2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENERAPAN SIKLUS DMAIC DENGAN METODE TAGUCHI UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS BATA MERAH DENGAN PENAMBAHAN SERBUK
KAYU (Studi Kasus: Industri Batu Bata Merah, Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang)
Gisti Ayu Pratiwi 1), Nasir Widha Setyanto 2), Lalu Tri Wijaya Nata Kusuma 3)
Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: gisti.srk11@gmail.com1), nazzyr_lin@ub.ac.id2), eltriwijaya@ub.ac.id3)
Abstrak
Industri batu bata merah Cemorokandang memproduksi batu bata merah dengan campuran bahan baku
utama yaitu tanah liat dan abu hasil pembakaran tebu dengan proses produksi secara konvensional.
Permasalahan pada proses produksi batu bata merah Cemorokandang ini adalah kurangnya pengetahuan
mengenai pentingnya kuat tekan batu bata merah dan Standar Nasional Indonesia yaitu SII -0021-78
mengenai kuat tekan batu bata. Selain itu, terdapat permasalahan mengenai pencemaran yang terjadi
dikarenakan limbah serbuk kayu hasil gergaji dari industri mebel di lingkungan sekitar, dan limbahnya
belum dimanfaatkan sampai saat ini. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi dan upaya meningkatkan
kualitas kuat tekan batu bata merah pada produksi batu bata maka diterapkannya Siklus Define, Measure,
Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dengan menggunakan pendekatan metode Taguchi. Berdasarkan
hasil analisis DMAIC, didapatkan hasil bahwa enam hari produksi pada Bulan Juli, kuat tekan batu bata
berada dibawah standar kuat tekan. Berdasarkan hasil eksperimen Taguchi yang dilakukan dengan adanya
kombinasi serbuk gergaji pada komposisi adonan batu bata, maka dihasilkan Setting level optimal yaitu
komposisi bahan baku ( Tanah liat 75% : abu hasil pembakaran tebu 20% : serbuk gergaji 5%), Waktu
Penggiingan selama 1,5 jam, Waktu pengeringan selama 3 hari, dan posisi pembakaran berada ditengah.
Dengan menggunakan setting level optimal tersebut, nilai Defect per Million Opportunity (DPMO)
mengalami penurunan dari 45600 menjadi 9500, lalu peningkatan terjadi pada nilai sigma dari 3,189
menjadi 3,844 dan peningkatan kapabilitas proses (Cpm dan Cpmk).
Kata kunci: Batu Bata, Kuat Tekan, Siklus DMAIC, Metode Taguchi
322
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
bahan baku, lamanya proses penggilingan Tabel 3. Jumlah Produk Batu Bata Merah, Jumlah
adonan bahan baku, lamanya proses Defect, Kuat Tekan Batu Bata Merah
pengeringan, lamanya proses pembakaran, dan Bulan Juli - Agustus 2014
posisi pembakaran batu bata.
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien
variasi yang diizinkan untuk batu bata dapat
dilihat pada Tabel 1.
323
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
meningkatkan kuat tekan batu bata berkisar Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan
antara 25,72612 kg/cm2 sampai 32,5925 Kedung Kandang, Kota Malang, pada Bulan
kg/cm2, serta membuat batu bata memiliki berat Juli 2014 sampai dengan Bulan Januari 2015.
lebih ringan.
Metode yang digunakan adalah metode Six 2.1 Langkah – Langkah Penelitian
Sigma yang didukung oleh penerapan fase Metodologi penelitian digambarkan dalam
Define, Measure, Analyse, Improve, dan bentuk langkah – langkah yang akan dilakukan
Control (DMAIC) disertai dengan peneliti yaitu:
menggunakan pendekatan Metode Taguchi. Six 1. Penelitian Pendahuluan
Sigma berfungsi untuk meningkatkan kualitas Pada penelitian pendahuluan dilakukan studi
proses produksi dengan mengurangi tingkat pustaka dan studi lapangan. Kemudian
defect pada kualitas atribut maupun kualitas mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
variabel. Penelitian ini difokuskan pada fungsi maka ditetapkan pula tujuan dari pemecahan
six sigma kualitas variabel produk, dikarenakan masalah yang akan dilakukan.
kurangnya perhatian pengrajin terhadap 2. Pengumpulan Data
pentingnya kuat tekan batu bata merah yang Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis
bertujuan untuk mengurangi kerugian karena yaitu data primer dan data sekunder. Data
sifat subyektif yang selalu diterapkan pengrajin primer merupakan data yang diperoleh
sebelumnya. secara langsung dari lapangan, dimana
Pengendalian kualitas yang dilakukan dalam penelitian ini data itu meliputi data
dalam penelitian ini digunakan untuk faktor penyebab ketidaksesuaian kuat tekan
menyelesaikan masalah dalam mencapai batu bata, data komposisi bahan pembuatan
kestabilan proses dan Analisa Kapabilitas batu bata dan data kuat tekan batu bata hasil
Proses (AKP) untuk mengukur keseragaman desain eksperimen dengan Metode Taguchi.
proses dalam menghasilkan produk. Metode Data sekunder merupakan data yang
Taguchi dalam penerapan metode Six Sigma diperoleh melalui riset kepustakaan dan
dirasa sangat sesuai, hal ini dikarenakan metode telah hasil penelitian sejenis yang pernah
Taguchi merupakan sebuah metodologi dalam dilakukan, dimana dalam penelitian ini data
bidang teknik yang bertujuan untuk itu meliputi data waktu produksi pada Bulan
memperbaiki kualitas produk dan proses serta Juli hingga Agustus 2014 dan data kuat
menekan biaya dan resources seminimal tekan batu bata.
mungkin dikarenakan metode Taguchi 3. Pengolahan Data
melakukan lebih sedikit eksperimen Pengolahan data pada penelitian ini
dibandingankan eksperimen lain (Belavendram, menggunakan Metode Six Sigma dengan
1995). siklus DMAIC dengan pendekatan Metode
Penggunaan Metode Taguchi dan Six Sigma Taguchi untuk improve proses produksi batu
dengan siklus DMAIC yang dilakukan terhadap bata sehingga dapat meningkatkan kualitas
faktor yang berpengaruh diharapkan mampu kuat tekan produk, selain itu juga
menghasilkan level faktor yang optimal. menggunakan alat pengendalian proses
Sehingga dapat mengetahui apakah kuat tekan statistik dan Analisa Kapabilitas Proses
yang dihasilkan dari adanya penambahan (AKP). Penggunaan analisis Six Sigma pada
serbuk kayu dari hasil gergaji ini dapat sesuai penelitian ini dilakukan sampai pada fase
dengan standar yang telah dimiliki oleh control. Fase Define dilakukan identifikasi
Indonesia, serta membantu untuk mengurangi tujuan Six Sigma dan diagram SIPOC.
kerugian yang didapatkan industri batu bata Sedangkan Fase Measure dilakukan
merah di Cemorokandang, Malang penetapan karakteristik kualitas kunci atau
CTQ (Critical To Quality), menghitung dan
2. Metode Penelitian membuat peta kontrol, dan menghitung
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisa kapabilitas proses yang ditetapkan
eksperimen. Hal ini dikarenakan peneliti akan menggunakan satuan DPMO (Defect Per
melakukan percobaan langsung terhadap objek Million Opportunity) dan level sigma.
penelitian. Objek penelitian ini yaitu Batu Bata Selanjutnya Fase Analyze menggambarkan
Merah Cemorokandang. Penelitian ini diagram sebab akibat untuk menentukan
dilakukan di sentra industri Batu Bata Merah akar
324
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
penyebab masalah dari CTQ. Pada fase 3.1.2 Diagram SIPOC
Improve, dilakukan perbaikan pada Diagram SIPOC digunakan untuk
penyebab defect yang dapat dikendalikan mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan
dengan menggunakan metode Taguchi yang terlibat dalam proses tersebut (Gasperz,
sehingga nantinya diketahui setting level 2002). Proses kunci dalam pembuatan batu
optimal untuk proses produksi. Pada tahap bata Cemorokandang adalah pemilihan bahan
control dilakukan agar penggunaan setting baku dan proses produksi batu bata. Bahan
level optimal dapat meningkatkan kuat tekan baku yang digunakan dalam pembuatan batu
batu bata merah . bata harus memiliki kualitas yang baik. Kualitas
4. Analisa dan Pembahasan tanah liat yang baik adalah tanah yang padat
Pada tahap ini dilakukan analisa dan dan berwarna hitam pekat. Sedangkan pada
pembahasan terhadap hasil penelitian yang proses produksinya diharapkan dapat
telah dilakukan pada subbab sebelumnya meningkatkan kualitas kuat tekan yang
sehingga dapat diketahui apakah hasil dihasilkan dari campuran bahan baku utama
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. yaitu tanah liat dan abu hasil pembakaran tebu
5. Kesimpulan dan Saran dan bahan baku tambahan yaitu serbuk gergaji.
Dari hasil pengolahan data, analisa dan Diagram SIPOC dari proses pembuatan batu
pembahasan yang telah dilakukan, maka bata merah ditampilkan pada Gambar 1.
dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.
Hal ini mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suppliers Inputs Processes Outputs Customers
Tanah liat
3.Hasil dan Pembahasan Pemasok bahan Penimbangan Batu Bata Merah
Abu hasil
baku (tanah liat Cemorokandang
3.1 Fase Define pembakaran
dan serbuk
tebu Pencampuran dan
Pada fase define peneliti mendefinisikan gergaji)
Air pengadukan
dan mendeskripsikan masalah kualitas yang Serbuk Gergaji
dihadapi beserta penentuan tujuan yang ingin Minyak tanah Pencetakan
dicapai. Pada tahap ini juga dilakukan pemetaan Kayu Bakar
solar Pengeringan
terhadap objek penelitian dengan menggunakan
diagram SIPOC untuk mengetahui aliran Pembakaran
produksinya. Berikut langkah – langkah yang
Uji kuat tekan
dilakukan dalam fase Define.
Gambar 1. Diagram SIPOC
3.1.1 Identifikasi Tujuan Six Sigma
Seperti yang telah ditampilkan pada Tabel 3.2 Fase Measure
3 mengenai Jumlah produk batu bata merah, Fase Measure merupakan tahap
jumlah Defect, dan kuat tekan batu bata merah pengukuran terhadap objek penelitian yaitu
pada bulan Juli sampai Agustus 2014, maka, Batu Bata Cemorokandang. Pemeriksaan
tujuan dari penggunaan siklus DMAIC pada dilakukan dari segi kuat tekan batu bata merah
metode Six Sigma di industri batu bata merah pada 25 Hari pada Bulan Juli 2014 sampai
yaitu meningkatkan kualitas kuat tekan batu Agustus 2014.
bata merah yang sesuai dengan Standar Industri
3.2.1 Penetapan CTQ Kunci
Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-
CTQ merupakan karakteristik – karakteristik
0021-78 (Handayani, 2010), yaitu minimal 25
kunci yang dapat menyebabkan cacat pada batu
kg/cm2 dan maksimal 250 kg/cm2. Tujuan ini
bata sehingga tidak memenuhi harapan
memiliki latar belakang yaitu pada
pelanggan atau konsumen CTQ pada penelitian
kenyataannya kuat tekan yang dihasilkan pada
ini ditetapkan berdasarkan Standar Industri
hari ke-5, 6, 7, 10, 11, dan 14 kurang dari 25
Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-
kg/cm2. Hal ini menunjukkan proses produksi
0021-78 (Handayani, 2010). Berdasarkan data
yang dilakukan belum berjalan dengan baik
mengenai kuat tekan batu bata yang telah
oleh pengrajin batu bata Bapak Sugimin.
ditampilkan pada Tabel 3 dengan pertimbangan
Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-0021-78
yang ditampilkan pada Tabel 1., maka CTQ
325
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
kuat tekan yang dimiliki oleh data tersebut adanya faktor – faktor tak terdefinisi yang
berada diantara 25 kg/cm2 sampai 250kg/cm2. memberikan pengaruh terhadap hasil produksi
kuat tekan, seperti cuaca yang tidak tentu pada
proses pengeringan dan pembakaran, serta
kandungan air dalam tanah yang belum
diperhitungkan.
326
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Environment Method Mesin
Material Man
327
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
.Berikut ini langkah – langkah perhitungan ( ̅)=
Analysis of Variance (ANOVA) untuk data
variabel. ( ̅)= = 32,87737
3) Setelah dilakukan perhitungan total kuat
Tabel 5. Hasil Perhitungan Rata-rata Kuat Tekan tekan keseluruhan maka dilakukan
Jumlah Kuadrat Rata – rata.
Ssmean = ̅ (pers.5)
Ssmean = 38913,18
c. Menghitung jumah kuadrat masing – masing
faktor (SSA ,SSB, SSC, SSD). Berikut ini
adalah contoh perhitungan untuk SSA.
(pers.6)
SSA = 16,61
1. Membuat Tabel Respon
d. Menghitung Jumlah Kuadrat Eror (SSe)
Berikut ini adalah contoh perhitungan pada
Tabel Respon. (pers.7)
328
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
6) Menghitung Rho% (Persentase Rasio b. DF (pooled e) = ve + vB (pers.16)
Akhir) pada masing-masing faktor. DF (pooled e) = 27 + 2 = 29
Berikut ini adalah contoh perhitungan c. MSpooled e = (pers.17)
Rho% A.
Rho% A = (pers.14) MSpooled e = = 0,187284116
Berikut ini merupakan hasil perhitungan
Rho% A = ANOVA data variabel setelah dilakukan
= 34,79027409 % pooling.
Tabel 8. ANOVA Pooling
3. Tabel Analysis of Variance (ANOVA)
data Variabel
329
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 9. Hasil Perhitungan Signal Noise to Ratio
A b c D KUAT 1 KUAT 2 KUAT 3 KUAT 4 1/N 1/YI^2 SNR
1 1 1 1 32.95981 33.19696 32.29819 33.23405 0.25 0.0036919230 30.348073576
1 2 2 2 33.24070 33.76793 33.14174 33.73806 0.25 0.0035709784 30.49272767
1 3 3 3 33.09900 32.53000 32.87000 32.37400 0.25 0.0037374697 30.29482306
2 1 3 3 32.41466 32.11430 32.36860 32.60499 0.25 0.0038164666 30.20398524
2 2 2 1 32.59978 32.98854 33.45568 33.71201 0.25 0.0036331949 30.417713
2 3 1 2 35.13328 35.58914 34.68367 35.74759 0.25 0.0032134928 30.95082658
3 1 3 2 32.73700 32.84500 32.00700 32.32500 0.25 0.0037932079 30.2305335
3 2 1 3 32.32810 32.76250 32.13340 33.03376 0.25 0.0037733445 30.2533353
3 3 2 1 31.15400 31.05400 30.64500 30.69800 0.25 0.0041932761 29.79506531
(̅̅̅̅) =
Hasil dari perhitungan tabel respon
disajikan dalam Tabel 10. Maka perhitungan selang kepercayaan
sebagai berikut :
Tabel 10. Tabel Respon Signal Noise to Ratio
(pers.21)
0,346661181
Dari hasil Tabel Respon Signal Noise to Maka selang kepercayaan untuk proses
Ratio tersebut, dipilihlah nilai level faktor optimal :
paling besar pada setiap faktor, hal ini
digunakan sebagai penerapan Signal Noise
Ratio (SNR) pada Larger The Better. Maka
level faktor yang berpengaruh adalah, Faktor A 3.4.4 Eksperimen Konfirmasi
Level 2 (Komposisi 75% Tanah liat : 20% abu Peneliti membuat 100 batu bata dengan
pembakaran tebu : 5% serbuk gergaji), Faktor B menggunakan faktor dan level optimal,
Level 2 (Lama penggilingan 1,5 jam), Faktor C sehingga jumlah sampel batu bata yang akan
Level 1 (Lama pengeringan 3 hari), dan Faktor digunakan dalam eksperimen konfirmasi yaitu
D Level 2 (Posisi pembakaran di tengah). 25 batu bata. Berikut ini adalah hasil
eksperimen konfirmasi dan perhitungan Signal
3.4.3 Perkiraan Kondisi dan Selang Noise to Ratio (SNR) – Larger the Better pada
Kepercayaan Tabel 11.
Berdasarkan hasil dari ANOVA untuk data
variabel, faktor yang berpengaruh dan Tabel 11. Hasil Perhitungan Eksperimen Konfirmasi
mempunyai kontribusi besar untuk dan Signal Noise to Ratio (SNR)
meningkatkan kuat tekan batu bata merah yaitu
A2, C1, dan D2. Berikut ini perhitungan
perkiraan kondisi optimal dan selang
kepercayaan.
1. Perkiraan kondisi optimal dan selang
kepercayaan untuk nilai rata – rata
Noise Ratio (SNR) ( ̅) = 30.33189814
2. Perhitungan selang kepercayaan nilai
prediksi rata – rata ( ̅)
(pers.19)
g/cm2
3. Berikut ini merupakan perhitungan
selang kepercayaan nilai rata – rata
330
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Berikut ini merupakan contoh perhitungan
SNR- Larger the Better rata-rata dari 25
observasi.
( ∑ ) (pers.22)
(
( )
331
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4. Kesimpulan tekan, output batu bata merah yang diuji
Dari hasil penelitian dan pengolahan data hanya pada posisi tengah saja.
dengan metode Six Sigma menggunakan siklus 5. Setelah dilakukan perbaikan dengan
DMAIC dan pendekatan metode Taguchi dapat eksperimen Taguchi terjadi peningkatan
ditarik kesimpulan sebagai berikut: kapabilitas proses, anatar lain nilai
1. Karakteristik kualitas kunci berdasarkan kapabilitas proses, nilai DPMO, dan level
data variabel dari produk batu bata sigma yaitu nilai Cpm bernilai 0,71 yang
didapatkan hasil pada hari produksi ke-5, 6, pada awalnya bernilai 0,49 dan nilai Cpmk
7, 10, 11, dan 14 belum memenuhi batas bernilai 0,79 yang pada awalnya bernilai
spesifikasi menurut Standar Industri 0,04, walaupun nlai proses dan output masih
Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata belum dianggap mampu dan kompetitif
SII-0021-78, yaitu minimal 25 kg/cm2 dan untuk bersaing secara global, tetapi sudah
maksimal 250 kg/cm2. ada peningkatan kapabilitas proses dan
2. Analisa kapabilitas proses dihitung output yang dilakukan. Sedangkan untuk
berdasarkan nilai Kapabilitas Proses, nilai nilai DPMO sebesar 9500 dengan nilai
Defect per Million Opportunity (DPMO), sigma 3,8444, nilai DPMO mengalami
dan nilai level sigma pada hasil pengukuran penurunan dari kondisi aktual dan nilai
kuat tekan batu bata merah. Berdasarkan sigma mengalami peningkatan dari kondisi
hasil penelitian, nilai CPM bernilai 0,49 dan aktual.
Cpmk bernilai 0,04, keduanya memiliki nilai
kurang dari 1, yang dapat diartikan bahwa Daftar Pustaka
proses dan output belum dianggap mampu
dan kompetitif untuk bersaing secara global. Ariani, Dorothea Wahyu. (2004). Pengendalian
Nilai DPMO dan nilai level sigma pada Kualitas Statistik Pendekatan Kuantitatif dalam
kondisi aktual sebesar 45600 dengan level Manajemen Kualitas. Yogyakarta : Penerbit
sigma 3,189. Andi Yogyakarta.
3. Berdasarkan analisis Fish Bone Diagram,
Belavendram, Nicolo. (1995). Quality by
didapatkan hasil bahwa penyebab kuat tekan
Design Taguchi Techniques for Industrial
batu bata merah berada dibawah standar
Experimentation. London : Prentice Hall
adalah aspek komposisi bahan baku (tanah
International (UK) Limited.
liat : abu hasil pembakaran : serbuk gergaji),
lama penggilingan, lama pengeringan, dan Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman
posisi pembakaran. Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi
4. Berdasarkan hasil dari Tabel respon dan dengan ISO 9001:2000, MBNQA & HACCP.
ANOVA untuk data variabel didapatkan Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
setting level optimal dari faktor – faktor Handayani, Sri. (2010). “Kualitas Batu Bata
terkendali, faktor yang memiliki tingkat Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji”.
signifikan tinggi terhadap peningkatan kuat Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. Vol 12
tekan batu bata pada eksperimen ini yaitu No 1. Hlm: 41-50. http:// download.
komposisi bahan baku (75% tanah liat : 20% portalgaruda.org/article.php?article=136745&v
abu hasil pembakaran tebu : 5% serbuk al=5677. Diakses pada 27 Agustus 2014.
gergaji), lama pengeringan selama 3 hari,
dan posisi pembakaran berada ditengah. Hartono, (2011).”Kajian Pemakaian Bata
Sedangkan faktor yang kurang berpengaruh Semen Dengan Agregat Limbah Gergajian
secara signifikan adalah Faktor B level 2 Kayu Sebagai Bahan Dinding Kontruksi
yaitu lama penggilingan 1,5 jam. Faktor Gedung”. Wahana Teknik Sipil. Vol 16 No 2.
optimal tersebut adalah faktor yang Hlm: 87 -95. http:// www. polines. ac.id
digunakan dalam pengujian konfirmasi, /wahana/upload/jurnal/jurnal_wahana_1352918
tetapi dikhususkan untuk proses 067.pdf. Diakses pada 29 Agustus 2014.
pembakaran, dikarenakan belum adanya alat Montgomery, Douglas. C. 2009. Introduction to
pembakaran yang terfokus pada bagian Statistical Quality Control. Sixth Edition.
tengah tungku saja, maka proses United States of America : John Wiley & Sons.
pembakaran tetap dilakukan dengan ketiga Inc.
posisi awal, yaitu posisi bawah, tengah, dan
atas. Akan tetapi untuk pengujian kuat
332