Anda di halaman 1dari 33

TUGAS INDIVIDU KOMPUTER

PENYUSUNAN KTI

DISUSUN OLEH :

NAMA : LAILI FAJRIYAH


NIM : 1805025

AKADEMI KEPERAWATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
KONSEP DASAR......................................................................................................................2
2.1 Pengertian....................................................................................................................2
2.2 Etiologi........................................................................................................................2
2.3 Patofisiologi.................................................................................................................3
2.4 Pathways......................................................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................6
2.7 Komplikasi..................................................................................................................7
2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................10
Asuhan Keperawatan pada Pasien Campak.........................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
A. Kesimpulan...................................................................................................................29
B. Saran..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Campak (rubeola,measles) disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan rantai
tunggal RNA yang memiliki 1 tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya pejamu alami
bagi penyakit ini. Virus campak menginfeksi traktus respiratorius atas dan kelenjar limfe
regional dan menyebar secara sistemik selama virema yang berlangsung singkat dengan titer
virus yang rendah. Virema sekunder timbul dalam 5-7 hari saat monosit yang telah terinfeksi
menyebarkan virus ke dalam saluran pernafasan,kulit dan organ-organ lainnya. Virus dapat
ditemukan pada secret saluran pernafasan, darah dan urin penderita. Virus campak disebarkan
melalui droplet berukuran besar dari saluran pernafasan atas dan memerlukan kontak yang
erat. Virus campak stabil pada suhu ruang selama 1-2 hari. Penderita campak menulurkan
virus selama 1-2 hari sebelum timbulnya gejala (sekitar 5 hari sebelum timbulnya ruam)
sampai 4 hari setelah timbulnya ruam [ CITATION kar11 \l 1033 ].

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Campak?
2. Apa penyebab dari Campak?
3. Bagaimana patofisiologi dari Campak?
4. Bagaimana pathways dari Campak?
5. Apasaja manifestasi klinis dari Campak?
6. Apasaja komplikasi dari Campak?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Campak?
8. Bagaimana cara pengkajian focus dari Campak?
9. Apasaja diagnose dari Campak?
10. Sebutkan intervensi dari Campak?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Campak.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Campak.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Campak.
4. Untuk mengetahui pathways dari Campak.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Campak.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Campak.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Campak.
8. Untuk mengetahui cara pengkajian fokus dari Campak.
9. Untuk mengetahui diagnose dari Campak.
10. Untuk mengetahui intervensi dari Campak.

1
BAB II
KONSEP DASAR

2.1 Pengertian
Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti
demam, batuk, corzy/ pilek,dan bercak – bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari
setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang
kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Masuknya penyakit
campak ke dalam masyarakat yang sama sekali belum pernah terserang, umumnya
akan menyebabkan kematian yang sangat banyak, orang-orang yang rentang terhadap
campak adalah :
 Bayi berumur lebih dari 1 tahun
 Bayi yang tidak mendapat imunisasi
 Remaja dan dewasa yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
[ CITATION Han10 \l 1057 ]
Penyakit yang Dapat Di cegah Dengan Imunisasi (PD3I) merupakan masalah
kesehatan yang harus di prioritaskan dalam penanganannya karena frekuensi
penularan yang sangat cepat. Salah satu PD3I yaitu penyakit campak yang
mempunyai sumbangsih cukup besar dalam peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas. Anak-anak adalah kelompok yang rentan terserang penyakit akibat daya
tahan tubuh yang masih rendah.[ CITATION RIK13 \l 1057 ]
Morbili atau campak adalah penyakit infeksi karena virus yang sangat
menular, ditandai dengan demam, malaise, ruam kulit, batuk, coryza, konjungtivitis,
dan fotofobia berat.[ CITATION Sin18 \l 1057 ]
Jadi kesimpulan dari kelompok, campak adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Paramyxoviridae morbili dan juga dapat menular melalui udara, ataupun kontak
langsung dengan penderita. Biasanya pada penderita campak mendapati gejala
demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis.

2.2 Etiologi
Campak adalah virus RNA dari famili paramixoviridae, genus morbilivirus.
Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodomal dan selama waktu
singkat sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan
urin. Virus dapat tetap aktif sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus
campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus.
Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan
inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam
muncul.Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes-tetes semprotan selama masa
prodomal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum
diagnosis kasus aslinya. Orang yng terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10
sesudah pemajanan (mulai fase prodomal, pada beberapa keadaan seawal hari ke 7.
Tindakan pencegahan isolasi terutama dirumah sakitatau institusi lain harus

2
dipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam
muncul. [ CITATION kar11 \l 1057 ]
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini
berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
[ CITATION Sin18 \l 1057 ]

Melalui batuk mengeluarkan percikan ludah yang mengandung virus campak


kemudian dihirup oleh anak lain mungkin 1 atau 2 minggu kemudian anak tersebut
akan kena campak. [ CITATION Sur09 \l 1057 ]

Gambar 1. Bayi dengan penyakit campak

2.3 Patofisiologi
Morbilitas merupakan suatu penyakit akut menular yang ditandai oleh 3
stadium: (1) stadium inkubasi sekita 0-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda
atau gejala; (2) stadium prodomal dengan enatem (bercak koplik) pada mukosa bukal
dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza dan batuk
yang semakin berat; (3) stadium khir dengan makuler yang muncul berturut-turut
pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai oleh demam yang tinggi
[ CITATION kar11 \l 1057 ]
Lesi esensial Campak terdapat diulit, membran mukosa nasofaring, bronkus,
dan saluran cerna, dan pada konjungtiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel
mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya ada
hiperplasie jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multinukleus
berdiameter sampai 100µm dapat ditemukan. Dikulit, reaksi pertama menonjol sekitar
kelenjar sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosan dan
poliferasi sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh
pada mukosa bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membran
mukosa trakheobronkial. Pneumonitis intersisial akibat dari virus campak mengambil

3
bentuk pneumonia raksasa Hect. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri sekunder. [ CITATION kar11 \l 1057 ]
Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinasi perivaskular
pada daerah otak dan medulla spinalis. Pada panansefalitis sklerotikans subakut
Dawson, dapat ada degenerasi korteks dan substansi putih (alba) dengan benda-benda
inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik [ CITATION kar11 \l 1057 ]

2.4 Pathways Defisit Nutrisi

Mulut pahit
Mortiliti virus Masuk ke saluran Ditangkap makrofag
timbul anoreksia
pernafasan

Menyebar ke kelenjar limfa Bercak kelabu

Virus sampai Virus sampai


multiple tissue di RES Virus dilepas ke aliran darah Saluran cerna

Reaksi peradangan Mengendap di Iritasi


organ saluran usus
Thermostat
Pengeluaran mediator kimia terpengaruh
Kulit ruam sekresi
histasinin Sel point
meningkat Gangguan diare
Gatal (nyeri ringan) integritas kulit
Suhu meningkat
Dehidrasi
Gangguan rasa
nyaman Hipertermi

Reisko
Hipovolemi
Epitel saluran
nafas

Fungsi silia lalu


sekret

Reflek batuk

Bersihan
jalan nafas
tidak efektif

[ CITATION Lul01 \l 1057 ]

4
2.5 Manifestasi Klinis
Infeksi campak di bagi menjadi 4 yaitu : inkubasi, prodromal (kataral,
eksantematosa (ruam) dan fase penyembuhan. Masa inkubasi adalah sekitar 8-12
hair Dari saa pajanan sampai terjadinya gejala atau 14 hari setelah pajanan sampai
terjadi ruam. Manifestasi klinis yang terjadi pada 3hari fase prodromal adalah batuk,
pilek, konjungtivis, dan tanda patognomotik bercak koplik (koplik spof) (bintik putih
keabuan, sebesar butiran di mukosa bukal sisi berlawana Dari molar bawah yang
dapat di temukan hanya terjadi selama 12-24jam pada konjungtiva timbul garis
radang tranversal sepanjang pinggir kelopak mata (garis stimson). Gejala klasik
campur berupa batuk, pilek dan konjungtivis yang makin berat timbul selama viremia
sekunder Dari fase eksantematosa yang sering Kali diikuti dengan timbulnya demam
ting (40°C-40,5°C [104° F-105° F]). Istilah campak termodifikasi (modified measies)
menggambarkan kasus campak ringan yang timbul pada pasien dengan perlindungan
personal terhadap penyakit campak. Campak termodifikasi timbul pada pasien yang
mendapat vaksinasi sebelum usia 12bulan atau secara bersamaan di berikan serum
immun globulin,bagi yang masih memiliki antibodi transplasenta atau pada pasien
yang telah menerima immunoglobin (Karen J. Marcdante, MD 2014).
Adapun menurut Murlistyarini dkk, campak dapat ditandai dengan gejala
prodromal 2-4 hari ditandai dengan :
a. demam, sampai 40.50C
b. Konjungtivitis
c. Rinoria
d. sakit tenggorokan
e. batuk
f. bercak koplik pada mukosa bukal posterior merupakan tanda patogmonisis
berupa lesi maklua putih kecil 1-2mm dikelilingi halo bintik bintik eritemaus. [
CITATION Sin18 \l 1057 ]
Individu dengan imunitas parsial yang ada sebelumnya (misalnya pasien yang
menerima imunoglobilin eksogen) memiliki gejala :
a. lelah ringan namun masa inkubasinya berkepanjangan (14-20 hari)
b. Sebaliknya pasien dengan imunosiprasi kemungkinan dengan gejala yang
lebih parah dan bisa tampa ruam khas.
c. Lesi kulit ditandai dengan makula dan papula eritem yang tidak gatal
d. Muntah
e. Diare
f. sakit perut
g. splemomegali
h. faringitis
i. oititis meia dan limfadenopati generalista. [ CITATION Sin18 \l 1057 ]
Pasien imunosupresi beresiko tinggi untuk terkena :
a. pneumonitis
b. enseasitis akut

5
[ CITATION Sin18 \l 1057 ]

Gambar 2. Tanda dan gejala campak

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan penunjang untuk Infeksi Virus dengan Manifestasi Papul, Nodul
dan Plak:
Pemerisaan penunjang berupa pemeriksaan histopatologik kulit. Perawatan rutin
yang bisa digunakan adalah Hematoksilin-Eosin (HE) atau Giemsa. Pada Moebili dan
Rubela, pemeriksaan penunjang yang biasanya dimintakan adalah pemeriksaan
serologik.
2. Cara Pengambilan Sampel Virus dari Papul, Nodul dan Plak:
Untuk pemeriksaan histopatologik, sampel jaringan dari lesi papul, nodul dan plak
tersebut biasanyadiambil dengan cara biopsi dengan alat biopsi plong (punch),.
Prosedur biopsi plong adalah sebagai berikut;
a. Tentukan daerah yang akan dibiopsi dan lakukan tindakan aseptik dan
antiseptik.
b. Gunakan jarum 30 G untuk menyuntikkan lidokain 2%.
c. Kulit daerah yang akan dibiopsi, diregangkan tegak lurus 900 dari garis
tegangan kulit (rest skin tension line).
d. Alat biopsi akan penetrasi dermiss dan mencapai jaringan subkutan. Ini
ditandakan dengan hilangnya tahanan.
e. Sampel diangkat dengan jarum 30 G. Lalulan dengan hati-hati agar tidak
merusak sample.
f. Gunting dapat menggunakan untuk melepaskan sample sampai jaringan
subkutan.

6
g. Biopsi lebih dari 4mm perlu dijahit untuk mengurangi waktu penyembuhan
dan jaringan parut. Biopsi ukuran < 4 mm, tidak perlu jahit, karena luka akan
sembuh dengan baik, dan dapat mengurangi resiko terjadinya jaringan parut
karena penjahitan. Hemostatik dapat dilakukan dengan menggunakan spons.
h. Penjahitan juga bisa menggunakan benang jahitnilon 5-0. Daerah muka,
mukosa dan kelamin pada umumnya tidak perlu di jahit karena lukadapat
sembuh dengan jaringan parut yang minimal. Jika diinginkan, luka daerah
muka dapat dijahit dengan benang nilon 6-0.
Cara Penganbilan Sample Virus dari Papul, Nodul dan Plak:
Untuk pemeriksaan histopatologik, sampel jaringan dari lesi papul, nodul dan plak
tersebut biasanya diambil dengan cara biopsi dengan alat biopsi plong ( punch ).
Prosedur biopsi plong adalah sebagai berikut:
1. Tentukan daerah yang akan dibiopsi dan lakukan tindakan aseptik dan
antiseptik.
2. Gunakan jarum 30 G untuk menyuntikan lidokain 2%.
3. Kulit yang akan dibiopsi, diregangkan tegak lurus 900 dari garis tegangan kulit
(rest skin transion line).
4. Alat biopsi plon (3mm, 4mm, 5mm) diposisikan vertikal di atas kulit, dan
diputar ke arah bawah dengan dua jadi pertama dari tangan dominan.
5. Alat biopsi akan pemetrasi dermis dan mencapai jaringan subkutan. Ini
ditandakan dengan hilangnya tahanan,
6. Sample diangkat dengan jarum 30 G. Lakukan gengan hati hati agar tidak
merusak sample.
7. Gunting dapat digunakan untuk melepaskan sample sampai jaringan subkutan.
8. Biopsi lebih dari 4mm perlu di jahit untuk mengurangi waktu penyembuhan
dan jaringan parut. Biopsi ukuran <4 mm, tidak perlu dijahit, karena luka akan
sembuh dengan baik, dan dapat mengurangi resiko terjadinya jaringan parut
karena penjahitan. Hemostatik dapat dilakukan dengan menggunakan spon.
9. Penjahitan dilakukan menggunakan benang jahit nilon 5-0. Daerah muka,
mukosa dan kelainan pada umumnya tidak perlu dijahit karena luka dapat
sembuh dengan jaringan parut yang minimal. Jika diinginkan, luka daerah
muka dapat di jahit dengan benang nilon 6-0.
10. Sampel dapat dimasukan kedalam larutan fiksasi seperti formalin 10%dan
dikirim ke laboratorium. Volume cairan fiksasi sebaiknya tidak kurang dari 20
kali volume jaringan dengan tabal jaringan kira – kira 1/2 cm [ CITATION lor19 \l
1033 ].

2.7 Komplikasi
Komplikasi utama campak adalah otitis media, pneumonia dan ensefalitis.
Norma pipi dapat terjadi pada keadaan yang jarang. Gangren muncul dimana-mana
tampak merupakan akibat purpura fulmian atau koagulasi intravaskuler menyebar.
Pneumonia dapat disebabkan oleh virus campak sendiri; lesi adalah intersisial.
Pneumonia campak pada penderita dengan infeksi HIV sering memtaikan dan tidak
selalu disertai dengan ruam.salah satu dari kemungkinan bahaya campak adalah

7
eksaserbasi proses tuberkolosis yang ada sebelumnya. Mungkin juga ada kehilangan
hipersensitivitas sementara terhadap tuberkulin.[ CITATION Ric00 \l 1057 ]
Miokarditas adalah komplikasi sering yang jarang; perubahan
elektrokardiografi sementara dikatakan relatif sering. Konplikasi neurologis lebih
sering pada campak daripada eksantem lain apapun. Insiden ensefalomielitis
diperkirakan 1-2/1.000 kasus campak yang dilaporkan.
Imuniasasi aktif: imunisasi campak awal diberikan pada usia 12-15 bulan
tetapi tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi.
Karena angka serokonversi pasca imunisasi tidak 100% dan mungin ada beberapa
makin lama imunitasnya berkurang, imunisasi kedua diberikan sebagai campak-
parotitis-rubella (measles-mumps-rubella[MMR]), terindikasi. Dosis ini dapat
diberikan ketika anak masuk sekolah atau nanti pada saat masuk sekolah menengah.
Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus juga mendapat imunisasi campak
yang kedua.[ CITATION Ric00 \l 1057 ]
Imunisasi pasif: imunisasi pasif dengan kumpuln serum orang dewasa,
kumpulan serum konvalesen, globulin plasenta, atau gamma globulin kumpulan
plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat
dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis
0,25 ml/kg diberikan secara intramuskular dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi
lebih baik sesegera mungkin.[ CITATION Ric00 \l 1057 ]

2.8 Penatalaksanaan
Perawatan suportif rutin diberikan termasuk pemberian cairan yang adekuat
dan antipiretik. Pemberian vitamin A dosis tinggi memperbaiki prognosis pada bayi
yang menderita malnutrisi dan harus dipertimbangkan pada pasien yang memiliki
risiko tinggi untuk mengala komplikasi, termasuk bayi usia 6 bulan-2 tahun dirawat di
rumah sakit demikian pula penderita imunodefisiensi. WHO dan UNICEF
merekomendasikan pemberian vitamin A di area yang diketahui mengalami defisiensi
vitamin A atau memiliki tingkat kematian akibat dampak yang lebih besar dari 1%
([ CITATION kar11 \l 1033 ]
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring,
antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam),
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi
sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak.
Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan
pneumonia.
Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
a. 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih „
b. 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan „
c. 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan „
d. Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur
penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A.

8
Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bakterial dapat
diberi antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat
dehidrasinya. [ CITATION Ric16 \l 1057 ]

PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR
(Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014,
vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat
diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak
perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada
usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan.
[ CITATION Ric16 \l 1057 ]
Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi
primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang
terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti
kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. [ CITATION Ric16 \l
1057 ]
Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-
vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke 5-6
sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5%
resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama
2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan gangguan sistem saraf pusat,
seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko kedua. [ CITATION Ric16 \l
1057 ]
Efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di
antara 1.000.000 dosis vaksin.6,8 Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada
penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam
1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Vaksinasi MMR dapat
menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak. Kurang
lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39,40 C setelah imunisasi MMR. Reaksi
demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-
2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1%
anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada <1/1.000.000 dosis. [ CITATION Ric16 \l
1057 ]
Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, seperti:
a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti bahwa
potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak peningkatan insidens
kegagalan vaksinasi). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi berumur 12-
14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan
merupakan kontraindikasi
b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak SD,
SMP, SMA dapat diberikan imunisasi ulang.

9
c. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudak
dimatikan (vaksin inaktif)
d. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobin
e. Seorang yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.[ CITATION Soe16 \l
1057 ]

KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita
demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki
riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobin atau bahan bahan yang
berasal dari darah. [ CITATION Soe16 \l 1057 ]

10
BAB III
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan pada Pasien Campak


A. Pengkajian Fokus
a. Identitas diri :
b. Pemeriksan fisik :
c.. Mata : terdapat konjungtivis, fotophobia
d.. Kepala : sakit kepala
e. Hidung : terdapat secret, influenza,rhitnis/koriza,perdarahan hidung (pada stad
irupsi)
f. Mulut dan bibir : mukosa bibri kering,stomatitis,batuk,mulut terasa pahit
g. Kulit : permukaan kulit kering, turgor kulit terasa gatal,ruam makuker pada
leher,muka,lengan dan kaki (pada stad,kovalensi) ,evetima,panas (demam)
h. Pernafasan : pola nafas,RR,batuk,sesak nafas,wezhing,roncki,sputum
i. Tumbuh kembang : BB,TB,BB lahir tumbuh kembang R atau imunisasi
j. Status nutrisi : intake output makanan, nafsu makan [ CITATION Sur09 \l 1057 ]

B. Diagnosis Keperawatan yang Muncul


1. Hipertermia D.0130
Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Peningkatan laju metabolism
3. Terpapar lingkungan panas
4. Respon trauma
5. Proses penyakit
6. Aktivitas berlebih
7. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
8. Penggunaan incubator

Gejala dan tanda mayor


Subjekif Objektif
(tidak tersedia) 1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Kulit merah
2.Kejang
3.Takikardi
4.Takipnea

11
5. Kulit terasa hangat [ CITATION Tim16 \l 1057 ]

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif D.0149


Definisi : Ketidakmampuan membersihkan secret/obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.

Penyebab :
Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Sekresi yang tertahan
3. Hipersekresi jalan napas
4. Hiperplasia dinding jalan napas
5. Disfungsi neuromuskuler
6. Proses infeksi
7. Benda asing dalam jalan nafas
8. Respon alergi
9. Adanya jalan napas buatan
10. Efek agen farmakologis
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi,wheezing dan atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas (pada neonates)

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi napas menurun
4.Frekuensi
5. Pola napas berubah [ CITATION Tim16 \l 1057 ]

3. Gangguan rasa nyaman D.0074


Definisi : Perasaan kurang senang,lega dan sempurna dalam dimensi
fisik,psikospiritual,lingkungan dan social.

12
Penyebab :
1. Gejala penyakit
2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial,social dan
pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (mis.medikasi,radiasi,kemoterapi)
7. Gangguan adaptasi kehamilan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh tidak nyaman 1. Gelisah

Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur 1. Menunjukan gejala stress
2. Tidak mampu rileks 2. Tampak merintih/menangis
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 3. Pola eliminasi berubah
4. Merasa gatal 4. Postur tubuh berubah
5. Mengeluh mual 5. Iritabilitas
6. Mengeluh lelah
7. Kondisi klinis terkait
8. Penyakit kronis
9. Keganasan
10. Distres psikologis
11. Kehamilan [ CITATION Tim16 \l 1057 ]

4. Defisit nutrisi D.0019


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor psikologis (mis. Stres keengganan untuk makan )
Gejala dan tanda mayor
subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif : berat badan menurun minimal 10% di bawah rental ideal.

Gejala dan tanda minor


Subjektif :
1. Cepat kenyang setelah makan

13
2. Kram/ nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin menurun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare [ CITATION Tim16 \l 1057 ]

5. Resiko hipovolemi D.0034


Definisi : Resiko mengalami penurunan volume cairan intavaskuler, interstisial,
dan intraselular.
Faktor reriko;
a. Kehilangan cairan secara aktif
b. Gangguan absorsi cairan
c. Usia lanjut
d. Kehilangan berat badan
e. Status hipermetabolik
f. Kegagalan mekanisme regulasi
g. Evaporasi
h. Kekuranngan intrake cairan
i. Efek agen farmakologis [ CITATION Tim16 \l 1057 ]

6. Gangguan Integritas Kulit D.0129


Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis)atau jaringan (membrane
mukosa,kornea ,fasia,otot,tendon,tulang,kartilago,kapsul sendi dan ligament)
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi
3. Kekurangan/kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif

Gejala dan tanda mayor


Subjektif objektif
(tidak tersedia) 1. Kerusakan jaringan atau lapisan kulit

Gejala dan tanda minor


Subjektif objektif
(tidak tersedia) 1.Nyeri
2. Perdarahan

14
3. Kemerahan [ CITATION Tim16 \l 1057 ]

C. Intervensi
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen hipertermia Suhu 38.9°C-41,1°C
keperawatan selama 3x 24 Tindakan : mrnunjukkan proses
jam termoregulasi Pasien Observasi : penyakit infeksius
normal dengan kriteria hasil - identifikasi penyebab akut. Pada demam
: hipertermia (mis. dapat membantu
- menggigil menurun Dehidrasi,terpapar lingkungan dalam diagnosis;
- kulit merah menurun panas, penggunaan inkubator ) mis. Kurva demam
- kejang menurun -monitor suhu tubuh lanjut berakhir lebih
-akrosianosis menurun -monitor kadar elektrolit dari 24 jam
- konsumsi oksigen -monitor haluaran urine menunjukka demam
menurun -monitor komplikasi akibat remitten (bervariasi
-pileoreksi menurun hipotermia hanya beberapa
-vasokontriksi verifer Terapeutik : derajat pada arah
menurun - sediakan lingkungan yang tertentu. Memanggil
- kutis memorata menurun dingin sering mendahului
-pucat menurun -longgarkan atau lepaskan puncak suhu.
-takikardia menurun pakaian
-takipnea menurun -basahi dan kipasi permukaan
-brakikardia menurun tubuh
-dasar kuku sianotik - berikan cairan oral
menurun -ganti linen setiap hari atau
- hipoksia menurun lebih sering jika mengalami
-suhu tubuh membaik hiperhidrosis (keringat
- suhu kulit membaik berlebihan)
-kadar glukosa tubuh -lakukan Pendingan eksternal
membaik (mis. Selimut hipotermia atau
- pengisian kapiler membaik kompres dingin pada
-ventilasi membaik dahi,leher,dada,abdomen,aksila)
-tekanan darah membaik -hindari pemberian antipiretik
[ CITATION Tim19 \l 1057 ] atau aspirin
-berikan oksigen,jika perlu
Edukasi :
-ajarkan titah baring
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
[ CITATION Tim18 \l 1057 ]

15
2. Regulasi temperatur
Definisi : mempertahankan
suhu tubuh dalam rentan normal
Tindakan :
Observasi :
-monitor suhu bayi sampai
stabil (36,5-37,5 C)
-monitor suhu anak setiap dua
jam,jika perlu
-monitor tekanan darah,
frekuensi,nadi
-monitor warna dan suhu kulit
-monitor dan catat tanda
- monitor dan catat tanda dan
gejala hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik :
-pasang alat pemantau suhu
kontinu,jika perlu
-tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
-bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
-masukan bayi BBLR kedalam
plastik segera setelah lahir
(mis.bahan pholyliene
poliurethane)
-gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
-tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant Warner
-pertahankan inkubator 50%
atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas karena proses
evaporasi
-atur inkubator sesuai
kebutuhan
-hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan kontak
dengan bayi
(mis.selimut,kainbedongan
stetoskop)

16
-hindari meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendinginan ruangan
atau kipas angina
- gunakan matras
penghangat,selimut hangat dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh jika
perlu ,
-gunakan kasur pendingin
,water circulating blankets,ice
pak,atau gel pad dan
intravascular cooling
chateterization untuk
menurunkan suhu tubuh
-sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Edukasi :
-jelaskan cara pencegahan heat
exhcaution dan heat stroke
-jelaskan cara pencegahan
hipotermia karena terpapar
udara dingin
-demonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi :
-kolaborasi pemberian
antipiretik,jika perlu [ CITATION
Tim18 \l 1057 ]

2. Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3x24 1. Latihan Batuk Efektif -sianosis kuku
jam bersihan jalan nafas Tindakan: menunjukkan
Observasi vasoontriksi atau
meningkat dengan kriteria 1. indikasi kemampuan respons tubuh
hasil: batuk terhadap
- batuk efektif 2. monitor adanya retensi demam/menggigil.
meningkat sputum Namun, sianosisi
- produksi sputum 3. monitor tanda dan daun telinga,
menurun gejala infeksi saluran membran mukosa,
- wheezing menurun pernafasan dan kulit sekitar
- dispnea menurun 4. monitor input dan mulut menunjukkan
- ortopnea menurun output cairan (mis. hipoksemia sistemik.
- sulit bicara menurun Jumlah dan
- sianosis menurun karakteristik) -Takikardia biasanya

17
- gelisah menurun tarapeutik ada sebagai akibat
- frekuensi nafas 1. atur posisi semifowler demam/dehidrasi
membaik (16- atau fowler tetapi dapat sebagai
24x/menit) 2. pasang perlak dan respons terhadap
- Pola nafas membaik. bengkok dipangkuan hipoksemia.
[ CITATION Tim19 \l pasien
1057 ] 3. buang sekret pada
tempat sputum
edukasi
1. jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. anjurkan tarif nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluar dari
mulut dengan bibir
mencucu
kolaborasi
kolaborasikan pemberikan
mukolitikk dan ekspektoran
[ CITATION Tim18 \l 1057 ]

2. Manajemen jalan nafas


Tindakan
Observasi:
1. monitor jalan nafas
(frekuensi, kedalaaman,
usaha nafas)
2. monitor bunyi nafas
tambahan (mis.
Gurgling,
mengii,whezing, ronchi
kering)
3. monitor sputum
(jumlah, warna, aroma)
Tarapeutik:
1. pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-
tilt dan chinlif (jaw-
thrust jika curiga trauma
servikal)
2. posisi
semifowler/fowler
3. berikan minum hangat
4. lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. lakukan pengjisapan
lendir <15 detik
6. lakukan hiperoksigenasi

18
sebelum penghisapan
endotrakeal
keluarkan sumbatan benda
padat[ CITATION Tim18 \l 1057 ]
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen nyeri meningkatkan
keperawatan selama Definisi : mengindentifikasi dan kenyamana, perasaan
3x24jam. Di harapkan mengelola pengalaman sensorik bersih,
status kenyamanan pasien atau emosional yang berkaitan dankesejahteraan
teratasi dengan kriteria hasil dengan kerusakan jaringan atau
: fungsional dengan onset
- kesejahteraan fisik mendadak atau lambat dan
meningkat beritensitas ringan hingga berat
- kesejahteraan psikologis dan konstan.
meningkat Tindakan :
- Dukungan sosial dari Observasi :
keluarga meningkat -identifikasi lokasi,
- Dukungan sosial dari karakteristik,durasi,
teman meningkat frekuensi,kualitas, intensitas
-perawatan sesuai nyeri
kebutuhan meningkat -identifikasi skala nyeri
-kebebasan melakukan -identifikasi respons nyeri non
ibadah meningkat verbal
-rileks meningkat - identifikasi faktor yang
-keluhan tidak nyaman memperberat dan
menurun memperingan nyeri
-gelisah menurut -identifikasi pengetahuan dan
-kebisingan menurun keyakinan tentang nyeri
-keluhan sulit tidur menurun -identifikasi pengaruh budaya
-keluhan kedinginan terhadap respon nyeri
menurun -identifikasi pengaruh nyeri
-keluhan kepanasan pada kualitas hidup
menurun - monitor keberhasilan terapi
-gatal menurun komplementer yang sudah di
-mual menurun berikan
-lelah menurun -monitor efek samping
-merintih menurun penggunaan analgesik
-menangis menurun Terapeutik :
-iritabilitas menurun - berikan tehnik
-menyalahkan diri sendiri nonfarmakologis untuk
menurun [ CITATION Tim19 \l mengurangi rasa nyeri (mis.
1057 ] Tens,hipnosis, akupresur,terapi
musik,terapi pijat,aroma
terapi,tehnik imajinasi
terbimbing,kompres hangat atau

19
dingin,terapi bermain)
-kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan
pencahayaan,kebisingan )
Edukasi :
-jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
-anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
-ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu [ CITATION
Tim18 \l 1057 ]

2. Pengaturan posisi
Tindakan :
Observasi :
- monitor status oksigenasi
sebelum dan sesudah mengubah
posisi
-monitor alat traksi agar selalu
tepat
Terapeutik :
-tempatkan pada matras/ tempat
tidur terapeutik yang tepat
-tempatkan pada posisi
terapeutik
-tempatkan objek yang sering
digunakan dalam jangkauan
-tempatkan bel atau lampu
panggilan dalam jangkauan
-sediakan matras yang kokoh
atau padat
-atur posisi tidur yang di
sukai,jika tidak kontraindikasi
-atur posisi mengurangi sesak

20
(mis .semi flower)
-atur posisi yang meningkatkan
drainage
-posisikan kesejajaran tubuh
yang tepat
-imobilisasi dan topang bagian
tubuh Yang cedera dengan tepat
-tinggikan bagian tubuh yang
sakit dengan tepat
-tinggikan anggota gerak 20°
atau lebih di atas level jantung
-tinggikan tempat tidur bagian
kepala
-berikan bantal yang tepat pada
leher
-berikan topang pada area
edema ( mis. Tengkurap / good
lung down)
-posisikan untuk mempermudah
ventilasi/ perfusi (mis.
Tengkurap/good lung down)
-motivasi melakukan ROM
aktif atau pasif
-motivasi terlibat dalam
perubahan posisi,sesuai
kebutuhan
- hindari menempatkan pada
posisi yang dapat meningkatkan
nyeri
-hindari menempatkan stump
amputasi pada posisi fleksi
-meminimalkan kesekan dan
tarikan saat mengubah posisi
-ubah posisi setiap 2jam
-ubah posisi dengan teknik log
roll
-pertahankan posisi dan
integritas traksi
-jadwalkan secara tertulis untuk
perubahan posisi
Edukasi :
- informasikan saat akan di
lakukan perubahan posisi
-ajarkan cara menggunakan

21
postur yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum mengubah
posisi,jika perlu [ CITATION
Tim18 \l 1057 ]

3. Terapi relaksasi
Tindakan :
Observasi :
- Identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi,atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan
kognitif
-identifikasi tehnik relaksasi
yang oernah efektif di gunakan
-identifikasi kesediaan
,kemampuan dan penggunaan
tehnik sebelumya
-periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah,suhu sebelum dan
sesudah latihan.
-monitor respon terhadap terapi
rileksasi
Terapeutik :
-ciptakan lingkungan tenang
,dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan
nyaman, jika memungkinkan
- berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- gunakan pakaian longgar
-gunakan suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
- gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi :

22
- jelaskan tujuan,
manfaat,batasan dan jenis
relaksasi yang tersedia ( mis.
Musik, meditasi,napas
dalam,relaksasi otot progresif)
-jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang di pilih
-anjurkan mengambil posisi
nyaman
-anjurkan rileks dan merasakan
sensasi rileksasi
- anjurkan sering mengulangi
atau melatih tehnik yang di
pilih
-demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis.
Napas
dalam,pergangan,imajinasi )
[ CITATION Tim18 \l 1057 ]

4. Defisit Nutrisi 1. Tindakan Dengan pengetahuan


Setelah dilakukan tindakan Observasi yang baik tentang
keperawatan selama 3x24 - Identifikasi status nutrisi nutrisi akan
jam diharapkan status - Identifikasi alergi dan memotivasi untuk
nutrisi membaik dengan itoleransi makanan menignkatkan
criteria hasil : - Identifikasi makanan pemenuhan nutrisi.
1. Porsi makanan Membantu dalam
yang di sukai
yangdihabiskan mengidentifikasi
- Identifikasi kebutuhan malnutrisi protein-
meningkat kalori dan jenis nutrisi
2. Kekuatan otot kalori, khususnya
- Identifikasi perlunya bila berat badan
pengunyah
meningkat penggunaan selang kurang dari normal.
3. Serum albumin nasogastrik
meningkat - Monitor asupan makan
4. Pengetahuan tentang - Monitor berat badan
standar asupan - Monitor hasil
nutrisi yang tepat pemeriksaan
meningkat laboratorium
5. Sikap terhadap
makanan atau Trapeutik
minuman sesuai - Lakukan oral hygiene
dengan tujuan sebelum makan jika
kesehatan meningkat perlu
6. Perasaan cepat - Fasilitasi menentukan
kenyang menurun pedoman diet
7. Nyeri abdomen
(mis.piramida makanan)
menurun

23
8. Sariawan menurun - Sajikan makanan secara
9. Diare menurun menarik dan suhu yang
10. Berat badan sesuai
membaik - Berikan makanan tinggi
11. Indeks masa tubuh
serat untuk mencegah
membaik
konstipasi
12. Frekuensi makan
membaik - Berikan makanan tinggi
13. Nafsu makan kalori dan tinggi protein
membaik - Berikan suplemen
14. Bising usus makanan, jika perlu
membaik - Hentikan pemberian
15. Membrane mukosa makan melalui selang
membaik nasogatrik jika asupan
oral dapat di lakukan
Edukasi
- Ajurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis, pereda
nyeri antiometik), jika
perlu
- Kolaborasi dgn ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang di bituhkan
jika perlu

2.Promosi Berat Badan


Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan
muntah
- Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
- Minitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit,
dan elektrolit serum
Terapeutik

24
- Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan, jika
perlu
- Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien (mis.
makanan dengan tekstur
halus,makanan yang diblender,
makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau
gastrostomy,total perenteral
nutrition sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara
menarik
- Berikan suplemen
- Berikan pujian pada
pasie/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
-Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi,namun tetap
terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
[ CITATION Tim18 \l 1057 ]

5. Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Selama fase akut,


keperawatan selama 3x24 Hipovolemia kita berada dalam
jam diharapkan status cairan Tindakan: kondisi yang terlalu
klien membaik dengan Observasi: lemah dan
kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala mengalami sesak
- Kekuatan nadi hipovolemia (mis. nafas yang parah.
meningkat Frekuensi nadi Untuk meminum
- Turgor kulit meningkat, nadi teraba cairan peroral secara
meningkat lemah, tekanan darah adekuat dan
- Output urine menurun, tekanan nadi mempertahankan
meningkat menyempit, turgor kulit hidrasi yang adekut,
- Pengisian vena menurun, membran jika ada demam,
meningkat mukosa kering, volume maka kebutuhan
- Ortopnea menurun urine menurun, cairan akan
- Dispnea menurun hematokrit meningkat, meningkat. Saat
- PND menurun haus, lemah) demam, kehilangan
- Edema anasarka - Monitor intake dan cairan akan
menurun output cairan meningkat karena
- Edema perifer Tarapeutik: keringat yang
menurun - Hitung kebutuhan cairan berlebihan. Hal yang
- Berat badan - Berikan posisi modified terjadi jika demam
menurun Trendelenburg membaik adalah
- Distensi vena - Berikan asupan cairan meningkatnya
jugularis menurun oral penguapan karena
- Suara napas Edukasi: vasodilatasi perifer,

25
tambahan menurun - Anjurkan hal itu terjadi sebagai
- Kongesti paru memperbanyak asupan mekanis kompensasi
menurun cairan oral yang digunakan oelh
- Perasaan lemah - Anjurkan menghindari tubuh untuk
menurun perubahan posisi mengeluarkan panas.
- Keluhan haus mendadak
menurun Kolaborasi:
- Konsentrasi urine - Kolaborasi pemberian
menurun cairan IV isotonis (mis.
- Frekuensi nadi NaCl, RL)
membaik - Kolaborasi pemberian
- Tekanan darah cairan IV hipotonis
membaik (mis. Glukosa 2,5%,
- Tekanan nadi NaCl 0,4%)
membaik - Kolaboirasi pemberian
- Membran mukosa cairan koloid (mis.
membaik Albumin, plasmanate)
- JVP membaik - Kolaborasi pemberian
- Kadar Hb membaik produk darah [ CITATION
- Kadar Ht membaik Tim18 \l 1057 ]
- Central Venous
Pressure membaik 2. Pemantauan cairan
- Refuks Tindakan:
hepatojugular Observasi:
membaik - Monitor frekuensi dan
- Berat badan kekuatan nadi
membaik - Monitor frekuensi nafas
- Hepatomegali - Monitor tekanan darah
membaik - Monitor berat badan
- Oliguria membaik - Monitor waktu
- Intake cairan pengisian kapiler
membaik - Monitor elastisitas atau
- Status mental turgor kulit
membaik - Monitor jumlah, warma
Suhu tubuh membaik dan berat jenis urine
[ CITATION Tim19 \l 1057 ] - Monitor kadar albumin
dan protein total
- Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis. Osmolaritas
serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
- Monitor intake dan
output cairan
- Identifikasi tanda-tanda
hipovolemia (mis.
Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi

26
menyempit, turgor kulit
mrnurun, membran
mukosa kering, volume
urine menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia (mis.
Dispnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat.
- Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)
Tarapeutik:
- Atur interval waktu
pemantauan
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu [ CITATION Tim18 \l
1057 ]
6. Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan integritas Nyeri merupakan
keperawatan selama 3x24 kulit: pengalaman
jam diharapkan integritas Tindakan subyektif dan harus
kulit dan jaringan Observasi: dijelaskan
meningkat, dengan kriteria - Identifikasi penyebab oleh pasien.
hasil: gangguan integritas kulit Identifikasi
- Elastisitas untuk menjaga karakteristik
meningkat keutuhan, kelembapan nyeridan faktor yang
- Hidrasi meningklat dan mencegah berhubungan
- Perfusi jaringan perkembangan merupakan suatu hal
meningkat mikroorganisme. yang amat penting

27
- Kerusakan jaringan Tarapeutik: untuk memilih
menurun - Ubah posisi tiap 2 jam intervensi yang
- Kerusakan lapisan jika tirah baring cocok dan untuk
kulit menurun - Lakukan pemijatan pada mengevaluasi
- Nyeri menurun area penonjolan tulang, keefektifan dari
- Perdarahan menurun jika perlu terapi yang diberikan
- Kemerahan menurun - Bersihkan perineal
- Hematoma menurun dengan air hangat,
- Pigmentasi terutama selama periode
abnormal diare
- Jaringan parut - Gunakan produk
menurun berbahan petrolium atau
- Nekrosis menurun minyak pada kulit
- Abrasi kornea kering
menurun - Gunakan produk
- Suhu kulit membaik berbahan ringan/alami
- Sensasi membaik dan hipoalergik pada
- Tekstur membaik kulit sensitif
Pertumbuhan rambut - Hindari produk
membaik[ CITATION Tim19 \l berbahan dasar alkohol
1057 ] pada kulit kering
Edukasi:
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstream
- Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF min 30
saat berada diluar rumah
- Anjurkan mandi
menggunakan sabun
secukupnya[ CITATION
Tim18 \l 1057 ]

2. Perawatan luka:
Tindakan:
Observasi:
- Monitor karakteristik
luka (mis. Drainase,
warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda
infeksi
Tarapeutik:

28
- Lepaskan balutan dan
plester secara perlahan
- Cukur rambut disekitar
luka jika perlu
- Bersihkan dengan cairan
Nc=aCl atau pembersih
nontoksik, susai
kebutuhan
- Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep yang
sesuai ke kulit /lesi, jika
perlu
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik steril
saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
- Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkkal/kg/BB/hari dan
protein 1,25-1,5
g/kg/BB/hari
- Berikan suplemen
vitamin dan mineral
sesuai indikasi
- Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
- Anjurkan
mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
- Anjurkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
Enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik) jika
perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu [ CITATION
Tim18 \l 1057 ]

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Paramyxoviridae morbili
dan juga dapat menular melalui udara, ataupun kontak langsung dengan penderita.
Biasanya pada penderita campak mendapati gejala demam, batuk, pilek, dan
konjungtivitis.
Campak (rubeola,measles) disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan
rantai tunggal RNA yang memiliki 1 tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya
pejamu alami bagi penyakit ini. Virus campak menginfeksi traktus respiratorius atas
dan kelenjar limfe regional dan menyebar secara sistemik selama virema yang
berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya

30
DAFTAR PUSTAKA

Griffin, D. E. (2009). MEASLES : pathogenesis dan control. Berlin: Springer.


Halim, R. G. (2016). Campak pada Anak. 3-4.
Luluk. (2016). Asuhan Keperawatan pada Campak.
marcdante, k. j. (2011). Ilmu kesehatan anak esensial. singapura: saunders elsevier.
Marimbi, H. (2010). Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar pada Balita.
Jakarta: Nuha Medika.
Murlistyarini, S., Prawitasari, S., & Setyowatie, L. (2018). INTISARI ILMU KESEHATAN
KULIT DAN KELAMIN. Malang: Tim UB Press.
PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
RI, K. (2013). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Richard E. Behrman, R. M. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2. Jakarta: EGC.
Setiawan, M. (2008). Penyakit Campak. Jakarta: Sagung Seto.
Soegijannto, S. (2016). Kumpulan Makalah Penyekit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 6.
Surabaya: Airlangga University Press.
Suryanah, D. (2009). Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
Suryanah, D. (2009). Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.
wijaya, l. (2019). pemeriksaan penunjang dan laboratorium pada penyakit kulit dan kelamin.
jakarta: universitas katolik indonesia atma jaya .

31

Anda mungkin juga menyukai