Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH BERWUDHU TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA SISWA SMA YANG MENGHADAPI


UJIAN NASIONAL

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatam Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh

ANINDYA SEKAR UTAMI

20120320092

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i
ii
1

Pengaruh Berwudhu Terhadap Tingkat Kecemasan pada


Siswa SMA yang Menghadapi Ujian Nasional

The Effect Of Wudu’ Towards Anxiety Level of The


Students in National Examination
Anindya Sekar Utami1, Shanti Wardaningsih2
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, 2Dosen Program
Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY

INTISARI
Kecemasan menjadi jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia,
termasuk Indonesia. Salah satu hal yang dapat menimbulkan kecemasan adalah
Ujian Nasional karena banyak materi yang harus dipelajari dan siswa merasa takut
hasil ujian tidak memuaskan. Cemas yang berlebihan dapat mengganggu secara
fisik, kognitif, emosional, dan perilaku. Gangguan kecemasan dapat ditangani
dengan cara farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu teknik non-farmakologi
untuk kecemasan adalah terapi wudhu. Berwudhu memiliki prinsip penanganan
kecemasan yang sama dengan hidroterapi, di samping itu juga memiliki nilai
ibadah bagi yang melakukannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
berwudhu terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian
Nasional.
Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan desain penelitian pre-post
test with control group. Sampel yang digunakan sebanyak 70 responden, yang
dipilih melalui simple random sampling. Instrumen kecemasan yang digunakan
adalah S-AI (State-Anxiety Inventory). Data dianalisis signifikansinya dengan uji
statistik T-Test.
Hasil analisis paired t-test menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) pada
kelompok intervensi dan p=0,948 (p>0,05) pada kelompok kontrol, artinya
terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum dan setelah
terapi berwudhu, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh berwudhu
terhadap tingkat kecemasan pada siswa SMA yang menghadapi Ujian Nasional.

Kata kunci: Kecemasan, terapi wudhu, Ujian Nasional

1
2

ABSTRACT
Anxiety becomes the most common class of mental disorder present in the
world, including Indonesia. One of the things that could cause anxiety was
National Examination. The anxiety arised because there was a lot of subject to be
learned and students were afraid the exam result were not satisfactory. Excessive
anxiety could interfere physical, cognitive, emotional, and behavioral. Anxiety
could be treated with pharmacological and non-pharmacological therapy. One of
non-pharmacological therapy was wudu’ therapy. Wudu’ had the same principles
with hydrotherapy in the treatment of anxiety; besides, it also had worship value
for the people who did this therapy.
The purpose of this study to determine the effect of wudu’ towards anxiety
level of Senior High School students in National Examination.
This study was an quasy experiment with pre-post test with control group
design. Sample of this study were 70 respondents that had been chosen by
accidental sampling. This study used S-AI (State-Anxiety Inventory) instrument to
measure anxiety level. The data would analyze with statistical test of T-Test.
Paired t-test results showed p value=0,000 (p<0,05) in intervention group
and p=0,948 (p>0,05) in control group, it means that there were significant
difference in intervention group before and after wudu’. In conclusion, wudu’
therapy affect the level of anxiety of Senior High School students in National
Examination.

Keywords: Anxiety, National Examination, wudu’ therapy

2
3

PENDAHULUAN detak jantung meningkat, rasa tidak


Kecemasan merupakan jenis nyaman di perut, gemetar, mual,
gangguan mental paling sering ketegangan otot, berkeringat, dan
terjadi di dunia dengan prevalensi nafas pendek; 2) secara kognitif,
lebih dari 15% (Centers for Disease yaitu sulit konsentrasi, motivasi
Control and Prevention [CDC], belajar menurun, mudah lupa, dan
2013). Data dari Riset Kesehatan disorientasi (waktu, orang, dan
Dasar (2013), prevalensi gangguan tempat); 3) secara emosional, yaitu:
mental emosional (gejala-gejala gelisah, khawatir, bingung, tidak bisa
depresi dan ansietas) di Indonesia mengendalikan diri, dan mudah
sebesar 6% (lebih dari 14 juta jiwa) putus asa; 4) secara perilaku, seperti
untuk usia 15 tahun ke atas, dan komunikasi inkoheren, menjauhi
Daerah Istimewa Yogyakarta benda, tempat, atau situasi tertentu,
termasuk provinsi dengan prevalensi dan menarik diri dari kehidupan
gangguan mental emosional sosial (Videbeck, 2015).
tertinggi. Kecemasan adalah kondisi Kecemasan terjadi salah satunya
kejiwaan penuh kekhawatiran dan pada saat Ujian Nasional (UN).
ketakutan akan apa yang mungkin Kecemasan timbul karena nilai UN
terjadi, baik berkaitan dengan digunakan untuk seleksi masuk
permasalahan maupun hal-hal aneh jenjang pendidikan selanjutnya, salah
(Az-Zahrani, 2005). satunya untuk masuk perguruan
Kecemasan membantu individu tinggi negeri melalui jalur tidak
memfokuskan perhatian untuk tertulis (Aminah, 2015).
belajar, menyelesaikan masalah, Penanganan kecemasan terdiri
berpikir, dan bertindak, dan dari farmakologi dan non-
melindungi diri jika dalam batas farmakologi. Saat ini banyak
normal (cemas ringan). Sebaliknya, dikembangkan terapi non-
kecemasan yang berlebihan akan farmakologi karena farmakologi
mengganggu kehidupan karena memiliki banyak efek samping bagi
mempengaruhi seseorang pada empat tubuh (Townsend, 2009). Salah satu
hal; 1) secara fisik, diantaranya:
4

terapi non-farmakologi adalah basuhan, gosokan, usapan, dan


hidroterapi. tekanan atau urutan ketika berwudhu.
Beberapa studi menemukan Stimulus tersebut akan dihantarkan
adanya pengaruh hidroterapi melalui meridian ke sel, jaringan,
terhadap penurunan tingkat organ, dan sistem organ yang bersifat
kecemasan, salah satunya oleh terapi (Matheer, 2015).
Bahadorfar (2014) pada jurnalnya Tujuan penelitian ini adalah
yang berjudul A Study Of untuk mengetahui pengaruh
Hydrotherapy and Its Health Benefits berwudhu terhadap kecemasan pada
yang menyatakan bahwa efek siswa SMA yang menghadapi Ujian
massage oleh aliran semburan air Nasional.
membantu mengurangi stres, METODE PENELITIAN
ansietas, dan merilekskan otot tubuh. Penelitian ini merupakan
Stan (2013) juga mengatakan air eksperimen semu dengan design pre-
bekerja melalui interaksi dengan post test with control group, yaitu
sistem saraf untuk mengurangi stres membagi responden penelitian
dan meningkatkan konsentrasi. menjadi kelompok intervensi dan
Prinsip penanganan kecemasan pada kelompok kontrol dengan diberikan
hidroterapi juga terjadi saat pre-test dan post-test. Penelitian
seseorang berwudhu. dilakukan di SMA Muhammadiyah 3
Media yang digunakan untuk Yogyakarta yang terletak di
berwudhu adalah air. Air bersifat Wirobrajan, Daerah Istimewa
membersihkan, menyejukkan, dan Yogyakarta dan dilaksanakan pada
syifa’ (terapis) (Hasanuddin, 2007). bulan Maret.
Air wudhu mendinginkan ujung- Populasi penelitian ini adalah
ujung syaraf jari tangan dan kaki siswa kelas XII SMA
yang memantapkan konsentrasi Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang
pikiran. Selain itu, terdapat ratusan berjumlah 235 siswa. Besar sampel
titik akupunktur pada anggota tubuh penelitian adalah 70 siswa (35 di
yang terkena air wudhu yang bersifat kelompok intervensi, 35 di kelompok
reseptor terhadap stimulus berupa
5

kontrol) yang dipilih melalui teknik (pre-test) dan sesudah (post-test)


simple random sampling. pada kelompok intervensi dan
Teknik pengumpulan data pada kontrol, dan uji Independent T-Test
penelitian ini menggunakan untuk melihat perbedaan tingkat
kuisioner karakteristik responden, kecemasan antara kelompok
instrumen Faith or belief, intervensi dan kontrol.
Importance and influence, HASIL PENELITIAN
Community, and Address in Care 1. Analisa Univariat
(FICA) yang telah dimodifikasi a. Karakteristik Responden
peneliti yang digunakan sebagai data Responden penelitian ini
tambahan untuk karakteristik berdasarkan usia adalah sebagian
responden, dan instrumen State besar ≤ 17 tahun, yakni 20 orang
Anxiety Inventory (S-AI) form Y (57,1%) pada kelompok intervensi
yang dikembangkan oleh Spielberger dan 21 orang (60,0%) pada
untuk mengukur kecemasan. kelompok kontrol. Berdasarkan
Setelah data terkumpul, data di jenis kelamin, sebagian besar
analisis dengan analisa univariat dan responden adalah perempuan
bivariat. Analisa univariat penelitian sebanyak 21 orang (60,0%) di
ini menghasilkan distribusi frekuensi kelompok intervensi dan 19 orang
dan presentase untuk jenis kategorik (54,3%) di kelompok kontrol.
(usia, jenis kelamin, suku, jurusan, Suku Jawa adalah suku terbanyak
tinggal dengan, kondisi fisik, dan yaitu 33 orang (94,3%) di
tingkat spiritual) dan tendensi sentral kelompok kontrol maunpun
untuk data numerik meliputi mean, intervensi. Responden paling
median, standar deviasi, min dan banyak tinggal satu rumah dengan
max (skor kecemasan sebelum dan keluarga yakni sejumlah 30 orang
sesudah intervensi pada kedua (85,7%) pada masing- masing
kelompok), sedangkan analisa kelompok. Kondisi fisik semua
bivariat yang digunakan adalah uji T- responden adalah sehat (100%).
Test, yakni Paired T-Test untuk Sebagian besar memiliki tingkat
melihat tingkat kecemasan sebelum spiritual yang baik, yakni 30
6

orang (85,7%) pada kelompok (65,7%), dan tingkat spiritual yang


intervensi dan 25 orang (71,4%) baik 36 orang (51,4%).
pada kontrol. Semua responden b. Gambaran Skor Kecemasan
(100%) adalah jurusan IPA. Tabel 4.3. Skor Kecemasan Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol Siswa
Tabel 4.2. Distribusi kecemasan SMA yang Menghadapi Ujian Nasional
berdasarkan usia, jenis kelamin, Mean Median SD Min Max
suku, jurusan, responden tinggal KI Pretest 48,69 46 7,78 38 64
dengan siapa, kondisi fisik, dan Postest 34,74 34 6,95 23 50
tingkat spiritual KK Pretest 41,34 42 8,03 27 61
Karakteristik Cemas Cemas Cemas Total Postest 41,29 41 7,83 28 62
Responden Ringan Sedang Berat Sumber: Data Primer 2016
n(%) n(%) n(%)
Usia (tahun) Tabel 4.3. menunjukkan rerata
≤17 11(15,7%) 27(38,6%) 3(4,3%) 41(58,6%)
>17 7(10%) 19(27,1%) 3(4,3%) 29(41,4%) skor kecemasan pada kelompok
Jenis Kelamin
Laki-laki 9(12,9%) 19(27,1%) 2(2,9%) 30(42,9%) intervensi adalah 48,69 (SD 7,78)
Perempuan 9(12,9%) 27(38,6%) 4(5,7%) 40(57,1%)
Suku
Jawa 18(25,7%) 43(61,4%) 5(7,1%) 66(94,3%) saat pre-test dan 34,74 (SD 6,95) saat
Non-Jawa 0(0%) 3(4,3%) 1(1,4%) 4(5,7%)
Jurusan post-test. Pada kelompok kontrol,
IPA 18(25,7%) 46(65,7%) 6(8,6%) 70(100%)
Tinggal- rerata skor kecemasan saat pre-test
dengan
Keluarga 17(24,3%) 38(54,3%) 5(7,1%) 60(85,7%) adalah 41,34 (SD 8,03) dan 41,29
Mandiri 1(1,4%) 8(11,4%) 1(1,4%) 10(14,3%)
Kondisi Fisik
Sehat 18(25,7%) 46(65,7%) 6(8,6%) 70(100%)
(SD 7,83) saat post-test.
Spiritual
Baik 15(21,4%) 36(51,4%) 4(5,7%) 55(78,6%) 2. Analisa Bivariat
Cukup 3(4,3%) 10(14,3%) 2(2,9%) 15(21,4%)
Total 18(25,7%) 46(65,7%) 6(8,6%) 70(100%) a. Uji Normalitas Data
Sumber: Data Primer 2016
Tabel 4.4.Uji Normalitas Data
Distribusi kecemasan Variabel Z hitung/ P Keterangan
Statistik
berdasarkan karakteristik responden Pretest KI 0,127* 0,163 Normal
Posttest KI 0,110* 0,200 Normal
menunjukkan mayoritas responden Pretest KK 0,112* 0,200 Normal
Posttest KK 0,121* 0,200 Normal
berada pada tingkat kecemasan Sumber: Data Primer 2016
sedang, yakni 46 orang (65,7%), Hasil uji normalitas data
dengan mayoritas usia ≤ 17 tahun menunjukkan nilai signifikansi
sebanyak 27 orang (38,6%), variabel Pretest KI adalah 0,163
perempuan 27 orang (38,6%), suku (p>0,05) dan variabel Posttest KI
Jawa 43 orang (61,4%), IPA 46 adalah 0,200 (p>0,05), sehingga
orang (65,7%), responden yang dapat dinyatakan hasil pre-test dan
tinggal dengan keluarga 38 orang post-test kelompok intervensi
(54,3%), kondisi fisik sehat 46 orang berdistribusi normal. Variabel Pretest
7

KK dan Posttest KK memiliki nilai Tabel 4.6.Hasil Uji Paired Sample T-test
Tingkat Kecemasan Siswa SMA yang
signifikansi 0,200 (p>0,05), yang Menghadapi Ujian Nasional saat Pre-
berarti hasil pre-test dan post-test test dan Post-test pada Kelompok
Kontrol
kelompok kontrol juga bersidtribusi Kelompok Kontrol
Mean Max Min SD p
normal. Setiap variabel penelitian ini Pre-test 41,34 61 27 8,036 0,948
terdistribusi normal, maka data Pos-test 41,29 62 28 7,835
Sumber: Data Primer 2016
dianalisa dengan uji T-test.
Tabel 4.6. menunjukkan nilai
b. Tingkat kecemasan siswa SMA
p=0.948 (p>0,05), artinya tidak ada
yang menghadapi Ujian
perbedaan tingkat kecemasan yang
Nasional sebelum dan setelah
signifikan antara pre-test dan postest
berwudhu pada kelompok
pada kelompok kontrol.
intervensi
d. Perbedaan tingkat kecemasan
Tabel 4.5.Hasil Uji Paired Sample T-
test Tingkat Kecemasan Siswa SMA siswa sebelum berwudhu antara
Menghadapi Ujian Nasional saat Pre-
test dan Post-test pada Kelompok kelompok intervensi dan
Intervensi kelompok kontrol
Kelompok Intervensi
Mean Max Min SD p Tabel 4.7. Hasil Uji Perbedaan
Pre-test 48,69 64 38 7,787 0,000 Tingkat Kecemasan Siswa SMA
Pos-test 34,74 50 23 6,955 Menghadapi Ujian Nasional pada
Sumber: Data Primer 2016 Pre-test Kelompok Intervensi dan
Hasil pengujian hipotesis Kontrol dengan Independent t-Test
menggunakan Paired Sample T-Test Pre-Test
Mean Max Min SD P
pada kelompok intervensi KI 48,69 64 38 7,787 0,000
KK 41,34 61 27 8,036
menunjukkan nilai signifikasi 0,000
Sumber: Data Primer 2016
(p<0,05) yang menunjukkan adanya
Hasil uji Independent T-Test
perbedaan tingkat kecemasan yang
menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05),
signifikan antara pre-test dan post-
artinya terdapat perbedaan signifikan
test pada kelompok intervensi.
pada pre-test antara kelompok
c. Tingkat kecemasan siswa SMA
intervensi dan kontrol.
menghadapi Ujian Nasional
sebelum dan setelah berwudhu
pada kelompok kontrol
8

e. Perbedaan tingkat kecemasan masalah serta mengalami perubahan


siswa setelah berwudhu antara baik emosi, tubuh, minat, dan pola
kelompok intervensi dan perilaku (Hurlock, 2009).
kelompok kontrol Responden pada penelitian ini
Tabel 4.8. Hasil Uji Perbedaan merupakan usia remaja dan berada
Tingkat Kecemasan Siswa SMA
Menghadapi Ujian Nasional pada dalam tahap akhir suatu jenjang
Post-test Kelompok Intervensi dan pendidikan, yakni kelas XII SMA
Kontrol dengan Independent t-Test
Post-Test dimana terdapat banyak tantangan
Mean Max Min SD P
KI 34,74 50 23 7,787 0,000 maupun tekanan. Siswa kelas XII
KK 41,34 61 27 8,036
Sumber: Data Primer 2016
dituntut untuk belajar lebih giat,
Hasil uji Independent T-Test pada rajin, dan tekun dibandingkan
tabel 4.8. menunjukkan nilai p=0,000 biasanya untuk memperoleh
(p<0,05) yang memiliki makna kelulusan dan dapat melanjutkan
adanya perbedaan yang signifikan pendidikan di tempat yang
pada post-test antara kelompok diinginkan sehingga terdapat
intervensi dan kelompok kontrol. kemungkinan untuk lebih rentan
PEMBAHASAN terhadap kecemasan.
1. Gambaran Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin,
Responden responden terbanyak adalah
Karakteristik responden perempuan dan berada pada
terbanyak berdasarkan usia adalah kecemasan tingkat sedang. Stuart &
≤17 tahun dan mayoritas mengalami Laraia (2005) menyatakan bahwa
kecemasan tingkat sedang. Potter & perempuan sangat mencemaskan
Perry (2010) menyatakan bahwa ketidakmampuannya dan lebih
usia 13-21 tahun merupakan masa sensitif, sedangkan laki-laki lebih
remaja dimana terjadi perubahan aktif dan eksploratif. Hasil
dari kanak-kanak menuju dewasa. penelitian dari Agustiar & Asmi
Masa remaja merupakan masa (2011) juga menunjukkan bahwa
dimana individu mengalami kecemasan tingkat tinggi lebih
peralihan dari satu tahap ke tahap didominasi oleh responden
berikutnya dan penuh dengan perempuan. Selama proses
9

penelitian, siswa perempuan terlihat Siswa yang menjadi responden


lebih diam dan pasif dibandingkan dalam penelitian ini kemungkinan
siswa laki-laki. Siswa laki-laki lebih memiliki asertivitas yang baik.
banyak menjawab ketika diberi Sebagian siswa bersedia
pertanyaan dan mengungkapkan apa mengungkapkan apa yang mereka
yang dirasakan saat ujian nasional pikirkan dan rasakan. Siswa berani
semakin dekat. bertanya pada hal yang tidak
Berdasarkan suku, responden dipahami saat pelatihan berwudhu
dalam penelitian ini sebagian besar dan pemberian materi melalui
berasal dari suku Jawa dan powerpoint. Siswa juga dapat
mengalami cemas sedang. Yana mengungkapkan apa yang mereka
(2012) menyebutkan bahwa dalam rasakan menjelang ujian nasional.
falsafah Jawa terdapat istilah ajining Berdasarkan jurusan, seluruh
diri soko lathi yang berarti harga diri responden penelitian ini berasal dari
seseorang tergantung pada mulut, jurusan IPA dan mayoritas berada
ucapan, dan bahasanya, sehingga pada kecemasan sedang. Responden
orang jawa berhati-hati ketika ingin hanya berasal dari IPA karena pihak
mengungkapkan sesuatu. Selain itu, sekolah tidak mengizinkan untuk
budaya Jawa juga mengajarkan melakukan penelitian pada siswa
wedi, isin, dan sungkan sehingga jurusan IPS. Pihak sekolah
membentuk percaya diri yang beranggapan bahwa siswa jurusan
rendah dan enggan menceritakan IPS akan menyulitkan proses
masalahnya (Yana, 2012). penelitian karena lebih sulit diatur
Teori tersebut berbeda dengan dan akan mengisi kuisioner secara
hasil penelitian Pratiwi (2015) yang asal yang menyebabkan hasil
menunjukkan bahwa responden penelitian menjadi bias. Namun, hal
yang menjunjung tinggi budaya tersebut tidak terlalu berpengaruh
Jawa tetap memiliki asertivitas pada penelitian ini karena menurut
(kemampuan mengungkapkan) yang hasil penelitian Agustiar & Asmi
tinggi sehingga dapat menceritakan (2011), jurusan IPA dan IPS
masalah yang sedang dihadapi. memiliki kecemasan yang sama
10

ketika akan menghadapi Ujian Berdasarkan kondisi fisik,


Nasional karena sama-sama seluruh responden adalah sehat dan
memiliki beban 6 mata pelajaran mengalami cemas sedang. Stuart &
dan dituntut untuk memperoleh nilai Sundeen (cit. Sadiah, 2014)
yang memenuhi standar kelulusan. menyatakan bahwa seseorang
Responden dalam penelitian ini dengan fisik sehat lebih sedikit
sebagian besar tinggal dengan mengalami kecemasan, sedangkan
keluarga dan berada pada seseorang dengan gangguan fisik
kecemasan tingkat sedang. Stuart & seperti cedera, penyakit, atau operasi
Laraia (2005) menyebutkan bahwa lebih mudah cemas karena mudah
keluarga merupakan salah satu mengalami kelelahan fisik.
sistem pendukung yang Berdasarkan tingkat spiritual,
mempengaruhi mekanisme koping sebagian besar responden memiliki
individu sehingga memberi tingkat spiritual baik dan berada
gambaran kecemasan lebih ringan. pada cemas sedang. Puchalski (cit.
Penelitian Untari & Rohmawati Angelos, 2007) mengatakan bahwa
(2014) juga menunjukkan bahwa spiritualitas merupakan sumber
dukungan sosial dan lingkungan koping dengan cara membuat
khususnya lingkungan keluarga individu memiliki keyakinan dan
memiliki pengaruh besar pada harapan positif, mampu menerima
responden karena dukungan tersebut kondisi, sumber kekuatan, dan
berfungsi sebagai pertahanan membuat hidup lebih berarti. Potter
individu secara eksternal dalam & Perry (2010) juga menyebutkan
pemecahan masalah. Responden bahwa spiritualitas dan kepercayaan
yang tinggal dengan keluarga pada mengandung harapan yang memberi
penelitian ini mayoritas tinggal kenyamanan. Responden penelitian
bersama orang tua, sebagian lainnya ini adalah siswa SMA
tinggal dengan adik/kakak kandung Muhammadiyah yang mendapatkan
atau wali murid (kakek, nenek, om, banyak pelajaran terkait agama
dan tante). melalui kurikulum dan berbagai
kegiatan keagamaan di sekolah.
11

2. Tingkat Kecemasan Siswa Kelompok intervensi juga


SMA yang Menghadapi Ujian mendapatkan penjelasan melalui
Nasional pada Kelompok media menarik seperti power point,
Intervensi video, dan leaflet yang dapat
Terdapat perbedaan tingkat memudahkan dalam menerima
kecemasan yang signifikan pada informasi dan meminimalkan salah
kelompok intervensi sebelum dan pengertian. Tahap selanjutnya setelah
setelah melakukan terapi berwudhu diberikan pelatihan dan materi
berupa penurunan rerata skor berwudhu adalah kelompok
kecemasan. Hasil ini didukung intervensi diminta untuk melakukan
penelitian Utomo (2015) yang terapi berwudhu di rumah selama
melakukan penelitian tentang satu minggu. Responden berwudhu
Pengaruh Wudhu Terhadap rata-rata sebanyak tiga kali diluar
Kecemasan Mahasiswa yang waktu shalat fardhu, diantaranya
menunjukkan adanya penurunan yakni sebelum belajar, ulangan, atau
kecemasan yang signifikan. Hasil sebelum mengerjakan soal try out.
penelitian juga didukung penelitian Pelaksanaan intervensi selama satu
Ramadhan & Rachman (2015), minggu memberikan waktu bagi
namun penelitian tersebut fokus pada responden untuk menerapkan terapi
salah satu indikator kecemasan, berwudhu secara maksimal sehingga
yakni tekanan darah. dapat memberikan efek positif, yakni
Kelompok intervensi pada penurunan kecemasan.
penelitian ini diberikan pelatihan dan 3. Tingkat Kecemasan Siswa
materi tentang manfaat wudhu bagi SMA yang Menghadapi Ujian
kesehatan sebelum melakukan Nasional pada Kelompok
intervensi. Pelatihan berwudhu Kontrol
diberikan melalui metode Hasil penelitian pada tabel 4.3
demonstrasi. Metode demonstrasi menunjukkan adanya penurunan
menjadikan siswa lebih paham kecemasan pada kelompok kontrol,
sehingga meningkatkan minat siswa namun uji Paired Sample T-Test
dalam melakukannya di rumah. pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa
12

penurunan tersebut tidak signifikan. 4. PerbedaanTingkat Kecemasan


Hasil ini sejalan dengan hasil Sebelum Berwudhu Antara
penelitian Pangastuti (2014) dan Kelompok Intervensi dan
Rodiyah (2012) bahwa tidak terdapat Kelompok Kontrol
perubahan tingkat kecemasan pada Hasil uji Independent t-Test
kelompok kontrol yang tidak pada tabel 4.7 menunjukkan
diberikan intervensi. perbedaan signifikan pada skor pre-
Kelompok kontrol pada test antara kelompok intervensi dan
penelitian ini tidak diberikan kelompok kontrol dengan rerata skor
pelatihan berwudhu dan materi kecemasan pada kelompok kontrol
melalui power point dan video, lebih rendah dibandingkan
responden hanya diberikan leaflet kelompok intervensi. Perbedaan
setelah melakukan pre-test. yang signifikan ini dapat disebabkan
Pemberian materi berupa leaflet oleh banyak faktor, diantaranya
tanpa mendapatkan penjelasan dari yakni faktor pengetahuan, budaya,
peneliti/tenaga ahli menyebabkan tingkat spiritual, dukungan sosial,
responden kesulitan memahami atau dan kepribadian.
justru malas membaca materi yang Pengetahuan dapat
diberikan, sehingga tidak terjadi mempengaruhi respon seseorang
penurunan kecemasan yang terhadap kecemasan. Seseorang
signifikan pada kelompok kontrol. dengan tingkat pengetahuan yang
Penurunan rerata skor baik menggunakan koping yang
kecemasan pada kelompok kontrol lebih baik sehingga memiliki tingkat
dapat dikarenakan siswa merasa kecemasan lebih rendah (Stuart &
semakin matang untuk Ujian Laraia, 2005). Faktor yang
Nasional karena telah mengikuti les mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan mengerjakan banyak soal latihan diantaranya yakni usia, pengalaman,
ujian. Selain itu, dapat disebabkan paparan media massa, ekonomi, dan
oleh informasi dan penjelasan yang hubungan sosial (Notoadmodjo,
diterima siswa tentang pelaksanaan 2007). Selain itu, budaya juga
Ujian Nasional. mempengaruhi individu dalam
13

menilai kecemasan. Sesuatu yang Faktor lain yang mempengaruhi


dirasakan sebagai suatu stresor pada yakni spiritual. Individu yang
suatu budaya dapat dipandang menganut agama dan aliran spiritual
sebagai masalah kecil pada budaya serta berpartisipasi dalam kegiatan
lain. Budaya juga memberikan cara keagamaan dilaporkan memiliki
yang berbeda untuk beradaptasi kesehatan fisik lebih baik, depresi
dengan stres/kecemasan (Potter & lebih sedikit, dan dukungan sosial
Perry, 2010). yang lebih baik (Potter & Perry,
Responden pada kelompok 2010). Tipe kepribadian juga
kontrol yang tinggal bersama menjadi salah satu faktor yang
keluarga lebih banyak dibandingkan berpengaruh. Orang dengan
kelompok intervensi. Tinggal kepribadian A lebih mudah
bersama keluarga merupakan salah mengalami kecemasan daripada
satu sumber dukungan sosial yang kepribadian B sehingga disebut juga
dapat mempengaruhi respon “kepribadian pencemas”. Tipe
seseorang terhadap kecemasan. kepribadian A adalah tidak tenang,
Hurlock (2009) menyatakan bahwa ragu, bimbang, mudah tersinggung
dukungan dari keluarga yang berupa dan sebagainya (Hawari, 2011). Tipe
penerimaan, perhatian, dan rasa kepribadian dapat diketahui melalui
percaya akan meningkatkan alat ukur kecemasan State Trait
kebahagiaan dalam diri remaja dan Anxiety Inventory (STAI), yakni
menimbulkan rasa percaya diri dalam menggunakan dimensi trait yang
menyelesaikan masalah dan berusaha mengukur kecemasan dasar/yang
untuk mencapai tujuan/cita-cita. menetap, namun penelitian ini hanya
Teori ini didukung oleh penelitian menggunakan dimensi kecemasan
yang dilakukan oleh Ahmed, et al. sementara (state) untuk mengukur
(2010) yang membuktikan dukungan kecemasan siswa.
sosial orang tua dapat membentuk
motivasi belajar dan emosi yang
bersifat adaptif pada siswa.
14

5. Perbedaan Tingkat Pernyataan ini didukung hasil


Kecemasan Setelah Berwudhu penelitian Pangastuti (2014) yang
Antara Kelompok Intervensi membuktikan bahwa pola pikir
dan Kelompok Kontrol positif mampu membuat responden
Hasil uji Independent t-Test mengelola perasaan untuk
tabel 4.7 menunjukkan ada mengurangi kecemasan dalam
perbedaan signifikan pada skor post- menghadapi Ujian Nasional. Selain
test antara kelompok intervensi dan itu, wudhu mengingatkan psikis
kelompok kontrol dengan rerata skor manusia agar berzikir kepada
kecemasan pada kelompok intervensi Tuhannya. Studi literatur Spiritual
lebih rendah dibandingkan kelompok Intervention and Outcomes: Corner
kontrol. Hasil ini membuktikan stone of Holistic Nursing Practice
bahwa terdapat pengaruh berwudhu yang dilakukan Mardiyono, et al.
terhadap tingkat kecemasan, yakni (2011) sejak tahun 1994 hingga 2010
berupa penurunan kecemasan pada menemukan bahwa kegiatan
siswa SMA yang menghadapi Ujian spiritual, salah satunya yakni
Nasional. mengingat Allah (dzikr) dapat
Berwudhu merupakan salah satu meningkatkan perasaan bahagia dan
rangkaian ibadah yang menunjukkan kesehatan fisik, serta menurunkan
keimanan kita kepada Allah SWT. ansietas dan depresi. Hal ini juga
Keimanan akan memberikan telah disebutkan dalam QS. Ar-
kedamaian jiwa, ketenangan hati, Ra’du ayat 28, yang artinya:
ketentraman fikiran, dan kemuliaan “Orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tentram dengan
(Salim, 2009). Musbikin (2008)
berdzikir (mengingat) Allah.
mengatakan bahwa wudhu yang Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah hati menjadi tentram” (QS.
dijalankan dengan penuh
Ar-Ra’du: 28).
kesungguhan, khusyu’, tepat, ikhlas
Terdapat tiga komponen yang
dan kontinu dapat menumbuhkan
dapat menurunkan kecemasan ketika
positive thinking dan motivasi positif
seseorang berwudhu, yakni air, suhu,
serta mengefektifkan koping
dan massage. Air bersifat
sehingga menghindarkan stress.
15

membersihkan, menyejukkan, dan Komponen terakhir yakni


syifa’ (terapis) (Hasanuddin, 2007). massage. Membasuh anggota wudhu
Berwudhu juga memberikan manfaat dengan memberi sedikit tekanan
yang sama seperti pada terapi mandi pada kulit dan menyela-nyelai jemari
air dingin. Hal ini dikarenakan memberikan efek massage yang
membasuh anggota wudhu seakan- merupakan salah satu teknik
akan sudah membasuh seluruh tubuh relaksasi. Teknik relaksasi dapat
(Sagiran, 2012). Jurnal terkait membuat tubuh menjadi relaks, dan
hidroterapi dengan judul A Study of saat tubuh dalam kondisi relaks maka
Hydrotherapy and Its Health Benefits yang bekerja adalah sistem
oleh Bahadorfar (2014) menyatakan parasimpatik. Saraf simpatik
bahwa mandi air dingin/cold water melepaskan epinefrin sehingga napas
hydrotherapy dapat mengecilkan menjadi lebih dalam, nadi
pembuluh darah (vasokonstriksi) meningkat, dan tekanan darah
yang menyebabkan darah segera meningkat, sedangkan sistem saraf
kembali ke sirkulasi pusat, sehingga parasimpatik menstimulasi turunnya
tubuh menjadi segar. Tubuh yang semua fungsi yang dinaikkan oleh
segar dapat mengurangi ketegangan sistem saraf simpatik dan menaikkan
jiwa, stress, khawatir, cemas, dan semua fungsi yang diturunkan oleh
penyakit jiwa lainnya. Mandi juga sistem saraf simpatik sehingga dapat
mengurangi ketegangan otot serta menekan rasa tegang dan cemas
urat syaraf dan memberikan (Potter & Perry, 2010). Hal ini
kejernihan dalam pikiran. Pernyataan didukung penelitian Wandi (2013)
ini dibuktikan Muslimah (2014) yang menunjukkan penurunan
dalam penelitiannya tentang terapi kecemasan siswa kelas 3 SMP
mandi terhadap pecandu narkotika. menjelang ujian nasional setelah
Hasil penelitiannya menemukan intervensi latihan relaksasi selama
bahwa terapi mandi efektif enam hari. Selain merilekskan tubuh,
meningkatkan kesehatan mental dan efek massage juga dapat mendorong
fisik pecandu sehingga mencegah tubuh melepaskan endorfin yang
kembali menggunakan narkotika.
16

menghasilkan perasaan nyaman KESIMPULAN


(Potter & Perry, 2010). 1. Karakteristik responden penelitian
Siswa kelas XII SMA merupakan siswa jurusan IPA dan
Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang sebagian besar berada pada usia ≤
menjadi responden penelitian 17 tahun, perempuan, Jawa,
melakukan terapi wudhu selama tinggal dengan keluarga, kondisi
tujuh hari berturut-turut. Selama sehat, dan tingkat spiritual baik.
tujuh hari tersebut siswa berwudhu 2. Kecemasan kelompok intervensi
ketika mereka akan belajar, latihan menunjukkan penurunan dengan
soal, atau saat lainnya di luar shalat nilai p=0,000 (p<0,05).
yang dipantau melalui lembar 3. Kecemasan pada kelompok
checklist yang diberikan oleh kontrol tidak menurun signifikan
peneliti. Berdasarkan lembar dengan nilai p= 0,948 (p>0,05).
checklist, dapat terlihat bahwa rata- 4. Tingkat kecemasan siswa SMA
rata responden melakukan terapi yang menghadapi Ujian Nasional
wudhu sebanyak tiga kali dalam sebelum berwudhu (pre-test)
sehari, yakni saat sebelum belajar, antara kelompok intervensi dan
sebelum ulangan, sebelum try out kontrol adalah tidak setara dengan
atau di waktu lainnya yang nilai p=0,000 (p<0,05).
menimbulkan kecemasan. Lembar 5. Tingkat kecemasan siswa SMA
checklist juga menunjukkan bahwa yang menghadapi Ujian Nasional
responden berwudhu sesuai dengan setelah berwudhu antara
yang diharapkan, yakni dengan niat kelompok intervensi dan kontrol
ikhlas, khusyuk, dan dilakukan berbeda secara signifikan dengan
dengan sedikit menggosok atau nilai p=0,000 (p<0,05).
memijat anggota wudhu. Terapi SARAN
wudhu yang dilakukan secara tepat 1. Bagi ilmu pengetahuan, dapat
dan benar dapat memberikan efek menjadi tambahan informasi
yang baik bagi kesehatan fisik dan ilmiah mengenai terapi non
psikis, salah satunya yakni farmakologis untuk mengatasi
menurunkan kecemasan. kecemasan.
17

2. Bagi masyarakat, terapi berwudhu Social Support and Early


Adolescents’ Achievement:
dapat dilakukan dalam kehidupan
The Mediational Roles of
sehari-hari untuk mengurangi rasa Motivational Beliefs and
Emotions. Journal Youth
cemas atau sebagai tindakan
Adolescence, 39, 36- 46.
preventif (pencegahan) dari Angelos, Peter. (2007). Ethical
Issues In Cancer Patient
kecemasan.
Care: Addressing The
3. Bagi institusi pendidikan, dapat Spiritual Needs Of Patients.
USA: Springer. [Versi
menjadi dasar penerapan
Elektronik]
kebijakan penggunaan terapi Az-Zahrani, M. (2005). Konseling
Terapi. Depok: Gema Insani
wudhu dalam mengurangi
[Versi elektronik]
kecemasan siswa, guru, dan Bahadorfar, Mozhdeh. (2014). A
Study of Hydrotherapy and
semua warga sekolah.
Its Health Benefits.
4. Bagi peneliti selanjutnya, International Journal of
Research (IJR), 1 (8), 294-
diharapkan responden penelitian
305.
tidak hanya berasal dari satu Centers for Disease Control and
Prevention. (2013). Burden of
jurusan dan intervensi berwudhu
Mental Illness.
diawasi secara langsung oleh http://www.cdc.gov/mentalh
alth/basics/burden.htm
peneliti. Selain itu, dapat
Hasanuddin, O. (2007). Mukjizat
dilakukan penelitian lain yang Berwudhu. Jakarta: Qultum
Media
membahas pengaruh wudhu
Hawari, Dadang. (2011). Manajemen
namun dengan responden dan Stres Cemas dan Depresi.
Jakarta: BalaiPenerbit FKUI.
keadaan berbeda, misal pada
Hurlock, EB. (2009). Psikologi
lansia atau ibu melahirkan. Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang
REFERENSI
Rentang Kehidupan.
Agustiar, W., & Asmi, Y. (2011). Jakarta: Erlangga.
Kecemasan Menghadapi Kementrian Kesehatan Republik
Ujian Nasional dan Indonesia. (2013). Riset
Motivasi Belajar Pada Siswa Kesehatan Dasar 2013.
Kelas XII SMA Negeri Jakarta.
“X”Jakarta Selatan. Jurnal Mardiyono., Songwathana, P., &
Psikologi, 8(1), 9-15. Petpichetchian. (2011).
Ahmed, Wondimu., Minnaert, Spirituality Intervention and
Alexander., Werf, Gretje van Outcomes: Corner stone of
der., et al. (2010). Percieved Holistic Nursing Practice.
18

Journal of Nursing, 1 (1), satu, IAIN Sunan Ampel,


117-127. Surabaya.
Matheer, Mukhsin. (2015). Sadiah, A. (2014). Tingkat
Kedahsyatan Manfaat Air Kecemasan Suami Terhadap
Wudhu Berdasarkan Al- Gangguan Morning
Quran Dan As- Sunnah. Sickness Ibu Hamil
Jakarta: PT. Serambi Semesta Primigravida Trimester 1 di
Distribusi. Wilayah Kecamatan Ciputat
Musbikin, Imam. (2008). Wudhu Timur. Karya Tulis Ilmiah
Sebagai Terapi. Yogyakarta: strata satu, UIN Syarif
Nusa Media. Hidayatullah, Jakarta.
Muslimah. (2014). Terapi Mandi Salim, A.A. (2009). Merasakan
Terhadap Pecandu Narkotika Manisnya Iman. Solo:
di Pondok Pesantren Al Albayan.
Qodir Cangkringan Sleman Sagiran. (2012). Mukjizat Gerakan
Yogyakarta. Karya Tulis Shalat. Jakarta: Qultum
Ilmiah strata satu, Media
Universitas Islam Negeri Stan, Amelia E. (2013).
Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Psychologycal Effects Of
Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Acuatic Activity In
Promosi Kesehatan dan Ilmu Hydrotherapy Programs.
Perilaku. Jakarta: Rineka Volume V Nomor 2, 205
Cipta 209.
Pangastuti, Maya. (2014). Pengaruh Stuart, GW & Laraia, MT. (2005).
Pelatihan Berpikir Positif Principles and Practice of
terhadap Penurunan Tingkat Psychiatric Nursing 8th
Kecemasan Menghadapi Edition. St Louis: Elsevier
Ujian Nasional Pada Siswa Townsend, S.M. (2009). Essentials
dan Siswi Sekolah Menengah of Psychiatric Mental Health
Atas. Jurnal Psikologi Nursing. Philadelphia: F.A.
Integratif, 29(1), 42-52. Davis Company.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Untari, Ida., & Rohmawati. (2014).
Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Faktor yang Mempengaruhi
Jakarta: Salemba Medika. Kecemasan Usia Pertengahan
Ramadhan, A.A., & Rachman, M.E. dalam Menghadapi Proses
(2015). Analisis Pengaruh Menua. Jurnal Keperawatan
Berwudhu Terhadap AKPER 17
Perubahan Tekanan Darah Karanganyar, 1 (2), 83-90.
Sesaat. As-Syifaa Jurnal Utomo, Iqbal Maulana. (2015).
Farmasi, 7(2), 121-129. Pengaruh Wudhu Terhadap
Rodiyah, M.I. (2012). Pengaruh Kecemasan Saat Menghadapi
Musik Klasik Terhadap Ujian Praktikum Pada
Kecemasan Siswa dalam Mahasiswi Keperawatan UIN
Menghadapi Ujian Nasional. Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karya Tulis Ilmiah strata Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
19

Videbeck, Sheila L. (2015). Buku


Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Wandi. (2013). Efektifitas Latihan
Relaksasi Terhadap Tingkat
Kecemasan Siswa Kelas 3
SMP Menjelang Ujian
Nasional. Karya Tulis Ilmiah
strata satu, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai