Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA : JKKI

VOLUME 09 No. 02 Juni • 2020 Halaman 83-88

Artikel Penelitian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH PERMENKES NO. 67


TAHUN 2016 DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI KOTA
YOGYAKARTA
THE IMPLEMENTATION OF GOVERNMENT POLICY: PERMENKES NO. 67 TAHUN 2016 FOR
TUBERCULOSIS PREVENTION IN YOGYAKARTA CITY

Maisarah Mitra Adrian1, Eko Priyo Purnomo1, Agustiyara1


1
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

ABSTRAK
Penyebaran Tuberkulosis di Indonesia bisa dianggap sebagai permasalahan serius, dimana Indonesia menempati posisi ke tiga di
dunia dengan jumlah penderita TB terbanyak yang mencapai 388.627 jiwa. Kota Yogyakarta memiliki tingkat penemuan kasus TB
tergolong tinggi mencapai 1.048 jiwa dan tingkat kesembuhan pasien TB masih dibawah target nasional. Penelitian ini akan membahas
tentang implementasi kebijakan pemerintah yaitu PERMENKES No 67 Tahun 2016 dalam penanggulangan Tuberkulosis. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan kajian literatur terdahulu sebagai bahan perbandingan atau penguji, hasil kemudian
dijelaskan dalam bentuk narasi. Secara keseluruhan pengimplementasian kebijakan penanggulangan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta
berjalan dengan baik, akan tetapi angka kesembuhan pasien TB di Kota Yogyakarta masih rendah dibawah target nasional. Oleh
karena itu perlu adanya komitmen dan koordinasi pemerintah dan masyrakat dalam penanggulangan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta.
Kata kunci: Implementasi, Penyakit menular, Penanggulangan Tuberkulosis

ABSTRACT
The spread of Tuberculosis in Indonesia can be seen as a serious problem as the country place third in the world highest
burdens with 388.627 cases. The city of Yogyakarta has a high TB incidence rate with 1.048 cases found, which cure rate
is still below the national target. This research explains about the implementation of government policy that is PERMENKES
No 67 Tahun 2016 in Tuberculosis prevention. By using qualitative approach with previous literature study as a source
of comparison or test, the result is explained in narrative form. Overall, the Tuberculosis prevention policy in Yogyakarta
city has been implemented well, though the TB cure rate is low; below the national target. Therefore, commitment
and coordination between the government and the community is needed in Yogyakarta’s Tuberculosis prevention.
Keywords: Implementation, Infectious diseases, Tuberculosis prevention

PENDAHULUAN adalah penyakit menular mematikan yang


cenderung menyerang system pernapasan
Kesehatan merupakan salah satu hak dan yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium
kebutuhan yang mendasar bagi setiap individu. tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana
Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar bakteri mycobacterium tuberculosis pertamakali
1945 pasal 28 dan pasal 34 dimana setiap ditemukan pada tahun 1882 oleh Robert Koch.
individu memiliki hak memperoleh pelayanan Berdasarkan laporan global Tuberkulosis WHO
kesehatan serta pemerintah bertanggungjawab (World Health Organization), Indonesia menduduki
untuk penyediaan faskes yang layak. Untuk posisi ke tiga di dunia dengan penderita TB
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, mencapai 840 ribu jiwa, dibawah India 2,7 juta
maka diperlukan pembangunan kesehatan jiwa dan China 889 ribu jiwa (WHO, 2018).
secara berkesinambungan dan terarah. Hal ini Selain itu pada tahun 2016 data profil kesehatan
merupakan salah satu upaya pemerintah sebagai Indonesia mencatat bahwa terjadi peningkatan
sutu organisasi yang bertanggung jawab dalam kasus Tuberkulosis di Indonesia khususnya
penanganan kasus TB (Suhendri & Priyo Purnomo, pada masyarakat ekonomi menengah kebawah.
2017). Selain itu dukungan dari sumberdaya Tuberkulosis umumnya menyerang orang dengan
yang memadai lainnya juga diperlukan, seperti usia produktif 15-50 tahun. Semakin memburuknya
alat kesehatan, dana dan fasilitas kesehatan situasi Tuberkulosis di berbagai wilayah, sejak
lainnya agar dapat meningkatkan kesadaran dan tahun 1993 WHO (World Health Organization)
kemampuan masyarakat dalam hidup sehat. mendeklarasikan Tuberkulosis sebagai kegawatan
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu global (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2013,
kategori penyakit yang masuk kedalam sasaran Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyimpulkan
pembangunan nasional sebagai upaya untuk bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit paling
pengendalian penyakit menular. Tuberkulosis

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020 • 83
Implementasi Kebijakan Pemerintah : Maisarah Mitra Adrian, Eko Priyo Purnomo, Agustiyara

ganas penyebab kematian nomor satu setelah meminimalisir penyakit Tuberkulosis. Salah
penyakit jantung dan pernapasan akut. satu upaya pemerintah dalam menanggulangi
Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah Tuberkulosis diwujudkan dalam Peraturan Menteri
yang tingkat penemuan kasus Tuberkulosisnya Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
tergolong tinggi dengan angka 1.048 jiwa dari 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
total penduduk 388.627 jiwa. Hal ini dipengaruhi Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 merupakan
oleh faktor social seperti rendahnya pendapatan sebuah upaya untuk menciptakan masyarakat
perkapita, tingkat pendidikan, kepadatan yang sehat, menurunkan angka kesakitan,
penduduk dan gaya hidup yang tidak sehat. Selain angka kecacatan atau kematian, memutuskan
itu juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti belum penularan, mencegah terjadinya resistensi obat
optimalnya program penanggulang Tuberkulosis dan mengurangi segala dampak negative yang
yang ada karena kurangnya komitmen dalam terjadi akibat Tuberkulosis (Kemenkes RI, 2016).
penangulang Tuberkulosis seperti kebijakan, Dengan target utama pada skala nasional yaitu
pelayanan, pendanaan dan sarana dan prasarana Indonesia eliminasi Tuberkulosis tahun 2030 dan
pendukung (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, bebas Tuberkulosis 2050.
2017). Pada tahun 2018 penemuan kasus baru Oleh karena itu, maka penting adanya penelitian
TB dan pravalensi TB BTA (Basil Tahan Asam) ini untuk mengetahui implementasi kebijakan
(+) di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan pemerintah dalam hal ini Peraturan Menteri
dari tahun sebelumnya. Adapun grafik penemuan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
kasus TB dapat dilihat dari gambar 1. 2016 dalam penanggulan kasus Tuberkulosis
di Kota Yogyakarta. Dengan harapan dapat
KASUS BARU TB & PRAVALENSI TB KOTA menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam
YOGYAKARTA TAHUN 2011-2018 mempersiapkan kesempatan emas yaitu bonus
300 demografi. hal ini dikarenakan Indonesia memiliki
250
200 usia produktif lebih besar dibandingkan usia tidak
150
100
produktif, yang kemudian dapat berpengaruh
50
0
terhadap proses tercapainya cita-cita negara
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 menjadi negara maju karena mayoritas penderita
Kasus Baru Pravalensi
Tuberkulosis berada pada usia produktif.

METODE PENELITIAN
Gambar 1. Grafik Kasus baru TB dan Prevalensi TB Di Kota
Yogyakarta Tahun 2011-2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
Selain itu tingkat kesembuhan atau angka dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian
keberhasilan pengobatan pasien pengidap ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
Tuberkulosis di Kota Yogyakarta pun masih rendah data yang diperoleh dari kajian literatur terdahulu
diwabah dari target nasional sebesar 90%. Hal ini yang digunakan sebagai bahan perbandingan
dapat dilihat pada gambar 2. maupun bahan penguji untuk melihat seberapa
jauh implementasi kebijakan pemerintah dalam
ANGKA KEBERHASILAN penanggulangan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta.
Menurut Sugiyono (2009) penggunaan metode
PENGOBATAN TB (SUCCESS RATE) kualitatif digunakan untuk meneliti suatu objek
95
89
alamiah yangmana peneliti adalah instrumen
90 kunci, selain itu dalam menganalisis data bersifat
85.28 84.68
83 83 83.41 83.51 84.23 induktif dengan menekankan makna generalisasi
85 82
80.68 81.07 pada hasilnya. Obyek pada penelitian ini
79
80 adalah kebijakan pemerintah terkait dengan
penanggulangan kasus Tuberkulosis dalam hal ini
75
Capaian Target implementasi PERMENKES NO 67 TAHUN 2016
70 di Kota Yogyakarta.
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 2. Angka keberhasilan pengobatan TB di Kota
Yogyakarta tahun 2007-2018 Implementasi PERMENKES No 67 Tahun
Berkaca dari tingginya kasus Tuberkulosis 2016
yang ada, sehingga sangat diperlukan komitmen
Tuberkulosis masih menjadi permasalahan
pemerintah dalam hal ini berupa kebijakan-
di tengah masyarakat karena penyakit ini
kebijakan sebagai upaya penanggulangan serta

84 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

mengakibatkan kecacatan, kesakitan dan Pengendalian faktor risiko


kematian yang sangat tinggi. Oleh karena itu Sebagai salah satu upaya pencegahan TB
sangat penting adanya perhatian serius terhadap di Kota Yogyakarta, pengendalian faktor risiko
penanggulangan penyakit ini. Pemerintah melalui bertujuan untuk dapat meminimalisir penularan
Menteri Kesehatan membuat sebuah langkah penyakit TB. Pengendalian faktor risiko diwujudkan
yang tepat dengan mengeluarkan Peraturan dengan kegiatan rumah tangga berperilaku hidup
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 bersih dan sehat (PHBS). Hal ini dilakukan dengan
tahun 2016 tentang penanggulangan Tuberkulosis cara pemantauan perilaku hidup sehat masyarakat
sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat Kota Yogyakarta oleh dinas Kesehatan, masing-
yang sehat. masing puskesmas bertanggung jawab untuk
Kota Yogyakarta dalam penanggulangan kasus melakukan pendataan rumah ber-PHBS, validasi
Tuberkulosis mengacu kepada program nasional, dan membuat rekapitulasi hasil pendataan PHBS.
yangmana memiliki target untuk eliminasi TB Indikitor rumah tangga ber-PHBS diantaranya
tahun 2030 dan Indonesia bebas TB tahun yaitu menimbang balita ke posyandu,
2050. Untuk melihat implementasi dari Peraturan menggunakan dan mencuci tangan dengan air
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor bersih dan sabun, penggunaan jamban yang
67 tahun 2016 di Kota Yogyakarta dapat dilihat bersih dan sehat, memberantas jentik, konsumsi
dari enam kegiatan sebagai upaya penanggulan makanan yang sehat setiap hari seperti makan
Tuberkulosis, sebagaimana dimakasud dalam buah dan sayur, melakukan aktivitas fisik
BAB III pasal 6, yang meliputi promosi kesehatan, (olahraga) setiap hari dan tidak merokok di dalam
surveilans TB, pengendalian faktor risiko, rumah. Dalam pelaksanaan keluarga ber-PHBS
penemuan dan penanganan TB, pemberian di Kota Yogyakarta dapat berjalan dengan baik
kekebalan serta pemberian obat pencegahan. karena adanya dukungan dan koordinasi lintas
Promosi Kesehatan
sector seperti PKK, LPMK, Kelurahan Siaga
dalam melakukan sosialisasi dan implementasi
Kota Yogyakarta melalui dinas kesehatan program.
melakukan promosi kesehatan yang bertujuan
agar terciptanya perilaku hidup bersih masyarakat Penemuan dan penanganan kasus TB
serta pengambilan langkah dan tindakan Untuk memutus mata rantai TB, dalam rangka
untuk pencegahan penularan sampai dengan penemuan dan penanganan kasus TB di Kota
pengobatan sebagai upaya meminimalisir TB. Yogyakarta dinas kesehatan melakukan kegiatan
Keseriusan Kota Yogyakarta juga diwujudkan dalam skrining ketuk pintu rumah. Cara ini dinilai efektif
Peraturan Wali Kota No 90 Tahun 2019 tentang karena petugas kesehatan dapat bertatap muka
Pembentukan Kelompok Kerja Tuberkulosis- langsung dengan masyarakat, sehingga dengan
Human Immunodeficiency Virus. Yang memiliki demikian memudahkan proses komunikasi dan
tugas untuk pencegahan, pengobatan dan interaksi dengan masyarakat. Selain itu juga
evaluasi. Salah satu bentuk pencegahan yang memudahkan penemuan masyarakat dengan
dilakukan yaitu sosialisasi dengan memberikan gejala atau penyakit TB. Hal ini terbukti dengan
informasi tentang TB kepada masyarakat umum, adanya kegiatan skrining ketuk pintu rumah yang
sekolah, perguruan tinggi, tempat kerja, tempat dilakukan dinas kesehatan pada bulan Maret 2019,
ibadah, kos, panti hingga lapas. Yang kemudian dari 1.071 orang yang di periksa dinas kesehatan
diharapkan mampu mengubah stigma masyarakat menemukan 81 orang dengan gejala TB dan 71
sehingga tidak ada lagi deskriminasi terhadap orang diantaranya dirujuk ke puskesmas terdekat
pasien TB. untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Selain
Surveilans TB
itu data penemuan kasus TB juga diperoleh
melalui pemeriksaan pasien dari 18 puskesmas
Surveilans TB merupakan sebuah upaya dan 12 rumah sakit yang ada di Kota Yogyakarta.
pemantauan dan analisis dilakukan terus menerus
pada data dan informasi tentang penyakit TB Pemberian kekebalan
dengan tujuan untuk menggambarkan efektivitas Sesuai dengan riset kesehatan dasar oleh
pelaksanaan proses penanggulan TB di Kota Kemenkes pemberian vaksin dasar bersifat
Yogyakarta. Pemantauan ini dilakukan oleh wajib, dikarenakan dapat mencegah terjadinya
masing-masing puskesmas wilayah dengan penyakit dan mengurangi risiko tingkat keparahan
pendekatan berbasis masyarakat. Selain itu TB pada bayi. Dalam rangka penanggulangan
Pemkot Yogyakarta juga memberikan pelatihan TB, pemberian kekebalan kepada bayi berumur
kepada tenaga suveilans untuk memperkuat 1 bulan dapat dilakukan di fasyankes yang ada
manajemen data yang diperoleh. melalui imunisasi BCG.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020 • 85
Implementasi Kebijakan Pemerintah : Maisarah Mitra Adrian, Eko Priyo Purnomo, Agustiyara

Pemberian obat pencegahan berhasil sembuh TB, penambahan puskesmas


Angka kesembuhan TB di Kota Yogyakarta mandiri yang dapat melakukan tindakan langsung,
masih rendah, hal ini dapat dilihat dari angka hingga pelayanan dan pendataan TB yang
keberhasilan pengobatan di Kota Yogyakarta sejak berbasis pendekatan masyarakat.
tahun 2007 masih dibawah target nasional yaiutu Sikap pelaksana
sebesar 90%. faktor yang menyebabkan masih
rendahnya angka kesembuhan ini adalah adanya Wali Kota Yogyakarta memiliki wewenang
pasien yang meninggal, droup out pengobatan, penuh atas implementasi kebijakan penanggulan
gagal pengobatan dan pindah pengobatan. TB. Dinas Kesehatan sebagai pelaksana
Selain itu adanya deskriminasi terhadap pasien penanggulan TB melimpahkan kegiatan sosialisasi
TB dilingkungan masyarakat bahkan keluarga. dan pendataan terhadap masyarakat kepada
Namun pemerintah Kota Yogyakarta selalu puskesmas.
berupaya untuk melakukan peningkatan angka Struktur birokrasi
kesembuhan dengan memberikan paket makanan Dalam Peraturan Wali Kota No 90 Tahun 2019
tambahan (PMT) serta memotivasi pasien dengan telah diatur gugus tugas yang terdiri dari bidang
memberikan hadiah kepada pasien yang berhasil program yang bertugas untuk mengkoordinasikan
sembuh sebesar Rp 700.000,00 serta bagi program hingga monev, bidang pencegahan
pengawas menelan obat (PMO). bertugas untuk penyediaan informasi TB kepadaa
Faktor yang Mempengaruhi masyarakat hingga penyediaan sarana dan media
Dalam sebuah implementasi kebijakan publik promosi. Kemudian bidang penegakan diagnosis,
tentu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan, dukungan dan pendampingan
keberhasilan pengimplementasian kebijakan bertugas untuk peningkatan kapasitas sumber
tersebut. Dalam teori implementasi kebijakan daya manusia hingga memastikan pasien TB
Edward III, implementasi kebijakan publik dalam mendapatkan fasyankes. Selanjutnya bidang
hal ini PERMEKNES No 67 Tahun 2016 dalam peran serta masyarakat yang bertugas untuk
penanggulangan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta melaksanakan deteksi dini TB, berperan menjadi
dipengaruhi oleh beberapa indikator diantaranya pendamping menelan obat (PMO) hingga
komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana dan memberikan dukungan psikosocial kepada pasien
struktur birokrasi. TB.
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh, dapat
Komunikasi dilihat bahwa proses implementasi kebijakan
Proses komunikasi berkaitan erat dengan pemerintah dalam hal ini Peraturan Menteri
bagaimana penyampaian informasi kebijakan Kesehatan Republik Indonesia No 67 Tahun
disampaikan kepada masyarakat ataupun 2016 di Kota Yogyakarta diwujudkan dalam
stakeholder terkait sehingga implementasi enam kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
kebijakan tersebut dapat berjalan efektif penanggulangan Tuberkulosis. Yangmana
sebagaimana yang telah ditentukan. Dalam berpedoman pada BAB III pasal 6 yang meliputi
hal ini pemkot Yogyakarta berperan aktif dalam promosi kesehatan, surveilans TB, pengendalian
penyampaian informasi untuk penanggulan faktor risiko, penemuan dan penanganan TB,
Tuberkulosis dengan cara penyuluhan atau pemberian kekebalan serta pemberian obat
pengkampanyean yang dilakukan oleh puskesmas pencegahan. Terlaksananya enam kegiatan
langsung kepada masyarakat dibawah koordiniasi penanggulangan Tuberkulosis yang dilakukan
dinkes. Selain itu alur koordinasi penanggulangan oleh pemerintah Kota Yogyakarta tidak terlepas
Tuberkulosis di Kota Yogyakarta berjalan secara dari penerapan faktor-faktor yang mempengaruhi
terarah dan sistematis. Hal ini diwujudkan dalam implementasi kebijakan menurut Edward III
Peraturan Wali Kota No 90 Tahun 2019 tentang diantaranya komunikasi, sumber daya, sikap
Pembentukan Kelompok Kerja Tuberkulosis- pelaksana dan struktur birokrasi.
Human Immunodeficiency Virus yang didalamnya Dilihat dari faktor komunikasi, implementasi
mengatur alur koordinasi dan tim kerja lintas kebijakan pemerintah sangat dipengaruhi oleh
sektor. adanya proses komunikasi yang baik, terarah
dan stabil. Karena dalam proses komunikasi
Sumber daya terdapat sinkronisasi dari berbagai pihak baik itu
Komitmen pemkot Yogyakarta dalam pemerintah sebagai penyelenggara kesehatan
penanggulan Tuberkulosis dapat dilihat dari maupun masyarakat. Masyarakat dengan
kecukupan sumber daya sebagai komponen perolehan informasi yang cukup dapat membantu
pendukung implementasi kebijakan. Hal ini dapat pemerintah dalam mempercepat penanggulangan
dilihat dari pemberian reward kepada pasien yang Tuberkulosis seperti proses pendataan kasus

86 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI

Tuberkulosis. Hal ini dikarenakan, melalui wali kota dan seterusnya. Selain itu, pada
komunikasi yang baik seperti pengedukasian struktur organisasi yang baik perlu adanya
dalam bentuk sosialisasi atau penyuluhan standard operating procedures (SOP) guna
terhadap masyarakat dapat menumbuhkan mengarahkan dan mengatur implementator
kesadaran masyarakat dalam hidup bersih dan dalam melaksanakan implementasi kebijakan.
sehat, serta masyarakat dapat mengetahui Dalam Peraturan Wali Kota No 90 Tahun
langkah-langkah apa saja yang diambil dalam 2019 di atur alur koordinasi anatar institusi
pencegahan, penemuanan dan pengobatan sebagai implementator untuk mempermudah
Tuberkulosis. Dengan adanya komunikasi yang dan mempercepat implementasi kebijakan.
baik proses penyampaiain informasi maupun Terdapat relevansi antara sikap pemerintah Kota
koordinasi dapat berjalan sesuai dengan yang Yogyakarta dengan teori implentasi kebijakan
diharpakan, sehingga dapat mewujudkan tujuan Edward III dalam implementasi Peraturan Menteri
dari implementasi kebijakan tersebut dalam hal Kesehatan Republik Indonesia No 67 Tahun 2016
ini penanggulan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta di Kota Yogyakarta, yangmana apabila ke empat
dengan cepat dan tepat. faktor tersebut dilaksanakan dengan baik dapat
Sumber daya merupakan salah satu aspek menjadikan implementasi kebijakan terlaksana
penunjang sangat diperlukan dalam proses dengan efektif dan efisien sebagai upaya
implementasi kebijakan, baik itu sumber daya pemecahan masalah Tuberkulosis.
manusia maupun sumber daya pendukung lainnya
seperti biaya dan fasilitas yang memadai. Menurut KESIMPULAN
Edward III sumber daya mempengaruhi proses
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi dapat dilihat dari pegawai dalam
implentasi kebijakan pemerintah dalam hal
hal ini pemerintah ataupun tenaga medis. Adanya
ini PERMENKES No 67 Tahun 2016 dalam
pegawai yang kompeten sebagai implementator
penangulan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta.
dalam pengimplementasian kebijakan sangatlah
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
penting, karena kebijakan yang baik tidak akan
bahwa:
terlaksana dengan baik apabila implentator nya
1. Dalam pengimplementasian PERMENKES
tidak kompeten dibidangnya. Selain itu, keseriusan
No 67 Tahun 2016 di Kota Yogyakarta dari
dalam penangan Tuberkulosis juga dilihat dari
segi sumberdaya penyedia fasilitas kesehatan
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
sudah berjalan dengan baik. Hal ini didukung
yang memadai. Dalam hal ini Kota Yogyakarta
dengan adanya Peraturan Wali Kota No
mewujudkan dengan penambahan puskesmas
90 Tahun 2019 sebagai bentuk komitmen
mandiri yang dapat melakukan tindakan langsung
pemkot Yogyakarta dalam penanggulangan
terhadap pasien TB dan pemberian reward kepada
Tuberkulosis. Hal ini dapat dilihat dari
pasien yang berhasil sembuh.
pelaksanaan enam kegiatan sebagai upaya
Penanggulangan kasus Tuberkulosis dapat
penanggulan TB yaitu promosi kesehatan,
dilihat dari keseriusan sikap pelaksananya mulai
surveilans TB, pengendalian faktor resiko,
dari wali kota selaku kepala daerah hingga
penemuan dan penanganan TB, pemberian
petugas-petugas medis yang berada di fasilitas
kekebalan, pemberian obat pencegahan.
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari
Pengimplementasian kebijakan ini bisa
kesungguhan implementator terhadap kebijakan.
berjalan dengan baik di pengaruhi oleh empat
Kebijakan tidak akan berjalan dengan baik apabila
indikator berdasrkan teori Edward III yaitu
tidak ada respon dari implementator, sehingga
komunikasi, sumberdaya, sikap pelaksana
mengakibatkan kebijakan tersebut menjadi
dan struktur birokrasi yang jelas.
kebijakan yang gagal atau cacat karena tidak
2. Pengimplementasian kebijakan ini tidak
tepat sasaran. Pada indikator ini pemerintah Kota
seluruhnya berjalan dengan baik karena
Yogyakarta dalam merespon Peraturan Menteri
berkaca dari salah satu tujuan PERMENKES
Kesehatan Republik Indonesia No 67 Tahun 2016
No 67 Tahun 2016 adalah menurunkan
dinilai sudah baik dilihat dengan ditetapkannya
angka kesakitan. Akan tetapi, di Kota
Peraturan Wali Kota No 90 Tahun 2019 sebagai
Yogyakarta angka kesembuhan atau angka
bentuk komitmen pemkot Yogyakarta dalam
keberhasilan pengobatan pasien TB masih
penanggulangan Tuberkulosis.
berada dibawah target nasional. Hal ini
Struktur birokrasi tidak terlepas dari sebuah
disebabkan karena adanya pasien yang
hirarki organisasi, dalam hal ini tenaga kesehatan
meninggal, droup out pengobatan, gagal
dalam penanggulangan kasus Tuberkulosis
pengobatan, pindah pengobatan serta
bertanggung jawab kepada dinas kesehatan,
adanya deskriminasi terhadap pasien TB
dinas kesehatan bertanggung jawab kepada
dilingkungan masyarakat.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020 • 87
Implementasi Kebijakan Pemerintah : Maisarah Mitra Adrian, Eko Priyo Purnomo, Agustiyara

DAFTAR PUSTAKA 9. Rafflesia, U. (2014). Model Penyebaran


Penyakit Tuberkulosis (TBC).  GRADIEN:
1. Aryani, E., & Maryati, H. (2018). Analisis Jurnal Ilmiah MIPA, 10(2), 983-986.
Pelaksanaan Penanggulangan TB Paru 10. Setyawan, A. D. B., Rengga, A., &
di Wilayah Kerja Puskesmas Cipaku Rostyaningsih, D. (2015). Implementasi
Tahun 2017.  HEARTY: Jurnal Kesehatan Program Penanggulangan Tuberkulosis Di
Masyarakat, 6(1). Kabupaten Semarang Tahun 2013. Journal of
2. Dinas Kesehatan Kota Surabaya. (2017). Public Policy and Management Review, 4(2),
Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Dinas 107-117.
Kesehatan, 163. 11. Suhendri, S., & Priyo Purnomo, E. (2017).
3. Djannah, S. N., Suryani, D., & Purwati, D. A. Penguatan Kelembagaan Dalam Pencegahan
(2009). Hubungan tingkat pengetahuan dan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan
sikap dengan perilaku pencegahan penularan Lahan di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi
TBC pada mahasiswa di asrama manokwari Jambi. Journal of Governance and Public
Sleman Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan. Policy, 4(1), 174–204.
4. Faradis, N. A., & Indarjo, S. (2018). 12. Trisnawati, A. G., & Rahayuningsih, F. B.
Implementasi Kebijakan Permenkes Nomor (2008). Pelatihan peningkatan kemampuan
67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan kader kesehatan dalam penanganan
Tuberkulosis. HIGEIA (Journal of Public Tuberkulosis (TBC) di wilayah kerja
Health Research and Development), 2(2), Puskesmas Gemolong II Sragen.
307-319. 13. Wardani, D. W. S. R., Lazuardi, L.,
5. Komariah, K., Perbawasari, S., Nugraha, A. Mahendradhata, Y., & Kusnanto, H. (2013).
R., & Budiana, H. R. (2013). Pola komunikasi Pentingnya Analisis Cluster Berbasis Spasial
kesehatan dalam pelayanan dan pemberian dalam Penanggulangan Tuberkulosis di
informasi mengenai penyakit tbc pada Indonesia. Kesmas: National Public Health
puskesmas di kabupaten bogor. Jurnal Kajian Journal, 147-151.
Komunikasi, 1(2), 173-185. 14. World Health Organization (WHO). Global
6. Mahpudin, A. H., & Mahkota, R. (2007). Faktor tuberculosis report. Geneva: WHO; 2007.
Lingkungan Fisik Rumah, Respon Biologis hlm.57
dan Kejadian TBC Paru di Indonesia. Kesmas: 15. Zarwita, D., Rasyid, R., & Abdiana, A. (2019).
National Public Health Journal, 1(4), 14-153. Analisis Implementasi Penemuan Pasien
7. Purba, E., Hidayat, W., & Silitonga, E. TB Paru dalam Program Penanggulangan
(2019). Analisis Implementasi Kebijakan TB Paru di Puskesmas Balai Selasa. Jurnal
Penanggulangan TB dalam Meningkatkan Kesehatan Andalas, 8(3), 689-699.
Kualitas Hidup Penderita TB Paru di
Puskesmas Tigabaru Kabupaten Dairi Tahun
2018. Jurnal Ilmiah Simantek, 3(3).
8. Purwaningsih, E. (2018). Analisis Kebijakan
Pembiayaan TB di Fasilitas Kesehatan Milik
Pemerintah Era JKN di Kota Samarinda.  Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 7(2),
74-78.

88 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai