Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Sejarah Peradan Islam


"Perkembangan Islam Pada Masa Ali Bin Abi Thalib"
Dosen Pengampu:Dr.Nutfitria Dewi S.Hum.MA

Disusun oleh:

1.Tasya Rosiva (1421035)

2.Yotra Langgano (1421045)

Hukum Pidana Islam


Fakultas Syari'ah
Institut Agama Islam Negeri
IAIN BUKITTINGGI
2021/2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT.Karena atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai"peradaban islam pada masa Ali Bin Abi
Thalib" dengan sebaik mungkin.salawat beserta shalam beserta salam semoga tetap
tercurahkan krpada baginda nabi muhammad SAW.

Dan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih tehadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan pemikirannya maupun materinya.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah

Sabtu,01 November

Penulis

(Kelompok 8)
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................ii
BAB PENDAHULUAN.......................................................1
A.Latar Belakang................................................................................................................1

B.Rumusan Masalah..........................................................................................................1

BAB ll PEMBAHASAN.......................................................2
1.Perkembangan Islan Pada Masa Ali Bin Abi Thalib......................................................2

2.Proses Pengangkatan Ali Bin Abi Thalib........................................................................5

3.Situasi Politik Pada Masa Ali Bin Abi Thalib..................................................................7

4.Peradaban Pada Ali Bin Abi Thalin................................................................................12

BAB lll PENUTUP.............................................................13


1.Kesimpulan......................................................................................................................14

2.Saran................................................................................................................................14

BAAB IV DAFTAR PUSTAKA............................................15


BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Islam pada masa khulafaur rasyidin berkembang sangat pesat,islam di kembangkan dengan
mengajarkan nilai nilai yang demokratis terutama dalam pengangkatan seorangkhalifah.Ini dapat
di lihat dalam berbagai peristiwa pengangkatan khalifah walau pun cara nya berbeda tetapi
intinya sama yaitu menjunjung nilai bermusyawarah untuk mufakat.

KhalifahAli Bin abi Thalib adalah khalifah terakhir;dimana pada masa ini adalah masa yang
sangat kritis politik dalam negeri karena banyak pemberontakan demi menuntuk kematian
khalifah utsman .

Pada waktu itu terjadi berbagai konflik seperti perang jamal (terjadi antara golonga ali dan
aisyah)dan perang Shifin (terjadi antara golongan ali dan muawiyah).

B.RUMUSAN MASALAH
1.Bagaiman perkembangan islam pada masa ali bin abi thalib

2.Bagaimana proses pengangkatan ali bin abi thalib

3.Bagaimana situasi politik pada masa ali bi abi thalib

4.Bagaimana peradaban islam pada masa ali bin abi thalib

C.TUJUAN
Dapat mengetahui sejarah tentang perkenmbangan pradaban islam pada masa ali bin abi
thalib.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Perkembangan islam pada masa Ali Bin Abi Thalib


Ali Bin Abi Thalib lahir pada hari jum'at tanggal 13 rajab di kota mekkah sekitar tahun 600
M.Ali Bin Abi Thalib adalah putra dari paman rasulullah dan suami dari putri beliau yaitu
fatimah.Ali sedari kecil sudah mendapatkan didikan dan adab budipekerti islam.Lidahnya amat
fasih berbicara,pengetahuan nya tentang agama islam sangat lah luas dan mungkin karena
kedekatan nya dengan rasul.keberanian nya juga masyruh dan hampir di seluruh peperangan
yang di pimpin rasul,Ali senantiasa berada di barisan depan .Keberanian Ali dan banyak nya
darah yang di tumpahkan nya dalam medan peperangan,menyebabkan ia banyak mempunyai
musuh.Banyak orang yang luka hatinya,karena pahlawan-pahlawan kebanggaan mereka banyak
yang tertipu oleh keberanian ali,lalu menentang islam sekeras-kerasnya.

Situasi umat islam pada masa pemerintahan ali bin abi thalib jauh berbeda dengan masa-
masa sebelumnya.umat islam pada masa abu bakar dan umar masih bersatu,mereka memiliki
banyak tugas yang harus di selesaikan nya seperti tugas melakukan perluasan wilayah islam dan
sebagai nya.selain itu kehidupan masyarakat islam masih sederhana karena belum banyak
terpengaruh oleh kemewahan duniawi,kekayaan dan kedudukan.Namun pada masa
pemerintahan utsman bin affan keadaan mulai berubah,perjuangan pun sudah mulai
terpengaruhi oleh hal-hal yang bersifat duniawi.Oleh karena itu beban yang harus di pikul oleh
penguasa berikutnya semakin berat.Usaha-usaha khalifah ali bin abi thalib mengatasi persoalan
tersebut tetap dilakukan nya,meskipun dapat tantangan yang sangat luar biasa semua itu
bertujuan agar masyarakat merasa aman tentram dan sejahtera.

Usaha-usaha yang dilakukan nya semasa kepemimpinanya sebagai berikut:

1.Mengganti gunernur yang di angkat khalifah utsman bin affan

Semua guvernur yang di angkat utsman bin affan terpaksa di ganti,karena banyak masyarakat
yang tidak senang.Menurut pengamatan khalifah ali binabi thalib para gubernur inilah yang
menyebabkan timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan utsman
pada saat itu.Hal tersebut disebabkan karena usianya sudah lanjut usia,selai para gubernur
sudah banyak lagi memiliki idealisme untuk memperjuangkan dan mengembangkan
islam.Pemberontakan ini pada akhirnya membuat sengsara rakyat banyak,sehingga rakyat pun
tidak suka terhadap merekaBerdasarakan pengamatan ini lah Ali Bin Abi Thalib mencopot
jabatan mereka.

Adapun para Gubernur baru yang diangkat Ali Bin Abi Thalib sebaagai pengganti gubernur lama
ialah:

1.Sahl Bin Hanif sebagai gubernur syiria

2.Usman Bin Hanis sebagai gubernur Basrah

3.Qays Bin Sa'ad sebagai gubernur Mesir

4.Umrah Bin Syihab sebagai gubernur Kufah

5.Ubaidah Bin Abbas sebagai gubernur Yaman

2.penarikan kembaki tanah hadiah

Pada masa pemerintahan Ustman Bin Affan banyak memberi dan kemudahan dalam
berbagai bidang hingga banyak di antara mereka yang merongrong kekhalifahan utsman.Oleh
karena itu ketika ali bin abi thalib menjadi khalifah ia memiliki rasa tanggung jawab yang besar
untuk menyelesaikan persoalan tersebut ai berusaha menarik kembali tanah yang di hadiah
kepada penduduk dengan menyerahkan pendapatan nya kepada negara dan memakai kembali
sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang islam sebagai mana pernah diterapkan
oleh umar bin khattab.Usaha ini bukan titak mendapatkan tantangan .Khalifan Ali bi abi thalib
banyak mendapat perlawanan dari para penguasa dan kerabat khalifah utsman.salah seorang
yang terus terang menentang adalah muawiyah bin abi sufyan.Muawiyah sendiri menentang
karena dia sendiri tengah terancam kedudukan nya sebagai gubernur syiria.Untuk menghambat
gerakan khalifah ali bin abi thalib,Muawiyah melakukan hasutas kepada para sahabat lainya
supaya menentang rencana khalifah.Selain itu ia melakukan kerjasama dengan mantan
gubernur yang dicopot khalifah ali bin abi thalib.

Semua tindakan khalifah ali bin abi thalib semata bertujuan untuk membersihkan praktik
kolusi,korupsi dan nepotisme di dalam pemerintahannya

3.Dalam bidang politik militer

Khalifah ali bin abi thalib banyak memiliki


kelebihan,kecerdasan,ketelitian,ketegasan,kenmberanian dan sebagai nya.karena ketika ia
terpilih menjadi khalifah,jiwa dan semangat itu masih membara di dalam dirinya.Banyak usaha
yang dilakukannya termasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan
negara,agama dan umat islam ke masa yang lebih cemerlang,selain itu ia juga di kenal sebagai
pahlawan yang gagah berani,penasehat yang bijakana,penasehat humum yang ulung.
Khalifah ali bi abi thalib sejak masa mudanya amat di kenal dengan sikap keberaniannya,baik
dalam keadaan damai maupun keadaan serius,beliau amat tau medan dan tipu daya musuh.Ini
kelihatan sekali pada saat perang shiffin.Dalam perang ini khalifah ali bin abi thalib bahwa siasat
yang di buat oleh Muawiyah bin abi sufyan hanya untuk memperdaya khalifah ali bin abi
thalib,misalnya ketika muawiyah menempatkan al-quran di ujung tombak sebagai isyarat
perdamaian.Khalifah ali bin abi thalib menolak ajakan damai,karena dia sangat mengetahui
bahwa muawiyah adalah orang yang sangat licik.Namun para sahabatnya mendesak agar
menerima tawaran perdamaian itu,peristiwa ini dikenal dengan istilah Thakim di daumatul
jandal pada tahun 34 H.Peristiwa ini merupakan bukti kelemahan dalam sistem dalam
pertahanan pada khalifah ali bin abi thalib.khalifah ali telah berusaha memperbaiki sistem yang
berada namun selalu dikalahkanoleh sekelompok orang yang tidak senang terhadap
kepemimpinannya.Akibat peristiwa tahkim ini timbullah tiga golongan di kalangan umat islam
yaitu :

1.kelompok khawarij

2.kelompok murji'ah

3.kelompok syi'ah (pengikut ali)

4.Dalam bidang ilmu bahasa

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah melampaui sungai
Eufrat, Tigris dan Amu Dariyah, bahkan sampai Indus, akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam
dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan masyarakat Arab memluk Islam,
banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks al-Qur’an atau hadis sebagai sumber hokum
Islam, Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan ini sangat fatal, terutama bagi
orang-orang yang akan mempelajari ajaran Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab.
Oleh karena itu, Khalifah memerintahkan Abu Al-Aswadal-Duali mengarang pokok-pokok ilmu
Nahwu Qawaid Nabahab).

Dengan adanya ilmu nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa
al-Qur’an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarkat Arab akan mendapatkan
kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

5.Dalam bidang pembangunan.

Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, mendapat usaha positif yang
dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota
Kufah. Semula pembangunan kota Kufah ini bertujuan poliitis untuk dijadikan sebagai basis
pertahanan kekuatan Ali bin Abi Thalib, dari berbagai rongrongan para pembangkang, misalnya,
Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi lama-kelamaan kota tersebut berkembang, menjadi kota
yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat perkembangan ilmu
pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan ilmu nahwu, tafsir, hadis dan sebagainya.

Pembangunan kota Kufah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali bin Abi Thalib
mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya.
Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiyah bin Abi Sufyan,
maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahan Khalifah.

B.PROSES PENGANGKATAN ALI BIN ABI THALIB


Baiat terhadap Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah berjalan dengan suka rela dari kaum
muslimin, hal itu berlangsung setelah terjadi pembunuhan terhadap Khalifah Utsman oleh
tangan-tangan kotor para pemberontak yang datang dari berbagai penjuru daerah, sehingga
peristiwa tersebut menghantarkan sang Khalifah Rasulullah itu syahid menghadap Allah
Swt.Mereka membunuh Utsman secara zhalim, keji, dan penuh kebencian. Terjadi pada hari
jumat tanggal 18 Dzulhijah tahun 35 H.Ketika itu terjadi pengelompokan-pengelompokan
masyarakat,
pada satu bagian kaum pemberontak membuat perkumpulan, dibagian lain orang-orang
Muhajirin dan Anshar membuat suatu kelompok pula, termasuk tabi’in dari kota Madinah. Yang
mereka pikirkan ialah bagaimana dengan umat Islam yang sudah berkembang, membentang
dari perbatasan Rum sampai ke Yaman dan dari Afganistan sampai ke Afrika utara, yang selama
beberpa hari tidak memiliki pemimpin16Atas dasar itulah mereka berusaha untuk memilih
seorang khalifah secapat mungkin dan dilakukan di Madinah karena kita itu satu-satunya yang
menjadi ibu kota Islam. Di sana juga tinggal ahl al-halli wa al-„aqd, semacam dewan perwakilan
yang berhak memilih melakukan bai’at kepada seorang khalifah. Karena kondisi yang
sanggenting tidak mungkin meminta pendapat dari daerah dan provinsi yang bertebaran di
seluruh negeri. Keadaan yang sangat berbahaya ini memerlukan pengangkatan seorang
pimpinan yang layak dengan segera untuk menghindari perpecahan dan kehancuran yang
mengancam keutuhan negara. Pada waktu itu ada empat orang sahabat Nabi saw dari enam
yang dipilih Umar sebelum wafat, yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair dan Saad bin Abi
Waqas. Dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling utama. Dalam sebuah pertemuan
permusyawaratan Abdurrahman bin Auf menetapkan Ali sebagai tokoh yang paling dipercayai
umat setelah Utsman bin Affan.17Atas dasar itu mereka memandang wajar memilih Ali sebagai
pemimpin mereka. Dan tidak pula ada seorang pun yang dipercaya selain Ali. Jika ada seseorang
yang mencalonkan diri di samping Ali pasti tidak akan terpilih karena levelnya jauh di bawah Ali.
Karena itu semua sahabat Rasulullah Saw berbondong-bondong membai’at Ali sebagai
khalifah.18 Mereka mengatakan bahwa masyarakat tidak akan tertib, keadaan tidak akan aman
tanpa adanya seorang pemimpin.Sebelumnya Ali menolak untuk memikul jabatan itu, tetapi
orang banyak berulang-ulang memintanya untuk dibai’at, dan akhirnya ia mau dibai’at. Tetapi
bai’at harus dilakukan di mesjid, dan di depan masyarakat banyak dan tidak tersembunyi, dan
atas kerelaan kaum muslimin. Bai’at berlangsung di Mesjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin
dan Anshar dan tidak aDengan demikian kekhalifahan Ali sudah berlangsung secara benar,
sempurna dan sesuai dengan prinsip yang mendasari tegaknya khilafah. Ali tidak menguasai
pemerintahan dengan kekuatan dan tidak dengan mencurahkan tenaga sedikit pun untuk
mencapai kedudukan Khalifah. Ia telah dipilih oleh orang banyak dengan cara musyawarah yang
bebas dan dibai’at oleh mayoritas yang besar kemudian diakui oleh seluruh daerah kecuali
daerah Syam.Walaupun sudah dibiat oleh masyarakat umum, namun masih ada sekitar tujuh
belas hingga dua puluh orang sahabat Nabi Muhammad Saw yang tidak mau membai’at Ali.
Penulis melihat bahwa tidak dijelaskan nama-nama yang tidak mau membai’at Ali itu. Namun
dengan penolakan itu tidak berarti penolakan itu tidak berarti ke Khalifahan Ali tidak sah karena
penolak itu bersifat pasif, sementara masyarakat umum sudah melakukan bai’at. Dengan
demikian pengangkatan Ali sebagai khalifah telah memperoleh kesempatan untuk menutup
lobang yang sangat berbahaya dalam sistem khilafah rasyidah setelah pembunuhan Utsman bin
Affan.Tetapi ada tiga faktor yang tidak memungkinkan pulihya keretakan atau tertutupnya
lubang itu. Pertama, kaum pembangkang yang datang dari berbagai daerah untuk
memberontak kepada Utsman terlibat dalam membai’at Ali bin Abi Thalib. Di antaranya ada
pelaku yang membunuh Utsman, dan ada provokasi yang mengobarkan semangat orang lain
untuk membunuhnya dan ada pula yang membantu mereka untuk melaksanakan pembunuhan
itu. Atas pundak mereka terpikul tanggung jawab kericuhan dan kekacauan tersebut.

C.SITUASI POLITIK PADA MASA ALI BIN ABI THALIB


1.Konflik Ali Bin Abi Thalib Dengan Thalhah,zubair,dan Aisyah.

Ketika Aisyah telah menunaikan umrah dan akan kembali ke Madinah, beliau menangguhkan
kepulangannya setelah mendengar berita kematian khalifah Utsman. Terlebih Aisyah
mendapatkan kabar bahwa Ali telah dibaiat menjadi khalifah pengganti Utsman.Aisyah, yang
dikenal mempunyai analisa yang tajam terhadap teks-teks keagamaan, menuntut hal yang sama
seperti Muawiyyah, supaya Ali mengusut tuntas siapa pembunuh Utsman.[3] Thalhah bin
Ubaidillah dan Zubair bin Awwam yang saat itu berada di Madinah,meminta izin kepada Ali bin
Abi Thalib untuk pergi ke Makkah dalam rangka menunaikan umrah.Namun, setelah tiba di
Makkah dan bertemu dengan Aisyah, kedua sahabat ituakhirnya sepakat untuk sama-sama
menuntut Ali agar mengusut danmenghukum para pembunuh Utsman.
Dasar gerakan `Aisyah adalah menuntut penghukuman orang-orang yang membunuh Utsman.
Sementara Zubair dan Thalhah memiliki dasar pikiran yang sama sehingga mereka bergabung
untuk mencari jalan keluar persolan ini, setelah empat bulan dari tragedi pembunuhan Utsman.
Bagi mereka, persoalan qishash terhadap pembunuh Utsman harus segera diselesaikan, sebab
khawatir kejadian serupa akan terulang kembali di masa yang akan datang. Jika para pembunuh
Utsman itu dibiarkan berkeliaran bebas, maka upaya pembunuhan khususnya, atau lebih
jauhnya lagi pemberontakan terhadap pemimpin (Imam) di masa yang akan datang bisa sering
terjadi.Ali merespon keluhan dari para sahabatnya kemudian beliau ingin membentuk kekuatan
terlebih dahulu dari kalangan kaum muslim,terutama dari para pembesar sahabat. Jika itu
sudah terbentuk, maka kekuatan hukum untuk mengusut tuntas siapa pembunuh khalifah
Utsman akan dapat dilaksanakan dengan lancar. Bagi Ali, persoalan qishash baru dapat
ditegakkan manakala situasi politik sudah tenang dan kaum muslimin sudahbersatu pada dalam
satu pemerintahan yang kokoh. Kemudian ada pengaduan dan tuntutan dari pihak keluarga
yang jadi ahli waris Utsman. Sebab, pembunuhan Khalifah Utsman bukanlah criminal biasa
melainkan tragedypolitik yang tidak terbayangkan sebelumnya. Lagi pula jumlah pembunuh
Utsman yang sebenarnya belum diketahui secara pasti, sementara para pendukung yang
terlibat di dalamnya datang dari berbagai kabilah dan suku yang berbeda. Sangat rawan bagi Ali
dan bagi keutuhan umat jika ia ceroboh menetapkan qishash kepada para tersangka tanpa
menunggu situasi yang tepat. Karena bagaimanapun, fanatisme kelompok akan menjadi dasar
bagi tiap kabilah untuk membela anggota kabilahnya yang dituntut hukuman qishash meskipun
umpamanya terbukti benar-benar terlibat.

Pada akhirnya penegakkan qishash itu malah akan menimbulkan peperangan baru antar kabilah
dari keluarga penuntut dengan kabilah dari keluarga terdakwa. Karena perbedaan pandangan
antara kedua kubu itu, maka peperangan pun tidak dapat dihindari. Perang pertama antara dua
kubu muslim ini dikenal dengan sebutan Perang Jamal. Dikatakan Perang Jamal karena saat itu
Aisyah menaiki unta ketika berperang. Perang ini memakan banyak korban. Ibnu Katsir
menyebut kurang lebih dari sepuluh ribu orang dari kedua belah pihak menjadi korban. Bahkan
dua tokoh sahabat, Thalhah dan Zubair yang oleh Rasulullah dijamin masuk surga, meninggal
dunia.

Pada hal saat itu, Thalhah dan Zubair telah mengundurkan dari medan pertempuran dan
menyesali sikapnya yang berlebihan dalam menentang Ali.Perang itu sendiri dimenangkan oleh
Ali bin Abi Thalib. Ali beserta pengikutnya kemudian mengurusi para korban dan
menyolatkannya. Sikap Ali di atas menunjukkan bahwa peperangan itu bukanlah peperangan
untuk menentukan siapa mukmin siapa kafir. Buktinya Ali menyolati para korban dari kedua
pihak. Setelah mengurusi korban, menyolati dan menguburkannya, Pasukan Ali dapat
menguasai dan memenangkan peperangan, sementara Aisyah dalam peperangan itu
tertangkap. Ia memperlakukan Aisyah dengan perlakuan yang penuh penghormatan dan
setelah itu memulangkannya ke kota Madinah dengan penjagaan yang sempurna dan
terhormat.Sejak kejadian tersebut, Aisyah menghabiskan umurnya untuk beribadah dan
mengajarkan hadits kepada para penuntut ilmu di Madinah. Iamenjauhkan diri dari hiruk pikuk
percaturan politik yang terus bergejolak sampai akhir hayatnya.Ia banyak merenung dan
menyesali perbuatannya karena ikut terlibat dalam peperangan.

2.Konflik Ali Bin Abi Thalib Dengan Muawiyah

Saat Utsman terbunuh oleh para perusuh yang mengepung rumahnya, Nailah, istri Khalifah
Utsman bin Affan yang menyaksikan dan sekaligus jadi korban kebrutalan para perusuh
sehingga jari-jari tangannya terputus. Ia segera menulis surat untuk Muawiyah di Syria yang
menuturkan kronologis pembunuhan Khalifah. Beserta surat ini dikirimkan juga barang bukti
berupa pakaian Utsman yang berlumuran darah dan jari-jari tangan Nailah
yangterpotong.Barang bukti ini kemudian digantungkan di atas mimbar Masjid Jami Syria. Para
penduduk yang memang sangat menghormati Utsman terharu melihat barang bukti itu, dan
menuntut agar para pelaku pembunuhan dihukum qishash. Keadaan semakin memanas, tatkala
datang utusan khalifah Ali bin Abi Thalib yang menuntut janji ketaatan (baiat) terhadap Ali.

Ditambah lagi dengan keputusan Ali memecat Muawiyyah menyebabkan kebanyakan


penduduk di Syiria menangguhkan(bukan menolak) pembaiatan terhadap Ali sebelum para
pembunuh Utsman dikupas tuntas. Ada dua alasan mengapa Muawiyyah tidak membaiat Ali bin
Abi Thalib. Pertama, bagi Muawiyah, tuntutan para pembunuh Utsman harus terlebih dahulu
ditangkap dihukum. Kedua, tak ada suara bulat dari kalangan terkemuka muslim (para sahabat
senior). Saat itu Muawiyyah berargumen, bahwa sikapnya yang menolak untuk membaiat Ali
tidak berarti dia berontak terhadap Imam, tetapi alasannya, lebih-lebih karena tak ada suara
bulat dari kalangan umat untuk membaiatnya. Telah disinggung sebelumnya, dan mengapa Ali
menangguhkan qishash terhadap pelaku pembunuh Utsman. Namun, mengapa pihak
Muawiyyah masih saja terus menuntut Ali untuk melakukannya, dan tidak mau membaiatnya
sebelum urusan pembunuhan Utsman dituntaskan. Ada dugaan saat itu bahwa Ali berada di
belakang para pemberontak yang membunuh Utsman. Apalagi adanya sikap Ali yang
menangguhkan pengusutan pembunuhan Utsman dan penegakkan hukuman qishash.

Ali sendiri ketika menghadapi tantangan Muawiyah telah melakukanberbagai cara. Ali selalu
mengirim surat dan delegasi untuk mengajak islah, mengajak Muawiyah memberi baiat
terhadapnya. Namun, usahanya tersebutselalu menemui jalan buntu. Bahkan, pernah satu
ketika Muawiyah membalassurat kepada Ali tanpa ada isinya selain basmalah. Tak hanya itu,
surat yangbersegel “Dari Muawiyah bin Abi Sufyan kepada Ali bin Abi Thalib” tanpamenyebut
gelar Amirul Mukminin.

Surat tersebut sebenarnya memberi indikasi bahwa konsilidasi, negosiasi dan rekonsiliasi yang
diinginkan Ali kepada Muawiyah kecil kemungkinan berhasil. Ali akhirnya mengambil langkah
untuk melakukan tindakan kepada Muawiyyah. Sebelum mengambil tindakan, Ali terlebih
dahulu meminta persetujuan dari para sahabat yang ada di Madinah waktu itu. Sikap sahabat
pun terbagi tiga kelompok; ada yang antusias mendukung Ali, seperti Abu Qatadah, Ammar bin
Yasir, dan Umu Salamah. Ada juga yang tidak setuju dan menyarankan agar rencana itu
dipertimbangkan terlebih dahulu. Ada yang bersikap diam dan memilih menyingkir dari rencana
ini seperti Saad bin Abi Waqqas, Suhaib bin Sinan, Muhammad bin Maslamah dan Abdullah bin
Umar. Ibnu Abbas dan Mughirah bin Syu’bah tatkala itu bahkan menyarankan agar Ali tidak
tergesa-gesa dan membiarkan Muawiyah pada jabatannya untuk beberapa lama sehingga suhu
politik mereda terlebih dahulu. Namun saran dari kedua sahabat dekatnya itu, dirasa kurang
tepat. Justru jika Muawiyah terus dibiarkan memimpin, dia khawatir kelompok opisisi di Syiria
akan semakin banyak dan kuat karena pengaruh Muawiyah.

Singkatnya, peperangan antara kubu Ali dengan Muawiyah dalam waktu yang tidak lama lagi
akan terjadi. Tepat pada akhir bulan Dzulqaidah tahun 36 H, Ali memutuskan untuk bergerak
menuju Syam dengan kekuatan pasukan sekitar seratus ribu hingga seratus lima puluh ribu
personil. Rencana Ali itu sampai pada Muawiyah, dan segera setelah itu Muawiyah pun
menyiapkan pasukan dengan kekuatan sembilan puluh ribu hingga seratus lima puluh ribu
personil. Kedua pasukan tersebut akhirnya bertemu di Shiffin,suatu tempat di lembah sungai
Efrat yang menjadi perbatasan Irak dan Syiria. Perang pun terjadi, kedua pasukan itu berperang
sepanjang bulan Dzulhijah tahun 36 H. Kemudian terselingi gencatan senjata selama bulan
Muharram awal tahun 37 H. Peperangan dilanjutkan kembali awal bulan Shafar dengan sangat
hebatnya kerena kedua belah pihak sudah tidak lagi ingin mengakhiripertempuran yang sudah
sangat melelahkan itu. Tragedi ini merupakan malapetaka amat besar yang patut disesalkan.
Saat perang dahsyat itu berkecamuk, pasukan Ali hamper saja memenangkan pertempuran.
Tercatat 7.000 orang Islam gugur.Sedang luka korban fisik tidak terhitung.

Pada minggu kedua dari bulan Safar, pasukan Muawiyah mulai terdesak, sementara pasukan Ali
berada di atas angin. Muawiyah yang sudah berpengalaman dalam bidang politik dan
peperangan, akhirnya menyuruhbeberapa pasukannya untuk mengangkat Mushap al-Quran
sebagai isyarat untuk menghentikan pertempuran. Melihat itu, kubu Ali terbagi kepada dua
bagian. Ada yang menyarankan Ali untuk tidak menerima penghentian pertempuran sebelum
ada pihak yang kalah dan menang. Ada juga yangmenyuruh Ali untuk menerimanya.Meskipun
di kubu Ali waktu itu terbagi kepada dua kelompok, namun akhirnya mereka sepakat untuk
mengakhiri pertempuran dan melakukan perundingan damai (tahkim). Perundingan tersebut
dilakukan dengan cara masing-masing kubu mengirim delegasinya sebagai juru rundingnya.
Pihak Muawiyah menunjuk Amr bin Ash. Sedangkan dari pihak Ali mengajukanAbu Musa al-
Asy‟ari sebagai juru runding.Perundingan tersebut rencananya akan dilaksanakan pada bulan
Ramadhan di tempat Adzrah, daerah Daumatul Jundal yang menjadi wilayah perbatasan Irak
dan Syam.

Banyak riwayat yang dituturkan pada kitab-kitab tarikh bahwa Abu Musa dan Amr saat itu
sepakat melepaskan jabatan khilafah dari Ali maupun dari Muawiyah dan mengembalikannya
kepada Syura kaum muslimin. Tetapi saat pembacaan keputusan Amr yang berbicara
belakangan menghianati kesepakatan dengan menetapkan Muawiyah sebagai Khalifah karena
Ali telah diberhentikan oleh Abu Musa. Maka terjadilah kekacauan di arena persidangan. Abu
Musa mengecam Amr yang telah khianat sebagai anjing yang menjulurkan lidahnya. Amr balik
menghina Abu Musa dengan menyindirnya sebagai keledai yang memikul kitab. Gagallah misi
perundingan. Abu Musa mengasingkan diri ke Mekah karena malu kepada Ali. Sementara Amr
bergabung dengan Muawiyah dan mendapat kedudukan yang terhormat di hadapannya.

3.Konflik ali dengan kaum khawarij

Setelah proses tahkim berakhir hasil perundingan tentu saja dimenangkan oleh
Muawiyah,sedangkan kelompok Ali terbelah menjadi dua. Ada yang tetap mendukung Ali
dengan setia. Ada yang keluar dan menyudutkan posisi Ali. Kelompok kedua inilah yang disebut
sebagai kaumkhawarij. Kelompok ini merasa kecewa dengan keputusan Ali yang menerima
tahkimSetelah proses tahkim selesai, dengan rasa kecewa, sekitar 12.000 orang pulang menuju
Kuffah. Mereka membuat markas militer tersendiri di Harura. Mereka mengecam Ali dan
menuduhnya telah berbuat kufur serta syirik karena menyerahkan ketetapan hukum kepada
manusia. Padahal menurut mereka hukum itu hanya milik Allah. Mereka berpendapat bahwa
perkara yang terjadi antara Ali dan Muawiyah seharusnya tidak boleh diputuskan oleh arbitrase
(tahkim) manusia. Putusan hanya dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada
dalam al-Quran.

Ketika Ali sedang berkhutbah Jum’at, sebagian orang Khawarij meneriakinya dengan kata-kata,
“tidak ada hukum selain milik Allah”. Ali mengancam mereka, “Aku tidak melarang kalian
datang ke mesjid kami dan kami tidak akan menindak kalian selama kelian tidak berbuat
terlebih dahulu memerangi kami”. Tetapi mereka semakin agresif menyudutkan Ali dan
mengampanyekan pahamnya dengan slogan “hukum itu hanya milik Allah.” Ali mengajak
mereka berdialog dan berdebat tentang masalah tahkimitu secara fair dengan hati yang tenang
dan akal yang jernih. Ibnu Abbas ditugaskan mendebat kaum Khawarij dan ribuan dari mereka
mau kembali bergabung dengan Ali setelah menyadari kekeliruan pendapat mereka dan bahwa
pendapat Ali itulah yang benar. Tetapi sebagian dari mereka tetap bersikukuh pada
pendiriannya dan membentuk kelompok sendiri. Abdullah bin Wahab Ar Rasyibi ditunjuk
sebagai panglima perang mereka. Ali terpaksa menumpas kaum Khawrij dengan kekuatan
pedang setelah nyata kepadanya bahwa mereka tidak dapat diajak dialog dan kompromi.
Terlebih lagi setelah terbukti gerakan Khawarij menimbulkan kekacauan baru dengan
membunuh siapa saja yang tidak mau mempersalahkan Ali, sehingga putra seorang sahabat
Nabi, Abdullah bin Khabbab dan istrinya yang sedang hamil menjadi korban pembantaian
mereka. Ali menumpas mereka pada perang Nahrawan dan Harura. Tetapi kehancuran pasukan
Khawarij tidak mebuat mereka surut.Bagaimana pun kaum Khawarij tidak tinggal diam. Dengan
sisa-sisa kekuatan yang ada mereka terus melakukan serangan kepada kelompok Ali dan
kelompok Muawiyah, Amr bin ‘Ash dan Abu Musa al-Asy’ari, yaitu orang-orang yang terlibat
dalam tahkim. Atas dasar ayat al-Quran diatasmereka menetapkan bahwa keempat orang ini
telah menjadi kafir dan harus dibunuh. Oleh sebab itu membuat rencana untuk membunuh
orang-orang yang terlibat tahkim itu. Dalam menjalankan tugas itu mereka membagi tugas dan
menetapkan bagaimana cara pelaksanaan eksekusi itu. Mereka merencanakan pelaksanaan
eksekusi serentak pada waktu subuh. Waktu ini dipilih ketika semua mereka itu keluar untuk
menjalankan shalat subuh. Ketika waktunya tiba setiap petugas turun dan ternyata yang
berhasil adalah pembunuh Ali yang bernama Abdurahman bin Muljam.Ali wafat seketika,
sedangkan yang ditugasi membunuh Mu’awiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa al-Asya’ri gagal
sehingga yang wafat hanyalah Ali bin Abi Thalib saja. Wafatnya Ali bin Abi Thalib maka
berakhirlah pola kepemimpinan Khalifah Rasyidin. Kemudian diserahkan kepada Hasan.Hal itu
membukababak baru bagi sistem pemerintahan dalam Islam dari sistem khilafah menjadi
sistem kerajaan. Sistem yang tersebut terakhir berjalan dalam masa yang cukup lama.

D.PERADABAN PADA ALI BIN ABI THALIB


Ali bin abi thalib, Persia 599-561 adalah salah seorang pemeluk agama islam pertama
dan juga keluarga dari nabi Muhammad. Menurut islam Sunni, ia adalah khalifah terakhir dari
Khulafaur Rasyidin. Sedangkan syi’ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah
pertama yang dipilih Rasulullah Muhammad SAW. uniknya meskipun Sunni tidak mengakui
konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-
satunya khalifah yang sekaligus menjadi imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah
menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.

Hal yang menarik dari Ali adalah berkaitan dengan pengikutnya atau yang dikenal dengan
kaum Syi’ah. Mereka berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi
Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah Allah di Ghadir Khum. Syi’ah
meninggikan kedudukan ali atas sahabat Nabi yang lain, seperti Abu Bakar dan Umar bin
Khatta. Syi’ah selalu menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam (AS) atau
semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan. Sedangkan, sebagian Sunni yaitu
mereka yang menjadi anggota Bani Umayyah dan para pendukungnya memandang Ali sama
dengan sahabat Nabi yang lain. Sunni menambahkan nama Ali dengan Radiyallah Anhu (RA)
atau semoga Allah melimpahkan Ridha (ke-suka-an)nya. Tambahan ini sebagaimana yang juga
diberikan kepada Sahabat Nabi yang lain.Selain itu, menurut sufi, mereka menambahkan nama
Ali bin Abi Thalib dengan “Karamallahu Wajhah” (KW) atau semoga Allah me-mulia-kan
wajahnya. Doa kaum sufi ini sangat unik, berdasarkan riwayat bahwa beliau tidak suka
menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun. Ali
bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah (divine wisdom)
dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari beliau bermunculan cabang-cabang tarekat
(thoriqoh) atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan
beliau sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadariyah
dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung dari Ali
melalui anaknya Hasan bin Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir
Jilani (karya Syekh Ja’far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ali bin Abi Thalib adalah salah satu dari Khulafaur Rasyidin. Beliau adalah khalifah keempat
dalam kepemimpinan Islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Beliau menjadi khalifah
keempat setelah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan. Ali bin Abi Thalib
dikenal sebagai pribadi yang sopan dan cerdas dan sangat pemberani.PembaiatanKhalifah Ali
bin Abi Tholib.Setelah peristiwa pembunuhan Utsman ibnu Affan, kota Madinah dilanda
ketegangan dan kericuhan. Walikota Madinah, Al-Ghafiqi ibnu Harb, mencari-cari orang yang
pantas untuk dibaiat sebagai khalifah. Para penduduk Mesir meminta Ali untuk memangku
kekhalifahan namun ia enggan dan menghindar. Para penduduk Kuffah mencari-cari Zubair
ibnu Al-Awwam, namun mereka tak menemukannya. Penduduk Bhasrah meminta Thalhah
untuk menjadi khalifah namun ia tidak memenuhi permintaan mereka. Akhirnya, mereka
berkata, “kita tidak akan menyerahkan kekhalifahan kepada ketiga orang ini.” Setelah itu
mereka mendatangi Sa’ad ibnu Abi Waqos dan berkata, “Kau termasuk diantara Dewan Syura,”
namun ia menolak. Lalu ia mendatangi Ibnu Umar, yang juga menolaknya.Akhirnya mereka
menetapkan bahwa yang bertanggung jawab adalah penduduk Madinah sehingga mereka
berkata kepada penduduk Madinah, “ kalianlah yang bertanggung jawab. Kami akan memberi
kalian waktu selama dua hari.Kebijakan Khalifah Ali bin Abi Tholib Dalam
PemerintahanMemecat kepala-kepala daerah yang diangkat Utsman. Dikirim kepala daerah
baru yang akan menggantikan. Semua kepala daerah angkatan Ali ituterpaksa kembali saja ke
Madinah, karena tidak dapat memasuki daerah yang ditugaskan kepadanya. Mengambil
kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa
jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Utsman kepada siapapun yang tiada
beralasan diambil Ali kembali.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan makalah ini.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.com/2015/01/perkembangan-islam-pada-
masa-khalifah_74.html?m=1

https://zafriadihistory.wordpress.com/2015/02/16/perkembangan-islam-masa-khalifah-ali-bin-
abi-tholib-dan-hubungannya-dengan-perkembangan-islam-di-nusantara/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinbanten.ac.id/6
16/4/BAB%2520III.pdf&ved=2ahUKEwiM6O6mquTzAhVe7XMBHWeHCz0QFnoECAkQAQ&usg=
AOvVaw2AbZiGNcQEXAkjxjoc_oka

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://zein8681.blogspot.com/201
5/12/makalah-situasi-politik-pada-masa-ali-bin-abi-
thalib.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwjFnveKr-
TzAhWc73MBHUyxDlsQFnoECCgQAQ&usg=AOvVaw1bipXamCUDmNCYDec4YpOD

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://penatami.blogspot.com/20
17/02/sejarah-peradaban-islam-ali-bin-
abi.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwjk9ZaRtuTzAhWLbn0KHV65AgIQFnoECCUQAQ&usg=AOvVa
w0fuMhp2J46XCTZhdElSkvra

Anda mungkin juga menyukai