Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Kewarisan
OLEH :
KELOMPOK 3
DOSEN PENGAMPU :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat
Inayah Taufik dan hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
“Hukum Kewarisan” ini dengan Tema “Pertalian Kewarisan” dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca di dalam pendidikan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih kurang.Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberi
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warisan atau kewarisan yang sudah populer dalam bahasa Indonesia merupakan
kata yang diambil dari bahasa Arab ورث- یرث- ارثاyang artinya mewarisi. Atau dari kata
ورث- یرث- ورثا- وراثھyang berarti berpindahnya hartasi fulan (mempusakai harta si fulan).
Secara istilah ilmu waris adalah ilmu yang mempelajari tentang proses
perpindahan harta pusaka peninggalan si mayit kepada ahli warisnya. Warits adalah orang
yang mewarisi. Muwarrits adalah orang yang memberikan waris(mayit). Al-Irts adalah
harta warisan yang siap dibagi. Warasah adalah hartawarisan yang telah diterima oleh ahli
waris. Tirkah adalah semua hartapeninggalan orang yang meninggal.
Pembagian harta warisan secara adil sesuai aturan hukum yang berlaku merupakan
hal utama dalam proses pewarisan. Keselarasan, kerukunan, dan kedamaian merupakan
hal terpenting yang harus mampu dijalankan. Kesepakatan dalam musyawarah merupakan
suatu nilai dasar kebersamaan dalam kehidupan keluarga yang harus dikedepankan.
Kebersamaan tanpa harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta
warisan merupakan hal terpenting, karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan
kekeluargaan seharusnya mampu menjadi pijakan tanpa harus mengedepankan ego dan
kepentingan masing-masing pihak. Secara sederhana pewaris dapat diartikan sebagai
seorang peninggal warisan yang pada waktu wafatnya meninggalkan harta kekayaan pada
orang yang masih hidup. Sedangkan ahli waris adalah anggota keluarga orang yang
meninggal dunia yang menggantikan kedudukan pewaris dalam bidang hukum kekayaan
karena meninggalnya pewaris. Pengertian warisan sendiri adalah soal apakah dan
bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia
meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Hukum Waris sendiri
adalah hukum yang mengaturtentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan
seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli waris.
4
B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian dan Sumber Hukum kewarisan
B. Apa Penyebab dan penghalang menerima waris
C. Apa saja Rukun dan syarat kewarisan
D. Bagaimana Kewarisan Beda Agama dalam Pandangan Islam
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kamus bahasa Indonesia hubungan adalah ikatan atau pertalian Jika
dihubungkan dengan kewarisan berarti adanya hubungan kewarisan merupakan sebab
beralihnya harta seorang yang telah meninggaldunia kepada yang masih hidup yang
memiliki hubungan dengan orang yangtelah meninggal tersebut
Sebab hubungan kewarisan yang kedua adalah karena pernikahan yangsah, dengan
arti istri adalah ahli waris suami dan begitu sebaliknya.
perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari hartayang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka iamemperoleh separo harta. dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagimasing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jikayang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggaltidak mempunyai
anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itumempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
6
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiatyang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.
Iniadalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui lagi Maha
Bijaksana”.
7
C. Rukun dan syarat kewarisan
Rukun-rukun dalam pembagian kewarisan ada tiga macam yaitu:
a. Mauruts, yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh si mati yang
bakaldipussakai oleh para ahli waris setelah diambil untuk biaya-
biayaperawatan, melunasi hutang-hutang dan melaksanakan wasiat.
Hartapeninggalan ini oleh para faradhiyun disebut juga tirkah atau turats.
b. Muwarrits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi maupummati
hukmy. Mati hukmy ialah suatu kematian yang dinyatakan olehputusan hakim
atas dasar beberapa sebab, walaupun sesungguhnya iabelum mati sejati.
b. Warits, yaitu orang yang akan mewarisi harta peninggalan si mawarislantaran
mempunyai sebab-sebab untuk mempusakai, seperti adanyaikatan perkawinan
,hubungan darah (keturunan) dan hubungan hakperwalian dengan si muwaris.
Dalam syariat Islam ada tiga syarat supaya pewarisan dinyatakan ada,sehingga
dapat memberi hak kepada seorang atau ahli waris untuk menerimawarisan, yaitu:
8
c. Ada hubungan pewarisan antara orang yang mewariskan dengan orangyang
mewarisi, yaitu
9
E. Kewarisan Beda Agama dalam Pandangan Islam
Ulama ahli tafsir, Hadits, dan fiqh bersepakat bahwa perbedaan agamapewaris dan
ahli waris menjadi penghalang untuk mendapatkan hartawarisan. Hal ini didasarkan
kepada Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
Artinya :” Telah menceritakan kepada kami Abu ‘asim dari Ibnu khuraij dariIbnu Sihab
dari Ali dari Ibnu Husain dari ‘Amru bin Usman dariAsomah bin Zaid ra, berkata bahwa
sesungguhnya Rasulullah Sawbersabda :”Orang Muslim tidak mewarisi orang kafir,dan
orang kafirtidak mewarisi orang Muslim.
Menurut imam Asy-Syafii dan Imam Abu Hanifah, orang kafirsemuanya mewarisi
diantara mereka sendiri dengan mafhum dari hadits:“orang Muslim tidak mewarisi orang
kafir dan orang kafir tidak mewarisiorang Muslim.
Dalam hal orang Muslim mewarisi dari yang nons Muslim terdapatperbedaan
pendapat. Jumhur ulama berpendapat bahwa orang Islam juga tidakmewarisi bagi pewaris
non Muslim atau murtad.
10
Macam-macam berlainan agama dan pendapat-pendapat tentang hakwaris mereka
dapat diperinci sebagai berikut:
Jumhur ulama sepakat bahwa orang kafir tidak dapat mewarisiorang Islam
lantaran lebih rendah statusnya dari pada orang Islam. Dalammasalah ini terdapat
persoalan, bila pewaris tersebut masuk Islam sesudahmatinya orang yang
mewariskan, sedangkan harta peninggalan simatibelum dibagi-bagikan
Dari pendapat diatas pendapat jumhur yang paling kuat. Sebabapabila syarat
mendapat warisan baru dimulai ketika saat pembagian hartawarisan tentu hal ini akan
dapat disalah gunakan oleh ahli waris, ia hanyaakan masuk islam ketika harta warisan
itu belum dibagikan agar iamendapat hak warisan, namun setelah harta sudah
dibagikan mereka akankembali murtad setelah tujuannya tercapai.
Dalam hal ini ulama-ulama termashur dari golongan sahabat,tabi’in dan imam
empat madzhab berpendapat bahwa orang Islam tidakmewarisi orang kafir dengan
sebab apa saja. Sedang kan menurut fuqahaImamiyah berpendapat bahwa larangan
mewarisi perbedaan agama itutidak mencakup larangan bagi orang Islam mewarisi
11
kerabatnya yang nonMuslim. oleh karena itu misalnya bila seorang istri yang kafir
kitabiyahwafat, maka suaminya yang beragama Islam dapat mewarisi
hartapeninggalannya.
Artinya :
Telah disepakati oleh seluruh ulama bahwa orang murtad, orang yang
meninggalkan agama Islam, tidak dapat mewarisi harta peninggalankeluarganya, baik
keluarganya itu orang Islam, orang kfir, maupun orangmurtad juga. Orang murtad
tidak dapat mewarisi harta peninggalan keluarganyayang agama Islam, karena ia lebih
12
rendah derajatnya dari padakeluarganya yang Muslim. Dari segi yang lain saling
mewarisi itumerupakan suatu penyambung ruh keagamaan, sedang kemurtadan
itumerupakan pemutus. Karena itu bila salah seorang suami istri murtadsebelum
berkumpul, perkawinannya harus difasakh dan sebagai sanksinyaia dilarang mewarisi
harta peninggalan pihak lain yang meninggal. Orang murtad tidak dapat mewarisi
harta peninggalan kerabatnyayang kafir, dikarenakan orang murtad itu dianggap tidak
mempunyai.agama, sedang orang kafir itu dianggap mempunyai agama sesuai
dengankepercayaannya. Dan orang murtad tidak dapat mewarisi hartapeninggalan
kerabatnya yang sama murtad, karena keduanya telah.memutuskan hubungan
penyambung ruh keagamaan.
1. Imam Abu Hanifah berpendapat, apabila seorang murtad mati ataudibunuh karena
keriddahannya atau diputuskan oleh hakim karena ianbergabung dengan musuh,
maka harta peninggalaannya yang didapatketika ia masih dalam keadaan Islam
sebelum ia murtad , dan diambilbiaya-biaya perawatan dan pelunasan hutang, di
warisi oleh ahli.warisnya yang Islam bila yang meninggal itu orang laki-laki
murtad.
Namun apabila harta yang didapatnya setelah ia murtad lalu ia matihartanya di
letakkan di kas perbendaharaan negara Islam, karena hartatersebut tidak ada yang
memilikinya dan dianggap tidak ada ahli warisyang berhak mewarisi setelah
murtadnya. Bila yang murtad ituperempuan maka kematiannya tidak berdasarkan
pada saat murtadnya,.karena tidak dikenakan hukuman mati hanya penjara. Oleh
karena itu.kematiannya dihitung sejak ia mati haqiqy atau sejak
iammenggabungkan dengan musuh, harta benda perempuan murtad yang didapat
sebelum mati haqiqi atau sebelum diputuskan menggabungkan.diri dengan musuh
walaupun harta itu diperolehnya sesudah murtaddiwarisi oleh warisnya yang Islam,
adapun harta yang didapat sesudahputusan menggabungkan diri dengan musuh
menjadi harta kasperbendaharaan negara.
13
2. Ulama aliran Zaidiyah, Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat,mereka tidak
membedakan jenis orang yang murtad itu laki-laki atauperempuan, oleh karena itu
harta yang didapat sebelum mati atauputuskan menggabungkan diri kepada musuh,
walaupun hasil yangdidapat setelah murtad adalah hak ahli waris yang beragama
Islam.
3. Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat, bahwaharta benda
orang murtad itu harus diletakkan di kas perbendaharaan negara Islam, baik harta
itu didapat sesudah maupun sebelum putusan penggabungan diri kepada musuh.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebab hubungan kewarisan yang kedua adalah karena pernikahan yangsah, dengan
arti istri adalah ahli waris suami dan begitu sebaliknya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Afandi Ali, 2000, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta: Rineka Cipta,
hal 23.
16