Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara

kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang

dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945.1 Sedangkan inti dari

pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah

untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreatifitas, dan

peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan

daerahnya.

Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari

beribu pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga dalam menjalankan suatu sistem

pemeritahan tidak bisa dijalankan secara terpusat, karena banyaknya pulau yang

ada di Indonesia membuat pemerintah sangat sulit menjalankan sistem

pemerintahan yang ada. Indonesia membaginya atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap provinsi, kabupaten dan

kota memiliki pemerintahan daerah serta susunan pemerintahannya diatur dengan

undang-undang.2

Negara Republik Indonesia memberikan hak, wewenang dan kewajiban

kepada setiap pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan, diarahkan


1
Syamsudin Haris, Desentralisasi & otonomi Daerah, LIPI Press, Jakarta, 2007 h, 101
2
Ridwan HR, Hukum administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2013 h, 17

1
2

untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat melalui peningkat pelayanan,

pemberdayaan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan,

dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.3

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah suatu sumber keuangan daerah yang

juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

otonom. Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada Pasal 3 ayat (1), PAD

bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai

pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan

Desentralisasi. Setiap tugas pemerintah baik tugas pokok maupun tugas

pembantuan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien jika diimbangi oleh

pendapatan asli daerah (PAD), sebagai salah satu media penggerak program

pemerintah. Pendapatan asli (PAD) daerah diperoleh dari hasil pajak daerah, hasil

distribusi dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain

hasil kekayaan daerah yang sah yakni hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing dan komisi, potongan atau bentuk lain sebagai akibat

penjualan dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

Dengan adanya pendapatan asli daerah maka akan meminimalisasi

ketergantungan daerah terhadap bantuan pusat. Karena daerah diberikan

3
Haw. Widjaja, Penyelenggaraan Otomi Daerah Di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,
2013, h 37
3

kewenangan untuk menggali potensi daerahnya masing-masing untuk

meningkatkan pendapatan daerah masing-masing.

Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

memberikan kewenangan lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan

melaksnakan kewenangan atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan

masyarakat setempat dan potensi daerah masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah juga menjelaskan

Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dalam Pasal 22 ayat (1) juga menyebutkan, Daerah berhak

menetapkan kebijakan Daerah dalam melaksanakan Tugas Pembantuan.

Pelaksanaan otonomi daerah tersebut dititik beratkan pada pemerintah

kabupaten dan kota, yang dimaksudkan agar daerah yang bersangkutan dapat

berkembang sesuai dengan kemampuanya sendiri oleh karena itu perlu upaya

serius oleh daerah kabupaten untuk meningkatkan keuangan daerah. Tanpa

kondisi keuangan yang baik maka daerah tidak mampu menyelenggarakan tugas,

kewajiban serta kewenangan dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya,

selain itu juga menjadi ciri pokok dan mendasar suatu daerah otonom hilang.
4

Peningkatan keuangan daerah utamanya melalui pendapatan asli daerah

merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah karena Keuangan daerah adalah

hak dan kewajiban. Hak merupakan hak daerah untuk mencari sumber pendapatan

daerah yang berupa pungutan pajak daerah, retribusi daerah atau sumber

penerimaan lain-lain yang sesuai dengan ketentuan perundang -undangan yang

berlaku. Sedangkan kewajiban adalah kewajiban daerah untuk mengeluarkan uang

dalam rangka melaksanakan semua urusan pemerintah di daerah.

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang

oleh yang wajib mebayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat

prestasi kemabali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan.4 Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara perpajakan, pada

Pasal 1 ayat (1) menyebutkan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Di Kabupaten Gianyar pajak juga termasuk memberikan kontribusi besar

untuk pendapatan asli daerah di kabupaten Gianyar. Beberapa macam pajak yang

dipungut di Kabupaten Gianyar diantaranya yaitu pajak penerangan jalan, pajak

4
Brotodihardjo, Santoso, Raden, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: Eresco, 1993,
h,2
5

reklame, pajak restoran, pajak hotel, pajak hiburan, pajak pengambilan bahan

galian golongan C, serta pajak air bawah tanah.

Pajak reklame adalah salah satu jenis pajak yang dikelola oleh kabupaten

Gianyar. Pajak Reklame merupakan pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak

ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk

menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan

atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum ke cuali

yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada Pasal 1

angka 26 menyebutkan Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan

reklame. Angka 27 menyebutkan Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau

media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial

memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian

umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

Pajak reklame di Kabupaten Gianyar diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Gianyar Nomor. 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Reklame. Didalam Pasal

3 ayat (1) Perda Nomer 9 Tahun 2010, objek pajak reklame adalah semua

penyelenggara reklame, dan objek yang diamasud di paparkan pada ayat (2)

adalah a. Reklame papan/ billboard/videotron/megatron dan sejenisnya; b.

Reklame kain; c. Reklame melekat, stiker; d. Reklame selebaran; e. Reklame


6

berjalan; f. Reklame udara; g. Reklame apung; h. Reklame suara; i. Reklame

film/slide ; dan j. Reklame peragaan.

Pajak reklame seperti di paparkan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten

Gianyar Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Reklame pada Ayat (1) dasar

pengenaan pajak adalah nilai sewa reklame. Pada ayat (2) Nilai sewa sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatiakan faktor jenis, bahan yang

digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumblah dan

ukuran media reklame.

Pajak reklame seharusnya cukup potensial untuk mempengaruhi

peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar dikarenakan setiap

tahunnya semakin banyak reklame yang terpasang disepanjang jalan karena

reklame merupakan media untuk mempromosikan barang atau jasa yang

ditawarkan dengan cepat dan pemasang rekalame tidak perlu mengeluarkan

banyak biaya dan waktu untuk memasang reklamenya sehingga masyarakat

dengan mudah memasang reklamenya disepanjang jalan.

Untuk mengoptimalkan pengelolaan pajak reklame maka diperlukan

adanya sebuah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan

sesuai dengan konsep fungsi manajemen, yakni perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan. Pertama perencanaan, mencakup penentuan pokok - pokok tujuan,

sasaran, target serta stategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan penerimaan

pajak rekalame. Kedua pelaksanaan yakni penerapan mekanisme pemungutan,

monitoring masa berlaku reklame. Dan ketiga pengawasan yaitu pemantauan di

lapangan terutama batas pemasangan reklame.


7

Permasalahan diatas inilah yang melatarbelakangi penulis untuk

membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul EFEKTIFITAS

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR

NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar blakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

ditarik dua rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana efektifitas pemungutan pajak reklame di Kabupaten Gianyar?

2. Apa kendala yang timbul dalam pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak

reklame di Kabupaten Gianyar?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Mengingat luasnya masalah yang terkait dengan masalah efektifitas

pelaksanaan peraturan pajak reklame di kabupaten Gianyar ini maka merupakan

hal yang tidak mungkin untuk membahas semuanya dalam satu tulisan terlebih

dalam suatu bentuk penulisan skripsi. Sehingga dalam penulisan ini ruang lingkup

permasalahannya hanya dibatasi mengenai tentang efektifitas pemungutan pajak

reklame di Kabupaten Gianyar dan kendala yang timbul dalam pelaksanaan

peraturan daerah tentang pajak reklame di Kabupaten Gianyar. Ruang lingkup

permasalahan ini pun dibahas dengan memperhatikan sejumblah peraturan

perundang-undangan indonesia.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Untuk upaya menumbuhkan rasa anti plagiat didalam dunia pendidikan

indonesia, maka mahasiswa diwajibkan untuk menuliskan penelitian-penelitian


8

terdahulu yang sejenis dari penelitian yang tengah dibuat. Disini akan

memaparkan 2 skripsi terdahulu yang isinya terkait dengan pajak reklame:

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No Judul Penulis Rumusan Masalah


1 Pelaksanaan Agus Supciptoroso 1. Bagaimana pelaksanaan
pelayanan perizinan (Fakultas Hukum pelayanan (prosedur)
dan pajak reklame program Ilmu Hukum perizinan dan pajak
(studi kasus di Universitas Sebelas reklame di Badan
badan pelayanan Maret Surakarta) Pelayanan Terpadu
terpadu Kabupaten Tahun 2008 Kabupaten Sragen?
Sragen) 2. Hambatan-hambatan
apa saja dalam
pelaksanaan pelayanan
(prosedur) perizinan dan
pajak reklame di Badan
Pelayanan Terpadu
Kabupaten Sragen?.
2 Pengelolaan Pajak Nurfadillah (Fakultas 1. Bagaimana perencanaan
Reklame Untuk Ilmu social dan Ilmu pajak reklame di
Meningkatkan Politik Program Studi Kabupaten Sinjai ?
Pendapatan Asli Administrasi Negara 2. Bagaimana pelaksanaan
Daerah Kabupaten Jurusan Ilmu pajak reklame di
Sinjae Administrasi Negara Kabupaten Sinjai ?
Universitas 3. Bagaimana pengawasan
Hasanudin) 2013 pajak reklame di
Kabupaten Sinjai ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui Bagaimana efektifitas pemungutan pajak reklame di

kabupaten Gianyar.
9

2. Untuk mengatahui Apa kendala yang timbul dalam pelaksanaan peraturan

daerah tentang pajak reklame di Kabupaten Gianyar.

1.5.2 Tujuan Kushus

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimana efektifitas pemungutan pajak

reklame di kabupaten Gianyar.

2. Untuk mengatahui dan menganalisis Apa kendala yang timbul dalam

pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak reklame di Kabupaten Gianyar.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk memberikan gambaran dasar mengenai efektifitas pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak

Reklame.

2. Untuk menambah literatur bagi mahasiswa pada umumnya dan penulis pada

khususnya dalam hal pengetahuan hukum yang terkait dengan efektifitas

pemungutan pajak reklame di kabupaten Gianyar.

1.6.2 Manfaat Praktis

Untuk menambah pengetahuan tentang permasalahan permasalahan yang

menyangkut efektifitas pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor

9 Tahun 2010 Tentang Pajak Reklame.


10

1.7 Landasan Teoritis


Negara Indonesia merupakan Negara yang merdeka dan berdaulat. Negara

Indonesia adalah Negara Hukum. Konsep Negara hukum di Indonesian diketahui

dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 bahwa “Negara Indonesia adalah Negara hukum. Konsep kewenangan

pemerintah daerah untuk mengurus sendiri rumah tangganya berdasarkan asas

otonomi daerah diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pada ayat (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi

atas daerah-daerah Provinsi dan daerah provisi dibagi atas Kabupaten dan Kota,

yang tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota mempunyai pemerintahan daerah, yang

diatur dengan undang-undang. Pada ayat (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah

kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.Ketentuan ini menegaskan bahwa

pemerintah daerah adalah suatu pemerintahan otonom dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia.5

Yang berwenang untuk mengurus urusan pemerintahan menurut asas

otonomi daerah dan tugas pembantuan seperti yang disebutkan pada pasal 18 ayat

(4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah

Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala daerah provinsi,

kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

Untuk dapat terlaksana dengan baik suatu otonomi daerah salah satunya

adalah keuangan yang baik, keuangan yang merupakan tulang punggung bagi

terselenggaranya aktifitas pemerintah daerah.Pendapatan asli daerah (PAD)

5
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. H 310
11

adalah suatu sumber keuangan daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom.

Pajak merupakan suatu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting

untuk kemajuan daerah tersebut. Karena pajak merupakan salah satu pendapatan

terbesar bagi daerah, maka perlu kinerja pemerintah daerah yang serius dalam

mengelola pajak daerah sebagai penyelenggara otonomi di daerah.Untuk

melaksanakan kewajiban dan pengawasan atas pelaksanaan kewajiaban

perpajakan wajib pajak, administrasi perpajakan oleh undang-undang

diberikankewenangan untuk melakukan pemeriksaan, mengeluarkan penenetapan,

menagih pajak, dan menerapkan sangsi-sangsi administrasi.6

PJA. Adriani mengemukakan “Pajak adalah iuran masyarakat kepada

negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat

prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan”.7

Pajak daerah merupakan instrument keuangan konvensional yang sering

digunakan di banyak Negara. Penerimaan pajak digunakan untuk membiayai

prasarana dan pelayanan perkotaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat

umum yang biasa disebut juga sebagai public goods.8 Menurut Pasal 1 Undang–

Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

6
Kustadi Arinta, Sistem Dan Perturan Perpajakan Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung,
1984. H 41
7
H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. H 23
8
Adrian Sutedi, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan.
2008 h 5
12

Restribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib

kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar–besarnya kemakmuran

rakyat.

Pajak reklame merupakan salah satu pajak daerah yang menjanjikan untuk

meningkatkan pendapatan asli daerah. Pajak reklame diatur dalam Undang–

Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 26 dan 27

tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas

penyelenggaraan reklame. Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah

benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang

untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau

untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang

dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum.

Pelaksanaan peraturan reklame di Kabupaten Gianyar, dalam usaha

meningkatkan pendapatan asli daerah di kabupaten Gianyar, pengenaan pajak

reklame di Kabupaten Gianyar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar

Nomor.9 Tahun 2010 Tentang Pajak Reklame. Dalam pasal 2 Peraturan Daerah

Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Reklame, dengan nama

pajak reklame, dipungut pajak atas setiap penyelenggara reklame. Dalam pasal 3

ayat (1) objek pajak reklame adalah semua penyelenggara reklame, objek yang

diamasud di paparkan pada ayat (2) adalah a. Reklame papan/

billboard/videotron/megatron dan sejenisnya; b. Reklame kain; c. Reklame


13

melekat, stiker; d. Reklame selebaran; e. Reklame berjalan; f. Reklame udara; g.

Reklame apung; h. Reklame suara; i. Reklame film/slide ; dan j. Reklame

peragaan.Dan pada ayat (3) subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan

yang menggunakan reklame. Dalam rangka efektifitas pelaksanaan Peraturan

Daerah Kabupaten Gianyar di bidang pajak reklame. Faktor-faktor tersebut

mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada

isi faktor-faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum menurut Soerjono Soekanto, yaitu :

a) Faktor hukumnya sendiri, seperti pada undang-undang.

b) Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

d) Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan.

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.9

Faktor-faktor di atas pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi 2

kelompok yakni faktor yuridis dan faktor non yuridis. Sehubungan dengan

Efektifitas Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun

2010 Tentang Pajak Reklame faktor yuridisnya adalah berkenan dengan ketentuan

Peraturan Daerah yang menyangkut pajak reklame. Sedangkan faktor non

yuridisnya, berkaitan dengan :

9
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT
RajaGafindo Persada, Jakarta,2007 h. 8.
14

1. Faktor aparat yang berwenang menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten

gianyar, khususnya dalam rangka pelaksanaan pajak reklame.

2. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung pelaksanaan dalam hal ini terdiri

dari peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan lainnya.

3. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan yakni di wilayah hukum pemerintah Kabupaten Gianyar.

Dasar pengenaan pajak reklame di Kabupaten Gianyar seperti di paparkan

Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak

Reklame Pada Ayat (1) dasar pengenaan pajak adalah nilai sewa reklame. Pada

ayat (2) Nilai sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan

memperhatiakan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka

waktu penyelenggaraan, jumblah dan ukuran media reklame. Pada pasal 6 tarip

pajak ditetapkan sebesar 25% ( dua puluh lima persen) dari nilai sewa reklame.

1.8 Metode Penelitian

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang

disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengatahuan yang didapatkan lewat metode

ilmiah. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang

sistematis.10 Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah

yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan

untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jelas

menganalisanya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan

10
Bambang Sunggono, 2007, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h.44.
15

atas permasalahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala

yang bersangkutan.11 Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengunakan metode

penulisan sebagai berikut:

a. Jenis Penelitian

Penelitian hukum ini adalah penelitian hukum empiris. Dalam penelitian

hukum empiris, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat

diamati di dalam kehidupan nyata.12 Dalam penelitian ini akan bertumpu pada

teori dan fakta yang ada.

b. Jenis Pendekatan

Untuk pemecahan terhadap suatu masalah yang ada, maka dilakukan

pendekatan masalah secara sosiologis artinya dalam menelaah permasalahan

yang diangkat dengan fakta yang ditunjang dengan pendekatan yuridis atau

pendekatan perundang-undangan. Artinya dalam menelaah permasalahan yang

ada dikaji berdasarkan fakta yang ada dialapangan dan ditunjukan dengan

disiplin ilmu dan peraturan-peraturan yang ada dalam kaitannya dengan

permasalahan yang akan dibahas di skripsi ini.

c. Sifat Penelitian

Penelitian hukum empiris menurut sifatnya dibedakan menjadi empat

yaitu penelitian ekploratif (penjajakan atau penjelajahan), penelitian deskritif,

penelitian eksplanatoris, dan penelitian varifikatif. Sifat dalam karya ilmiah ini

menggunakan penelitian bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif pada

penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum,


11
Ibid. H.38
12
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas hukum
Universitas Udayana, Denpasar Bali. H.79
16

bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan

gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan

antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.13 Penelitian bersifat

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada atau sebaigamana adanya.

d. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama dilapangan yaitu baik dari responden maupun dari informan. Data

sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan.14 Bahan

hukum terdiri dari bahan hukum primer, dan bahan hukum sekunder. Bahan-

bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat, dalam penelitian

ini meliputi peraturan perundang-undangan yaitu:

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

- Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun 2010 Tentang

Pajak Reklame

2. Bahan hukum sekunder adalah yaitu bahan hukum yang diperoleh melalui

berbagai literature, artikel, pendapat para sarjana dan para ahli hukum, pakar

hukum dan bahan-pendukung lainnya.

13
Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cip. H.81
14
Ibid
17

e. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan teknik yaitu:

1. Teknik wawancara yaitu suatu metode untuk memperoleh data baik dari

informan maupun responden agar mendapat jawaban yang relevan dengan

masalah yang diteliti.

2. Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam

setiap penelitian ilmu hukum, baik dalam penelitian hukum normatif

maupun penelitian hukum empiris. Meskipun aspek berbeda keduanya

adalah penelitian hukum yang selalu bertolak dari premis normatif. Studi

dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan

permasalahan penelitian.15

f. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data

sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara

sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, diklasifikasikan, dihubungkan

antara satu dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna

data dalam situasi sosial, dan dilakukan penapsiran dari perspektif penelitian

setelah memahami keseluruhan kualitas data. Setelah dilakukan analisis secara

kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan

sistematis

15
Fakultas hukum Universitas Udayana.op.cip. H.82

Anda mungkin juga menyukai