HETEROGENITAS SOSIAL
Jika kita menilik kata “heterogenitas”, maka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti keanekaragaman. Memang sudah tidak asing lagi bahwa ketika kita mendengar
bangsa Indonesia adalah bangsa dengan berbagai suku, berbagai etnis, berbagai ras,
berbagai kepercayaan, berbagai kebudayaan, berbagai adat, dan keberbagaian yang lain.
Namun, pendekatan historis yang juga telah banyak dilakukan ini, telah cukup untuk
memberikan pemahaman yang logis terkait masyarakat yang plural dan heterogen ini.
“The range of social structure is equally wide, equally recapitulative: the Malayo-Polynesian
tribal systems of interior Borneo or the Celebes; the traditional peasant village of Bali, West
Java, and parts of Sumatra and the Celebes; the “post traditional” rural proletarian villages
of the Central and East Java river plains; the market-minded fishing and smuggling villages
of the Borneo and Celebes coasts; the faded provincial capitals and small towns of interior
Java and the Outer Islands; and the huge, dislocated, half-modernized metropolises of
Jakarta, Medan, Surabaya, and Makassar. The range of economic forms, of systems of
stratification, or of kinship organization is as great: shifting cultivators in Borneo, castle in
Bali, matriliny in West Sumatra. Yet, in this whole vast array of cultural and social patterns,
one of the most important institutions (perhaps the most important) in shaping the basic
character of Indonesian civilization is, for all intents and purposes, absent, vanished with a
completeness that, in a perverse way, attests its historical centrality – the negara, the
classical state of precolonial Indonesia” (Geertz, 1980: 3 – 4).
Memang hal yang dijelaskan oleh Geertz tersebut, tidak mencakup keseluruhan
Indonesia. Namun, Geertz telah berhasil memberikan gambaran bahwa masyarakat kita
adalah masyarakat yang plural dan heterogen. Bahkan dapat pula mudah dipahami
implikasinya terhadap berbagai aspek kehidupan misalnya bahasa, kecenderungan dalam
memilih pekerjaan, tata karma, maupun yang lainnya.
Dewasa ini peradaban menjadi sangat berkembang karena pengaruh besar dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, juga ditunjang oleh
perkembangan komunikasi dengan ditemukannya alat-alat komunikasi seperti handphone,
sehingga menyebabkan timbulnya keberanekaragaman pekerjaan dalam masyarakat.
Makna heterogenitas sekarang bukan lagi hanya kepada aspek-aspek seperti budaya, adat,
dan kepercayaan, tetapi juga sudah banyak kita temui spesialisasi pekerjaan, bahkan
dengan semakin berkembanganya zaman seperti sekarang, gender bukan lagi menjadi
sekat yang dapat membedakan utamanya dalah hal pekerjaan. Seorang wanita yang
bekerja sebagai arsitektur, atlet panjat pinang atau laki-laki dengan profesi sebagai juru
masak,desainer, dan lainnya yang dulu pekerjaan-pekerjaan tersebut selalu diidentikkan
dengan gender.
A. PENYIMPANGAN SOSIAL
Pernahkan kamu melanggar rambu lalu lintas di jalan? Atau pernahkah kamu tidak
mengerjakan pr yang diberikan oleh gurumu? Perilaku-perilaku tersebut sadar atau
secara tidak sadar mungkin pernah kita lakukan dan perilaku itulah yang disebut dengan
penyimpangan social.
Pada intinya penyimpangan social merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai atau norma yang ada dalam masyarakat, atau perilaku, baik individu atau kelompok
yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan kehendak dari masyarakat. Terdapat
beberapa definisi mengenai penyimpangan social oleh beberapa ahli, yaitu:
Nah, setelah memahami apa itu penyimpangan, maka sekarang apa yang
menjadikan seseorang berbuat penyimpang? Factor apa sajakah yang
mempengaruhi perilaku menyimpang?
Dari www.google.com
c. Berdasarkan sifatnya
Penyimpangan positif : penyimpangan yang memiliki dampak positif
terhadap system social yang telah dianggap ideal oleh masyarakat.
Penyimpangan ini terjadi jika system social yang ada dianggap sudah
kurang mamadahi dalam kehidupan sehingga perlu adanya system yang
baru.
Penyimpangan negative : penyimpangan yang dianggap rendah dan
berakibat tidak baik karena tidak sesuai dengan norma yang ada.
Teori labelling
Teori ini diperkenalkan oleh Edwin M. Lemert yang muncul karena sebuah
studi mengenai perilaku menyimpang, dengan asumsi bahwa labeling adalah
proses penjulukan kepada seseorang dimana julukan tersebut akan menjadi
identitias bagi orang tersebut. Penilaian atau penjulukan kepada orang tersebut
ditentukan oleh pemikiran dari orang lain. Ketika seseorang yang mendapat
julukan tersebut melakukan suatu hal yang mengarah pada penyimpangan, maka
orang sekitar akan memberikan julukan kearah kriminalitas atau kejahatan
kepada orang tersebut. menurut teori ini, saking kuatnya pengaruh penjulukan
yang diberikan oleh orang-orang sampai-sampai menghilangkan jati diri di pelaku
yang sesungguhnya. Seseorang yang pernah melakukan pencurian kemudian
tertangkap atau diketahui oleh masyarakat sekitar maka orang-orang tersebut
akan memberikan julukan yang mungkin saja berupa “si maling” kepada orang
tersebut sehingga mempengaruhi citra orang itu di masyarakat. Namun, didalam
sosiologi kita tidak bisa menilai perbuatan tersebut apakah baik atau buruk, yang
harus kita sesuaikan denga ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
C . PENGENDALIAN SOSIAL
Manusia tentu setiap harinya akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Namun,
dalam interaksi tersebut tidak jarang menimbulkan suatu masalah, misalnya
kesalahpahaman atau berkelahi. Tentunya kita menginginkan agar kejadian tersebut
tidak terjadi. Untuk itu, diperlukan suatu kendali untuk dapat mencegah hal terjadi.
Lalu apa arti dari pengendalian social itu? Dari katanya saja mungkin kalian sudah
memiliki angan-angan mengenai apa itu pengendalian. Apakah sama dengan berusaha
untuk mencegah? Atau mengambil alih? Atau mengawasi?
Nah, kalian pasti pernah melihat atau mengetahui orang yang pernah mencuri.
Orang tersebut mungkin saja melakukannya karena dalam keadaan terpaksa atau
karena memang sudah menjadi kebiasaanya. Kebiasaannya dalam mencuri tersebut
harus segera dihentikan melalui suatu pengendalian. Pertanyaannya adalah apakah
pengendalian itu harus dilakukan setelah seorang individu atau kelompok melakukan
tindakan yang menentang norma dan nilai?
Suatu pengendalian, menurut sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu preventif dan
represif. Pengendalian yang prevetif artinya pengendalian itu dilakukan sebagai bentuk
pencegahan terhadap segala hal yang dapat mengganggu keadaan yang stabil tersebut.
Misalnya dalam lingkungan keluarga, orang tua akan memberikan baju yang jumlahnya
sama terhadap anak-anaknya untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan
antar anak tersebut, sehingga hal yang tidak sesuai norma atau nilai tersebut dapat
dicegah terjadinya. Pengendalian itu dapat dilakukan di tempat-tempat seperti proses
sosialisasi, pendidikan formal, atau informal. Sedangkan pengendalian yang sifatnya
represif, dilakukan setelah terjadi suatu gangguan terhadap suatu keadaan
keseimbangan. Misalnya, dapat berwujud pemberian sanksi atau hukuman ringan.
Cara dalam melakukan pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara tanpa
kekerasan (persuasive) atau dengan kekerasan (coersive). Dalam suatu masyarakat
dengan keadaan yang relative stabil, cara pengendalian bisa dilakukan secara tanpa
kekerasan (persuasive). Cara persuasive lebih menekankan pada bagaimana
membimbing dan mengajak masyarakat untuk menciptakan keadaan yang stabil, sesuai
aturan atau norma. Sedangkan cara paksaan dilakukan dengan menekankan pada
tindakan yang menggunakan kekerasan atau ancaman. Pengendalian secara koersif
diperlukan didalam masyarakat yang berubah karena dengan pengendalian tersebut
dapat membentuk kaidah baru yang dapat menggantikan kaidah lama yang goyah atau
bahkan sudah tidak relevan dengan kehidupan saat ini.
Nah bagaimana, sudah paham bukan? Untuk dapat lebih menambah pemahaman
kalian, coba perhatikan gambar berikut.
Gambar.3.2 dan 3.3 Cara pengendalian persuasive (menasehati) dan koersif (hukuman berada diluar kelas)
Desas desus atau gossip biasanya merupakan berita yang belum pasti
kebenarannya, tetapi hal tersebut biasanya mampu membuat pelaku menyadari
perbuatannya karena mendapat tekanan dari masyarakat sekitar.
b. Teguran
c. Hukuman
Merupakan sanksi negative yang diberikan pada pelaku baik secara tertulis atu tidak.
d. Pendidikan
e. Agama
f. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik ini menjadi alternative paling akhir jika alternative lain sudah tidak
bisa dilakukan.
LATIHAN SOAL
1. Ira sejak kecil memang sangat suka bergaul dengan teman laki-laki, bahkan hal ini
berlanjut hingga usia remaja. Namun, dia sudah memiliki komitmen bahwa yang ia lakukan
tersebut hanyalah suatu pertemanan saja, bahkan orang tuanya pun percaya karena ia juga
bisa memastikan dirinya baik-baik saja tanpa terjadi hal yang menyimpang. Suatu hari ia
diantarkan oleh teman laki-lakinya sampai kedepan rumah dan orang tuanya pun juga
mengetahui siapa yang mengantar. Namun, setelah dua hari tetangga Ira memberitahu
orang tuanya bahwa ada kabar jika masyarakat banyak yang membicarakan perilaku Ira dan
menganggap ia sebagai anak yang tidak baik. Meskipun orang taunya sangat percaya
kepada Ira, tetapi akhirnya orang tua Ira memberitahukan kepada ia supaya tidak lagi
diantar pulang oleh teman laki-lakinya tetapi masih boleh bergaul dengan mereka. Dari
contoh diatas, yang menjadi pemegang control social dan sifatnya yang tepat adalah
d. kecenderungan kepercayaan yang kuat terhadap nilai yang ada di masyarakat dan
bersifat persuasive
2. Dikelas XI IPS 2 akan diadakan pemilihan ketua kelas dengan kandidat 3 orang yaitu Rio
dengan predikat siswa teladan dan rajin mengerjakan pr, Anjar dengan predikat siswa nakal
dan suka bercanda, dan Diana siswi ambisius yang suka dengan tantangan. Setelah terjadi
pemilihan, akhirnya yang terpilih adalah Anjar karena banyak sekali yang iseng memilih dia
untuk menjadi ketua kelas hingga akhirnya dia pun terpilih. Bu Ningsih selaku wali kelas juga
mendukung Anjas menjadi ketua kelas dengan harapan bahwa sikap nakalnya sedikit
berkurang. Akhirnya mau tidak mau Anjas diberikan amanah oleh Bu Ningsih untuk
mengatur kelas agar dapat terkondisikan dengan baik. Anjas akhirnya membuat peraturan
bahwa yang tidak melakukan piket harus didenda sebesar Rp5.000,00. Namun, teman-
temannya yang juga sikap nakalnya kurang lebih sama dengan Anjas menyepelekan dan
melanggar peraturan yang sudah dibuat olehnya. Hal itu merupakan suatu bentuk
penyimpangan yang terjadi karena?
a. Pertemanan yang terjalin, antara Anjas dan temannya yang sama-sama nakal sehingga
menyepelekan
a. The specific direction of motives and drives is learned from definitions of the legal codes
as favorable or unfavorable
e. The principal part of the learning of criminal behavior occurs within intimate personal
groups
4. Pak Sarwoto memiliki satu seorang putra yang tengah menempuh pendidikan di SMP.
Beliau khawatir anaknya akan terjerumus dalam pergaulan yang salah seperti merokok atau
membolos pelajaran bahkan membolos sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut maka Pak
Sarwoto setiap hari mengantar dan menjemput putranya ke sekolah. Beliau juga meminta
izin ke sekolah untuk melaporkan perilaku anaknya selama satu minggu sekali. Sikap pak
Sarwoto tersebut didasari pada?
c. Bentuk upaya yang dilakukan agar anaknya tidak terjerumus pada perilaku yang salah.
a. Sekolah
b. Pak Bagas
c. Kapolsek
d. Institusi agama
Esai
1. Jelaskan dengan bahasamu sendiri bagaimana peran sosiologi dalam melihat gejala
social yang ada di masyarakat!
2. Bagaimana cara menurut anda yang dapat lakukan untuk mengatasi orang yang
telah kecanduan terhadap alkoholisme?
3. Coba tuliskan berdasarkan apa yang terjadi di sekitarnya mengenai apa saja
penyimpangan postiv dan pernah terjadi.
4. Coba buatlah sebuah contoh studi kasus yang mengandung penjabaran dari premis
“Criminal behavior is learned in interaction with other persons in a process of
communication” atau yang artinya bahwa tingkah laku penyimpangan atau perilaku
criminal dipelajari melalui interaksi dan komunikasi.
5. Coba tuliskan 3 contoh heterogenitas yang ada di salah satu suku di Indonesia.
(boleh memilik salah satu suku di Indonesia)
Aktivitas