Anda di halaman 1dari 69

EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh :
SUNITA MELATI
140100106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :
SUNITA MELATI
140100106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

LatarBelakang : Kasus baru TB paru di kota Medan pada tahun 2013 ditemukan sebesar 26.330
kasus dengan 2.894 kasus TB paru BTA (+) dimana seluruhnya mendapat penanganan
pengobatan dengan kesembuhan 74,74%, serta angka keberhasilan pengobatan 79.03%.
Puskesmas Teladan Medan merupakan Puskesmas rujukan yang memiliki fasilitas pemeriksaan
mikroskopis.Tujuan : Untuk melakukan evaluasi program pengendalian tuberculosis (P2TB) di
Puskesmas Teladan Medan.Metode : Ini adalah penelitian deksriptif, metode cross sectional
dengan total sampling. Menggunakan data sekunder form TB.03 di Puskesmas Teladan Medan,
analisa univariat dan perhitungan indicator nasional P2TB.Hasil : Distribusi responden
berdasarkan jumlah terbanyak : adalah usia 19-30 tahun yaitu 32.8%, jenis kelamin laki-laki
68.7%, tidak ditemukan parut BCG 22.9%, IMT pada kategori underweight 38.9%, yang memiliki
PMO 68.7%, dilakukannya pemeriksaan kontak serumah 55%, klasifikasi penyakit kategori paru
89.3%, yang belum pernah berobat/ - 1 bulan 54.2%, konversi di bulan ke-2yaitu 99.2%,
pengobatan 6 bulan 100%, sembuh 70.2%, prosentase angka konversi BTA + 99.2%, angka
kesembuhan 51.1% dan angka keberhasilan pengobatan 51.1%.Kesimpulan : Angka konversi
sudah berada diatas angka minimal standar nasional, sedangkan angka kesembuhan dan angka
keberhasilan pengobatan masih berada di bawah angka minimal standar nasional.

Kata Kunci :TB paru, evaluasi, P2TB.

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Background. New cases of pulmonary tuberculosis in Medan in 2013 were found to be 26,330
cases with 2,894 cases of pulmonary tuberculosis (-) where all received treatment with 74.74%
cure, and the treatment success rate was 79.03%. The Teladan Medan Public Health Center was a
referral public health center with a microscopic examination facility.Purpose. To evaluate the
tuberculosis control program (P2TB) at the Teladan Medan Public Health Center.Method. This
was a descriptive research, cross sectional method with total sampling. Using secondary data
form TB.03 at he Teladan Medan Public Health Center, univariate analysis and calculation of
national indicator of P2TB.Results. Respondents distribution based on the highest number was the
age of 19 - 30 years, that was 32,89%, gender of male equal of 68,79%, not found scarring BCG
of 22,9%, IMT in underweight category of 38,9% , which has a PMO of 68.79%, conducted a
home contact examination of 55%, disease classification of lung category of 89,3%, never
treatment - 1 month of 54,2%, conversion in second month, that was 99,2%, treatment for 6 month
of 100%, recovered of 70,2%, percentage of rate the conversion of BTA + of 99.2%, the cure rate
of 51.1%, and the success rate of treatment of 51.1%.Conclusion. The conversion rate was above
the national minimum standard, while the cure rate and the treatment success rate were still below
the national minimum standard.

Keywords: Pulmonary tuberculosis, evaluation, P2TB.

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah
memeberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Laporan hasil penelitian
ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan
program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan akhir hasi penelitian ini, diantaranya:
1. Kepada Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp. KK selaku wakil Dekan I
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Sp. GK selaku wakil Dekan II Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada Dr. dr. Dina Keumala Sari, M. Gizi, Sp. GK selaku wakil Dekan III
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada Dosen Pembimbing dalam penulisan penelitian ini, Dr. dr. Isti Ilmiati
Fujiati, M.Sc., CMFM, M.Pd, Ked, yang dengan sepenuh hati telah
meluangkan segenap waktu untuk bimbingan dan mengarahkan penulis, mulai
dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan penelitian dan pembuatan
laporan hasil, sehingga selesainya laporan hasil penelitian ini.
6. Kepada Dosen Penguji dalam penulisan penelitian ini, dr. Rodiah Rahmawati,
Sp. M selaku Ketua Penguji dan Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, SpKK selaku
Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang
membangun dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Kepada Puskesmas Teladan Medan yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di Puskesmas tersebut.

iv

Universitas Sumatera Utara


8. Kepada orangtua penulis, Ayahanda Sutan Napsan Nasution dan Ibunda
Aisyiah Gita Utami Lubis yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada abang dan adik penulis, Rizky Immawan Irsan Nasution, Fazraini Isna
Nasution, Fadhil Ramadhan Irsan Nasution dan Khoirunnisa Zein Lubis.
10. Kepada orang-orang yang selalu membantu penulis, Elza Anggriani Siregar
dan Angga Romando Panjaitan dalam segala hal untuk menyelesaikan skripsi
ini.
11. Kepada orang-orang terdekat penulis, Nahda Ismi, Fenika, Karina Asysyfa,
M.Azhar Hanafi, Wahyu Abdillah, Hanifa Rana, Asrina, Muthia Hidayanti,
Reina, Rony Syaputra, Faiz Tanjung, Emsabiq, dan seluruh teman-teman saya,
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang senantiasa mendengar
cerita penulis, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis serta
membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,


dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan
penenlitian yang berjudul “Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis di
Puskesmas Teladan Medan”. Semoga penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2017

Sunita Melati Nasution

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan .................................................................................. i
Abstrak ....................................................................................................... ii
Abstract ....................................................................................................... iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi...................................................................................................... vi
Daftar Gambar ............................................................................................. viii
Daftar Tabel ................................................................................................ ix
Daftar Singkatan.......................................................................................... x
Daftar Lampiran .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6


2.1 Tuberkulosis .............................................................................. 6
2.1.1 Definis .............................................................................
6
2.1.2 Etiologi ............................................................................ 6
2.1.3 Cara Penularan ................................................................ 6
2.1.4 Klasifikasi ....................................................................... 7
2.1.5 Gejala Klinis.................................................................... 9
2.1.6 Diagnosa .......................................................................... 10
2.1.7 Pengobatan ...................................................................... 12
2.2 Faktor Predisposisi .................................................................... 13
2.3 Faktor Pendorong ...................................................................... 15
2.4 Status Gizi ................................................................................. 16
2.5 Analisa Indikator P2TB............................................................. 17
2.6 Kerangka Teori Penelitian......................................................... 20
2.7 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 22

vi

Universitas Sumatera Utara


3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ............................................... 22
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.................................................... 22
3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 22
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 22
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................... 22
3.3.1 Populasi Penelitian .......................................................... 22
3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................ 23
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 23
3.5 Metode Analisa Data ................................................................. 23
3.5.1 Pengolahan Data.............................................................. 23
3.5.2 Analisis Data ................................................................... 24
3.6 Definisi Operasional Penelitian................................................. 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 35


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 35
5.2 Saran.......................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 37


LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1 Diagnosa Tuberkulosis ................................................... 11
2.2 Kerangka Teori ............................................................... 20
2.3 Kerangka Konsep ........................................................... 21
3.1 Alur Pengolahan Data..................................................... 24

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


2.1 Kategori IMT .................................................................. 16
3.1 Definisi Operasional ....................................................... 25
4.1 Data Demografi Berdasarkan Usia Responden .............. 28
4.2 Data Demografi Berdasarkan jenis Kelamin
Responden di Puskesmas Teladan Medan ...................... 29
4.3 Data Pemeriksaan Fisik Pasien Berdasarkan Parut
BCG di Puskesmas Teladan Medan ............................... 29
4.4 Data Pemeriksaan Fisik Berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) di Puskesmas Teladan Medan .................. 30
4.5 Data Faktor Pendorong Pasien Berdasarkan PMO di
Puskesmas Teladan Medan............................................. 30
4.6 Data Faktor Pendorong Pasien Berdasarkan
Pemeriksaan Kontak Serumah di Puskesmas Teladan
Medan ............................................................................. 31
4.7 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan
Klasifikasi Penyakit di Puskesmas Teladan Medan ....... 31
4.8 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Tipe
Pasien di Puskesmas Teladan Medan ............................. 31
4.9 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Riwayat
Pengobatan Sebelumnya di Puskesmas Teladan
Medan ............................................................................. 32
4.10 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Tahap
Konversi di Puskesmas Teladan Medan ......................... 32
4.11 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Waktu
Pengobatan di Puskesmas Teladan Medan ..................... 33
4.12 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Status
Kesembuhan di Puskesmas Teladan Medan................... 33
4.13 Alur Pengolahan Data 33

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

BCG : Bacillus Calmette Guerin


BTA : Basil Tahan Asam
CDR : Case Detection Rate
CNR : Case Notification Rate
Dinkes : Dinas Kesehatan
E : Etambutol
FEFO : First Expired First Out
H : Isoniazid
IUATLD : International Union Against TB and Lung Diseases
Kab : Kabupaten
Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MDR : Multi Drugs Resistance
OAT : Obat Anti Tuberkulosis
R : Rifampisin
PMO : PengawasMinumObat
P2TB : Program Pengendalian Tuberkulosis
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SPS : Sewaktu-Pagi-Sewaktu
Sumut : Sumatera Utara
TB :Tuberkulosis
WHO : World Health Organization
Z : Pirazinamid

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul
1 Biodata Penulis
2 Lembar Orisinalitas
3 Surat Izin Survei Awal Penelitian
4 Ethical Clearance
5 Surat Izin Penelitian
6 Data Induk Penelitian
7 Data Statistik SPSS

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang


disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai
paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan ditubuh (Buku Ajar
Patologi Edisi 7,2012).
Sampai saat ini TB merupakan penyakit yang menjadi perhatian global,
dimana berbagai upaya pengendalian telah dilakukan, sehingga insidens dan
kematian akibat TB telah menurun. Namun demikian TB diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014.
India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis
terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di
dunia. Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban TB
tertinggi di dunia (Kemenkes RI, 2015).
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa
prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB Paru oleh tenaga kesehatan
tahun 2013 sebesar 0,4%. Dimana dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB
Paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44,4% yang diobati dengan program
pengobatan (Zuriya, 2016).
Angka prevalensi TB pada tahun 2014 menjadi sebesar 647/100.000
penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun 2013, angka
insidens tahun 2014 sebesar 399/100.000 penduduk dari sebelumnya sebesar
183/100.000 penduduk pada tahun 2013, demikian juga dengan angka mortalitas
pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk, dari 25/100.000 penduduk pada
tahun 2013 (WHO, Global Tuberculosis Report, Kemenkes RI 2015).
Indikator keberhasilan penanggulangan TB di Indonesia yaitu Case
Detection Rate (CDR), Case Notification Rate (CNR), dan Cure Rate. CDR

Universitas Sumatera Utara


2

adalah angka penemuan kasus baru TB BTA positif dimana angka standar
minimal nasionalnya 70%. sementara dari tahun 2012-2015 CDR di Indonesia
justru mengalami penurunan dan belum mencapai standar minimal nasional
berturut-turut adalah 61; 60; 59,6; 57,1 persen.
CNR adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan
dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Dari sisi
penemuan kasus upaya penemuan kasus di Indonesia tahun 2014 per Provinsi
dengan CNR tertinggi sebagian besar di wilayah timur, yaitu Sulawesi Utara dan
Maluku, CNR terendah didominasi oleh Provinsi wilayah barat, yaitu
Kalimantan Timur dan Riau. Angka CNR seluruh kasus tuberkulosis di
Indonesia tahun 2014 sebesar 129/100.000 penduduk meningkat menjadi
130/100.000 penduduk pada tahun 2015.
Pada tahun 2014, CNR TB Paru BTA (+) di Sumatera Utara baru mencapai
122/100.000 penduduk. Bila dilihat pencapaian per Kab/Kota, tertinggi di
Sibolga dan Pematang Siantar. Sedangkan terendah di Kabupaten Dairi dan Nias
Utara. Berdasarkan Profil Kesehatan Kab/Kota Sumatera Utara tahun 2014,
angka keberhasilan rata-rata ditingkat Provinsi mencapai 97,61% dengan
perincian persentase kesembuhan 89,69% dan persentase pengobatan lengkap
7,92%. Angka keberhasilan tertinggi di Gunung Sitoli dan Sibolga, sedangkan
terendah di Nias Barat. Dari 33 Kab/Kota terdapat 8 Kab/Kota yang belum
mampu mencapai angka keberhasilan 85% (24.3%) (Dinkes Sumut, 2014).
Cure rate adalah angka kesembuhan atau persentase pasien baru TB BTA
positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan. Angka standart
nasionalnya yakni 85%. Angka keberhasilan tertinggi di Sulawesi Utara dan
Lampung, Sedangkan terendah pada Provinsi Kalimantan Tengah. Provinsi
dengan angka keberhasilan pengobatan ≥ 85% sebanyak 18 Provinsi (54,5%)
(Ulwiyah, 2015). Angka kesembuhan kasus TB di Indonesia mengalami
penurunan dari tahun 2012-2015 berturut-turut adalah 90,2; 90,5; 90,1, 85
persen (dalam Nurulia, 2017).
Kasus TB paru di Kota Medan tahun 2013 secara klinis terjadi peningkatan
dari tahun 2012. Angka penemuan TB pada tahun 2012 yaitu sebesar 21.079

Universitas Sumatera Utara


3

kasus dengan 3.037 kasus TB paru BTA (+), sedangkan pada tahun 2013
ditemukan sebesar 26.330 kasus dengan 2.894 kasus TB paru BTA (+) dimana
seluruhnya mendapatkan penanganan pengobatan dengan kesembuhan 2.163
orang (74,74%) serta angka keberhasilan pengobatan sebesar 79,03%. Selain itu,
dari 39 puskesmas yang ada di Kota Medan terdapat 1.729 penderita TB paru
BTA (+). Dari 1.729 penderita TB paru BTA (+) hanya sebanyak 1.616
penderita (87,67%) diberikan pengobatan (Mansur, 2015).
Puskesmas Teladan Medan merupakan puskesmas rujukan dari puskesmas-
puskesmas yang ada disekitarnya yang memiliki fasilitas pemeriksaan
mikroskopis dan bakteriologis, dan juga merupakan Puskesmas yang memiliki
pasien TB cukup banyak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Membahas tentang Bagaimanakah pelaksanaan pengendalian tuberkulosis


pada pasien di Puskesmas Teladan Medan?. Peneliti mengambil data di
Puskesmas Teladan Medan karena Puskesmas tersebut merupakan Puskesmas
layanan primer dengan pasien TB di Puskesmas Teladan Medan cukup banyak.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 TUJUAN UMUM

Untuk mengevaluasi pelaksanaan pengendalian tuberkulosis pada pasien TB


di Puskesmas Teladan Medan, Kecamatan Medan Kota.

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengetahui karakteristik demografi pasien TB paru di Puskesmas


Teladan Medan.
2. Untuk mengetahui distribusi bekas imunisasi Bacillus Calmette Guerin
(BCG) pasien TB paru di Puskesmas Teladan Medan.

Universitas Sumatera Utara


4

3. Untuk mengetahui distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien TB paru di


Puskesmas Teladan Medan.
4. Untuk mengetahui distribusi Pengawas Minum Obat (PMO) pasien TB paru
di Puskesmas Teladan Medan.
5. Untuk mengetahui distribusi pemeriksaan kontak serumah pada pasien TB
paru di Puskesmas Teladan Medan.
6. Untuk mengetahui distribusi klasifikasi penyakit pasien TB paru di
Puskesmas Teladan Medan.
7. Untuk mengetahui distribusi tipe pasien TB paru di Puskesmas Teladan
Medan.
8. Untuk mengetahui distribusi riwayat pengobatan sebelumnya pada pasien
TB paru di Puskesmas Teladan Medan.
9. Untuk mengetahui distribusi status kesehatan pada tahap pengobatan.
10. Untuk mengetahui distribusi pengobatan status kesehatan berdasarkan lama
pengobatan.
11. Untuk mengetahui angka konversi pada pasien TB paru di Puskesmas
Teladan Medan.
12. Untuk mengetahui presentase angka kesembuhan pada pasien TB paru di
Puskesmas Teladan Medan.
13. Untuk mengetahui prosentase angka keberhasilan pengobatan pada pasien
TB paru di Puskesmas Teladan Medan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi ilmu pengetahuan


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ilmu dan
pemahaman penulis serta pembaca mengenai TB paru. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi peneliti lain
untuk lebih mengembangkan pengetahuan keilmuan tentang TB paru.

Universitas Sumatera Utara


5

2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data tambahan bagi instansi
terkait.Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat memperkaya
kepustakaan mahasiswa fakultas kedokteran.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat,
terutama pasien TB paru.Diharapkan hal ini dapat mendorong pasien TB
paru agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi
BTA, dan kesembuhan TB.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUBERKULOSIS
2.1.1 DEFINISI

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Kemenkes RI, 2011).

2.1.2 ETIOLOGI

Penyebab tuberkulosis paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.


Bakteri TB berukuran 0,5-4 x 0,3-0,6 mikron, berbentuk batang tipis, lurus
atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi
mempunyai lapisan luar tebal dan terdiri dari lipoid. Bakteri ini memerlukan
oksigen untuk tumbuh dan kelangsungan hidupnya. Karbondioksida
merangsang pertumbuhan bakteri dengan suhu pertumbuhan 30º-40ºC dan
suhu optimum 37º-38ºC (Muttaqin, 2008). Namun, bakteri TB mati pada
pemanasan 100ºC selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60ºC selama 30
menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 1-30 detik. Bakteri TB tahan selama
1-2 jam di udara terutama ditempat lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan),
namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Ulwiyah, 2012).

2.1.3 CARA PENULARAN

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.Pada waktu batuk atau


bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.

Universitas Sumatera Utara


7

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada


dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut (Werdhani, 2012).

2.1.4 KLASIFIKASI

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena

a. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan


(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.

b. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ


tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

a. Tuberkulosis paru BTA positif

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA


positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3) 1spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB


positif.

4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen


dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

Universitas Sumatera Utara


8

b. Tuberkulosis paru BTA negatif


Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan
5) Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
c. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien
buruk.
d. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya
1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
3. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus putus berobat (Default/Drop Out/DO) adalah pasien TB yang
telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus gagal adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


9

e. Kasus pindahan adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan (Werdhani, 2012).

2.1.5 GEJALA KLINIS

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau


malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza 41ºC.Serangan demam
pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul
kembali.Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk/batuk darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar.Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum).Keadaan lanjutan adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum dirasakan sesak nafas.Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjutyang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.

Universitas Sumatera Utara


10

5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus(berat
badan menurun),sakit kepala,meriang,nyeri otot,keringat malam dll.Gejala
malaise ini semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur (Setiabudi, dkk, 2014).

2.1.6 DIAGNOSA

Sesuai dengan Pedoman Nasional Pengendalian TB Kementerian Kesehatan


RI. Adapun diagnosis TB Paru sebagai berikut:
1. Pasien suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman
TB. Penemuan BTA melalui dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
3. Pemeriksaan foto toraks digunakan sebagai penunjang diagnosis.
Berdasarkan hasil uji dahak mikroskopis, TB Paru dibedakan menjadi TB Paru
BTA Positif dan TB Paru BTA Negatif. Seseorang dikatakan menderita TB Paru
BTA Positif jika ditemukan sekurangkurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA Positif. Sedangkan seseorang dikatakan menderita TB Paru BTA
Negatif jika 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif namun foto toraks
abnormal sesuai gambaran tuberculosis (Anindita, 2017).
WHOmerekomendasikan pembacaan interpretasi pemeriksaan mikroskopis
dengan skala International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
(IUATLD) (Kemenkes RI, 2012):
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif.
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+).
5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ (3+).

Universitas Sumatera Utara


11

Gambar 2.1. Diagnosa Tuberkulosis.

Universitas Sumatera Utara


12

2.1.7 PENGOBATAN

Pengobatan pada penderita tuberkulosis dewasa dibagi menjadi beberapa


kategori:
1. Kategori 1
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan
Etambutol (E). Obat- obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE). Kemudin diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama
4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk:
a) penderita baru TB Paru BTA Positif
b) penderita TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif yang “sakit berat”
c) penderita TB Ekstra Paru berat.
2. Kategori 2
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan. Dua bulan pertama dengan Isoniazid
(H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan streptomisin
setiap hari di Unit Pelayanan Kesehatan. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid
(H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan
tiga kali dalam seminggu.Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin
diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
Obat diberikan untuk:
a) penderita kambuh (relaps)
b) penderita gagal (failure)
c) penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default) (Depkes RI,
2002)
3. Kategori 3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan,
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3
kali seminggu. Penderita baru BTA Negatif dan Rotgen Positif sakit ringan
(PDPI, 2006).

Universitas Sumatera Utara


13

4. OAT sisipan bila pada akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1
atau kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat
sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan (Depkes RI, 2002).

2.2 FAKTOR PREDISPOSISI

1. Usia
Usia berhubungan dengan kejadian TB paru dimana usia dapat mempengaruhi
kerja dan efek obat karena metabolisme obat pada orang yang muda berbeda
dengan orang tua. Insidensi tertinggi TB paru biasanya pada usia muda atau
produktif, yaitu usia 15-55 tahun. Di Indonesia diperkirakan sekitar 75%
pasien TB adalah kelompok usia paling produktif secara ekonomis (15-55
tahun). Hal ini disebabkan pada usia produktif cenderung melakukan aktivitas
diluar yang menyebabkan terpapar sehingga berisiko untuk terkena TB.
Berdasarkan penelitian Amaliah (2012) penderita TB paru dengan usia
produktif (15-55) memiliki risiko terjadinya gagal konversi sebesar 1,824 kali
lebih besar dibanding penderita dengan usia tidak produktif (Listriarini, 2015).
2. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering terkena TB
paru dibandingkan perempuan.Hal ini oleh karena laki-laki memiliki aktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, sehingga kemungkinan terpapar
lebih besar pada laki-laki.Selain itu kebiasaan merokok dan mengkomsumsi
alkohol pada laki-laki dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
terkena TB paru (Amaliah, 2012).
3. Pekerjaan
Hubungan antara penyakit TB paru erat kaitannya dengan pekerjaan.Secara
umum peningkatan angka kematian yang di pengaruhi rendahnya tingkat
sosial ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaan merupakan penyebab
tertentu yang didasarkan pada tingkat pekerjaan. Hasil penelitian
mengemukakan bahwa sebagian besar penderita TB paru adalah tidak bekerja
(53,8%) (Fariz, 2014).

Universitas Sumatera Utara


14

4. Sikap penderita terhadap keteraturan minum obat


Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu objek.Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata
menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu.Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan
tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan
atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan
reaksi terbuka.Penderita TB paru harus mempunyai sikap bahwa penyakit
TB paru merupakan penyakit infeksi menular yang dapat disembuhkan
dengan panduan obat OAT yang ada di puskesmas karena sudah sesuai
dengan standar, namun OAT tersebut harus diminum sesuai jadwal dan
secara teratur (Fariz, 2014).
5. Pengetahuan tentang TB
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Sebagaian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Amaliah, 2012).
6. Imunisasi BCG
BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari M. bovis yang dibiak berulang
selama 1-3 tahun, sehingga didapatkan kuman yang tidak virulen tetapi
masih mempunyai imunogenitas. BCG sebaiknya diberikan di regio lengan
kanan-atas pada daerah insersio M. deltoideus kanan, sehingga bila terjadi
limfadenitis BCG akan lebihmudah terdeteksi. Vaksinasi tidak perlu
diulang sebagai booster, demikian juga bila tidak terbentuk parut.
Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan
pemberian BCG pada bayi ≤ 2 bulan. Pemberian BCG setelah usia 1 bulan
lebih baik. Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh
respons imun tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut, sehingga akan
menyebabkan infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran.

Universitas Sumatera Utara


15

Imunitas timbul 6 - 8 minggu setelah pemberian BCG.Imunitas yang terjadi


tidaklah engkap sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun
biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat
(Mulyadi, 2015).

2.3 FAKTOR PENDORONG

Peran PMO
PMO adalah orang pertama yang selalu berhubungan dengan pasien
sehubungan pengobatannya.PMO yang mengingatkan untuk minum obat,
mengawasi sewaktu menelan obat, membawa pasien ke dokter untuk control
berkala, dan menolong pada saat ada efek samping (Depkes RI, 2005, Murtiwi,
2005).
Sesuai dengan strategi DOTS, setiap pasien yang baru ditemukan dan
mendapatkan pengobatan harus diawasi menelan obatnya setiap hari agar
terjamin kesembuhan, tercegah dari kekebalan obat atau resistensi.Sebelum
pengobatan pertama kali dimulai, pasien dan PMO harus diberi penyuluhan
secara singkat tentang perlunya pengawasan menelan obat setiap hari.
Penyuluhan tersebut meliputi gejala−gejala TB, tanda−tanda efek samping
obat, dan mengetahui cara mengatasi bila ada efek samping, cara merujuknya,
kegunaan pemeriksaan sputum ulang, serta cara memberi penyuluhan TB
(WHO, 1998, Murtiwi, 2005).
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung.Untuk menjamin kepatuhan pasien
menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT) oleh seorang PMO yang
sebaiknnya datang dari masyarakat, bukan kalangan kesehatan yang jumlahnya
terbatas (Aditama, 2000). PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru,
anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga
(Depkes RI, 2006).
Penilaian sikap PMO oleh penderita sangat dipengaruhi oleh status PMO
itu berasal dari keluarganya atau PMO itu seorang petugas kesehatan
Puskesmas.PMO yang berasal dari keluarganya sendiri lebih banyak

Universitas Sumatera Utara


16

mempunyai waktu untuk memantau/mengawasi penderita pada saat minum


obat, sedangkan PMO petugas lebih sering tidak mengawasi penderita minum
obat (Iriyanto, 2001).

2.4 STATUS GIZI

Status gizi pada kelompok umur dewasa >18 tahun dapat diketahui melalui
prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT).Status gizi
pada kelompok dewasa berusia 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas,
walaupun masalah kurus juga masih cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa
sebanyak 14,76% dan berat badan lebih sebesar 11,48%. Dengan demikian
prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 26,23%.
Sedangkan prevalensi penduduk dewasa kurus 11,09% (Kemenkes, 2013).
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Berat Badan (kg)


Tinggi Badan (m) Tinggi Badan (m)

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)


IMT Kategori

< 18.5 Berat Badan Kurang


18.5-22.9 Berat Badan Normal
23-24.9 Beresiko Menjadi Obes
25-29.9 Obesity I
>30 Obesity II
Source: Center for Obesity Research and Education 2007 WHO

Tabel 2.1 Kategori IMT.

Universitas Sumatera Utara


17

2.5 ANALISA INDIKATOR P2TB

1. Angka konversi
Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru terkonfirmasi
bakteriologis yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah
menjalani masa pengobatan tahap awal. Program pengendalian TB di
Indonesia masih menggunakan indikator ini karena berguna untuk
mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah
pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.

umlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

umlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

Di fasilitas layanan kesehatan, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien
TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru TB Paru
Terkonfirmasi Bakteriologis yang mulai berobat dalam 3-6 bulan
sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan
dahak negatif, setelah pengobatan tahap awal (2 bulan/ 3 bulan). Di tingkat
kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dengan mudah dapat dihitung dari
laporan TB.11. Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%.
2. Angka kesembuhan
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien
baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan, diantara pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis
yang tercatat. Untuk kepentingan khusus (survailans), angka kesembuhan
dihitung juga untuk pasien Paru Terkonfirmasi Bakteriologis pengobatan
ulang (kambuh dan dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya) dengan
tujuan:
a. Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap
obat terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilans
kekebalan obat.

Universitas Sumatera Utara


18

b. Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan


obatbaris kedua (second -line drugs).
c. Menunjukkan prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang
terjadipada pasien dengan HIV.
d. Untuk perhitungan, digunakan rumus yang sama dengan cara
menggantisebutan numerator dan denominator dengan jumlah pasien TB
paru pengobatan ulang.

umlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

umlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

Di fasilitas layanan kesehatan, indikator ini dapat dihitung dari kartu


pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru TB
Paru Terkonfirmasi Biologis yang mulai berobat dalam 9 -12 bulan
sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah
selesai pengobatan
Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dapat dihitung dari
laporan TB.08. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka
kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan. Walaupun
angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatan lainnya tetap
perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasil pengobatan lengkap,
meninggal, gagal, putus berobat (lost to follow-up), dan tidak dievaluasi.
1) Angka pasien putus berobat (lost to follow -up) tidak boleh lebih dari
10%, karena akan menghasilkan proporsi kasus retreatment yang tinggi
dimasa yang akan datang yang disebabkan karena ketidak -efektifan
dari pengendalian Tuberkulosis.
2) Menurunnya angka pasien putus berobat (lost to follow-up) karena
peningkatan kualitas pengendalian TB akan menurunkan proporsi
kasus pengobatan ulang antara 10-20 % dalam beberapa tahun.

Universitas Sumatera Utara


19

Sedangkan angka gagal untuk pasien baru TB paru BTA positif tidak
boleh lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat,
dan tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah
resistensi obat.
3. Angka keberhasilan pengobatan TB
Angka Keberhasilan Pengobatan adalah angka yang menunjukkan
prosentase pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien baru TB paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang
tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka
kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

umlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

umlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

Universitas Sumatera Utara


20

2.6 KERANGKA TEORI PENELITIAN

Tatalaksana pasien TB

Penemuan pasien Diagnose pasien TB Klasifikasi dan tipe Pengobatan pasien TB


TB pasien TB

TB paru TB ekstra paru 1. Tujuan pengobatan


TB
Pasien terduga TB
2. Prinsip pengobatan
TB

Definisi pasien TB Klasifikasi pasien TB


3. Tahap pengobatan
a.) Pasien TB terdiagnosis, Berdasarkan : TB
pemeriksaan bakteriologis : - Lokasi anatomi dari
- Pasien TB paru BTA + penyakit 4. OAT
- Pasien TB paru hasil biakan - Riwayat pengobatan
M. tb + sebelumnya
- Pasien TB paru hasil test - Hasil pemeriksaan 5. Panduan OAT
cepat M.tb + uji kepekaan obat
- Pasien TB ekstra paru - Status HIV
terkonfirmasi secara 6. Panduan OAT KDT
bakteriologis, baik BTA, lini pertama dan
biakan, dan test cepat. peruntukannya
- TB anak yang terdiagnosis
dengan pemeriksaan 7. Pemantauan
bakteriologis kemajuan dan hasil
b.) Pasien TB terdiagnosis secara pengobatan lini
klinis :
- Pasien TB paru BTA-, foto
thorax +
- TB ekstra paru terdiagnosis
secara klinis tanpa konfirmasi
bakteriologis.
- TB anak terdiagnosis dengan
sistim skoring.

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


21

2.7KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Data Demografi :
 Usia
 Jenis kelamin

Pemeriksaan Fisik :
 Parut BCG
 IMT

Faktor Pendorong :
 PMO
 Pemeriksaan kontak
serumah

Karakteristik Pemeriksaan : Evaluasi Program


 Klasifikasi penyakit pengendalian TB
 Tipe pasien (P2TB)
 Riwayat pengobatan
sebelumnya
 Tahap konversi
 Waktu pengobatan
 Status kesembuhan

Evaluasi Program
Pengendalian TB :
 Angka keberhasilan
pengobatan
 Angka konversi
 Angka kesembuhan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif. Dengan


menggunakan metode penelitian cross sectional.
Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat tertentu, yaitu subyek hanya diobservasi satu
kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
Dengan demikian peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran
yang dilakukan (Sudigdo, 2015).

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


3.2.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teladan Medan yang beralamatkan


Jl. Sisimangaraja XII, No.65 Kecamatan Medan Kota, yang berada di ruangan
rekam medis lantai dua.

3.2.2 WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2017 sampai dengan Oktober 2017
dan mengambil data dari rekam medis mulai dari 1 Januari 2016 sampai dengan
31 Desember 2016.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.3.1 POPULASI PENELITIAN

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosa
BTA positif yang dilihat dari rekam medis di Puskesmas Teladan Medan,
Kecamatan Medan Kota.

22

Universitas Sumatera Utara


23

3.3.2 SAMPEL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh


populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Semua pasien TB paru BTA positif
(di dalam rekam medis) yang datang untuk menjalani pengobatan TB paru di
Puskesmas Teladan Medan yang memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi :
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Laki-laki dan perempuan yang berusia lebih dari 15 tahun
c. Rekam medis dalam keadaan baik dan bagus untuk diteliti
2. Kriteria eksklusi :
a. Pasien yang menjalani pengobatan lebih ≤ 3 bulan
b. Pasien TB ekstra paru

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
berupa rekam medis penderita TB paru BTA positif.

3.5 METODE ANALISA DATA


3.5.1 PENGOLAHAN DATA

Setelah data yang diperlukan untuk penelitian ini terkumpul, maka dilakukan
tahap pengolahan data yang melalui beberapa tahap yaitu (Notoatmodjo, 2012) :
1. Editing
Dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang
dikumpulkan.
2. Coding
Yaitu mengubah data bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
3. Entry
Yakni memasukkan data-data kedalam program atau software komputer.

Universitas Sumatera Utara


24

4. Cleaning
Pengecekkan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.5.2 ANALISIS DATA

Analisis data penelitian ini melalui prosedur, antara lain (Notoatmodjo, 2012) :
Analisis Univariat yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
variabel-variabel yang diteliti.Analisis univariat ini untuk melihat gambaran
karakteristik setiap variabel yang diteliti.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Tabel 3.1. Definisi Opersional.


Alat Cara Skala
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur Ukur
Tidak ada data adalah
Tidak ada tidak terdapatnya data Rekam Telaah
1 0 = Tidak ada Nominal
data yang terisi pada rekam medik data
data
medis
2 Usia Usia adalah usia Rekam Telaah 1 = <18 Ordinal
responden yang dihitung medik data 2 = 19--30
sejak lahir dalam tahun 3 = 31-40
hingga tahun yang 4 = 41-50
terdapat pada rekam 5 = 51-60
medic. 6 = >60
3 Jenis Jenis kelamin dalah tatus Rekam Telaah 1 =Laki-laki Nominal
kelamin gender yang dibawa dari medik data 2 = Perempuan
lahir.
4 Parut BCG Parut BCG adalah Rekam Telaah Terlihat : Nominal
benjolan atau parutan medik data 1 = Jelas
yang timbul di lengan 2 = Tidak ada
kanan setelah disuntik 3 = Meragukan
imunisasi BCG.
5 Indeks Indeks massa tubuh Rekam Telaah Dikategorikan Ordinal
massa (IMT) yaitu untuk medik data berdasarkan :
tubuh menentukan status gizi 1 = IMT <18,5
(IMT) pada seseorang 2 = IMT 18,6 -
berdasarkan berat badan 22,9
dan tinggi badan. 3 = IMT 23 -
24,9
4 = IMT 25 –
29,9
5 = IMT >30

Universitas Sumatera Utara


25

Lanjutan Tabel 3.1. Definisi Opersional.


No Variabel Definisi Operasional Alat Cara Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur Ukur
6 PMO PMO adalah Pengawas Rekam Telaah 1 = Ada Nominal
minum obat yang medik data 2 = Tidak ada
mengawasi pasien untuk
meminum obat, dan
biasanya dari orang
terdekat.
7 Pemeriksaan Pemeriksaan kontak Rekam Telaah 1 = Ada Nominal
kontak serumah adalah medik data 2 = Tidak ada
serumah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui
apakah ada orang terdekat
yang terinfeksi TB selain
pasien.
8 Klasifikasi Klasifikasi penyakit adalah Rekam Telaah 1 = TB Paru Nominal
penyakit yang diklasifikasikan medik data 2 = TB Ekstra
berdasarkan paru dan ekstra Paru
paru.
9 Tipe pasien Tipe pasien adalah tipe-tipe Rekam Telaah Berdasarkan Nominal
pasien berdasarkan data medik data tipe-tipe
yang tertera di rekam medik pasien :
Puskesmas Teladan Medan. 1 = Baru
2 = Pindahan
3 = Kambuh
10 Riwayat Riwayat pengobatan Rekam Telaah 1 = Belum Nominal
pengobatan sebelumnya adalah riwayat medik data pernah/
sebelumnya pengobatan yang pernah kurang 1
dilakukan sebelum pasien bulan
berada di Puskesmas 2 = Pernah
Teladan Medan. diobati lebih
dari 1 bulan
11 Tahap Tahap konversi yaitu untuk Rekam Telaah Konversi Ordinal
konversi melihat perubahan konversi medik data pada :
BTA pada tiap-tiap fase 1 = Bulan ke-
selama pasien melakukan 2
pengobatan. 2 = Bulan ke-
3
12 Waktu Waktu pengobatan yaitu Rekam Telaah Berdasarkan : Ordinal
pengobatan untuk menentukan seberapa medik Data 1= 6 bulan
lama pasien melakukan 2 = 8 bulan
tahap pengobatan hingga
hasil akhir konversi BTA
menjadi negative (-)
13 Status Status kesembuhan adalah Rekam Telaah 1 = Sembuh Nominal
kesembuhan dinyatakan sembuh apabila medik data 2 = Tidak
perubahan hasil BTA positif sembuh
(+) pada awal pengobatan
dan menjadi negative (-)
pada akhir pengobatan dan
dengan pengobatan lengkap.

Universitas Sumatera Utara


26

Lanjutan Tabel 3.1. Definisi Opersional.


No Variabel Definisi Operasional Alat Cara Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur Ukur
14 Angka Angka konversi adalah Rekam Rumus Dimana Nominal
konversi prosentase pasien baru TB medik angka
paru terkonfirmasi standart
bakteriologis yang nasional yang
mengalami perubahan harus dicapai
menjadi BTA (-) setelah adalah 80%.
menjalani masa pengobatan Baik= >80%
tahap awal. Buruk =
<80%
15 Angka Angka kesembuhan adalah Rekam Rumus Dimana Nominal
kesembuhan angka yang menunjukkan medik angka
prosentase pasien baru TB standart
paru terkonfirmasi nasional yang
bakteriologis yang sembuh harus dicapai
setelah selesai masa adalah 85%.
pengobatan, diantara pasien Baik = >85%
baru TB paru terkonfirmasi Buruk = <85
bakteriologis yang tercatat.
16 Angka Angka keberhasilan Rekam Rumus Dimana Nominal
keberhasilan pengobatan adalah medik angka
pengobatan prosentase pasien TB paru standart
terkonfirmasi bakteriologis nasional yang
diantara semua pasien TB harus dicapai
paru tercatat (bakteriologis adalah 85%.
dan klinis). Baik = >85%
Buruk = <85

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teladan Medan Provinsi


Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Sisimangaraja, Teladan, Medan Kota,
Sumatera Utara No.65.
Subjek penelitian ini adalah semua pasien TB paru BTA positif (di dalam
rekam medis) yang datang untuk menjalani pengobatan TB paru di Puskesmas
Teladan Medan yang memenuhi beberapa kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Analisis Univariat
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,
Pengawas Minum Obat (PMO), parut BCG, klasifikasi penyakit, tipe pasien,
riwayat pengobatan sebelumnya, pemeriksaan kontak serumah, Indeks Masa
Tubuh (IMT), tahap konversi, waktu pengobatan, dan status kesembuhan.

Tabel 4.1 Data Demografi Berdasarkan Usia Responden


di Puskesmas Teladan Medan

Kategori Usia (Tahun) n %


<18 Tahun 9 6.9
19-30 Tahun 43 32.8
31-40 Tahun 16 12.2
41-50 Tahun 20 15.3
51-60 Tahun 22 16.8
>60 Tahun 21 16.0
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.1 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang berumur <18- >60 tahun. Frekuensi tertinggi terdapat pada
subjek penelitian yang berusia 19-30 tahun sebanyak 43 orang (32.8%).
Menurut penelitian Amaliah (2012) penderita TB paru dengan usia produktif
(15-55) memiliki risiko terjadinya gagal konversi sebesar 1,824 kali lebih
besar dibanding penderita dengan usia tidak produktif.

27

Universitas Sumatera Utara


28

Tabel 4.2 Data Demografi Berdasarkan jenis Kelamin Responden


di Puskesmas Teladan Medan

Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 90 68.7
Perempuan 41 31.3
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.2 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Frekuensi tertinggi
terdapat pada subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 90 orang
(68.7%). Beberapa peniliti menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering terkena TB
paru dibandingkan perempuan. Hal ini oleh karena laki-laki memiliki aktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, sehingga kemungkinan terpapar lebih
besar pada laki-laki (Sitepu, 2009). WHO (2012) melaporkan bahwa disebagian
besar dunia, lebih banyak laki-laki daripada wanita yang didiagnosa TB.

Tabel 4.3 Data Pemeriksaan Fisik Pasien Berdasarkan Parut BCG


di Puskesmas Teladan Medan

Parut BCG n %
Tidak Ada Data 56 42.7
Jelas 22 16.8
Tidak ada 30 22.9
Meragukan 23 17.6
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.3 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang terlihat jelas, tidak ada, atau meragukan pada parut BCG.
Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang tidak ada parut BCG
sebanyak 30 orang (22.9%). Menurut penelitian (Daud, dkk, 2012) dalam
penelitiannya menunjukkan status imunisasi BCG berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat keparahan kejadian TB paru. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang menyatakan bahwa mereka yang tidak imunisasi BCG sangat berperan
terhadap hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru.
Pencegahan imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara


29

seseorang yang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga mampu
mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar. Vaksin
terhadap penyakit TB adalah vaksin BCG yang telah diwajibkan di 64 negara dan
direkomendasikan di beberapa Negara lainnya (Crofton, 2002).

Tabel 4.4 Data Pemeriksaan Fisik Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
di Puskesmas Teladan Medan

IMT n %
Tidak ada data 28 21.4
<18.5 51 38.9
18.6-22.9 37 28.2
23-24.9 7 5.3
25.29.9 5 3.8
>30 3 2.3
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.4 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang berdasarkan IMT <18.5 - >30. Frekuensi tertinggi terdapat
pada subjek penelitian yang memiliki IMT <18.5 sebanyak 51 orang (38.9%).
Apabila kualitas dan kuantitas gizi yang masuk dalam tubuh cukup akan
berpengaruh pada daya tahan tubuh sehingga tubuh akan tahan terhadap infeksi
kuman TB paru. Namun apabila keadaan gizi buruk maka akan mengurangi dahan
tubuh terhadap penyakit ini (Sitepu, 2009).

Tabel 4.5 Data Faktor Pendorong Pasien Berdasarkan PMO


di Puskesmas Teladan Medan

PMO n %
Ada 126 68.7
Tidak ada 5 31.3
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.5 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang ada atau tidak adanya pengawas minum obat (PMO).
Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang ada atau memiliki
pengawas minum obat (PMO) sebanyak 126 orang (68.7%). Berdasarkan
analisis univariat tentang PMO pada pasien TB Nogosari Boyolali diketahui
bahwa 55.0% atau 22 orang mempunyai peran yang baik dalam PMO dan

Universitas Sumatera Utara


30

45.0% atau 18 orang mempunyai peran yang kurang dalam PMO, sehingga
dapat diketahui peran PMO pada pasien TB paru di Puskesmas Nogosari
Boyolali termasuk dalam kategori baik (Prabowo, 2014).

Tabel 4.6 Data Faktor Pendorong Pasien Berdasarkan Pemeriksaan Kontak Serumah
di Puskesmas Teladan Medan
Pemeriksaan Kontak Serumah n %
Ada 72 55.0
Tidak ada 59 45.0
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.6 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang ada atau tidak adanya pemeriksaan kontak serumah.
Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang ada pemeriksaan
kontak serumah sebanyak 72 orang (55.0%). Pemeriksaan kontak serumah
adalah orang yang kontak serumah dengan penderita TB terutama mereka yang
BTA+ dan pada keluarga dengan anak yang menderita TB hendaknya
menjalani skrining TB melalui pemeriksaan. Pemeriksaan TB tersebut
dilakukan denga melakukan pemeriksaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).

Tabel 4.7 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Klasifikasi Penyakit


di Puskesmas Teladan Medan
Klasifikasi Penyakit n %
Paru 131 100.0
Ekstra Paru 0 0.0
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.7 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang diklasifikasikan berdasarkan paru dan ekstra paru.
Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang didiagnosa TB paru
sebanyak 131 orang (100.0%).

Tabel 4.8 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Tipe Pasien


di Puskesmas Teladan Medan
Tipe Pasien n %
Tidak ada data 9 6.9
Baru 117 89.3
Pindahan 4 3.0
Kambuh 1 0.8
Total 131 100.0

Universitas Sumatera Utara


31

Dapat dilihat pada tabel 4.8 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang dikategorikan berdasarkan tipe pasien yaitu baru, pindahan,
dan kambuh. Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang baru
didiagnosa sebanyak 117 orang (89.3%). Menurut penelitian Sihotang (2013)
seluruh pasien TB paru merupakan tipe pasien dengan kasus baru. Tidak
terdapat pasien dengan tipe relaps, default, failure, transfer in dan kasus lain.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Bahu Malalayang 1 Manado
menemukan bahwa sebanyah 91,8% pasien yang dating untuk berobat
merupakan pasien kasus baru (sihotang, 2013).

Tabel 4.9 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya


di Puskesmas Teladan Medan

Riwayat Pengobatan Sebelumnya n %


Tidak ada data 60 45.8
Belum pernah/ - 1 bulan 71 54.2
Pernah diobati// + 1 bulan 0 0.0
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.9 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang memiliki riwayat pengobatan sebelumnya. Frekuensi
tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang belum pernah diobati / -1 bulan
sebanyak 71 orang (54.2%).

Tabel 4.10 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Tahap Konversi


di Puskesmas Teladan Medan

Tahap Konversi n %
Bulan ke-2 130 99.2
Bulan ke-3 1 0.8
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.10 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang dilihat dari tahap konversi . Frekuensi tertinggi terdapat pada
subjek penelitian yang memiliki tahap konversi pengobatan dibulan ke-2
sebanyak 130 orang (99.2%). Pengawasan pengobatan secara langsung penting
setidaknya selama tahap pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk
meyakinkan bahwa obat dimakan dengan kombinasi yang benar dan jangka
waktu yang tepat (Prabowo, 2014).

Universitas Sumatera Utara


32

Tabel 4.11 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Waktu Pengobatan


di Puskesmas Teladan Medan

Waktu Pengobatan n %
6 bulan 131 100.0
8 bulan 0 0.0
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.11 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang memiliki lama waktu pengobatan berdasarkan 6 bulan dan 8
bulan. Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian yang memiliki lama
waktu pengobatan selama 6 bulan sebanyak 131 orang (100.0%). Tahap intensif
terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E).
Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudin
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini
diberikan untuk penderita baru TB Paru BTA Positif selama 6 bulan.

Tabel 4.12 Data Karakteristik Pemeriksaan Berdasarkan Status Kesembuhan


di Puskesmas Teladan Medan

Status Kesembuhan n %
Sembuh 92 70.2
Tidak Sembuh 39 29.8
Total 131 100.0

Dapat dilihat pada tabel 4.12 menunjukan bahwa sebaran subjek penelitian
adalah subjek yang memiliki perubahan hasil BTA positif pada awal
pengobatan dan menjadi negative pada akhir pengobatan dan dengan
pengobatan yang lengkap. Frekuensi tertinggi terdapat pada subjek penelitian
yang sembuh 92 orang (70.2%).

2. Alur pengolahan data

Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data rekam medis yang
berjumlah 138 data, dimana diantaranya dibagi menjadi kriteria inklusi dan
eksklusi. Pada kriteria inklusi sebanyak 131 data yang dapat digunakan sedangkan
kriteria eksklusi terdapat 7 data yang tidak dapat digunakan pada penelitian ini.
Setelah keseluruhan data terkumpul maka peneliti akan melakukan entery, coding

Universitas Sumatera Utara


33

dan cleaning yang bertujuan untuk mengelompokan data yang lengkap maupun
tidak lengkap, dimana data yang lengkap berjumlah 67 data sedangkan data yang
tidak lengkap berjumlah 64 data. Setelah data dikelompokan maka akan dilakukan
uji univariat, data yang digunakan adalah data keseluruhan yaitu 134 data.
Selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan rumus dan data lengkap saja
sebanyak 67 data. Dimana penelitian ini juga menggunakan rumus yang diambil
dari buku panduan P2TB yang digunakan sebagai acuan untuk evaluasi.

Data Rekam Medis


(138 data)

Kriteria Inklusi : Kriteria Eksklusi :


Paru (131 data) Ekstra Paru (7 data)

Coding data, Entry


data, Cleaning data
Data Tidak Lengkap :
(64 data)

Data Lengkap :
(67 data)

Univariat

Indikator P2TB

Tabel 4.13 Alur pengolahan data

3. Angka konversi

= 99.2%
131

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa angka konversi mencapai 99.2%,
yang mana pasien mengalami perubahan BTA (+) menjadi BTA (-) di masa
pengobatan tahap awal.
Dapat kita lihat dari hasil penelitian yang saya dapat, angka konversi berada
diatas angka minimal standart nasional yang harus dicapai yaitu 80%.

Universitas Sumatera Utara


34

4. Angka kesembuhan

= 51.1%
131

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa angka kesembuhan mencapai


51.1%, yang mana angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil
pengobatan.
Dapat kita lihat dari hasil penelitian yang saya dapat, angka kesembuhan
berada jauh dibawah angka minimal standart nasional yang harus dicapai yaitu
85%.

5. Angka keberhasilan pengobatan

= 51.1%
131

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa angka keberhasilan pengobatan


mencapai 51.1%, yang mana merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan
dan angka pengobatan lengkap.
Dapat kita lihat dari hasil penelitian yang saya dapat, angka keberhasilan
pengobatan berada jauh dibawah angka minimal standart nasional yang harus
dicapai yaitu 85%.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian evaluasi pengendalian tuberkulosisn di
Puskesmas Teladan Medan tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi hasil penelitian data demografi pasien di Puskesmas Teladan
Medan untuk usia paling banyak berada pada kategori usia 19-30 tahun,
dengan jumlah 43 orang (32.8%). Sedangkan pada jenis kelamin paling
banyak pada jenis kelamin laki-laki, dengan jumlah 90 orang (68.7%).
2. Distribusi hasil penelitian data pemeriksaan fisik berdasarkan parut BCG
pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak berada pada kategori
tidak ada atau tidak ditemukannya bekas imunisasi BCG, dengan jumlah 30
orang (22.9%). Sedangkan pada IMT pasien di Puskesmas Teladan Medan
paling banyak berada pada kategori underweight dengan IMT <18.5, dengan
jumlah 51 orang (38.9%).
3. Distribusi hasil penelitian data faktor pendorong berdasarkan Pengawas
Minum Obat (PMO) pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak
berada pada kategori ada atau memiliki PMO, dengan jumlah 126 orang
(68.7%). Sedangkan pada pemeriksaan kontak serumah pasien di Puskesmas
Teladan Medan paling banyak berada pada kategori ada atau adanya
pemeriksaan kontak serumah, dengan jumlah 72 orang (55.0%).
4. Distribusi hasil penelitian data karakteristik pemeriksaan berdasarkan
klasifikasi penyakit pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak
berada pada kategori paru, dengan jumlah 131 orang (100.0%). Pada tipe
pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak berada pada kategori
pasien TB baru, dengan jumlah 117 orang (89.3%). Pada riwayat pengobatan
sebelumnya pada pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak berada
pada kategori belum pernah/-1 bulan, dengan jumlah 71 orang (54.2%). Pada
tahap konversi pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak berada

35

Universitas Sumatera Utara


36

pada kategori konversi di bulan ke-2, dengan jumlah 130 orang (99.2%).
Pada waktu pengobatan pasien di Puskesmas Teladan Medan paling banyak
berada pada kategori pengobatan 6 bulan, yang berjumlah 131 orang
(100.0%). Dan pada status kesembuhan di Puskesmas Teladan Medan paling
banyak berada pada kategori sembuh, dengan jumlah 92 orang (70.2%).
5. Prosentase angka konversi mencapai 99.2%, yang mana sudah berada diatas
angka minimal standart nasional yaitu 80%.
6. Prosentase angka kesembuhan mencapai 51.1%, yang mana masih cukup
jauh untuk mencapai angka minimal standart nasioal yaitu 85%.
7. Prosentase angka keberhasilan pengobatan mencapai 51.1%, yang mana
masih cukup jauh untuk mencapai angka minimal standart nasional yaitu
85%.

5.2 SARAN
1. Bagi Instansi Dinas Kesehatan
Dari hasil yang ditemukan di Puskesmas Teladan Medan, sebaiknya pihak
Dinas Kesehatan Kota Medan lebih meningkatkan penyuluhan atau promosi
kesehatan terhadap upaya pencegahan TB paru di kalangan masyarakat
ataupun pelajar, sehingga dapat memperbaiki pengetahuan dan kesadaran
terhadapTB paru .
2. Bagi Puskesmas
Dari hasil yang ditemukan di Puskesmas Teladan Medan, sebaiknya pihak
Puskesmas selalu mengingatkan penderita TB paru pada saat pengambilan
obat untuk lebih memperhatikan keteraturan dalam minum obat dan untuk
penulisan data rekam medis sebaiknya dilakukan pengisian yang selengkap-
lengkapnya.
3. Bagi penderita TB paru
Dari hasil yang ditemukan di Puskesmas Teladan Medan, sebaiknya
penderita TB paru diharapkan untuk teratur dalam minum obat, berobat
sesuai dengan jadwal dan diharapkan untuk mengonsumsi makanan yang
sehat dan bergizi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, Rita. 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kegagalan


Konversi Penderita Tuberkulosis Paru BTA Positif Pengobatan Fase
Intensif Di Kabupaten Bekasi Tahun 2010, Depok.Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Anindita.2017, Pengaruh Merokok Terhadap Kejadian Konversi Sputum Pada


Penderita Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang,
Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Astri, Nurulia. 2017, Pengaruh Status Gizi Terhadap Konversi Sputum BTA Pada
Penderita Tuberkulosis Yang Telah Menjalani Pengobatan Fase Intensif
Di Puskesmas Panjang, Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.

Azwar, Gusti. Noviana, Dewi.Hendyiyono, FX. 2016, Karakteristik Penderita


Tuberkulosis Paru Dengan Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB)
Di RSUD Ulin Banjarmasin, Banjarmasin.Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Centre for Obesity Research and Education, 2007. Body Mass Index: BMI
Calculator. Didapat dari: http://www.core.monash.org/bmi.html .Diakses
pada 10 April 2013.

Crofton, Jhon 2002. Tuberculosis Klinis, Jakarta : Penerbit Widya Medika.

Depkes RI, Ditjen PP dan PL. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis;


2007.

Depkes RI, Ditjen PP dan PL. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia


2010-2014; 2010.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara. 2014, Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun
2014,pp.27-29.
http://dinkes.sumutprov.go.id/editor/gambar/file/Narasi%20Profil%20%20
Kesehatan%202014(1).pdf.

KEMENKES RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


364/Menkes/Sk/V/2009 Tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis
(TB); 2010.

37

Universitas Sumatera Utara


38

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional


Penanggulangan TB. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPPL).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil kesehatan Indonesia


2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional


Penanggulangan TB. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
Dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPPL).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia :


Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Pp. 160-167.

Maesaroh, Siti. 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Berobat Pasien Tuberkulosis Paru di Klinik Jakarta Respiratory Centre
(JRC) / PPTI Tahun 2009, Jakarta.Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Mansur, Muhammad. Khadihaj, Siti. 2015, Analisis Penatalaksanaan Program


Penanggulangan Tuberkulosis Paru Dengan Strategi DOTS Di Puskesmas
Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015, Medan. Fakultas
Kemasyarakatan Universitas Sumatera Utara.

Martiningrum, Zaidar R. 2013, Determinan Error Rate Puskesmas Rujukan


Mikrokopis (PRM) dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) di
Kabupaten Jember, Jember. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.

Muaz, Fariz. 2014, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadia Tuberkulosis


Paru Basil Tahan Asam Positif di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang
Kota Serang Tahun 2014, Jakarta.Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Muttaqin, Arif, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan, Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012, PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU


KESEHATAN, Edisi Revisi 2012, Penerbit PT Cipta Jakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Pedoman Diagnosis Dan


Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. Jakarta: PDPI.

Universitas Sumatera Utara


39

Prabowo, RD. 2014, Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat Pada Pasien Tuberkulosis Paru (TB
Paru) di Puskesmas Nogosari Boyolali, Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sastroasmoro, Sudigdo. Ismael, Sofyan. 2016, Dasar-dasar Metodologi


Penelitian Klinis, Edisi ke-5, Sagung Seto, Jakarta.

Setiadi, Siti. Alwi, Idrus. Sudoyo, Aru. Simadibrata, Marcellus. Setiohadi,


Bambang. Syem, Arifahrial. 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ;
Tuberkulosis Paru. Interna Publishing, Jakarta Pusat, pp, 87-89.

Sihotang, RH. 2013. Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru yang Berobat


Menggunakan DOTS di Puskesmas Bahu Malalayang I Periode Januari-
Desember 2012. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2013., (1) : 70.

Sitepu MY. 2009, Karakteristik Penderita TB Paru Relapse yang Berobat di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Werdhani, Retno A. 2012, Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosis,


Jakarta. Departemen Ilmu Kedokteran Komunikasi, Okupasi dan
Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

World Health Organization 2012. The Global Plan to Stop Tuberculosis:


Guideline for social mobilization. Geneva: WHO.

Zuriya, Yufa. 2016, Hubungan Antara Faktor Host dan LIngkungan Dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2016,
Jakarta.Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1. Biodata Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sunita Melati Nasution


NIM : 140100106
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 30 September 1998
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sirandorung Ujung, No. 147s, Rantauprapat
Telepon : 08126037776
Orang Tua : Ayah : Sutan Napsan Nasution
Ibu : Aisyiah Gita Utami Lubis
RiwayatPendidikan :
1. Tahun 2001-2003 : TK Nur Ibrahimi Rantauprapat
2. Tahun 2004-2010 : SD Negeri 112143 Rantauprapat
3. Tahun 2010-2012 : SMP Al-Azhar Medan
4. Tahun 2012-2014 : SMA Plus Al-Azhar Medan
5. Tahun 2014-sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan :
1. Peserta PMB (PenerimaanMahasiswaBaru) FK USU 2014
2. Peserta MMB (Management MahasiswaBaru) FK USU 2014
3. Peserta Workshop Vital Sign Standing Committee on Public Health
FakultasKedokteran USU

Riwayat Organisasi :
1. AnggotaSie. Komsumsi PMB FK USU 2015
2. AnggotaSie. Komsumsi Medical Humanity Day 2015
3. Anggota Sie. Komsumsi Try Out FK USU 2015

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2. Lembar Orisinalitas

PERNYATAAN

EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS


DI PUSKESMAS TELADAN MEDAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya
orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas
sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu, penulis
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanski
lainya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, Desember 2017


Penulis

Materai

Rp 6.000

Sunita Melati Nasution


140100106

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3. Surat Izin Survei Awal Penelitian

SURAT IZIN SURVEI AWAL PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4. Ethical Clearance

ETHICAL CLEARANCE

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5. Surat Izin Penelitian

SURAT IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6. Surat Tanda Selesai Penelitian

SURAT TANDA SELESAI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 7. Data Induk Penelitian

DATA INDUK
JENIS KLASIFIKASI TIPE TINGKAT WAKTU STATUS
NAMA USIA PARUT BCG IMT PMO PKS PENYAKIT
RPS KESEMBUHAN
KELAMIN PASIEN KONVERSI PENGOBATAN
Tidak
AA. 32 Laki-laki Tidak ada data 19,5 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
M 37 Laki-laki Meragukan 15,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
N 40 Perempuan Tidak ada 14,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
RF 18 Perempuan Tidak ada data 19,6 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
M. H 37 Laki-laki Meragukan 16,7 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
PD 47 Laki-laki Tidak ada data 20,8 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
PS 46 Laki-laki Tidak ada 17,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Y 53 Laki-laki Tidak ada data 28,8 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
BH 15 Perempuan Tidak ada data 14 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
S 31 Laki-laki Tidak ada 18,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
MA 77 Laki-laki Tidak ada data 18,5 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
DAD 21 Perempuan Jelas 16,5 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
M 45 Laki-laki Jelas 23,7 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
DP 28 Laki-laki Tidak ada data 17,6 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
S 57 Laki-laki Tidak ada data 19,4 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
M 51 Laki-laki Meragukan 21,8 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
I 18 Perempuan Tidak ada data 18,9 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
JP 72 Perempuan Tidak ada 17,9 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
A 55 Laki-laki Jelas 19,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
RI 26 Laki-laki Tidak ada 15,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh

Universitas Sumatera Utara


M 48 Laki-laki Jelas 25,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
M 20 Laki-laki Meragukan 18,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-3 6 bulan sembuh
MR 67 Laki-laki Tidak ada 23,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
MJ 48 Laki-laki Tidak ada data 17,7 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
T 65 Perempuan Meragukan 18,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
A 20 Perempuan Tidak ada data 19 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
WA 85 Laki-laki Tidak ada data 21,3 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
WI 30 Perempuan Tidak ada 15,8 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
B 46 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
Y 41 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
E 24 Perempuan Tidak ada data 13 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
AY 23 Laki-laki Jelas 19 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
N 33 Perempuan Meragukan 16,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
SD 56 Perempuan Tidak ada 30 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
T 47 Perempuan Tidak ada data 20,1 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
NH 64 Laki-laki Tidak ada data 19,9 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
B 48 Laki-laki Tidak ada data 18,3 ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
P 20 Laki-laki Jelas 11,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
M 61 Perempuan Tidak ada data 22 Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
DM 29 Laki-laki Tidak ada data 17,2 Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
L 25 Laki-laki Tidak ada data 16,3 Ada ada Paru Kambuh Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh

Universitas Sumatera Utara


Tidak
E 32 Laki-laki Jelas 14,9 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
DB 37 Laki-laki Tidak ada data 18,1 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
T 67 Perempuan Tidak ada data 14,7 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
D 62 Laki-laki Tidak ada 24,9 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
AA 25 Laki-laki Jelas 17,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
T 53 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
H 61 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
MA 23 Laki-laki Tidak ada data 25 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
JP 57 Laki-laki Meragukan 19 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
NB 60 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
SR 53 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
RJ 38 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
F 25 Laki-laki Jelas 16,5 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
J 24 Perempuan Tidak ada data 18,5 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
R 66 Perempuan Tidak ada 13,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
P 53 Perempuan Meragukan 18,5 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
J 17 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
MM 18 Laki-laki Jelas 15,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
TM 60 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh

Universitas Sumatera Utara


Tidak Tidak
T 64 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
L 41 Laki-laki Jelas 16,5 Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
S 48 Perempuan Tidak ada 19,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
AL 52 Laki-laki Tidak ada 21,2 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
D 19 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Pindahan Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
S 58 Laki-laki Tidak ada 17 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
S 23 Perempuan Tidak ada data 19,1 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
SY 24 Laki-laki Jelas 14,7 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
SH 60 Laki-laki Meragukan 23,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
EP 27 Laki-laki Meragukan 16,5 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
M 39 Perempuan Jelas 17,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
MK 60 Laki-laki Tidak ada 18,8 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Z 28 Perempuan Meragukan 21,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
SP 23 Laki-laki Meragukan 22,5 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
H 36 Laki-laki Meragukan ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
I 30 Laki-laki Tidak ada 16 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
HV 20 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
I 51 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
MR 16 Laki-laki Meragukan 18,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
ZH 49 Laki-laki Tidak ada 22,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
M 72 Laki-laki Tidak ada data 15,7 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh

Universitas Sumatera Utara


Tidak
S 56 Laki-laki Tidak ada 19,9 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
D 33 Laki-laki Jelas 17,9 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
AM 73 Laki-laki Tidak ada data 14,7 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
P 51 Laki-laki Tidak ada data 23,2 Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
SY 78 Laki-laki Tidak ada 20,7 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
R 48 Laki-laki Tidak ada 13,8 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
MI 27 Laki-laki Jelas 16,2 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
H 58 Perempuan Tidak ada ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak Tidak
A 48 Perempuan Tidak ada ada data Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
H 24 Laki-laki Tidak ada 17,2 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak Tidak
N 50 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
MS 21 Laki-laki Tidak ada data 19,6 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
BR 36 Laki-laki Tidak ada 18,9 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
B 65 Perempuan Tidak ada 19,7 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
Tidak
MB. 77 Perempuan Tidak ada data 13,5 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
H 29 Laki-laki Jelas 20,8 ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
M 32 Laki-laki Meragukan 22,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
M 67 Laki-laki Meragukan 22,8 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
JS 45 Laki-laki Tidak ada data 14,7 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak Tidak
LK 44 Perempuan Tidak ada data ada data ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
I 20 Laki-laki Jelas 19,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan sembuh
H 25 Laki-laki Jelas 21,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh

Universitas Sumatera Utara


TM 26 Laki-laki Meragukan 23 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Z 51 Laki-laki Tidak ada data 18,4 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
R 86 Perempuan Tidak ada 19 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak Tidak
MT 77 Laki-laki Tidak ada data ada data ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
AB 46 Laki-laki Jelas 25,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
HD 23 Laki-laki Tidak ada data 15,9 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
SS 19 Perempuan Meragukan ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
T 79 Perempuan Tidak ada 14,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
JL 56 Laki-laki Tidak ada 19,3 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
FR 23 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
MS 26 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
RN 17 Laki-laki Jelas 19,6 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
M 44 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
M 30 Laki-laki Tidak ada 23,4 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
A 29 Perempuan Tidak ada data ada data Ada ada Paru Pindahan Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh
D 20 Laki-laki Meragukan 14,7 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
K 18 Laki-laki Meragukan 17,5 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
R 19 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
ML 21 Perempuan Jelas ada data Ada ada Paru Pindahan Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
RB 21 Laki-laki Tidak ada 22,7 Ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
DH 22 Perempuan Jelas 15,6 Ada Tidak Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh

Universitas Sumatera Utara


ada
Tidak
L 45 Laki-laki Tidak ada 28,8 Ada ada Paru Pindahan belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
AE 39 Laki-laki Meragukan 32,8 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak
MB 20 Laki-laki Tidak ada data 20 Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak
AP 16 Laki-laki Tidak ada data ada data Ada ada Paru Baru Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak Tidak
RY 54 Perempuan Meragukan ada data Ada ada Paru ada data belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
BS 37 Laki-laki Meragukan 31,1 Ada ada Paru Baru belum pernah/ - 1bulan bulan ke-2 6 bulan tidak sembuh
Tidak Tidak Tidak
MS 30 Laki-laki Tidak ada data 21,1 ada ada Paru ada data Tidak ada data bulan ke-2 6 bulan sembuh

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 8. Data Statistik SPSS

HASIL UJI STATISTIK


Frequencies

Statistics
Jenis Parut Tipe Tahap Waktu Status
kelamin PMO BCG KP pasien RPS PKS konversi pengobatan kesembuhan Usia IMT

N Valid 131 131 131 131 131 131 131 131 131 131 131 131

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 9 6.9 6.9 6.9
2 43 32.8 32.8 39.7
3 16 12.2 12.2 51.9
4 20 15.3 15.3 67.2
5 22 16.8 16.8 84.0
6 21 16.0 16.0 100.0
Total 131 100.0 100.0

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 90 68.7 68.7 68.7
Perempuan 41 31.3 31.3 100.0
Total 131 100.0 100.0

PMO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 126 96.2 96.2 96.2
Tidak ada 5 3.8 3.8 100.0
Total 131 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Parut BCG
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada data 56 42.7 42.7 42.7
Jelas 22 16.8 16.8 59.5
Tidak ada 30 22.9 22.9 82.4
Meragukan 23 17.6 17.6 100.0
Total 131 100.0 100.0

KP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Paru 131 100.0 100.0 100.0

Tipe pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada data 9 6.9 6.9 6.9
Baru 117 89.3 89.3 96.2
Pindahan 4 3.1 3.1 99.2
Kambuh 1 .8 .8 100.0
Total 131 100.0 100.0

RPS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada data 60 45.8 45.8 45.8
belum pernah/ - 1bulan 71 54.2 54.2 100.0
Total 131 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PKS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 72 55.0 55.0 55.0
Tidak ada 59 45.0 45.0 100.0
Total 131 100.0 100.0

Tahap konversi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid bulan ke-2 130 99.2 99.2 99.2
bulan ke-3 1 .8 .8 100.0
Total 131 100.0 100.0

Waktu pengobatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6 bulan 131 100.0 100.0 100.0
Status kesembuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sembuh 92 70.2 70.2 70.2
tidak sembuh 39 29.8 29.8 100.0
Total 131 100.0 100.0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 9 6.9 6.9 6.9
2 43 32.8 32.8 39.7
3 16 12.2 12.2 51.9
4 20 15.3 15.3 67.2
5 22 16.8 16.8 84.0
6 21 16.0 16.0 100.0
Total 131 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


IMT2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 28 21.4 21.4 21.4
1 51 38.9 38.9 60.3
2 37 28.2 28.2 88.5
3 7 5.3 5.3 93.9
4 5 3.8 3.8 97.7
5 3 2.3 2.3 100.0
Total 131 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai