PENDAHULUAN
tumbuhan tertentu banyak tersedia dialam dan harga terjangkau. Sampai saat ini di
pijat refleksi) dengan obat tradisional (jamu dan sebagainya). Pemeliharaan dan
tradisional. Salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan obat ialah
flavon seperti luteolin dan apigenin, saponin, tannin, kalsium oksalat, peroksidase,
jenis flavonol dan flavon kaya akan antioksidan. Antioksidan yang terdapat pada
1
2
pada pembuluh darah yang berfungsi sebagai anti peradangan. Menurut Tarigan
Dari hasil penelitian Febriyanda, dkk, kadar flavonoid total ekstrak etanol
daun mangkokan sebesar 87,766 mg/g. Manfaat flavonoid lainnya antara lain
Kuersetin merupakan salah satu flavonol yang paling aktif dan mempunyai
yakni luteolin dan apigenin dimana luteolin juga memiliki efek yang baik untuk
sistem imun, dan pencegahan terhadap kanker sedangkan menurut Cadenas &
Packer (2002), apigenin dipercaya sebagai anti peradangan dan anti bakteri.(6–8)
Dari hasil penelitian Ratmana dkk (2017) ekstrak daun mangkokan dapat
terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat terutama di sekitar
hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Staphylococcus aureus dapat
menyebabkan berbagai penyakit misalnya sariawan, infeksi pada kulit dan luka,
pneumonia, serta infeksi pada aliran darah. Staphylococcus aureus juga dapat
Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena
adanya suatu faktor yang mengganggu system perlindungan tubuh. Faktor tersebut
3
seperti trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan
hewan. Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan
tertutup. Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi/luka sayat dimana terdapat
Luka sayat adalah luka yang terjadi karena teriris oleh instrument yang
tajam, misalnya terjadi akibat pembedahan. Ciri-cirinya yaitu luka terbuka, nyeri,
panjang luka lebih besar dari pada dalamnya. Karakteristik luka sayat ada
beberapa, yaitu : luka sejajar, tidak adanya memar berdekatan tepi kulit, tidak
adanya ‘bridging’ jaringan memanjang dari satu sisi kesisi lain dalam luka.(12)
kedalam jaringan tubuh dan berkembang biak didalam jaringan. Diantara bakteri
mangkokan adalah dengan dibuat menjadi suatu sediaan topikal berupa salep.
Salep merupakan sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen
Pemilihan basis salep yang tepat sangat penting karena basis salep
mempengaruhi efek terapeutik dari suatu salep. Salep yang digunakan pada
epidermis, mukosa, salep penetrasi atau bentuk cream memerlukan basis salep
yang berbeda-beda. Kelarutan dan stabilitas obat dalam basis, juga sifat luka pada
kulit, menentukan pilihan dari pembawa sediaan padat. Basis salep terbagi
4
menjadi empat golongan, yaitu: basis hidrocarbon, basis serap, basis absorpsi,
basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis yang larut dalam air.(15)
aureus, maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas daun
pada kelinci?
1.3 Hipotesis
adalah:
(Burn.f.) Fosberg) mempunyai efek sebagai obat luka sayat pada kelinci.
5
luka.
Pemeriksaan
Efektivitas Salep
Ekstrak Etanol
Uji panjang luka
Daun Mangkokan
(Polyscias
pada kelinci (mm)
scutellaria
(Burn.f.)
Fosberg) Sebagai
Obat Luka Sayat
TINJAUAN PUSTAKA
Fosberg) adalah tumbuhan hias pekarangan dan tanaman obat yang relatif populer
mangkok. Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar,
tumbuhan ini dapat ditemukan di ladang atau di tepi sungai karna tanaman ini
tumbuh liar. Daun mangkok jarang atau tidak pernah berbunga, tumbuhan ini
terdapat ditempat yang terkena sinar matahari dan tumbuh pada ketinggian 1-200
M. Batang berkayu, bercabang, berbentuk bulat, panjang dan lurus. Daun tunggal,
7
8
(Madura). Nusa Tenggara : lanido, ndalido, ranido, ndari (Roti). Sulawesi : daun
daun koin, papeda (Ambon), goma matari, sawoko, rau paroro, lanido. Melayu:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Famili : Araliaceae
Genus : Nothopanax
atau piring untuk makan bubur sagu, sehingga dinamakan daun mangkok. Daun
mirisetin dan flavon seperti luteolin dan apigenin, saponin, tannin, kalsium
Menurut Fuhrman dan Aviram (2002), flavonoid jenis flavonol dan flavon
menghambat banyak reaksi oksidasi baik secara enzimatis maupun non enzimatis.
Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik terhadap radikal hidroksi dan
fenol.(4,16,17)
satu flavonol yang paling aktif dan mempunyai kemampuan antioksidan yang
kuat. Senyawa flavonoid dari golongan flavon yakni luteolin dan apigenin dimana
luteolin juga memiliki efek yang baik untuk kesehatan tubuh yaitu sebagai
dipercaya sebagai anti peradangan dan anti bakteri. Menurut Tjirosoepomo, daun
2.2 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati,
merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau
sebagai produk. Ekstrak tumbuhan obat dapat berfungsi sebagai bahan baku obat
2.3 Ekstraksi
matriks atau simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Peran ekstraksi
dalam analisis fitokimia sangat penting karena sejak tahap awal hingga akhir
istilah yang banyak digunakan dalam ekstraksi, antara lain ekstraktan (pelarut
yang digunakan untuk ekstraksi), rafinat (larutan senyawa atau bahan yang akan
Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada jenis, sifat fisik, dan
sifat kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi. Pelarut yang digunakan
tergantung pada polaritas senyawa yang akan disari, mulai dari yang bersifat
nonpolar hingga polar, sering disebut sebagai ekstraksi bertingkat. Pelarut yang
11
atau diklometana, diikuti dengan alkohol, metanol dan terakhir apabila diperlukan,
digunakan air.(19)
bahan yang telah dikeringkan. Kerja berbagai enzim yang terdapat dalam
senyawa secara enzimatis dapat dicegah atau dikurangi. Cara pengeringan dipilih
sinar matahari dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Salah satu contoh
pengeringan yang sering dilakukan adalah dengan aliran udara. Sebelum simplisia
diekstraksi, simplisia kering dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak
terlalu lama, untuk mencegah timbulnya hama atau kutu yang dapat merusak
cepat. (19)
campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui,
12
melakukan ekstraksi, struktur untuk setiap senyawa, suhu dan tekanan merupakan
1. Maserasi
larutan di luar dan di dalam sel sehingga diperlukan penggantian pelarut secara
berulang. Kinetik adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan
pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi yang dilakukan pada suhu
2. Perkolasi
sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih
3. Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih baik atau sempurna, refluks umumnya
13
4. Soxhletasi
didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan ekstrak berada pada labu
ekstraksi sinambung.
5. Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada suhu 96-
98oC selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96oC tercapai). Bajana infusa
tercelup dalam tangas air.Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak
6. Destilasi (penyulingan)
Destilasi merupakan cara ekstraksi untuk menarik atau menyari senyawa yang
ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan, senyawa dan
uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang
diekatraksi. Cara ini umum digunakan untuk menyari minyak atsiri dari
tumbuhan.
14
Cara ekstraksi ini serupa dengan cara perkolasi, tetapi simplisia bergerak
berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan.Cara ini banyak digunakan untuk
8. Ultrasonik
frekuensi 20-2000 kHz sehingga permeabilitas dinding sel meningkat dan isi sel
ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk senyawa yang memiliki dipol polar.
banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri atau senyawa yang bersifat
karena bersifat inert, toksisitas rendah, aman bagi lingkungan, harga relatif murah,
2.3.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan cair, kental, atau kering yang merupakan hasil
proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang
sesuai. Ekstrak cair diperoleh dari ekstrak yang masih mengandung sebagian besar
15
cairan penyari. Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar cairan penyari
sudah diuapkan, sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah tidak
dimaksudkan untuk memperoleh ekstrak yang lebih pekat dengan tujuan agar
konsentrasi senyawa lebih besar dan memudahkan penyimpanan. Proses ini sering
ekstrak cair atau kental. Dalam proses pemekatan, suhu yang digunakan sebaiknya
menggunakan penangas air. Cara ini amat mudah dan cocok untuk ekstrak dengan
pelarut yang memiliki titik didih tidak terlalu tinggi. Ekstrak dalam wadah yang
memiliki kelebihan karena suhu dapat diatur dan disesuaikan dengan titik didih
cairan penyari.(19)
Oven lebih digunakan untuk penguapan yang kadar cairannya tidak terlalu
banyak. Alat ini dapat dilengkapi dengan alat vakum yang membuat ruang dalam
oven menjadi hampa udara sehingga penguapan dapat lebih cepat daripada oven
evaporator), dilakukan pada suhu rendah sekitar 40-50oC dan dibantu dengan alat
vakum udara sehingga titik didih pelarut lebih rendah. Penguapan berlangsung
16
dapat dihindari.(19)
2.4 Salep
Salep (unguenta) menurut FI ed. III adalah sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Salep tidak berbau tengik,
kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep mengandung obat narkotik
adalah 5%.(15,20)
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau dasar salep emusi M/A
a. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan
pemanasan rendah.
b. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan
c. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan
homogen.(14)
2.5 Kulit
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis seperti
selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin melindungi kulit dari bahaya sinar
ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial, dan vital serta
elastis, dan sensitif serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
tubuh.(22)
18
a. Lapisan Epidermis
Merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600µm untuk kulit tebal (kulit telapak tangan dan kaki) dan
75-10µm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki
rambut). Epidermis yang paling tipis yaitu di kelopak mata dan yang paling
tebal adalah pada bagian yang paling banyak digunakan (telapak kaki dan
tangan).
b. Lapisan Dermis
daerah punggung. Lapisan ini menjadi ujung syaraf perasa. Keberadaan ujung-
seperti syaraf dengan mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas dan
dingin.
c. Lapisan Hipodermis
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang
disebut jaringan hypodermis atau subkutan dan mengandung sel lemak yang
bervariasi. Lapisan subkutan adalah lapisan paling dalam pada struktur kulit.
Pada lapisan kulit ini terdapat syaraf, pembuluh darah dan limfe. Fungsi
19
pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk. Ada
2. Fungsi absorpsi
4. Fungsi persepsi
2.6 Luka
Luka adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari dari kehidupan yang
fungsional dan jaringan hidup. Faktor yang menyebabkan luka seperti trauma,
penyembuhan luka yang terorganisir dengan baik secara biokimiawi yaitu yang
khusus. Penyembuhan luka melibatkan aktivitas jaringan yang rumit dari sel
Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding
Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, yang harus di ingat maka
kita harus curiga adanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.
Luka sayat adalah jenis luka yang disebabkan karena sayatan dari benda
tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebagainya. Jenis luka ini
biasanya tipis.
Jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera
dikeluarkan tembakanya.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit
7. Luka gigitan
Luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular,
dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis
Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,
Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda
METODE PENELITIAN
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya
perlakuan tertentu.
3.3.1 Alat
blender, batang pengaduk, erlemayer, toples, kertas saring Whatman No.42, kapas,
pisau kater, kandang, pencukur bulu, ayakan mesh, rotary evaporator, lumpang
dan alu, waterbath, cawan porselen, aluminium foil, pH meter, jangka sorong,
penggaris, kamera, kertas label, sarung tangan, masker, objek glas, tissue.
23
24
3.3.2 Bahan
(Burn.f.) Fosberg) , Adeps lanae, Setil alkohol, Vaselin album, Cera alba, NaCl
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diambil di
daerah Ayahanda, Medan. Daun yang diambil adalah daun muda, segar, tidak
tepi bergerigi, diameter 10-12 cm . Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari.
(27)
uji.
a. Pencucian
b. Pengeringan
c. Pembuatan serbuk
Cara Kerja :
wadah, dituangi dengan 5 liter etanol 96%, ditutup. Kemudian dibiarkan selama 6
jam terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah itu diamkan kembali
dalam wadah tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 1
Dasar salep yang digunakan adalah dasar salep serap, kemudian dibuat
salep dari ekstrak etanol daun mangkokan yang telah dikeringkan dengan
konsentrasi ekstrak daun mangkokan 5%, 5% dan 15%. Adapun formulasi salep
R/ Vaselin album 43
Cera Alba 4
m.f unguentum 50
Pada penelitian ini dibuat dasar salep sebanyak 200 gram dengan
200
1. Vaselin album : x 43 gram = 172 gram
50
200
2. Adeps lanae : x 1,5 gram = 6 gram
50
200
3. Setil alkohol : x 1,5 gram = 6 gram
50
200
4. Cera Alba : x4 gram = 16 gram
50
Dilakukan penimbangan dasar salep sebanyak 200 gram yang terdiri dari
asetil alkohol 6 g, adeps lanae 6 g, vaselin album 172 g, dan cera alba 16 g.
27
Tabel 3.1. Formulasi Basis Salep Ekstrak Etanol Daun Mangkokan (30)
Komposisi Formula (g) Kegunaan
Vaselin Album 43 Basis Salep
Adeps Lanae 1,5 Basis Salep
Setil Alkohol 1,5 Zat Pengemulsi
Cera Alba 4 Zat Pengeras
Cara Pembuatan Basis Salep:
Vaselin album dan adeps lanae dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus
hingga homogen (M1). Setil alkohol dan cera alba dimasukkan ke dalam cawan
porselen dan dipanaskan di atas penangas air pada suhu 60-70 oC sampai melebur
Komposisi F1 F2 F3 F4 F5
Ekstrak Etanol Daun - 2,5g 5g 7,5g Betadine
Mangkokan (EEDM) (g) Zalf
Basis Salep (g) 50g 47,5g 45g 42,5g
Masing- masing formula tersebut dibuat dengan cara sedikit dasar salep
Etanol Daun Mangkokan (EEDM) dan digerus dengan penambahan dasar salep
sedikit demi sedikit sampai habis digerus homogen. Setelah homogen, salep
dimasukkan ke dalam pot plastik dan diperoleh dasar salep EEDM dengan
demi sedikit digerus sampai homogen. Salep dimasukkan ke dalam pot plastik dan
dengan cara yang sama diatas, tetapi dasar salep yang ditimbang masing-masing
sebanyak 45 g dan 42,5 g dan EEDM yang digerus homogen dalam masing-
a. Pemeriksaan Organoleptik
dari bentuk, bau dan warna sediaan. Menurut Depkes RI, spesifikasi
warna harus sesuai dengan spesifikasi pada saat pembuatan awal salep
b. Pemeriksaan Homogenitas
objek glass atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan
memiliki warna yang seragam dari titik awal pengolesan sampai titik
akhir pengolesan. Salep yang di uji diambil tiga tempat yaitu bagian
c. Pemeriksaan pH
aquadest. Nilai pH salep yang baik adalah 4,5-6,5 atau sesuai dengan
Hewan uji yang digunakan yaitu kelinci dengan berat badan antara 2 -
2,5 kg sebanyak 5 ekor dan dibagi menjadi 6 kelompok luka. Induksi luka
menggunakan Pehacain Inj 2ml dan dibuat luka sebanyak 6 bentuk persegi
carter yang telah disterilkan dengan alkohol 70% dengan kedalaman luka
a. Kelinci diambil secara acak. Setelah itu kelinci diberi tanda menurut
ulangan pertama diberi tanda A1, untuk ulangan kedua diberi tanda A2.
tersebut.
penutupan luka.
pembentukan lapisan kerak yang membuat luka menjadi kering dan mulai
sudah terlihat efek penyembuhan luka pada kelinci. Kemudian luka diukur
tabel grafik.
32
BAB IV
Mangkokan
Hasil pengumpulan sampel dan pembuatan salep dapat dilihat pada tabel
berikut:
110,53 gr
% Rendemen = x 100%
500 gr
= 22,106%
33
34
Kontrol
Kontrol
Bahan F (I) F (II) F (III) Negatif
Positif
(Dasar Salep)
Ekstrak Daun
5% 10% 15% -
Mangkokan
Vaselin Album 40,8 g 38,7 g 36,5 g 43 g
1,425 Betadine
Adeps Lanae 1,35 g 1,275 g 1,5 g
g Zalf
1,425
Setil Alkohol 1,35 g 1,275 g 1,5 g
g
Cera Alba 3,8 g 3,6 g 3,4 g 4g
Sedian salep dibuat dengan formula I, II, dan III dan dibuat kontrol negatif
untuk melihat aktivitas salep dengan menggunakan ekstrak dari salep yang dibuat
antara kontrol positif, kontrol negatif, salep kosentrasi 5%, 10% dan 15%.
Terdapat perbedaan pada warna, kontrol positif berwarna coklat dan control
negatif warna putih, salep kosentrasi 5% warna hijau muda dan salep kosentrasi
10% dan 15% warna hijau tua dan terdapat perbedaan bau, pada kontrol positif
bau betadine zalf, kontrol negatif tidak terdapat bau dan salep kosentrasi 5%,
10%, dan 15% berbau khas ekstrak daun Mangkokan (Polyscias scutellaria
(Burn.f.) Fosberg).
Keterangan :
SEEDM 5% : Salep Ekstrak Etanol Daun Mangkokan 5%
SEEDM 10% : Salep Ekstrak Etanol Daun Mangkokan 10%
SEEDM 15% : Salep Ekstrak Etanol Daun Mangkokan 15%
Mangkokan semua sedian salep tidak terdapat butiran-butiran kasar pada objek
dan III didapat pH 5,1, pada kontrol negatif (dasar salep) didapat pH 5,6
sedangkan pada control positif (Betadine Zalf) didapat pH 4,5 hal ini dipengaruhi
oleh semakin tinggi ekstrak yang digunakan, maka pH nya semakin menurun.
Tabel 4.6. Rata-Rata Pengukuran Panjang Luka Sayat Pada Kelinci Dari Hari
etanol daun mangkokan dalam sediaan salep 5%, 10% dan 15% memiliki
perbedaan diameter luka selama 14 hari, lama kesembuhan luka juga dapat dilihat
kosentrasi 5% luka mulai menutup pada hari kelima dengan panjang luka 1,4cm,
pada konsentrasi 10% luka mulai menutup pada hari kedua dengan panjang luka
1,4cm, sedangkan pada konsentrasi 15% luka mulai menutup pada hari kedua
dengan panjang luka 1,3 cm. Pada kontrol negatif (dasar salep) luka mulai
menutup pada hari keempat dengan panjang luka 1,4 cm, sedangkan pada kontrol
positif (Betadine Zalf) luka mulai menutup pada hari kedua dengan panjang luka
1,4cm. Pada konsentrasi 15% luka menutup sempurna pada hari kedua belas
sedangkan pada konsentrasi 5%, 10%, kontrol negatif dan kontrol positif luka
Keterangan :
BetadineZalf
Dasar Salep
Salep Ekstrak Mangkokan 5%
Salep Ekstrak Mangkokan 10%
Salep Ekstrak Mangkokan 15%
4.3 Pembahasan
2019.
menunjukkan bahwa benar bahan uji yang digunakan adalah daun Mangkokan
Berdasarkan dari hasil uji organoleptis diperoleh bahwa pada dasar salep
bentuk setengah padat yang merupakan karakteristik dari salep itu sendiri. Warna
yang kehijauan merupakan hasil warna dari adanya kandungan ekstrak etanol
daun Mangkokan tampak dari perubahan warna dari dasar salep yang semula
putih menjadi kehijauan. Semakin tinggi kosentrasi ekstrak yang terkandung maka
warnanya akan semakin hijau. Begitu pula halnya dengan aroma khas daun
Mangkokan yang tercium dari salep dengan kosentrasi 5%, 10% dan 15%,
semakin tinggi kosentrasi maka semakin tercium aroma khas daun Mangkokan
Pengujian dilakukan terhadap dasar salep dan juga salep dengan kosntrasi 5%,
10% dan 15%. Semua salep menunjukkan susunan yang homogen yang ditandai
dengan tidak terdapatnya butiran kasar. Hal ini sesuai dengan persyaratan
homogenitas.
Formula I didapat pH 5,2 , formula II dan III didapat pH 5,1 , kontrol negatif
didapat pH 5,6 dan kontrol positif didapat pH 4,5. Semakin banyak konsentrasi
merupakan salah satu parameter yang penting yang menentukan stabil atau
tidaknya suatu sediaan. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat
selama 5 hari. Menggunakan hewan coba sebanyak 5ekor dengan berat masing-
masing 2 kg, dibagi menjadi 3 kelompok luka. Pada hari pembuatan luka sayat,
hewan uji dicukur bulunya didaerah punggung badan sampai licin dengan cukur
gillet. Pada saat pembuatan luka terlebih dahulu punggung badan dan sekitarnya
secara subkutan. Selanjutnya dibuat luka sayatan dengan ukuran panjang 1,5 cm
pada punggung badan kelinci menggunakan surgical blance sterile (pisau bedah)
ekstrak etanol daun mangkokan dalam sediaan salep 5%, 10% dan 15% memiliki
perbedaan diameter luka selama 14 hari. Pada Salep Ekstrak Etanol Daun
Mangkokan (SEEDM) 5% luka mulai menutup pada hari kelima dengan panjang
luka 1,4 cm. Kontrol negatif (Dasar salep) luka mulai menutup pada hari ketujuh
dengan panjang luka 1,4 cm, pada kontrol positif (Betadine Zalf) luka mulai
Pada SEEDM 10% luka mulai menutup pada hari kedua dengan panjang
1,4 cm. SEEDM 10% menunjukkan perubahan panjang luka yang sama dengan
iodine 10%. Pada SEEDM 15% luka mulai menutup pada hari kedua dengan
panjang luka 1,3 cm. SEEDM 15% menutup luka lebih cepat dibandingkan
dengan konsentrasi yang lainnya. SEEDM 15% luka mulai menutup sempurna
pada hari ke-12, pada dasar salep, kontrol positif, SEEDM 5% dan 10% luka
Pada hari ke-14 kontrol positif (Betadine Zalf) menutup luka 0.5cm, pada
kontrol negatif (Dasar Salep) menutup luka 0.9cm, Salep konsentrasi 5% menutup
luka 0.7cm, Salep konsentrasi 10% menutup luka 0.5cm, sedangkan pada SEEDM
15% luka sudah menutup sempurna pada hari ke-12. Dapat disimpulkan bahwa
dari kelima perlakuan, bahwa SEEDM 15% dapat menghambat luka sayat lebih
luka. Kontrol negative (dasar Salep) menyembuhkan luka dengan waktu yang
42
lebih lama, karena dasar salep tidak memiliki zat berkhasiat yang dapat
hingga hari ke-14. Hal ini menunjukkan bahwa SEEDM mengandung zat
berkhasiat yaitu saponin, flavonoid dan tanin yang bekerja dengan baik sehingga
darah bisa mengalir ke tempat terjadinya luka dan menstimulus fibroblast hingga
oksidasi dan menghambat zat yang bisa timbul pada luka. Flavonoid juga dapat
dinding sel bakteri, sedangkan betadine salep dapat menyembuhkan luka sayat
BAB V
43
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
salep mana yang paling baik sebagai pembawa untuk ekstrak daun
1. Ariyanti NK, Darmayasa IBG, Sudirga SK. Daya hambat ekstrak kulit daun
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. J
Biol. 2012;16(1):1–4.
2. Heyne K. Tumbuhan berguna Indonesia III, translated by Badan Litbang
Kehutanan Jakarta. Indonesia: Yayasan Sarana Wana Jaya; 1987.
3. Fahn A. Plant Anatomy. Tjitrosoepomo SS Editor. Anatomi Tumbuhan.
Gajah Mada University Press. Yokyakarta; 1991.
4. Aviram M, Fuhrman B. Wine flavonoids protect against LDL oxidation and
atherosclerosis. Ann N Y Acad Sci. Wiley Online Library;
2002;957(1):146–61.
5. Tarigan JB, Zuhra CF, Sihotang H. Skrining fitokimia tumbuhan yang
digunakan oleh pedagang jamu gendong untuk merawat kulit wajah di
Kecamatan Medan Baru. 2008;
6. HARIS M. Penentuan Kadar Flavonoid Total Dan Aktifitas Antioksidan
Dari Daun Dewa (Gynura Pseudochina [Lour] Dc) Dengan
Spektrofotometer Uv-Visibel. Fakultas Farmasi; 2010.
7. Cadenas E, Packer L. Handbook of antioxidants. Vol. 712. Marcel Dekker
New York; 2002.
8. Ramadan F, Wardatun S, Wiendarlina IY. Toksisitas Dan Kadar Tanin Serta
Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium
(Burm. f.) Merr.).
9. Anggita D, Abdi DA, Desiani V. Efektifitas Ekstrak Daun dan Getah
Tanaman Jarak Cina ( Jatropha Multifida L .) Sebagai Antibakteri terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Secara In Vitro 29 | Penerbit :
Pusat Kajian dan Pensalepola Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universi. 2018;1(1):29–33.
10. Sugiarti L, Nafi’ah LN. Potensi Antibakteri Sediaan Salep Handsanitizer
Ekstrak Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) Terhadap Bakteri
Patogen Escherichia coli dan Staphylococus aureus. Pros HEFA (Health
Events All). 2018;2(2).
11. Pusponegoro AD. Luka Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. EGC
Jakarta. 2005;
12. Berman A, Snyder SJ, Kozier B, Erb G. Buku ajar praktik keperawatan
klinis Kozier Erb. In EGC; 2009.
13. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Mikrobiologi kedokteran edisi XXII.
Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiol Fak Kedokt Univ Airlangga Penerbit
Salemba Med Jakarta. 2001;
14. Anief M. Ilmu Meracik Obat. Cetakan Ke. 1997;6:169.
15. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta Dep
Kesehat RI. 1979;
16. Robinson T. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi Edisi 6. ITB, Bogor.
1995;
17. Harborne JB. Metode fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis
44
45
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penyiapan Sampel
Maserasi simplisia
Alat Penelitian
Bahan Penelitian
50
Uji Homogenitas
Uji pH Konsetrasi 5%
52
Uji pH Betadine