Anda di halaman 1dari 5

PERSAMAAN SCHRODINGER

MEKANIKA KLASIK PARTIKEL


Partikel dalam mekanika seperti poin matematika. ia menempati ruang namun tidak memiliki
ukuran. Untuk partikel yang sangat kecil, struktur internal dan geraknya dapat diabaikan.
Sifat terpenting dari suatu partikel adalah massanya.
Pada mekasnika klasik, setiap partikel mengikuti suatu “trajectory”/ lintasan yang
menunjukkan posisinya sebagai suatu fungsi waktu. Pertama kita asumsikan bahwa partikel
tersebut bergerak dalam ruang satu dimensi saja. Kita anggap itu adalah arah x jadi
lintasannya kita sebut sebagai fungsi x(t). Kecepatan partikel merupakan diferensial
kedudukan terhadap waktu dan percepatannya sebagai diferensial dari kecepatan.

Notasi dot pada x membedakan diferensial kecepatan dan percepatan terhadap fungsi waktu.

Besaran lain yang juga penting adalah momentum (p), yaitu produk dari masa dan
kecepatan.

Persamaan penting dalam mekanika adalah Hukum ke-2 Gerak Newton. Laju pergantian
momentum sama dengan gaya yang diberikan partikel.

Kita dapat menggunakan persamaan tersebut untuk menetukan lintasan partikel jika kita
mengetahui nilai F dan bagaimana perubahan waktu dan posisinya. Sederhana tapi berharga
bahwa dalam kasus ini tidak ada gaya apapun. Keseluruhan partikel bergerak secara bebas.
Persamaan menjadi:

Yang dapat dipecahkan secara sederhana melalui integral. Pertama-tama:

Perlu dicatat bahwa integral nol adalah bukan nol melainkan suatu konstanta yang belum
diketahui nilainya sebesar A, sehingga:
Menghasilkan suatu konstanta baru yaitu B. Ini adalah persamaan umum untuk lintasan
partikel yang tidak memiliki gaya dan memiliki kecepatan gerak yang konstan.

x(t) adalah garis lurus pada grafik. Untuk mengetahui nilai A dan B, kita memerlukan
informasi tambahan. Jika kita mengetahui posisi x0 dan kecepatan v0 pada saat t=0, maka:

Meskipun contoh di atas sangat sederhana, namun telah mengilustrasikan beberapa poin
penting. Persamaan untuk ẍ dikenal sebagai persamaan diferensial dan mengandung
koefisien diferensial dari variabel bebas x dan variabel terikat t. Hukum ke-2 Newton
memberikan persamaan difererensial kedua. Ketika kita menyelesaikan suatu persamaan, kita
mengharapakan untuk dapat menemukan 2 konstanta yang tidak diketahui dari hasil integral.
Informasi tambahan diperlukan untuk menentukan nilai dari konstanta tersebut yang disebut
“boundary conditions”. Pada contoh diatas kita menentukan posisi dan kecepatan pada waktu
tertentu. Alternatif lain, kita dapat memberikan posisi pada dua waktu yang berbeda yang
juga bisa digunakan untuk menentukan nilai A dan B.

Besaran penting selanjutnya adalah Energi, E. Kita bedakan antara energi kinetik T yang
terkati dengan gerak partikel dan energi potensial V yang terkait dengan kedudukannya.
Sehingga energi suatu partikel merupakan jumlah dari energi kinetik dan energi potensial.

Dimana T dan V didefenisikan sebagai berikut:

Untuk menentukan nilai V, kita perlu mengetahui berapa besar gaya (F) yang bekerja pada
suatu kedudukan partikel. Jika gaya yang bekerja adalah nol maka energi potensial akan
konstan.
Untuk partikel bergerak tanpa ada gaya maka energi potensial dan kinetiknya juga konstan.
Secara umum total energi memang konstan.
Diferensial dari T:

Ubah diferensial V terhadap t menjadi terhadap x

Sehingga menjadi:

Lalu kita akan mendapatkan

Dari hukum ke-2 Newton.

PENNYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG SCHRODINGER


Louis de Broglie (1923) terinspirasi oleh saudaranya bernama Raymond yang melakukan
eksperimen terhadap sifat partikel sinar X. Louis mengasumsikan bahwa partikel seperti
elektron dapat juga bersifat sebagai gelombang. Analoginya dapat dilihat pada foton yang
berubah momentumnya saat menabrak elektron dan elektron meneruskan momen foton.
Pengamatan ini dilakukan Niles Bohr bersama Heissenberg pada tahun 1920 dan
menghasilkan prinsip ketidakpastian yang berarti tidak dapat menentukan secara pasti
kedudukan suatu elektron.

Sebuah foton cahaya menumbuk


elektron dan dipantulkan. Dalam
tumbukan foton mengalihkan
momennya kepada elektron.
Foton yang dipantulkan dapat
dilihat dalam mikroskop, tetapi
elektron telah bergerak keluar
dari fokus (b). Kedudukan
elektron tak dapat ditentukan
Louis mengajukan pemikirannya bahwa panjang gelombang berbanding terbalik dengan
momentum.
Asumsi Broglie masih
berupa hipotesis
sehingga akhirnya Erwin Schrodinger berhasil membuktikan adanya sejumlah energi yang
dimiliki elektron dalam atom.

Schrodinger mengamati bahwa sinar yang ditimbulkan elektron dapat didifraksikan seperti
sinar X. Sekarang difraksi elektron banyak dimanfaatkan dalam ilmu kimia.

Persamaan terkait dengan hipotesis Broglie diselesaikan oleh Schrodinger. Persamaan


Schrodinger untuk partikel yang berada dalam kotak potensial satu dimensi adalah:

ħ = h.cross
h = konstanta Planck
V = energi potensial
E = total energi
Ψ = fungsi gelombang (psi)

Untuk sebuah partikel yang bergerak tanpa ada gaya yang bekerja padanya, maka energi
potensial partikel tersebut sama dengan nol. Persamaan Schrodinger menjadi:

Dimana E adalah konstanta yang nilainya menjadi sama dengan energi kinetik (berniai
positif). Penyelesaian terhadap persamaan 2.25 tidaklah mudah. Metode yang dipakai untuk
menyelesaiakan persamaan tersebut adalah metode “trial and error” melalui diferensial.
Pada diferensial yang kedua akhirnya kita membutuhkan fungsi sinus dan cosinus. Kita coba:

A dan k adalah konstanta, sehingga:

Substitusi persamaan 2.25:


Akhirnya nilai k ditemukan dan persamaan 2.26 merupakan solusi persamaan dari 2.25.
konstanta A dapat memiliki berbagai nilai dan terbukti pada persamaan 2.23 dimana ψ bisa
berupa konstanta apa saja yang kita suka tanpa merubah persamaan Schrodinger.
Substitusi persamaan 2.27 ke dalam 2.26

Panjang gelombang adalah:

Persamaan diatas sama dengan persamaan untuk momentum dimana V=0 dan T=E.
Persamaan 2.29 identik dengan persamaan de Broglie.

Metode “trial and error” ini hanya menampilkan kemungkinan-kemungkinan saja.


Kemungkinan yang lain dapat ditentukan menggunakan metode yang sama.

B juga merupakan konstanta lain. Secara umum penyelesaian persamaan 2.25 adalah

Sumber:
Cox, PA. 1996. Introduction to Quantum Theory and Atomic Structure (Oxford University).
USA: Oxford Press

Anda mungkin juga menyukai