Anda di halaman 1dari 11

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO.

2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENERAPAN SIKLUS DMAIC DENGAN METODE TAGUCHI UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS BATA MERAH DENGAN PENAMBAHAN SERBUK
KAYU (Studi Kasus: Industri Batu Bata Merah, Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan
Kedungkandang, Kota Malang)

IMPLEMENTATION OF DMAIC CYCLE WITH TAGUCHI METHOD TO IMPROVE


QUALITY OF BRICK WITH THE ADDITION OF SAWDUST (The Case Study :
Industrial Centers of Bricks at Cemorokandang, Kedungkandang, Malang)

Gisti Ayu Pratiwi 1), Nasir Widha Setyanto 2), Lalu Tri Wijaya Nata Kusuma 3)
Jurusan Teknik Industri, Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: gisti.srk11@gmail.com1), nazzyr_lin@ub.ac.id2), eltriwijaya@ub.ac.id3)

Abstrak

Industri batu bata merah Cemorokandang memproduksi batu bata merah dengan campuran bahan baku
utama yaitu tanah liat dan abu hasil pembakaran tebu dengan proses produksi secara konvensional.
Permasalahan pada proses produksi batu bata merah Cemorokandang ini adalah kurangnya pengetahuan
mengenai pentingnya kuat tekan batu bata merah dan Standar Nasional Indonesia yaitu SII -0021-78
mengenai kuat tekan batu bata. Selain itu, terdapat permasalahan mengenai pencemaran yang terjadi
dikarenakan limbah serbuk kayu hasil gergaji dari industri mebel di lingkungan sekitar, dan limbahnya
belum dimanfaatkan sampai saat ini. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi dan upaya meningkatkan
kualitas kuat tekan batu bata merah pada produksi batu bata maka diterapkannya Siklus Define, Measure,
Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dengan menggunakan pendekatan metode Taguchi. Berdasarkan
hasil analisis DMAIC, didapatkan hasil bahwa enam hari produksi pada Bulan Juli, kuat tekan batu bata
berada dibawah standar kuat tekan. Berdasarkan hasil eksperimen Taguchi yang dilakukan dengan adanya
kombinasi serbuk gergaji pada komposisi adonan batu bata, maka dihasilkan Setting level optimal yaitu
komposisi bahan baku ( Tanah liat 75% : abu hasil pembakaran tebu 20% : serbuk gergaji 5%), Waktu
Penggiingan selama 1,5 jam, Waktu pengeringan selama 3 hari, dan posisi pembakaran berada ditengah.
Dengan menggunakan setting level optimal tersebut, nilai Defect per Million Opportunity (DPMO)
mengalami penurunan dari 45600 menjadi 9500, lalu peningkatan terjadi pada nilai sigma dari 3,189
menjadi 3,844 dan peningkatan kapabilitas proses (Cpm dan Cpmk).

Kata kunci: Batu Bata, Kuat Tekan, Siklus DMAIC, Metode Taguchi

1. Pendahuluan Cemorokandang memiliki pangsa pasar


Persaingan dalam bidang pemasaran Kelurahan Cemorokandang Kota Malang
produk yang semakin ketat menuntut hingga daerah Tumpang Kabupaten Malang.
perusahaan memberikan yang terbaik bagi Permasalahan yang terjadi pada pengrajin
konsumennya. Kualitas produk merupakan batu bata merah yaitu kurangnya pengetahuan
salah satu kriteria penting bagi konsumen, maka mengenai pentingnya kuat tekan pada batu bata
diperlukan pengendalian dan peningkatan merah dan mengenai Standar Kuat Tekan Batu
kualitas secara terus menerus untuk memenuhi Bata SII-0021-78, sehingga cacat pada produk
harapan konsumen. Hal ini dikarenakan, dianggap tidak bisa digunakan kembali. Untuk
kualitas suatu produk merupakan salah satu mengidentifikasi permasalahan dan
tolak ukur pertimbangan bagi pelanggan dalam meningkatkan kualitas kuat tekan batu bata
memilih dan mengkonsumsi produk dalam pada proses produksi. Menurut salah satu
jangka waktu yang lama. produsen batu bata merah di Cemorokandang,
Industri batu bata merah Cemorokandang menurut Bapak Sugimin selaku pengrajin
adalah salah satu pusat industri batu bata merah mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan
yang berada di Kelurahan Cemorokandang, produk defect pada batu bata merah antara lain
Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang. kurangnya pengetahuan mengenai Standar Kuat
Industri batu bata ini terdiri atas beberapa Tekan Batu Bata SII-0021-78, kurangnya
pengrajin batu bata didaerah sekitar, salah kontrol terhadap bahan baku (tanah liat dan abu
satunya yaitu Bapak Sugimin. Industri batu bata hasil tebu), tidak adanya takaran pasti untuk

322
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
bahan baku, lamanya proses penggilingan Tabel 3. Jumlah Produk Batu Bata Merah, Jumlah
adonan bahan baku, lamanya proses Defect, Kuat Tekan Batu Bata Merah
pengeringan, lamanya proses pembakaran, dan Bulan Juli - Agustus 2014
posisi pembakaran batu bata.
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien
variasi yang diizinkan untuk batu bata dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-0021-


78
Koefisien variasi yang
Kuat Tekan rata-rata
diijinkan dari rata-rata
Minimum dari 30 buah
Kelas kuat tekan bata yang
bata yang diuji
diuji (%)
Kg/cm2 N/mm2
25 25 2,5 25 %
50 50 5 22%
100 100 10 22%
150 150 15 15%
200 200 20 15%
250 250 250 15%
(Sumber : Handayani (2010))
(Sumber: Data Primer Peneliti pada Laboratorium
Teknik Sipil Universitas Brawijaya )
Pada Tabel 1., ditampilkan bahwa kuat tekan
minimum yang harus dimiliki oleh sebuha batu Dari hasil persentase tersebut, terdapat
bata merah adalah sebesar 25 kg/cm2 atau 2,5
beberapa hari dimana kuat tekan tidak mencapai
N/mm2 pada kelas 25 yang artinya memiliki
koefisien variasi yang diijinkan sebesar 25% batas minimum standar yaitu pada hari ke – 5,
dari rata-rata kuat tekan bata yang diuji. 6, 7, 10, 11, dan 14. Hal ini mengakibatkan
Sedangkan untuk modul standar ukuran batu kerugian yang cukup besar yang diterima oleh
bata merah yang sesuai dengan SII-0021-78 pengrajin batu bata merah di Cemorokandang.
akan ditampilkan pada Tabel 2. Menurut Bapak Sugimin, kerugian yang
Tabel 2. Ukuran Modul Batu Bata Merah SII-
diterima sebesar Rp 274.500,00 – Rp
0021-78 500.000,00 per 16 hari (1 bulan produksi
Modul Tebal Lebar Panjang dengan tidak memperhitungkan lama waktu
(mm) (mm) (mm)
M-5a 65 90 190
pengeringan) atau mengalami kerugian dalam
M-5b 65 140 190 proses produksi batu bata merah dalam dua
M-6 50 110 220 sampai tiga hari. Selain itu, dari hasil kuat tekan
(Sumber:Handayani (2010)) batu bata didapatkan rata-rata kuat tekan
sebesar 26,67 kg/cm2, yaitu berada pada kelas
Pada Tabel 2, ditampilkan bahwa terdapat
ukuran modul yang diterapkan pada batu bata 25 dengan kuat tekan minimum 25 kg/cm2.
merah, seperti contoh pada penelitian ini ukuran Hasil ini hanya berada 1,67 kg/cm2 dari kelas
modul yang digunakan adalah Modul M-6 minimum standar kuat tekan SII-0021-78.
dengan tebal sebesar 50 mm, lebar sebesar 110 Selain itu, adanya limbah serbuk kayu
mm, dan panjang sebesar 220 mm. Berikut data hasil gergaji dari industri mebel yang
jumlah produk batu bata merah yang dihasilkan mencemari lingkungan sekitar serta belum
dan data variabel kuat tekan rata-rata pada batu adanya alternatif pemanfaatan dari limbah
bata yang diproduksi industri batu bata merah serbuk kayu tersebut. Maka dari itu, peneliti
di Cemorokandang dapat dilihat pada Tabel 3. mencoba mengkombinasikan serbuk kayu dan
Dari uraian ini diketahui bahwa persentase bahan utama batu bata yaitu tanah liat dan abu
batu bata merah yang mempunyai kualitas hasil pembakaran tebu untuk menciptakan batu
bagus sebesar 94,37%, sedangkan sisanya bata yang diharapkan memiliki kualitas lebih
sebesar 5,63% merupakan persentase cacat baik yang sesuai dengan Standar Industri
produk batu bata merah yang tidak digunakan Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-
atau didaur ulang menjadi batu bata merah 0021-78. Menurut Hartono (2011) dan
mentah kembali. Handayani (2010), serbuk gergaji dapat

323
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
meningkatkan kuat tekan batu bata berkisar Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan
antara 25,72612 kg/cm2 sampai 32,5925 Kedung Kandang, Kota Malang, pada Bulan
kg/cm2, serta membuat batu bata memiliki berat Juli 2014 sampai dengan Bulan Januari 2015.
lebih ringan.
Metode yang digunakan adalah metode Six 2.1 Langkah – Langkah Penelitian
Sigma yang didukung oleh penerapan fase Metodologi penelitian digambarkan dalam
Define, Measure, Analyse, Improve, dan bentuk langkah – langkah yang akan dilakukan
Control (DMAIC) disertai dengan peneliti yaitu:
menggunakan pendekatan Metode Taguchi. Six 1. Penelitian Pendahuluan
Sigma berfungsi untuk meningkatkan kualitas Pada penelitian pendahuluan dilakukan studi
proses produksi dengan mengurangi tingkat pustaka dan studi lapangan. Kemudian
defect pada kualitas atribut maupun kualitas mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
variabel. Penelitian ini difokuskan pada fungsi maka ditetapkan pula tujuan dari pemecahan
six sigma kualitas variabel produk, dikarenakan masalah yang akan dilakukan.
kurangnya perhatian pengrajin terhadap 2. Pengumpulan Data
pentingnya kuat tekan batu bata merah yang Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis
bertujuan untuk mengurangi kerugian karena yaitu data primer dan data sekunder. Data
sifat subyektif yang selalu diterapkan pengrajin primer merupakan data yang diperoleh
sebelumnya. secara langsung dari lapangan, dimana
Pengendalian kualitas yang dilakukan dalam penelitian ini data itu meliputi data
dalam penelitian ini digunakan untuk faktor penyebab ketidaksesuaian kuat tekan
menyelesaikan masalah dalam mencapai batu bata, data komposisi bahan pembuatan
kestabilan proses dan Analisa Kapabilitas batu bata dan data kuat tekan batu bata hasil
Proses (AKP) untuk mengukur keseragaman desain eksperimen dengan Metode Taguchi.
proses dalam menghasilkan produk. Metode Data sekunder merupakan data yang
Taguchi dalam penerapan metode Six Sigma diperoleh melalui riset kepustakaan dan
dirasa sangat sesuai, hal ini dikarenakan metode telah hasil penelitian sejenis yang pernah
Taguchi merupakan sebuah metodologi dalam dilakukan, dimana dalam penelitian ini data
bidang teknik yang bertujuan untuk itu meliputi data waktu produksi pada Bulan
memperbaiki kualitas produk dan proses serta Juli hingga Agustus 2014 dan data kuat
menekan biaya dan resources seminimal tekan batu bata.
mungkin dikarenakan metode Taguchi 3. Pengolahan Data
melakukan lebih sedikit eksperimen Pengolahan data pada penelitian ini
dibandingankan eksperimen lain (Belavendram, menggunakan Metode Six Sigma dengan
1995). siklus DMAIC dengan pendekatan Metode
Penggunaan Metode Taguchi dan Six Sigma Taguchi untuk improve proses produksi batu
dengan siklus DMAIC yang dilakukan terhadap bata sehingga dapat meningkatkan kualitas
faktor yang berpengaruh diharapkan mampu kuat tekan produk, selain itu juga
menghasilkan level faktor yang optimal. menggunakan alat pengendalian proses
Sehingga dapat mengetahui apakah kuat tekan statistik dan Analisa Kapabilitas Proses
yang dihasilkan dari adanya penambahan (AKP). Penggunaan analisis Six Sigma pada
serbuk kayu dari hasil gergaji ini dapat sesuai penelitian ini dilakukan sampai pada fase
dengan standar yang telah dimiliki oleh control. Fase Define dilakukan identifikasi
Indonesia, serta membantu untuk mengurangi tujuan Six Sigma dan diagram SIPOC.
kerugian yang didapatkan industri batu bata Sedangkan Fase Measure dilakukan
merah di Cemorokandang, Malang penetapan karakteristik kualitas kunci atau
CTQ (Critical To Quality), menghitung dan
2. Metode Penelitian membuat peta kontrol, dan menghitung
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisa kapabilitas proses yang ditetapkan
eksperimen. Hal ini dikarenakan peneliti akan menggunakan satuan DPMO (Defect Per
melakukan percobaan langsung terhadap objek Million Opportunity) dan level sigma.
penelitian. Objek penelitian ini yaitu Batu Bata Selanjutnya Fase Analyze menggambarkan
Merah Cemorokandang. Penelitian ini diagram sebab akibat untuk menentukan
dilakukan di sentra industri Batu Bata Merah akar

324
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
penyebab masalah dari CTQ. Pada fase 3.1.2 Diagram SIPOC
Improve, dilakukan perbaikan pada Diagram SIPOC digunakan untuk
penyebab defect yang dapat dikendalikan mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan
dengan menggunakan metode Taguchi yang terlibat dalam proses tersebut (Gasperz,
sehingga nantinya diketahui setting level 2002). Proses kunci dalam pembuatan batu
optimal untuk proses produksi. Pada tahap bata Cemorokandang adalah pemilihan bahan
control dilakukan agar penggunaan setting baku dan proses produksi batu bata. Bahan
level optimal dapat meningkatkan kuat tekan baku yang digunakan dalam pembuatan batu
batu bata merah . bata harus memiliki kualitas yang baik. Kualitas
4. Analisa dan Pembahasan tanah liat yang baik adalah tanah yang padat
Pada tahap ini dilakukan analisa dan dan berwarna hitam pekat. Sedangkan pada
pembahasan terhadap hasil penelitian yang proses produksinya diharapkan dapat
telah dilakukan pada subbab sebelumnya meningkatkan kualitas kuat tekan yang
sehingga dapat diketahui apakah hasil dihasilkan dari campuran bahan baku utama
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. yaitu tanah liat dan abu hasil pembakaran tebu
5. Kesimpulan dan Saran dan bahan baku tambahan yaitu serbuk gergaji.
Dari hasil pengolahan data, analisa dan Diagram SIPOC dari proses pembuatan batu
pembahasan yang telah dilakukan, maka bata merah ditampilkan pada Gambar 1.
dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.
Hal ini mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suppliers Inputs Processes Outputs Customers
 Tanah liat
3.Hasil dan Pembahasan  Pemasok bahan  Penimbangan  Batu Bata Merah
 Abu hasil
baku (tanah liat Cemorokandang
3.1 Fase Define pembakaran
dan serbuk
tebu  Pencampuran dan
Pada fase define peneliti mendefinisikan gergaji)
 Air pengadukan
dan mendeskripsikan masalah kualitas yang  Serbuk Gergaji
dihadapi beserta penentuan tujuan yang ingin  Minyak tanah  Pencetakan
dicapai. Pada tahap ini juga dilakukan pemetaan  Kayu Bakar
 solar  Pengeringan
terhadap objek penelitian dengan menggunakan
diagram SIPOC untuk mengetahui aliran  Pembakaran
produksinya. Berikut langkah – langkah yang
 Uji kuat tekan
dilakukan dalam fase Define.
Gambar 1. Diagram SIPOC
3.1.1 Identifikasi Tujuan Six Sigma
Seperti yang telah ditampilkan pada Tabel 3.2 Fase Measure
3 mengenai Jumlah produk batu bata merah, Fase Measure merupakan tahap
jumlah Defect, dan kuat tekan batu bata merah pengukuran terhadap objek penelitian yaitu
pada bulan Juli sampai Agustus 2014, maka, Batu Bata Cemorokandang. Pemeriksaan
tujuan dari penggunaan siklus DMAIC pada dilakukan dari segi kuat tekan batu bata merah
metode Six Sigma di industri batu bata merah pada 25 Hari pada Bulan Juli 2014 sampai
yaitu meningkatkan kualitas kuat tekan batu Agustus 2014.
bata merah yang sesuai dengan Standar Industri
3.2.1 Penetapan CTQ Kunci
Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-
CTQ merupakan karakteristik – karakteristik
0021-78 (Handayani, 2010), yaitu minimal 25
kunci yang dapat menyebabkan cacat pada batu
kg/cm2 dan maksimal 250 kg/cm2. Tujuan ini
bata sehingga tidak memenuhi harapan
memiliki latar belakang yaitu pada
pelanggan atau konsumen CTQ pada penelitian
kenyataannya kuat tekan yang dihasilkan pada
ini ditetapkan berdasarkan Standar Industri
hari ke-5, 6, 7, 10, 11, dan 14 kurang dari 25
Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-
kg/cm2. Hal ini menunjukkan proses produksi
0021-78 (Handayani, 2010). Berdasarkan data
yang dilakukan belum berjalan dengan baik
mengenai kuat tekan batu bata yang telah
oleh pengrajin batu bata Bapak Sugimin.
ditampilkan pada Tabel 3 dengan pertimbangan
Standar Kuat Tekan Batu Bata SII-0021-78
yang ditampilkan pada Tabel 1., maka CTQ

325
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
kuat tekan yang dimiliki oleh data tersebut adanya faktor – faktor tak terdefinisi yang
berada diantara 25 kg/cm2 sampai 250kg/cm2. memberikan pengaruh terhadap hasil produksi
kuat tekan, seperti cuaca yang tidak tentu pada
proses pengeringan dan pembakaran, serta
kandungan air dalam tanah yang belum
diperhitungkan.

Gambar 2. Grafik Standar Industri Batu Bata Bulan


Juli sampai Agustus 2014
Gambar 4. Peta Kontrol R
3.2.2 Pengukuran Performa Produk Batu
Bata Merah Dari hasil pemetaan menggunakan peta kontrol
Pengukuran performa pada produk batu R, tidak ada nilai range yang keluar dari batas
bata merah meliputi pengendalian kualitas kontrol atas dan batas kontrol bawah dari hasil
proses statistik untuk data variabel dan perhitungan peta R diatas.
pengukuran tingkat performa sekarang.
b. Pengukuran Baseline Performance
a. Pengendalian Kualitas Proses Statistik Peningkatan kualitas Six Sigma yang
Data Variabel ditetapkan akan berfokus pada upaya - upaya
Pengukuran performa yang pertama yaitu giat dalam peningkatan kualitas menuju
dengan melakukan pengendalian kualitas proses kegagalan nol (zero defect) sehingga
statistik untuk data variabel. Penelitian ini memberikan kepuasan total (100%) kepada
menggunakan X- Chart dan R-Chart untuk pelanggan (Gasperz, 2002), maka sebelum
mengetahui rata-rata kuat tekan dan range suatu proyek Six Sigma dimulai, langkah yang
(jangkauan) yang dihasilkan dari pengukuran harus dilakukan yaitu harus mengetahui tingkat
kuat tekan batu bata tersebut. Peta pengendali peforma sekarang baseline peforma. Baseline
rata-rata merupakan peta pengendali untuk peforma dalam Six sigma yaitu melakukan
melihat apakah proses masih berada dalam penghitungan analisa kapabilitas proses yang
batas pengendalian atau tidak (Ariani, 2004). ditetapkan menggunakan satuan pengukuran
Selain itu peta pengendalian rata-rata DPMO (Defect per Million Opportunity) dan
menunjukkan apakah rata-rata yang dihasilkan tingkat kapabilitas sigma (sigma level)
oleh produk sesuai dengan standar berdasarkan Six Sigma Motorola.
pengendalian yang digunakan perusahaan atau 1. Perhitungan DPMO
tidak. Setelah dilakukan pengolahan data, lalu USL = 250
dilanjutkan dengan membuat peta kontrol X LSL = 25
dan R sesuai dengan batas kontrol dan batas
(pers.1)
spesifikasi untuk X-chart.
1. Peta kontrol X dengan batas kontrol DPMO = 45600
2. Perhitungan nilai sigma dengan
menggunakan tabel
Nilai DPMO = 45600
Didapatkan nilai DPMO yang mendekati
adalah 45514 dengan nilai sigma sebesar
3,19 dan 46479 dengan nilai sigma sebesar
3,18. Maka hasil interpolasi nilai sigma,
Gambar 3. Peta Kontrol X yaitu :
Berdasarkan peta control X terdapat beberapa
hari produksi yang memiliki kuat tekan kurang
dari 25 kg/cm2. Hal ini terjadi dikarenakan

326
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Environment Method Mesin

Tempat penggilingan dan Lama penggilingan


Lama pembakaran
pencetakan di lantai Poros mesin rolling aus Mesin tidak
(kotor) pernah Tidak sesuainya
Sinar matahari kuat tekan batu
Pergantian cuaca tidak pasti Lama pengeringan Posisi pembakaran dibersihkan
bata merah
yang tidak pasti
dengan Standar
Nasional Kuat
Tekan Batu Bata
Tidak ada standart menurut SII-
komposisi material Tidak ada aturan
Cetakan yang kurang Kurangnya khusus untuk 0021-78
Keadaan tanah liat jumlah karyawan pekerja
yang tidak tentu Mesin penggiling
(lembab/kering) yang kurang

Material Man

Gambar 5. Fish Bone Diagram

perbaikan proses menggunakan metode


Taguchi untuk mendapatkan setting level
optimal sehingga dapat memenuhi atau
melebihi tujuan dari proyek Six Sigma. Berikut
ini adalah langkah – langkah pada fase Improve.
Untuk penetapan karakteristik kualitas kuat
3. Perhitungan Cpm tekan batu bata hasil eksperimen diharapkan
Dikarenakan pelanggan hanya fokus yaitu Larger the Better yaitu semakin besar
terhadap batas minimu kuat tekan, maka kuat tekan maka semakin baik kualitas batu
perhitungan Cpm hanya menggunakan bata tersebut. Penetapan level faktor pada
Least Spesification Limit (LSL) atau batas penelitian ditampilkan pada Tabel 4.
spesifikasi bawah saja.
T = 30 (keinginan perusahaan) Tabel 4. Level Faktor yang Berpengaruh
Faktor yang Level Faktor
(pers.2) berpengaruh 1 2 3
( ) * √( ) Rasio Tanah Liat : 75% : 75% : 75% :
4. abu tebu : serbuk 25 % 20% : 15% :
4. Perhitungan Cpmk gergaji 5% 10%
Lama penggilingan 1 jam 1,5 jam 2 jam
= 0,04 Lama pengeringan 3 hari 4 hari 5 hari
√ * +
Posisi pembakaran Lapisan Lapisan Lapisan
Atas Tengah Bawah
3.3 Fase Analyze
Fase analyze bertujuan untuk menguji data Jumlah eksperimen yang harus dibuat sesuai
yang dikumpulkan pada fase measure untuk dengan orthogonal array L9 (34) adalah 9 kali
menentukan daftar prioritas dari sumber variasi eksperimen dan setiap eksperimen memiliki
dan akar penyebab kegagalan atau cacat. beberapa kali replikasi. Menurut Montgommery
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini (2009 : 231), jumlah trial yang digunakan
diagram sebab akibat yang menyebabkan dalam setiap subgroup yaitu antara 3 hingga 5,
variasi pada proses produksi batu bata merah sehingga diputuskan untuk melakukan 4 kali
pada CTQ yang ditampilkan pada Gambar 6. trial dalam setiap eksperimennya dengan total
Dari hasil keseluruhan analisa fishbone diagram keseuruhan data berjumlah 36.
didapatkan bahwa faktor yang dianggap paling
dominan dan berpengaruh terhadap peningkatan 3.4.1 Perhitungan Analysis of Variance
kualitas kuat tekan batu bata merah adalah (ANOVA) untuk Data Variabel
Lama penggilingan, Lama pengeringan, Posisi Metode Taguchi menggunakan Analysis of
Pembakaran, dan Komposisi bahan baku. Variance (ANOVA) data variabel bertujuan
untuk mencari faktor – faktor yang
3.4 Fase Improve mempengaruhi nilai respon. Analysis of
Fase Improve dilakukan untuk melakukan Variance (ANOVA) merupakan metode yang
tindakan perbaikan dalam rangka digunakan untuk mencari setting level optimal
mengoptimalisasikan proses. Pada penelitian guna meminimalkan penyimpangan variansi

327
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
.Berikut ini langkah – langkah perhitungan ( ̅)=
Analysis of Variance (ANOVA) untuk data
variabel. ( ̅)= = 32,87737
3) Setelah dilakukan perhitungan total kuat
Tabel 5. Hasil Perhitungan Rata-rata Kuat Tekan tekan keseluruhan maka dilakukan
Jumlah Kuadrat Rata – rata.
Ssmean = ̅ (pers.5)
Ssmean = 38913,18
c. Menghitung jumah kuadrat masing – masing
faktor (SSA ,SSB, SSC, SSD). Berikut ini
adalah contoh perhitungan untuk SSA.
(pers.6)

SSA = 16,61
1. Membuat Tabel Respon
d. Menghitung Jumlah Kuadrat Eror (SSe)
Berikut ini adalah contoh perhitungan pada
Tabel Respon. (pers.7)

(pers.3) SSe = 3,89


( )
(̅̅̅̅) = e. Membuat Tabel ANOVA
1) Menghitung Derajad Kebebasan Faktor
(̅̅̅̅) = 33,03753679
VA = (number of levels – 1) (pers.8)
Hasil dari perhitungan tabel respon
VA = (3 – 1) = 2
disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.
Begitupula dengan derajad kebebasan B,
Tabel 6. Hasil Perhitungan Tabel Respon C, dan D.
Faktor A B C D 2) Menghitung Derajad Kebebasan Total
1 33.037 32.592 33.592 32.333 (pers.9)
2 33.617 33.075 32.245 33.746 ( )
3 31.977 32.965 32.795 32.553 3) Menghitung Rata-rata Jumlah Kuadrat
diff 1.641 0.483 1.347 1.413 (MS)
rank 1 4 3 2 Berikut ini adalah contoh perhitungan
Dari perhitungan tabel respon berikut, Rata - rata Jumlah Kuadrat A
didapatkan hasil bahwa level faktor yang
MSA = (pers.10)
berpengaruh adalah, Faktor A Level 2
(Komposisi 75% Tanah liat : 20% abu MSA = = 8,30744513
pembakaran tebu : 5% serbuk gergaji), Faktor B 4) Menghitung Rasio (F-Ratio)
Level 2 (Lama penggilingan 1,5 jam), Faktor C Berikut ini adalah contoh perhitungan
Level 1 (Lama pengeringan 3 hari), dan Faktor Rasio (F-Ratio) A.
D Level 2 (Posisi pembakaran di tengah).
F ratio A = (pers.11)
2. Mengolah data ANOVA F ratio A = =
a. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (ST) 5) Mengitung SS’ Pada masing-masing
SST = ∑ (pers.4) faktor
SST = 33,03752 +32,59212 + + …… + Berikut ini adalah contoh perhitungan
31,97682 + 32.96482 SSA’.
SST = 38960,11
b. Menghitung jumlah rata – rata kuadrat (pers.12)
(SSmean)
1) Total kuat tekan keseluruhan = SSA’= 16,32648
33,3753679+32,59213013 + …… + Berikut ini adalah perhitungan SS’ eror.
31,97689691 + 32.96480683 (pers.13)
Total kuat tekan keseluruhan = SSe’ = 46,92827633 – (16,32648 +
1183,585446 1,249232 + 10,712 + 13,59332)
2) Rata – rata kuat tekan seluruhnya SSe’ = 5,04725

328
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
6) Menghitung Rho% (Persentase Rasio b. DF (pooled e) = ve + vB (pers.16)
Akhir) pada masing-masing faktor. DF (pooled e) = 27 + 2 = 29
Berikut ini adalah contoh perhitungan c. MSpooled e = (pers.17)
Rho% A.
Rho% A = (pers.14) MSpooled e = = 0,187284116
Berikut ini merupakan hasil perhitungan
Rho% A = ANOVA data variabel setelah dilakukan
= 34,79027409 % pooling.
Tabel 8. ANOVA Pooling
3. Tabel Analysis of Variance (ANOVA)
data Variabel

Tabel 7. Analysis of Variance (ANOVA)

Dari hasil pooling didapatkan bahwa, faktor-


faktor yang mampu memberikan kontribusi
paling besar dalam meningkatkan kuat tekan
Dari Tabel 7 Analysis of Variance untuk batu bata merah adalah faktor A (komposisi
data variabel diketahui bahwa dari seluruh tanah liat : abu hasil pembakaran : serbuk
faktor memiliki nilai F-ratio ≥ F-tabel (F0,05(2 gergaji), faktor C (lama pengeringan) dan D
; 27) = 3,35), hal ini dapat diartikan bahwa (posisi pembakaran), namun sebenarnya faktor
seluruh faktor memiliki pengaruh terhadap B (lama penggilingan) juga memiliki pengaruh
peningkatan kualitas kuat tekan batu bata. dan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
Sedangkan untuk nilai % Ratio (persen kuat tekan, tetapi nilainya lebih kecil
kontribusi) didapatkan hasil bahwa faktor yang dibandingkan dengan faktor lain.
memiliki persen kontribusi terbesar yaitu faktor
A (komposisi tanah liat : abu sisa tebu : serbuk 3.4.2 Perhitungan Nilai Signal Noise to
kayu) sebesar 34,79027409 % dan faktor yang Ratio (SNR)
memiliki tingkat persen kontribusi paling Perhitungan nilai Signal to Noise to Ratio
rendah dengan nilai yaitu 2,662002862% yaitu (SNR) bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor B (lama penggilingan). Dari penjabaran faktor mana saja yang mempengaruhi nilai
tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang variansi pada eksperimen ini. SNR yang
memiliki pengaruh signifikan yang besar yaitu digunakan pada penelitian ini yaitu SNR –
Faktor A (komposisi tanah liat : abu sisa tebu : Larger the Better yang memiliki karakteristik
serbuk kayu), C (lama waktu pengeringan) dan semakin besar semakin baik. Berikut ini adalah
D (posisi pembakaran) , sedangkan untuk faktor langkah – langkah pengujian ANOVA Signal
B (lama penggilingan) memiliki pengaruh yang Noise to Ratio (SNR).
kecil terhadap peningkatan kualitas kuat tekan. 1. Perhitungan Signal Noise to Ratio (SNR)
Masing – masing Eksperimen
4. Pooling up Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk
Pooling dilakukan pada faktor B eksperimen pertama pada Signal Noise to Ratio
dikarenakan memiliki nilai yang lebih rendah (SNR).
dibandingkan semua faktor, maka dilakukan
( ∑ ) (pers.18)
pooling up untuk faktor ini. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui faktor mana yang paling
signifikan dan berpengaruh paling besar
terhadap kuat tekan batu bata. Berikut ini 30.348073576
adalah perhitungan untuk pooling up faktor B.
a. SS (pooled e) = Se + SSB (pers.15) Hasil dari perhitungan SNR ditampilkan pada
SS (pooled e) = 3,89 + 1,537646355 Tabel 9.
SS (pooled e) = 5,43123935

329
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tabel 9. Hasil Perhitungan Signal Noise to Ratio
A b c D KUAT 1 KUAT 2 KUAT 3 KUAT 4 1/N 1/YI^2 SNR
1 1 1 1 32.95981 33.19696 32.29819 33.23405 0.25 0.0036919230 30.348073576
1 2 2 2 33.24070 33.76793 33.14174 33.73806 0.25 0.0035709784 30.49272767
1 3 3 3 33.09900 32.53000 32.87000 32.37400 0.25 0.0037374697 30.29482306
2 1 3 3 32.41466 32.11430 32.36860 32.60499 0.25 0.0038164666 30.20398524
2 2 2 1 32.59978 32.98854 33.45568 33.71201 0.25 0.0036331949 30.417713
2 3 1 2 35.13328 35.58914 34.68367 35.74759 0.25 0.0032134928 30.95082658
3 1 3 2 32.73700 32.84500 32.00700 32.32500 0.25 0.0037932079 30.2305335
3 2 1 3 32.32810 32.76250 32.13340 33.03376 0.25 0.0037733445 30.2533353
3 3 2 1 31.15400 31.05400 30.64500 30.69800 0.25 0.0041932761 29.79506531

1. Membuat Tabel Respon Signal Noise Ratio


(SNR) (pers.20)

(̅̅̅̅) =
Hasil dari perhitungan tabel respon
disajikan dalam Tabel 10. Maka perhitungan selang kepercayaan
sebagai berikut :
Tabel 10. Tabel Respon Signal Noise to Ratio
(pers.21)

0,346661181
Dari hasil Tabel Respon Signal Noise to Maka selang kepercayaan untuk proses
Ratio tersebut, dipilihlah nilai level faktor optimal :
paling besar pada setiap faktor, hal ini
digunakan sebagai penerapan Signal Noise
Ratio (SNR) pada Larger The Better. Maka
level faktor yang berpengaruh adalah, Faktor A 3.4.4 Eksperimen Konfirmasi
Level 2 (Komposisi 75% Tanah liat : 20% abu Peneliti membuat 100 batu bata dengan
pembakaran tebu : 5% serbuk gergaji), Faktor B menggunakan faktor dan level optimal,
Level 2 (Lama penggilingan 1,5 jam), Faktor C sehingga jumlah sampel batu bata yang akan
Level 1 (Lama pengeringan 3 hari), dan Faktor digunakan dalam eksperimen konfirmasi yaitu
D Level 2 (Posisi pembakaran di tengah). 25 batu bata. Berikut ini adalah hasil
eksperimen konfirmasi dan perhitungan Signal
3.4.3 Perkiraan Kondisi dan Selang Noise to Ratio (SNR) – Larger the Better pada
Kepercayaan Tabel 11.
Berdasarkan hasil dari ANOVA untuk data
variabel, faktor yang berpengaruh dan Tabel 11. Hasil Perhitungan Eksperimen Konfirmasi
mempunyai kontribusi besar untuk dan Signal Noise to Ratio (SNR)
meningkatkan kuat tekan batu bata merah yaitu
A2, C1, dan D2. Berikut ini perhitungan
perkiraan kondisi optimal dan selang
kepercayaan.
1. Perkiraan kondisi optimal dan selang
kepercayaan untuk nilai rata – rata
Noise Ratio (SNR) ( ̅) = 30.33189814
2. Perhitungan selang kepercayaan nilai
prediksi rata – rata ( ̅)
(pers.19)
g/cm2
3. Berikut ini merupakan perhitungan
selang kepercayaan nilai rata – rata

330
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Berikut ini merupakan contoh perhitungan
SNR- Larger the Better rata-rata dari 25
observasi.
( ∑ ) (pers.22)
(
( )

Maka, nilai rata-rata untuk SNR- Larger the


Better adalah sebesar kg/cm2.
Gambar 8. X-Chart Batu Bata Merah Uji
Konfirmasi
3.4.5 Selang Kepercayaan Eksperimen
Konfirmasi 2. Peta Kontrol R (R-Chart) Uji Konfirmasi
Seperti pada kondisi optimal, tujuan selang Berikut ini adalah R chart batu bata merah
kepercayaan eksperimen konfirmasi yaitu untuk setelah dilakukannya pengujian Taguchi akan
membuat suatu perkiraan dari level-level faktor. disajikan pada Gambar 9.

Maka selang kepercayaan untuk proses optimal


:

PERBANDINGAN SELANG KEPERCAYAAN


BATU BATA MERAH CEMOROKANDANG Gambar 9. R-Chart Batu Bata Merah Uji
Konfirmasi
30,58915855 31,28248091

3.5.1 Baseline Performa Proses Eksperimen


Konfrimasi
29,654786 31,644089 Pada Tabel 12 menyajikan Tabel
KONFIRMASI
Perbandingan Nilai DPMO dan nilai sigma
pada kondisi aktual dan Kondisi Optimal.
PREDICTED
Tabel 12. Tabel Perbandingan Nilai DPMO dan
Gambar 7 Perbandingan Selang Kepercayaan Nilai Sigma Pada Kondisi Aktual dan
Optimal dan Eksperimen Konfirmasi Kondisi Optimal
Sebelum fase Setelah fase
Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa Improve Improve
hasil eksperimen konfirmasi untuk nilai rata- DPMO 45600 9500
rata dapat diterima dengan per timbangan Sigma 3,189 3,8444
selang kepercayaan karena pada gambar diatas
menjelaskan bahwa hasil dari eksperimen Tabel 13 menampilkan tabel perbandingan
konfirmasi masih berada dalam interval hasil nilai Kapabilitas Proses (Cpm dan Cpmk) pada
optimal. sebelum fase Imrprove dan sesudah Fase
Improve.
3.5 Fase Control
Berikut ini adalah X chart dan R-chart batu Tabel 13. Tabel Perbandingan NIlai Cpm dan Cpmk
bata merah setelah dilakukannya pengujian Sebelum dan sesudah Fase Improve
Sebelum fase Setelah fase Improve
Taguchi yang disajikan pada Gambar 7. dan Improve
Gambar 8. Cpm 0,49 0,71
1. Peta Kontrol X (X-Chart) Uji Konfirmasi Cpmk 0,04 0,77
Berikut ini adalah peta kontrol X (X-chart)
yang disajikan pada Gambar 8.

331
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 2
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4. Kesimpulan tekan, output batu bata merah yang diuji
Dari hasil penelitian dan pengolahan data hanya pada posisi tengah saja.
dengan metode Six Sigma menggunakan siklus 5. Setelah dilakukan perbaikan dengan
DMAIC dan pendekatan metode Taguchi dapat eksperimen Taguchi terjadi peningkatan
ditarik kesimpulan sebagai berikut: kapabilitas proses, anatar lain nilai
1. Karakteristik kualitas kunci berdasarkan kapabilitas proses, nilai DPMO, dan level
data variabel dari produk batu bata sigma yaitu nilai Cpm bernilai 0,71 yang
didapatkan hasil pada hari produksi ke-5, 6, pada awalnya bernilai 0,49 dan nilai Cpmk
7, 10, 11, dan 14 belum memenuhi batas bernilai 0,79 yang pada awalnya bernilai
spesifikasi menurut Standar Industri 0,04, walaupun nlai proses dan output masih
Indonesia Standar Kuat Tekan Batu Bata belum dianggap mampu dan kompetitif
SII-0021-78, yaitu minimal 25 kg/cm2 dan untuk bersaing secara global, tetapi sudah
maksimal 250 kg/cm2. ada peningkatan kapabilitas proses dan
2. Analisa kapabilitas proses dihitung output yang dilakukan. Sedangkan untuk
berdasarkan nilai Kapabilitas Proses, nilai nilai DPMO sebesar 9500 dengan nilai
Defect per Million Opportunity (DPMO), sigma 3,8444, nilai DPMO mengalami
dan nilai level sigma pada hasil pengukuran penurunan dari kondisi aktual dan nilai
kuat tekan batu bata merah. Berdasarkan sigma mengalami peningkatan dari kondisi
hasil penelitian, nilai CPM bernilai 0,49 dan aktual.
Cpmk bernilai 0,04, keduanya memiliki nilai
kurang dari 1, yang dapat diartikan bahwa Daftar Pustaka
proses dan output belum dianggap mampu
dan kompetitif untuk bersaing secara global. Ariani, Dorothea Wahyu. (2004). Pengendalian
Nilai DPMO dan nilai level sigma pada Kualitas Statistik Pendekatan Kuantitatif dalam
kondisi aktual sebesar 45600 dengan level Manajemen Kualitas. Yogyakarta : Penerbit
sigma 3,189. Andi Yogyakarta.
3. Berdasarkan analisis Fish Bone Diagram,
Belavendram, Nicolo. (1995). Quality by
didapatkan hasil bahwa penyebab kuat tekan
Design Taguchi Techniques for Industrial
batu bata merah berada dibawah standar
Experimentation. London : Prentice Hall
adalah aspek komposisi bahan baku (tanah
International (UK) Limited.
liat : abu hasil pembakaran : serbuk gergaji),
lama penggilingan, lama pengeringan, dan Gaspersz, Vincent. (2002). Pedoman
posisi pembakaran. Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi
4. Berdasarkan hasil dari Tabel respon dan dengan ISO 9001:2000, MBNQA & HACCP.
ANOVA untuk data variabel didapatkan Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
setting level optimal dari faktor – faktor Handayani, Sri. (2010). “Kualitas Batu Bata
terkendali, faktor yang memiliki tingkat Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji”.
signifikan tinggi terhadap peningkatan kuat Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. Vol 12
tekan batu bata pada eksperimen ini yaitu No 1. Hlm: 41-50. http:// download.
komposisi bahan baku (75% tanah liat : 20% portalgaruda.org/article.php?article=136745&v
abu hasil pembakaran tebu : 5% serbuk al=5677. Diakses pada 27 Agustus 2014.
gergaji), lama pengeringan selama 3 hari,
dan posisi pembakaran berada ditengah. Hartono, (2011).”Kajian Pemakaian Bata
Sedangkan faktor yang kurang berpengaruh Semen Dengan Agregat Limbah Gergajian
secara signifikan adalah Faktor B level 2 Kayu Sebagai Bahan Dinding Kontruksi
yaitu lama penggilingan 1,5 jam. Faktor Gedung”. Wahana Teknik Sipil. Vol 16 No 2.
optimal tersebut adalah faktor yang Hlm: 87 -95. http:// www. polines. ac.id
digunakan dalam pengujian konfirmasi, /wahana/upload/jurnal/jurnal_wahana_1352918
tetapi dikhususkan untuk proses 067.pdf. Diakses pada 29 Agustus 2014.
pembakaran, dikarenakan belum adanya alat Montgomery, Douglas. C. 2009. Introduction to
pembakaran yang terfokus pada bagian Statistical Quality Control. Sixth Edition.
tengah tungku saja, maka proses United States of America : John Wiley & Sons.
pembakaran tetap dilakukan dengan ketiga Inc.
posisi awal, yaitu posisi bawah, tengah, dan
atas. Akan tetapi untuk pengujian kuat

332

Anda mungkin juga menyukai