atau tekanan dari perawatan ortodonti. Pasien ortodonti

biasanya adalah remaja yang sedang dalam fase growth spurt yang

mebutuhkan perhatian khusus mengenai status nutrisi pasien. Selama fase

pertumbuhan atau fase penyembuhan beberapa nutrisi dibutuhkan untuk

pertumbuhan yang optimal. Tantangan lain pada pasien remaja ajadal stress

emosi, aktifitas fisik yang lebih tinggi, dan ketidakseimbangan asupan nutrisi

yang terjadi pada beberapa kelompok usia.

24
25
BAB IV

KESIMPULAN

BAB IV KESIMPULAN
Asupan nutrisi yang tepat akan menentukan pertumbuhan dan

perkembangan yang baik dari individu. Selama tahap pembentukan jaringan dan

organ, kerusakan nutrisi apa pun dapat berakibat fatal dan permanen. Nutrisi yang

cukup juga memungkinkan respon penyembuhan yang tepat selama diterapkan

gaya atau tekanan ortodontik sehingga membantu mengoptimalkan respon

fisiologis pasien terhadap perawatan ortodontik. Seorang ortodontis harus mampu

memberikan edukasi atau bimbingan asupan nutrisi kepada pasien ortodontik

dalam memilih asupan makanan selama perawatan ortodonti.

Pasien dengan defisiensi vitamin C dan D3 pada pasien ortodonti dapat

menyebabkan gangguan atau hambatan dalam respon jaringan periodontal serta

tulang alveolar terhadap gaya ortodonti yang dapat menimbulkan perlambatan

pergerakan gigi dan gangguan retensi setelah perawatan ortodonti selesai sehingga

menyebabkan relaps pasca perawatan ortodonti. Selain itu kekurangan protein

dalam tubuh dapat mengganggu aktifitas matriks ekstraseluler selama proses

pergerakan gigi. Degradasi kolagen dalam aktifitas matriks ekstraseluler pada

jaringan periodontal memudahkan pergerakan osteoklas dan osteoblas sehingga

memungkinkan pergerakan gigi.

26
27
DAFTAR PUSTAKA

1. Aryati, Endah , Wulan Suci Dharmayanti, Agustin. Manfaat Ikan Teri Segar
(Stolephorus sp) Terhadap Pertumbuhan Tulang Dan Gigi. ODONTO Dental
Journal.Volume 1.Nomor 2.Desember 2014

2. Balajhi S.I. Orthodontics The Art and Science. 3 ed. New Delhi: AryaMedi
Publishing House. 2006

3. Bord S, Horner A, Hembry R, Reynolds J. 1997. Distribution of matrix


metalloproteinases and their inhibitor, TIMP-1 a developing human
osteophytic bone. J Anat; 191: 39-41

4. Boyera N, et al.1998. Effect of vitamin C and its derivatives on collagen


synthesis and cross-linking by normal human fibroblasts. Int J Cosmet Sci ;
20:151-158.

5. Boyle MA and Roth SL, 2010. Personal Nutrition, Seventh Edition.


Wadsworth Cengage Learning, USA.

6. Capelli J., Fidel R, Figueredo CM, Teles RP. Change in the Gingival fluid
volume during maxillary canine retraction. Dental Press J. Orthod. 2010.
Vol.15. No.2

7. Cheraskin E, Ringsdorf WM. 1969. Biology of the orthodontic patient. I:


Plasma ascorbic acid levels. Angle Orthod

8. Dyah, Umiyarni Purnamasari. Panduan Gizi & Kesehatan Anak Sekolah.


Yogyakarta:Penerbit Andi. 2018

9. Dolce, C., J. Scott Malone, Timothy T. Wheeler. Current Concepts in The


Biology of Orthodontic Tooth Movement. Seminars in Orthodontics 2002.
Volume 8, Issue 1, March, p. 6–12

10. Fikawati, S. Syafiq, A. Veratamala, A. 2017. Gizi Anak Dan Remaja. Depok :
Rajawali Pers.

11. Graber TM, Vanarsdall RL, Vig KWL, editors: Orthodontics. Current
Principles and Techniques. St. Louis: Elsevier Inc. 2000

28
12. Henneman, S., J. W. Von den Hoff and J. C. Maltha. Mechanobiology of tooth
movement. European Journal of Orthodontics 2008

13. Hickory W, Nanda R. 1981. Nutritional considerations in orthodontics. Dent


Clin North Am;25:195-201

14. Hidayat. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi Ke-3.
Jakarta: Salemba Medika. 2006

15. Khan SH, Hasan MN, Anjum S, Rafique T. 2014. Is there is any relationship
between malocclusion and nutritional pattern of children. Update Dental
College Journal ;4(2):9-13.

16. Krishnan V, Davidovitch Z. Cellular, Molecular and Tissue-level Reactions to


Orthodontic Force. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2006

17. Krishnan, V. and Davidovitch, Z. (2009) On a path to unfolding the biological


mechanisms of orthodontic tooth movement. Journal of Dental Research 88,
597–608.

18. Litton SF. 1974. Orthodontic tooth movement during an ascorbic acid
deficiency. Am J Orthod ;65:290-302.

19. McCanlies JM, et al. 1961. Effect of vitamin C on the mobility and stability of
guinea pig incisors under the influence of orthodontic force. Angle Orthod ;
31:257-263

20. Meikle MC. The Tissue, Cellular and Molecular Regulation of Orthodontic
Tooth Movement: 100 Years After Carl Sandstedt. European J Orthod 2006;

21. Nurul Aqsha. M. 2020. Peran Vitamin Pada Perwatan Ortodonti: Literatur
Review. Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin. Makassar.

22. Potter & Perry. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses &
praktek. Jakarta: EGC. 2010

23. Priyanka paria, Renuka patel, Falguni Mehta. 2020. Role of Nutrition and
Hormone in Orthodontic. Department of orthodontics and dentofacial
orthopedics. dental college and hospital, ahmedabad, India.

24. Rock CL, Monsen ER, editors. Nutrition in the prevention and treatment of

29
disease. San Diego: Academic Press

25. Santoso, 2009.Perkembangan dan Pertumbuhan anak.Jakarta: Bumi Aksara

26. Shenava S, Nayak KUS, Bhaskar V, Nayak A. 2014. Accelerated


Orthodontics- A Review International Journal of Scientific Study. 2014

27. Susilowati. 2010. Peran matriks metaloproteinase-8 pada cairan krevikuler


gingiva selama pergerakan gigi ortodontik. Bagian Ortodonsia Fakultas
Kedokterann Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia: Dentofasial,
Vol.9, No.1, April 2010:47-54

30

Anda mungkin juga menyukai