Anda di halaman 1dari 7

Nama: Reinaldi Popo

Nim : 18021102024

Gedung Opera di Kota Manado


Arsitektur Klasik
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan
dari dalam jiwa manusia yang merujuk pada kegunaan panca indra manusia untuk merasakan
kesnian tersebut, dalam hal ini manusia juga perlu memuaskan rasa tersebut terutama melalui indra
pendengaran dan penglihatan sehingga terciptalah suatu seni yang di sebut dengan drama musikal
atau Opera yang secara sederhana merupakan suatu penggabungan antara musik dan drama.
Dalam perkembangnya kesenian di Indonesia, Presentase minat masyarakat dapat di katakan
cukup tinggi, Terutama di Sulawesi Utara yang merupakan salah satu Provinsi yang memiliki
beberapa kota yang berpotensi dalam pengembangan kesenian. Di zaman modern ini bangunan-
bangunan di Indonnesia cukup beragam baik pengaruh budaya dari luar maupun bangunan yang
sejak lama ada dan berkembang di suatu wilayah. Dengan demikian di butuhkan suatu bangunan
untuk mewujudkan minat masryarakat tersebut yang dalam hal ini perancangan gedung opera
dapat di realisasikan. Opera adalah seni pertunjukan yang memadukan musik, vokal, tari, dan
dialog. Kata opera berasal dari bahasa Latin opera, bentuk jamak dari opus, yang artinya karya.
Dalam bahasa Jerman disebut oper, sedangkan dalam bahasa Perancis opéra. Seni opera
merupakan salah satu bentuk pertunjukan high-art yang lahir, berkembang, dan populer di Eropa.
Opera berasal dari Yunani yang kemudian dikembangkan di Eropa. Berawal dari pertunjukan
drama-drama di antaranya karya Aeschyulus, Sophocles, dan Euripides, dalam sebuah bangunan
teater. Namun gedung opera di Indonesia cukup kurang tersebar di seluruh wilayah indonesia
sehingga dapat menjadi sesuatu suatu alasan utama dalam perancangan gedung opera tersebut. Hal
dapat menjadi pengembangan kesenaian dibidang drama musikal di wilayah indonesia lebih
tepatnya di kota Manado.
Pembangunan Gedung opera yang di harapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
tentang kesenian drama musikal yang ada di Manado karena belum terdapatnya gedung opera
sehingga dapat di lakukan pembangunan yang bertujuan untuk menghadirkan suasana baru dalam
sebuah pertunjukan seni yang ada di kota Manado, yang nantinya diharapkan objek ini dapat
meningkatkan perekonomian dan kebudayaan yang ada di kawasan tersebut.
Objek ini akan menciptakan sesuatu yang unik dan berbeda baik dari segi bentuk desain,
tema maupun lokasi. Secara bentuk gedung ini akan menerapkan bentuk bentuk geomtri yang baru
dengan gaya yang unik seperti pada gedung opera sidney dengan bentuk yang unik demikian pula
denggan objek ini dengan bentukl yang berbeda dan keunikan tersendiri. Dengan membawahkan
tema Arsitektur Klasik, gedung ini akan menciptakan suasan seperti ciri ciri arsitektur klasik yaitu
kemewahan denga pilar-pilar pada sekitar bangunan sehingga akan menjadi suatu konsep rancang
yang baru dan menarik untuk di wujudkan. Dari segi lokasi pembangunan objek ini berada di kota
Manado tepatnya di tepi pantai, hal ini merupakan sesuaitu yang jarang terlihat pada bangunan
opara pada umumnya yang akan menciptakan view dan bentuk bangunan yang sangat indah ke
arah pantai sehingga dapat menjadi daya tarik utama dari rancangan ini.
1.2 Rumusan Masalah Perancangan

Berdasarkan latar belakang diatas menghasilkan rumusan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana menciptakan suatu wadah untuk memenuhi kebutuhan dan
pengetahuan masyarakat tentang drama musikal di indonesia lebih tepatnya di kota
Manado?
2. Bagaimana merancang suatu gedung opera yang di kombinasikan dengan tema
Arsitektur Klasik yang memiliki keunikan dan nilai kebaruan?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam perancangan?

1.3 Tujuan & Sasaran Perancangan

Tujuan perancangan sebagai berikut:


1. Merancang sebuah gedung opera yang memiliki fasilitas yang memadai bagi
komunitas seniaman drama musikal di kota Manado.
2. Mewujudkan suatu gedung kesenian drama musikal dengan tema Arsitektur Klasik
yang menjadi pusat kesenian di daerah setempat.
3. Menciptakan suatu bangunan untuk mewujudkan impian para seniman dan penikmat
seni drama musikal di kota Manado

Sasaran perancangan sebagai berikut:


1. Menciptakan suatu sarana bagi para seniman drama musikal di Kota manado untuk
memberikan pengenalan mengenai pementasan opera yang seblumnya terbilang cukup
kurang di Indonesia.
2. Menyediakan wadah bagi para penikmat seni drama musikal dan juga memberikan
pembelajaran bagi orang orang yang masi awam tentang pertunjukan drma musikal di
kota Manado.

1.4 Manfaat
Adapaun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyediakan wadah bagi para seniman di kota Manado untuk menyalurkan
karya dan kreatifitas melalui Gedung Kesenian.
2. Dapat meningkatkan kinerja ekonomi dalam bidang pariwisata dalam hal pengelolaan
sumber daya.
Bab II
LANDASAN TEORI PERANCANCANGAN

3.1. Kajian Tipologi Objek Perancangan

A. Argumentasi Prospek & Fisibilitas Objek Perancangan

A. 1. Prospek
Pembangunan Gedung opera yang di harapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
tentang kesenian yang ada di Manado. Karena gedung kesenian di Manado terbilang cukup kurang
sehingga dapat di lakukan pembangunan gedung opera agar dapat menghadirkan suasana baru unurk
sebuah pertunjukan seni yang ada di kota Manado. Potensi kesenia terlihat dari di gelarnya event
kesenian oleh berbagai instansi baik pemerintah, sekolah dan gereja, dan juga banyak grup2 seni
seperti, paduan suara, grup band, dll. Gedung opera ini kedepannya diharapkan akan menjadi acuan
bagi sebuah proses Pembuatan konsep yang baru pada gedung teater yang yang akan menjadi
gedung Opera pertama di Sulawesi Utara. Seperti pada dasarnyta fungsi sebuah Gedung opera yaitu
sebagai tempat pertunjukan seni yang akan di konsentrasikan sebagai suatu wahana yang bersifat
mendidik atau edukatif, dan rekreatif dalam bidang budaya pendidikan dan bagi Ekonomi daerah
setempat. Dengan demikian maka hal ini di pandang positif demi kemajuan Ekonomi dan
Pendidikan di daerah Sulawesi Utara khsusnya, serta seluruh Indonesia sehingga Rancangan ini
diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas lengkap yang sesuai dengan standar internasional
bagi para seniman-seniman di kota manado.

A. 2. Fisibilitas
Untuk fisibilitas objek, kelayakan lokasi tapak dan lingkungannya serta layanan fasilitas
objek yang ditawarkan bermutu dan berbasis teknologi dan tidak hanya bersifat menghibur maka
objek ini merupakan jaminan yang membawa keuntungan bagi para pemakai dan pemerintah. Dalam
hal kelayakan objek rancangan secara teknis, batasan proyek yang telah disinggung pada bagian
pendahuluan menjadi acuan fisibilitas objek rancangan yang lebih mengarah kepada edukasi dan
pencerdasan masyaraka. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kebudayaan dan
kesenian, maka dirancang sebuah gedung kesenian dengan bentukan dan ruang serta fasilitas dengan
standar internasional yang dapat memenuhi dan melengkapi gedung tersebut . Untuk mencapai
semua hal diatas, dalam perancangan Gedung Opera harus memiliki fasilitasi-fasilitas ruang yang
lengkap untuk menunjang kebutuhan dalam pelayanan bagi pengguna dan penikmat kesnian.

B. Pemahaman Tipologi Objek Menurut Studi Literatur & Preseden

Gedung merupakan suatu bangunan yang biasanya berukuran besar dan bersifat masif seperti
perkantoran, Pusat perbelanjaan serta fasilitas umum lainya. Berbicara mengenai gedung pertunjukan,
kita tidak bisa terlepas dari membahas teater serta auditorium. Santosa dkk.(2008) dalam bukunya
mengutarakan pendekatan dalam menyimpulkan pengertian tentang teater yaitu “berasal dari kata
yunani theatron yang artinya tempat atau gedung pertunjukan.” Sementara dari pengertian auditorium,
dijelaskan memiliki beberapa makna, yaitu: “merupakan aula, bagian pada bangunan Romawi kuno
tempat para penyair, orator dan kritikus membacakan puisi atau pidatonya, bagian dari teater, sekolah
atau bangunan umum(publik), yang disediakan untuk warga (hadirin) yang ingin menyaksikan atau
sekedar mendengarkan, dan suatu ruangan besar untuk pertunjukan musik dan sandiwara, ruang kuliah
dan lain-lain.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gedung pertunjukan merupakan sebuah
bangunan berukuran besar yang digunakan untuk menonton suatu pertunjukan. Desain gedung
pertunjukan sendiri terus mengalami perkembangan tergantung pada kebutuhan serta perkembangan
gaya (style) pada saat ini, adapula yang mengambil kembali bentuk-bentuk pada masa sejarah yang
bersifat tradisional berdasarkan budaya yang berkembang pada masa itu. Sekarang ini, kiblat
perkembangannya lebih mengarah pada struktur yang fungsional dan mampu memenuhi kebutuhan
akan ruang serbaguna yang flexibel, dengan artian mulai meninggalkan tampilan yang sifatnya
dekoratif. Flexibel yang dimaksud di sini meliputi penataan tempat duduk penonton, alih fungsi
panggung (backstage), kemampuan untuk menambah daya tampung penonton serta penataan terhadap
akustik yang mungkin dapat mempengaruhi pementasan. Hal ini dimaksudkan agar gedung
pertunjukan dapat menampung segala jenis kegiatan baik yang sifatnya ringan ataupun yang
bentuknya kompleks sekalipun. Tetapi dewasa ini, dengan dipengaruhi oleh sifat melankolis seorang
manusia, desain gedung pertunjukan juga menampilkan bentuk-bentuk dekoratif yang disesuaikan
dengan budaya serta kearifan lokal, dimana bangunan tersebut didirikan.

B. 1. Tipologi Fungsi

Fungsi dari sebuah gedung pertunjukan berbanding lurus dengan pertunjukan yang
ditampilkan, namun seiring berkembangnya jaman dan teknologi, sudah banyak gedung pertunjukan
yang multi-fungsi, seperti Ballroom dengan fungsi sebagai dance hall, music concert, Public
Performing Space dengan fungsi sebagai pementasan drama. Tujuan dibangunnya gedung pertunjukan
ini biasanya karena kurangnya sarana hiburan dalam satu daerah atau kota dan juga untuk memfasilitasi
atau mewadahi local artist untuk mengeksplorasi kreatifitas dan bakat. Gedung pertunjukan umumnya
dibangun di pusat kota dengan pertimbangan mudah dalam pencapaian/akses dan pengumpulan
audience. Akan tetapi tidak sedikit juga gedung pertunjukan yang dibangun di pesisir pantai dengan
tujuan untuk menampung lebih banyak massa karena daerah pesisir cenderung lebih luas. Gedung
pertunjukan dapat berupa gedung yang berdiri sendiri maupun menjadi bagian dalam suatu gedung.

B. 2. Tipologi Langgam

Pendahulu opera adalah Intermedio, sebuah acara meriah dengan musik diadakan di
pengadilan Italia di Renaissance ( Selingan Bagian pertama yang benar-benar mengambil bentuk
opera adalah Daphne (1598) yang disusun oleh Péri.Namun, karya ini hanya ditransmisikan dalam
potongan-potongan, dan karya tertua yang masih ada sampai sekarang dalam bentuk penuh dengan
skor musik merayakan pernikahan Raja Henry IV dari Perancis dan Putri Medici pada tahun 1600.
“Euridice” Perri dilakukan di Florence. Opera awal adalah hiburan dari istana dan bangsawan,
termasuk karya agung Monteverdi, Orpheo, yang kemudian dipertunjukkan di istana Mantua. Namun,
sejak pembukaan gedung opera publik pertama di kota dagang Venesia pada tahun 1637, dua baris
dipisahkan: opera yang mewah sebagai acara pengadilan dan opera warga yang dijalankan sebagai
sebuah perusahaan. . Opera kekaisaran didasarkan pada prolog lima cabang dengan Lyric Tragedy
Lyly dibuat, dibuat oleh Lully pada masa pemerintahan Raja Sun Louis XIV. Di sisi lain, opera
kewarganegaraan menyukai subjek peduli dan historis dan ekspresi realistis, dan cerita komik
biasanya dimasukkan dalam cerita mulia.
Pertunjukan seni drama ini biasanya diberikan di gedung opera, diiringi oleh orkestra atau
ensemble musik yang lebih kecil, yang sejak awal abad ke 19 telah dipimpin oleh seorang konduktor.
Opera adalah bagian penting dari tradisi musik klasik Barat.
Mimirbook.com

B. 3. Tipologi Bentuk

Geometri seperti yang disebut oleh Prijotomo dalam diktatnya tentang tipologi geometri,
merupakan sebuah bidang pengetahuan rasional mengenai rupa dan bangun dari benda alam. Geometri
adalah alat untuk berkomunikasi dengan menggunakan rupa dan bangunan.. (Rob Krier 1988) dalam
bahasanya mengenai komposisi arsitektur menyebutkan bahwa geometri dapat di kategorikan
menjadi: bentuk yang teratur dan tidak teratur serta mempunyai unsur-unsur titik, garis, bidang solid,
ruang interior dan ruang eksterior. Selanjutnya Prijotomo menyebutkan bahwa, pada umunya rupa
dari geometri dapat dikelempokan menjadi rupa dwimatra dan rupa yang trimatra. Menurut Paul
Jacques Grillo (1960), dalam bukunya Form, function & design dan ditulis kembali oleh Prijotomo
dalam diktat tipologi geometri, meyederhakan benda geometri menjadi dua macam, yaitu benda yang
memiliki garis/batang/rusuk yang discontinous dan ada satu lagi adalah yang continous. Penetapan ini
dilakukan oleh Grillo dengan memperhatikan garis/ sisi/ rusuk/batang yang ada disetiap bangun dan
geometri. Seperti yang dikatakan Antonioades (1990), bahwa geometri memberikan kepada kita
kemampuan untuk mengenali dengan baik bentuk-bentuk yang mengandung unsur geometris,
menyelesaikan masalah yang selalu muncul dalam bentuk-bentuk geomteris, sehingga memberikan
kita serangakaian bentuk-bentuk yang siap pakai yang dapat disesuaikan dalam berbagai variasi.

(Gambar Struktur Sydney Opera House)

Untuk studi kasus diambil dari Sidney Opera House. Meskipun struktur atap yang sering
disebut sebagai "kerang", beton pracetak didukung oleh panel rusuk beton, tidak kerang dalam arti
struktural ketat. Meskipun kerang tampak seragam putih dari kejauhan , mereka memiliki pola chevron
halus terdiri dari 1.056.006 ubin dalam dua warna: putih serta matte krim mengkilap. Sydney Opera
House membuka jalan bagi geometries yang sangat kompleks beberapa arsitektur modern. Salah
satu desain contoh pertama penggunaan komputer-aided design untuk merancang bentuk kompleks.
Desain teknik yang dikembangkan oleh Utzon dan Arup untuk Sydney Opera House telah
dikembangkan lebih lanjut dan kini digunakan untuk arsitektur, seperti karya Gehry dan
blobitecture, serta struktur beton bertulang. Bentuk struktur permukaan bidang yang merupakan
struktur cangkang atau shell, di alam dapat ditemukan pada bentuk perisai dari tumbuh- tumbuthan
maupun binatang, meskipun bentuknya tipis, tapi kuat dan kokoh.
Bab III
PROSES DAN METODE PERANCANGAN

2.1. Tinjauan Teori Metodologi Perancangan

Metode yang dilakukan dalam penyusunan artikel perancangan gedung opera ini dilakukan
dengan pendekatan studi literatur yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan untuk referensi terkait dengan perancangan, dimana nantinya studi literatur ini akan
menjadi arahan dalam merancang.
Selain menggunakan metode literatur dalam perancangan ini juga menggunakan metode
studi banding dimana mencari informasi tentang beberapa proyek atau bangunan yang memiliki
keterkaitan yang sama dengan perancangan, lalu melakukan perbandingan terhadap segi
arsitektural yang dirancang untuk mendapatkan gambaran secara obyektif tentang arahan dalam
melakukan desain perancangan. Semua data yang diperoleh dengan metode tersebut kemudian di
analisis dan hasil dari analisis dihubungan dengan teori-teori arsitektur terkait yang didapatkan
dari tahapan studi literatur dan studi banding yang kemudian ditemukan sebuah kesimpulan dari
analisis yang dilakukan.

Berdasarkan data penduduk yang ada di Manado pada tahun 2021 yaitu sekitar 400 ribu jiwa
Maka di dapatakan total perkiraan kapasitas manusia yaitru sekitar Ruang opera kecil 800-1000,
ruang drama 600-800 tempat duduk.

Jenis teater juga dapat diklasifikasikan menurut kapasitas penonton yang ditampungnya
(Ham, 1987) :
• Sangat Besar
Teater yang memiliki 1500 kursi penonton atau lebih.
• Besar
Teater yang memiliki 900 - 1500 kursi penonton.
• Sedang
Teater yang memiliki 500-900 kursi penonton.
• Kecil
Teater yang memiliki kurang dari 500 kursi penonton.

Opera adalah seni pertunjukan yang memadukan musik, vokal, tari, dan dialog. Kata opera
berasal dari bahasa Latin opera, bentuk jamak dari opus, yang artinya karya. Dalam bahasa Jerman
disebut oper, sedangkan dalam bahasa Perancis opéra. Seni opera merupakan salah satu bentuk
pertunjukan high-art yang lahir, berkembang, dan populer di Eropa. Opera berasal dari Yunani
yang kemudian dikembangkan di Eropa. Berawal dari pertunjukan drama-drama di antaranya
karya Aeschyulus, Sophocles, dan Euripides, dalam sebuah bangunan teater.
Menurut wikipedia Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik mendesain yang
mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode
Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya
terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.

2.2. Pendekatan Perancangan

Dasar pendekatan program perencanaan dan perancangan dimaksudkan sebagai acuan yang
akan dipakai dalam penyusunan konsep dan program dasar perencanaan dan perancangan Gedung
Opera dengan tema Arsitektur Klasik. Metode pendekatan guna menentukan fungsi, kebutuhan
dan persyaratan ruang, faktor kenyamanan dan estetika arsitektur secara keseluruhan. Dasar
pendekatan yang digunakan adalah mengantisipasi kebutuhan akan sarana dan prasarana dengan
faktor – faktor yang menentukan, sesuai dengan fungsi dan tujuan, dengan mengacu pada kriteria
:
1. Fungsi Bangunan ini nantinya dapat mewadahi kegiatan yang akan berkaitang dengan Seni
Drama dalam gedung Opera. Bangunan hendaknya mampu mewadahi kegiatan tersebut,
sehingga terjadi hubungan fungsi yang baik dalam bangunan.
2. Arsitektur Klasik Kualitas dan kuantitas yang tercipta harus dapat mengekspresikan
kegiatan yang ada di dalamnya.
3. Tanggapan permasalahan
4. Estetika Bangunan
5. Struktur Bangunan

Pendekatan perencanaan berkaitan dengan pelaku kegiatan, jenis aktifitas, jenis fasilitas dan
kebutuhan ruang, proses aktifitas (sirkulasi pelaku), kapasitas dan besaran ruang serta besaran
spesifik ruang yang ada dalam Gedung Opera di kota Manado.

Pendekatan perancangan menggunakan tiga jalur pendekatan yaitu:


a) Pendekatan Tipologi
Dalam buku Sulistijowati (1991:12), mengatakan bahwa pengenalan tipologi akan
mengarah pada upaya untuk mengkelaskan, mengelompokkan atau mengklasifikasikan
berdasar aspek atau kaidah tertentu berdasarkan antara lain:
(1) fungsi, meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain;
(2) geometrik, meliputi bentuk, prinsip tatanan, dan lain-lain;
(3) langgam, meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik dan
budaya, dan lain-lain. Pendekatan lokasi
b) Pendekatan Lokasi
Dalam hal ini akan menggunakan teori analisis tapak Edward T. White. Yaitu tentang
analisis tapak (Edward T. White, 1983)
Pendekatan terdsebut dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Survey,
mengumpulkan data tapak, rona lingkungan, sarana dan prasarana umum, dan data
klimatik tapak
2) Obeserving,
melihat kondisi tapak, view, vegetasi sudah ada didalam tapak, hingga potensi yang
hadir.

c) Pendekatan tematik
Dalam pendekatan tematik akan berfokus pada menggali tema yaitu “ARSITEKTUR
KLASIK” yang akan berfokus pada geomtrei bentuk bangan.

Anda mungkin juga menyukai