Anda di halaman 1dari 11

PAPER

“Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar (PONED) dan


SDGs”
Mata Kuliah : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengempu : Gusman Arsyad, SST., M.Kes

Disusun Oleh:

Zahra Cahyani Hidayat

PO7124320071

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIV KEBIDANAN
TINGKAT 2B
2020/2021
DAFTAR ISI
DAfTAR ISI..........................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1. Latar Belakang...........................................................................................................................3
2. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB 2 LANDASAN TEORI................................................................................................................4
1. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED).........................................................4
2. Sustainable Development Goals (SDGs)...................................................................................5
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
BAB 4 PENUTUP...............................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

2
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
75 Tahun 2014, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan yang dilakukan di puskesmas terbagi atas upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang berfokus pada upaya promotif dan
preventif. Dalam pelayanan wajib yang ada di puskesmas salah satunya adalah pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin melalui proses persalinan dan kelahiran, dilanjutkan dengan masa
nifas yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan hal
fisiologis yang terjadi pada seorang wanita. Ketiga proses tersebut kemungkinan menjadi
patologis karena adanya komplikasi sehingga perlu adanya pendamping.

Melihat permasalahan yang kita hadapi dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB
termasuk Angka Kematian Neonatal (AKN) yang begitu kompleksnya maka diperlukan upaya
yang lebih keras dan dukungan komitmen dari seluruh stakeholder baik pusat maupun daerah.
Sebagai upaya penurunan AKI oleh pemerintah melalui kementerian kesehatan meluncurkan
program safe motherhood initiative sejak tahun 1990, kemudian program Gerakan Sayang Ibu
pada tahun 1996 dan mulai 2001 dilancarkan program strategi nasional Making Pregnancy Safer
(MPS), dalam program ini mulai direalisasikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar
untuk puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan khususnya puskesmas rawat inap.
Pasien dengan komplikasi obstetri dan neonatal membutuhkan pertolongan tim PONED yang
cepat, mencegah kematian maternal selama proses kehamilan, persalinan, dan nifas adalah tugas
yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
2. Untuk mengetahui apa itu Sustainable Development Goals (SDGs).
3. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED).
4. Untuk mengetahui tujuan dari Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED).
5. Untuk mengetahui Hubungan antara Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

3
BAB 2 LANDASAN TEORI
1. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
a. Pengertian Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

PONED adalah program pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu
nifas yang menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal atau kompliksi yang dapat
mengancam jiwa ibu dan janinnya yang dilakukan di tingkat pelayanan primer.
Pelayanan kegawatdaruratan pada kasus-kasus perdarahan post partum, infeksi nifas, pre
eklampsia dan eklampsia, distosis bahu dan ekstraksi vakum serta resusitasi neonatus
(Purwoastuti dan Walyani, 2015). Pelayanan Obstetri emergensi bertujuan untuk
memastikan bahwa pelayanan emergensi untuk kelompok risiko tinggi dan
berkomplikasi tersedia untuk setiap perempuan, dimanapun dia berada. Kegiatan
intervensi dapat dilakukan melalui upaya mengurangi kemungkinan komplikasi
persalinan yang berakhir dengan kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetri dan
neonatal dasar (Sari, 2015).

Dalam pengembangan Puskesmas rawat inap di setiap kecamatan di Indonesia


menjadi puskesmas mampu pelayanan PONED diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang baik selama 24 jam. Pada kasus kegawatdaruratan obstetri neonatal baik
puskesmas PONED maupun bukan PONED diberikan kewenangan yang sama dalam
deteksi dini pada ibu hamil (Irianto dan Suharjo, 2016). Pengembangan Puskesmas
mampu PONED dengan melatih tenaga dokter, perawat, bidan, khususnya puskesmas
dengan rawat inap dikembangkan menjadi Puskesmas mampu memberikan Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Puskesmas mampu PONED menjadi
tempat rujukan terdekat dari desa sebagai pembina bidan dan mendekatkan akses
pelayanan kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bersalin karena komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga atau diramalkan sebelumnya (Purwoastuti
dan Walyani, 2015).

b. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

PONED dilaksanakan ditingkat puskesmas dan menerima rujukan dari fasilitas


kesehatan dibawahnya dan merujuk ke rumah sakit PONEK. Berikut ini adalah pelayanan
untuk menanggulangi kasus-kasus emergensi obstetri dan neonatal yang meliputi:

a) Pelayanan obstetri yang didapatkan meliputi: kuret atau pengeluaran plasenta


manual, pengunaan vakum ekstraksi untuk pertolongan persalinan, pemberian
oksitosin par enteral, antibiotika par enteral dan sedativa par enteral.
b) Pelayanan neonatal yang didapatkan meliputi: pemberian anti kejang par enteral,
pemerian antibiotika par enteral, resusitasi pada bayi asfiksia, phenobarbital untuk
mengatasi ikterus dan pemberian bic-nat intraubilical, penanggulangan untuk
ganguan pemberian nutrisi, dan pelaksanaan thermal control mencegah hipotermi
(Purwoastuti dan Walyani, 2015).
c. Sumber Daya Penyelenggaraan PONED

4
Dalam rangka meningkatkan pelayanan suatu organisasi kesehatan maka ketersediaan
dan kecukupan unsur manusia sebagai unsur inti yang membentuk organisasi sangat
penting. Untuk dapat melaksanakan fungsi dan menyelenggarakan pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi dasar, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang mencukupi baik
dalam jumlah dan mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas
PONED adalah seorang dokter, seorang bidan dan/atau perawat yang sudah terlatih
PONED. Tenaga tersebut berada di puskesmas sebagai satu tim yang sudah terlatih
PONED dan mengabdi minimal 2 tahun (Kulsum, 2017).

2. Sustainable Development Goals (SDGs).


a. Pengertian

SDGs Desa adalah upaya terpadu mewujudkan Desa tanpa kemiskinan dan kelaparan, Desa
ekonomi tumbuh merata, Desa peduli kesehatan, Desa peduli lingkungan, Desa peduli
pendidikan, Desa ramah perempuan, Desa berjejaring, dan Desa tanggap budaya untuk
percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam bahasa kerennya
Sustainable Development Goals disingkat SDGs. SDGs Desa merupakan role pembangunan
berkelanjutan yang akan masuk dalam program prioritas penggunaan Dana Desa Tahun 2021.

b. Tujuan dan Sasaran

Mengutip dari Permendesa 13/2020 setidaknya ada 18 tujuan dan sasaran pembangunan
melalui SDGs Desa tersebut, yaitu:

1. Desa tanpa kemiskinan


2. Desa tanpa kelaparan
3. Desa sehat dan sejahtera
4. Pendidikan desa berkualitas
5. Desa berkesetaraan gender
6. Desa layak air bersih dan sanitasi
7. Desa yang berenergi bersih dan terbarukan
8. Pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi desa
9. Inovasi dan infrastruktur desa
10. Desa tanpa kesenjangan
11. Kawasan pemukiman desa berkelanjutan
12. Konsumsi dan produksi desa yang sadar lingkungan
13. Pengendalian dan perubahan iklim oleh desa
14. Ekosistem laut desa
15. Ekosistem daratan desa
16. Desa damai dan berkeadilan
17. Kemitraan untuk pembangunan desa
18. Kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif.

Upaya pencapaian SDGs desa dalam situasi dan kondisi Pandemi COVID-19 tidaklah
mudah, karena itulah, penggunaan dana desa 2021 diprioritaskan untuk membiayai kegiatan
yang mendukung pencapaian 10 (sepuluh) SDGs desa yang berkaitan dengan kegiatan
pemulihan ekonomi nasional, program prioritas nasional, dan adaptasi kebiasaan baru desa.
Adapun 10 SDGs dimaksud dalam situasu dan kondisi Pandemi Covid-19 adalah :

1. Desa tanpa kemiskinan,

5
2. Desa tanpa kelaparan,
3. Desa sehat sejahtera,
4. Keterlibatan perempuan desa,
5. Desa berenergi bersih dan terbarukan,
6. Pertumbuhan ekonomi desa merata,
7. Konsumsi dan produksi desa sadar lingkungan,
8. Desa damai berkeadilan,
9. Kemitraan untuk pembangunan desa, dan
10. Kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif

Jika mengutip dari situs undp.org terdapat 17 (tujuh belas) tujuan dan sasaran
pembangunan melalui SDGs Desa, yaitu :

1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun (No Poverty)


2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi serta
mempromosikan pertanian berkelanjutan (Zero Hunger)
3. Menjamin hidup sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua usia (Good Healt and
Well Being)
4. Memastikan pendidikan berkualitas yang inklusif dan adil serta memperomosikan
kesempatan belajar seumur hidup (Quality Education)
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak perempuan
(Gender Equality)
6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
(Clean Water and Sanitation)
7. Memastikan akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua
(Affordable and Clean Energy)
8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan keberlanjutan
lapangan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua (Decent
Work and Economic Growth)
9. Membangun infrastruktur yang tahan banting, mendorong indrustialisasi yang inklusif dan
keberlanjutan, serta mendorong inovasi (Industry, Inovation, and Infrastructure)
10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara (Reduced Inequalities)
11. Menjadikan kota dan pemukiman aman, tangguh, inklusif, dan keberlanjutan (Sustainable
Cities and Communities)
12. Memastikan pola komsumsi dan produksi yang berkelanjutan (Responsible Consumption
and Production)
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya (Climate
Action)
14. Melestarikan dan secara keberlanjutan menggunakan samudra, laut, dan sumber daya laut
untuk pembangunan keberlanjutan (Life Below Water)
15. Melindungi, memulihkan dan mempromosikan penggunaan ekosistem darat secara
keberlanjutan, mengelola hutan secara keberlanjutan, memerangi pengundulan gunung,
dan menghentikan serta mengembalikan degredasi lahan dan menghentikan hilangnya
keaneragaman hayati (Life On Land)
16. Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan keberlanjutan,
memberikan akses keadilan bagi semua dan membangun lembaga yang efektif, akuntabel
dan inklusif di semua tingkatan (Peace, Justice and Strong Institutions)

6
17. Memperkuat sarana implementasi dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
keberlanjutan (Partnership for The Goals).

BAB 3 PEMBAHASAN
Program PONED sebenarnya merupakan program pemerintah yang harusnya didukung oleh
berbagai sektor bukan hanya lintas program tetapi juga lintas sektor. Hal ini sesuai dengan
kebijakan pemerintah dengan pembentukan Distrik Team Problem Solving Pregnancy Safer.
Kebijakan sebuah program harus dikomunikasikan dan disosialisasikan kepada semua pelaksana
program sampai dengan kelompok sasaran. Dalam hal ini pelaksana program adalah dokter, bidan
dan perawat yang memberikan pelayanan di Puskesmas mampu PONED dan jajaran yang terkait.
Sedapat mungkin kesalahan informasi dapat ditekan sehingga pelaksana program maupun sasaran
(masyarakat) mengetahui program yang dilaksanakan.
Sosialisasi program yang sudah dilakukan masih memerlukan upaya pemantapan agar
tercapai internalisasi nilai-nilai yang kuat dari para petugas program PONED. Karena
pemahaman yang kabur mengenai kebijakan membuat implementasi tidak berjalan sesuai yang
diharapkan. Forum-forum yang sudah ada seperti rapat mingguan, rapat bulanan baik di
Puskesmas maupun DKK seharusnya dapat dimanfaatkan lebih optimal untuk menegaskan tujuan
dan manfaat program PONED kepada para implementor (dokter, bidan dan perawat) dan bidan
desa. Sosialisasi dan pemasaran PONED bekerjasama dengan inter sektoral yang terdiri
dariberbagai Dinas/Instansi Pemerintah, Organisasi Profesi, LSM serta organisasi Perempuan dan
Organisasi Kemasyarakatan lainnya.
Pentingnya sumber daya manusia yang handal sangat memengaruhi tingkat keberhasilan
suatu program. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, harus dapat menggali potensi-potensi sumber daya khususnya SDM dalam
penyelenggaraan PONED. Penyiapan tenaga kesehatan yang berperan dalam PONED di
Puskesmas melalui lokakarya mini puskesmas. Kebutuhan tenaga diperhitungkan
berdasarkan beban kerja yang dihadapi dalam rangka mencakup pelayanan kasus yang
seharusnya datang dilayani atau dirujuk melalui Puskesmas mampu PONED. Adapun
langkah-langkah untuk mempersiapkan tenaga Puskesmas mampu PONED berdasarkan
pedoman penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED adalah sebagai berikut:
A. Menyiapkan tim kesehatan, terdiri atas:
1. Tim inti sebagai pelaksana terdiri dari:
a) Dokter Umum 1 orang
b) Bidan, minimal D3 1 orang
c) Perawat, minimal D3 1 orang
2. Tim pendukung, terdiri atas:
a) Dokter Umum, minimal 1-2 orang
b) Perawat D3, minimal 5 orang
c) Bidan D3, minimal 5 orang
d) Analis Laboratorium 1 orang
e) Petugas administrasi, minimal 1 orang.
3. Tim promosi kesehatan
Tenaga promosi kesehatan perlu memiliki kemampuan dalam KIE atau KIPK
(Komunikasi Informasi Edukasi atau komunikasi inter personal dan konseling),
kemampuan pemberdayaan masyarakat yang difasilitasi oleh kepala puskesmas.
Kemampuan tersebut menjadi penggerak demand target sasaran (ibu dan
keluarganya) untuk memanfaatkan pelayanan obstetri dan neonatal, dan memiliki

7
kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra-mitra Puskesmas di wilayah
Kerjanya.
4. Tenaga-tenaga non kesehatan sebagai penunjang pelayanan PONED
a) Petugas dapur
b) Petugas laundry
c) Penjaga malam
d) Cleaning service
e) Pengemudi ambulan 1 orang yang bertugas bergantian dengan pengemudi
Puskesmas keliling.
B. Sistem Rujukan Puskesmas PONED
Berdasarkan Buku Pedoman Penyelenggaraan PONED dijelaskan sistem rujukan
adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap kasus penyakit atau masalah kesehatan baik secara vertikal
dalam arti dari unit yang berkmampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya. Sistem rujukan pada
pelayanan komplikasi maternal dan neoatal membentuk prinsip ketepatan tindakan dan
kecepatan yang efisien, efektif sesuai dengan kemampuan oleh bidan dan faskes.
Penerimaan pasien di puskesmas PONED. Kasus yang dirujuk ke puskesmas mampu
PONED dapat berasal dari:
1) Rujukan masyarakat
a) Datang sendiri sebagai pasien perorangan atau keluarga
b) Diantar/dirujuk oleh kader Posyandu, Dukun Bayi dan lainnya
c) Dirujuk dari institusi masyarakat, seprti Poskesdes, Polindes, dan lain-lain.
2) Rujukan dari pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama dari wilayah kerja
Puskesmas mampu PONED, antara lain dari:
a) Unit rawat jalan Puskesmas, Puskesmas pembantu/keliling
b) Praktek dokter atau bidan mandiri
c) Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan tungkat pertama lainnya
3) Rujukan dari Puskesmas sekitar.
Pada setiap kasus-kasus emergensi yang datang ke puskesmas PONED ditangani
sesuai dengan kewenangan dan kemampuan yang ada di fasiltas kesehatan yang harus
langsung dikelola sesuai prosedur yang tetap. Pada kasus komplikasi maternal yang
tidak dapat ditangani akan dirujuk ke Rumah sakit dengan pelayanan obstetri neonatal
emergensi komprehensif (PONEK) untuk segera mendapatkan penanganan yang lebih
baik yang sesuai dengan tingkat emergensinya, khusus untuk pasien dalam kondisi sakit
cukup berat dan atau kegawatdaruratan medis, proses rujukan mengacu pada prinsip
utama, yaitu:
1) Ketetapan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan, yang harus dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
tenaga dan fasilitas pelayanan.
2) Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat sesuai rencana
yang disusun
3) Menuju/ memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah dijangkau dari
lokasi.
Pelayanan yang dilakukan pada PONED merupakan suatu upaya dalam menjalankan
program SDGs untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI). Pelayanan yang dapat
diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan ibu dan
bayi meliputi :
1. Kemampuan untuk menangani dan merujuk hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,
eklampsia),

8
2. Tindakan pertolongan distosia bahu,
3. Ekstraksi vakum pada pertolongan persalinan,
4. Perdarahan post partum,
5. Infeksi nifas,
6. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
7. Hipotermi,
8. Hipoglekimia,
9. Ikterus,
10. Hiperbilirubinemia,
11. Masalah pemberian minum pada bayi,
12. Asfiksia pada bayi,
13. Gangguan nafas pada bayi,
14. Kejang pada bayi baru lahir,
15. Infeksi neonatal dan persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan obstetri – neonatal
antara lain kewaspadaan universal standar.
Persiapan dan pelaksanaan PONED membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk
biaya pembangunan gedung baru dan sarana prasarana penunjang sehingga perlu
dipertimbangkan output (keluaran) yang didapatkan dari pelaksanaan program tersebut,
terkait dengan kemampuan puskesmas untuk menjalankan kewenangannya sesuai pedoman
penyelenggaraan puskesmas mampu PONED.

9
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah program pelayanan


kesehatan untuk ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas yang menangani kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal atau kompliksi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janinnya yang
dilakukan di tingkat pelayanan primer. Pelayanan kegawatdaruratan pada kasus-kasus
perdarahan post partum, infeksi nifas, pre eklampsia dan eklampsia, distosis bahu dan
ekstraksi vakum serta resusitasi neonatus. Pentingnya sumber daya manusia yang handal
sangat memengaruhi tingkat keberhasilan suatu program. Kepala Puskesmas sebagai
penanggung jawab pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, harus dapat menggali
potensi-potensi sumber daya khususnya SDM dalam penyelenggaraan PONED. Program
PONED sebenarnya merupakan program pemerintah yang harusnya didukung oleh berbagai
sektor bukan hanya lintas program tetapi juga lintas sektor. Hal ini sesuai dengan kebijakan
pemerintah dengan pembentukan Distrik Team Problem Solving Pregnancy Safer.

B. Saran
Dalam Paper ini terdapat penjelasan mengenai “Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) dan SGDs” penulis berharap agar mahasiswi dapat mengetahui apa saja
pengaruh dari PONED dan SGDs dalam sarana kesehatan di daerah agar nantinya jika telah
menjadi bidan dapat mengaplikasikannya dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Sri Handrayani, Martha Irine Kartasurya, dan Ayun Sriatmi. Analisis Pelaksanaan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Di Puskesmas PONED Kabupaten Kendal.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan. Hlm 102-118.

Andi Leny Susyanty, Heny Lestary dan Raharni. 2016. Pelaksanaan Program Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Karawang. Buletin
Penelitian Kesehatan, Vol. 44, No. 4, Hlm 265 – 278.

Armida Salsiah Alisjahbana dan Endah Murniningtya. 2018. Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan Di Indonesia : Konsep Target Dan Strategi Implementasi. Unpad Press.
Bandung.

https://padas.ngawikab.id/2021/02/sdgs-desa-pengertian-tujuan-dan-sasaran/

11

Anda mungkin juga menyukai