Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaimanakah penyusunan APBD dilakukan?

2. Bagaimanakah proses penatausahaan keuangan daerah di Indonesia serta


jelaskan permasalahan yang sering terjadi.
3. Jelaskan pembinaan pengelolaan keuangan daerah bersifat umum dan teknis
yang dilakukan di daerah kabupaten/kota serta bentuk-bentuk pengawasan
keuangan daerah?
4. Bagaimanakah permasalahan yang sering terjadi dalam mekanisme 
pengawasan?

1. APBD merupakan anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah


yang ditetapkan setiap tahun melalui peraturan daerah. Pendapatan
daerah ini berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan
pendapatan lain-lain yang sah. Adapun langkah-langkah penyusunannya
adalah sebagai berikut.
 
1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah
tentang APBD kepada DPRD yang disertai dengan penjelasan dan
dokumen pendukung pada bulan Oktober minggu pertama tahun
sebelumnya. DPRD mengambil keputusan setuju atau tidak mengenai
rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut dilaksanakan
selambat-lambatnmya satu bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
2. Apabila DPRD setuju, maka RAPBD diterapkan menjadi APBD
melalui peraturan daerah,dan sebaliknya apabila DPRD tidak
setuju,maka untuk membiayai pembiayaan pengeluaran setiap
bulannya pemerintah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBD tahun sebelumnya.
3. Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah,maka
pelaksanaannya lebih lanjut dituangkan melalui keputusan
gubernur/walikota/bupati.

2. Dalam melalukan penatausahaan, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran


memiliki peran penting dalam melaksanakan tugas-tugas kebendaharaan pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
Bendahara penerimaan pada SKPD memiliki tugas menyelenggarakan pembukuan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD), melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan pertanggungjawaban
penerimaan.
Sedangkan Bendahara Pengeluaran memiliki tugas mengelola uang persediaan, menerima,
menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang dalam pengelolaannya,
melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan dan tugas
lain sesuai peraturan kepala daerah.
Laporan-laporan pendapatan, belanja serta kekayaan dan kewajiban daerah disusun
berdasarkan sistem akuntansi pemerintah daerah. Pemerintah daerah menyusun sistem
akuntansi pemerintah daerah yang mengacu kepada standar akuntansi pemerintahan. Sistem
akuntansi inilah yang nantinya menghasilkan laporan keuangan daerah.

Penatausahaan Penerimaan
Menurut ketentuan dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud
dengan penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan
daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan
dianggap sah setelah Kuasa Bendahara Umum Daerah menerima nota kredit.
Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah dilaksanakan melalui cara-
cara sebagai berikut:
1.         Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
2.         Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan, dan/atau kantor pos oleh pihak ketiga;
dan
3.         Untuk benda berharga seperti karcis retribusi yang dipakai sebagai tanda bukti pembayaran
oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan cara penerbitan tanda bukti
pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk kepentingan pelaksanaan APBD
dan/atau penatausahaan keuangan daerah, kepala daerah perlu menetapkan pejabat fungsional
untuk tugas bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Untuk itu bendahara
penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan
penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya dan harus melaporkannya
kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan buku kas, buku
pembantu per rincian obyek penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan harian. Sedangkan
bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran yang diperlukan untuk penatausahaan anggaran
adalah:
a.    Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
b.    Surat ketetapan retribusi (SKR);
c.    Surat tanda setoran (STS);
d.   Surat tanda bukti setoran; dan
e.    Bukti penerimaan lainnya yang sah.

Permasalaha
Intervensi hak budget DPRD terlalu kuat dimana anggota DPRD sering mengusulkan
kegiatan-kegiatan yang menyimpang jauh dari usulan masyarakat yang dihasilkan dalam
Musrenbang. Jadwal reses DPRD dengan proses Musrenbang yang tidak match misalnya
Musrenbang sudah dilakukan, baru DPRD reses mengakibatkan banyak usulan DPRD yang
kemudian muncul dan merubah hasil Musrenbang. 

Proses Perencanaan kegiatan yang terpisah dari penganggaran, Karena


ketidakjelasan informasi besaran anggaran, proses Musrenbang kebanyakan masih
bersifat menyusun daftar belanja (shopping list) kegiatan. Banyak pihak seringkali
membuat usulan sebanyak-banyaknya agar probabilitas usulan yang disetujui juga
semakin banyak. Ibarat memasang banyak perangkap, agar banyak sasaran yang
terjerat.

Ketersediaan dana yang tidak tepat waktu. Terpisahnya proses perencanaan


dan anggaran ini juga berlanjut pada saat penyediaan anggaran. APBD disahkan
pada bulan Desember tahun sebelumnya, tapi dana seringkali lambat tersedia.
Bukan hal yang aneh, walau tahun anggaran mulai per 1 Januari tapi sampai bulan
Juli-pun anggaran program di tingkat SKPD masih sulit didapatkan.

Breakdown RPJPD ke RPJMD dan RPJMD ke RKPD seringkali tidak


nyambung (match). Ada kecenderungan dokumen RPJP ataupun RPJM/Renstra
SKPD seringkali tidak dijadikan acuan secara serius dalam menyusun RKPD/Renja
SKPD. 

3. Pembinaan umum sebagaimasa dimaksud meliput: a. pembagian urusan pemerintahan; b.


kelembagaan daerah; c. kepegawaian pada Perangkat Daerah; d. keuangandaerah; e.
pembangunan daerah; f. pelayanan publik di daerah; g. kerja sama daerah; h. kebljakan daerah;
i. kepala daerah dan DPRD; dan j. bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sedangkan pembinaan teknis dilakukan terhadap teknis penyelenggaraan urusan pemerintahan


yang diserahkan ke daerah provinsi. Pembinaan teknis sebataimana dimaksud dilakukan
terhadap tenis penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
kabupaten/kota.

Adapun pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, menurut PP ini untuk: a. provinsi,


dilaksanakan oleh: 1. Menteri, untuk pengawasan umum; dan 2. menteri teknis/kepala lembaga
pemerintah nonkementerian, untuk pengawasan teknis; b. kabupaten/kota, dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pengawasan umum dan teknis.

Pengawasan umum sebagaimana dimaksud meliputi: a. pembagian urusan pemerintahan; b.


kelembagaan daerah; c. kepegawaian pada Perangkat Daerah; d. keuangan daerah; e.
pembangunan daerah; f. pelayanan publik di daerah; g. kerja sama daerah; h. kebijakan daerah;
i. kepala daerah dan DPRD; dan j. bentuk pengawasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sedangkan pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dilakukan terhadap teknis pelaksanaan


substansi urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah provinsi, dan pengawasan teknis
sebagaimana dimaksud  dilakukan terhadap teknis pelaksanaan substansi urusan pemerintahan
yang diserahkan ke daerah kabupaten/ kota.

4. Permasalahan yang sering terjadi dalam mekanisme pengawasan yaitu Tetapi kenyataannya
audit intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah ( APIP ), tidak berjalan
secara efektif dalam rangka menciptakan Clean Goverment, hal ini disebabkan belum
adanya undang-undang Sistem Pengawasan Nasional, dimana dasar hukum yang mengatur
APIP ( Internal Audit ) didasarkan berbagai aturan sehingga menjadi tidak terpadu dalam
pelaksanaan kegiatan auditnya. Sehingga banyak pengawas yang tumpang tindak, untuk
mengatasi permasalah perusahaan tersebut pemerintah perlu mengefektipkan kembali
fungsi BPKP sebagai koordinator pengwasan.

Sumber refferensi :
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/
BMP ADPU4440 / Administrasi Pemerintahan Daerah
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/

Anda mungkin juga menyukai