Anda di halaman 1dari 10

TEORI

A. Landasan Teoritis Penyakit


1. Definisi

Sinusitis adalah peradangan pada dinding sinus yang merupakan rongga kecil
berisi udara dan terletak pada struktur tulang wajah. Saat terinfeksi, rongga ini
akan terisi lendir dan terjadi pembengkakan pada selaput lendir sehingga
membuat sumbatan. Ada dua jenis sinusitis, yaitu akut dan kronis (lebih dari 12
minggu).

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal, dan sinusitis sphenoid1 (Soepardi 2001)
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa sinusitis
maksilaris atau frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik. Dapat
mengenai anak yang sudah besar. Pada sinusitis paranasal sudah berkembang pada
anak umur 6-11tahun (Ngstiya 1997)
2. Etiologi
Sinusitis kronis bisa disebabkan oleh infeksi kuman. Kondisi ini lebih rentan
dialami oleh perokok, atau orang yang sering berenang. Sinusitis juga dapat
dipicu oleh kondisi medis tertentu, misalnya polip hidung dan rinitis alergi.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan sinusitis meliputi:

 Flu (common cold).


 Rhinitis alergi.
 Polip hidung.
 Septum deviasi (bengkoknya tulang hidung).
 Gejala yang disebabkan oleh alergi bagi sebagian orang.

3. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala

Tanda-tanda dan gejala sinusitis umumnya menyerupai pilek biasa, yaitu berupa
hidung yang tersumbat oleh cairan kental. Namun, terdapat beberapa gejala tambahan
yang membedakan sinusitis dengan pilek biasa. Setidaknya diperlukan 2 dari 4 tanda-
tanda dan gejala utama sinusitis kronis untuk mendiagnosis adanya peradangan
hidung, yaitu:

 Cairan kental dan berwarna dari hidung


 Adanya cairan mengalir dari belakang tenggorokan (postnasal drainage)
 Penyumbatan hidung, menyebabkan kesulitan bernapas melalui hidung
 Nyeri, sensitif dan bengkak di sekitar mata, pipi, hidung atau kening
 Berkurangnya indera penciuman dan pengecap pada dewasa atau batuk pada
anak-anak
 Keluar cairan kental berwarna kuning kehijauan dari hidung dan belakang
tenggorokan.
 Hidung mampet.
 Nyeri wajah.
 Kesulitan menghirup.
 Nyeri telinga.
 Nyeri pada rahang atas dan gigi.
 Batuk.
 Nyeri tenggorokan.
 Napas tak sedap.
 Kelelahan.
 Mual.

4. Pemeriksaan Penunjang
Tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan nyeri pada hidung dan wajah serta
memeriksa bagian dalam hidung. Selain itu, metode lain untuk melakukan diagnosis
terhadap sinusitis bisa juga dengan berbagai hal berikut ini:

1. Endoskopi Hidung
Sebuah tabung tipis dan fleksibel (endoskopi) dengan cahaya serat optik yang
dimasukkan melalui hidung untuk melihat struktur dan kondisi dalam hidung.

2. Studi Pencitraan
Penggunaan MRI atau CT scan bisa menunjukan struktur sinus dan area hidung secara
detail. Meski sebenarnya tidak direkomendasikan untuk sinusitis akut tanpa
komplikasi, tetapi studi pencitraan ternyata membantu mengidentifikasi kelainan atau
komplikasi yang dicurigai.

3. Kultur Hidung dan Sinus


Tes laboratorium umumnya tidak diperlukan untuk mendiagnosis sinusitis akut.
Namun, ketika kondisi tidak merespons terhadap pengobatan atau malah memburuk,
kultur jaringan membantu menentukan penyebabnya, seperti infeksi bakteri.

4. Tes Alergi
Jika pemicu munculnya sinusitis akut dicurigai karena alergi, dokter akan
merekomendasikan tes kulit alergi. Tes kulit aman dan cepat serta membantu untuk
menentukan alergen yang bertanggung jawab untuk flare-up hidung.

5. Penatalaksanaan
Pegobatan sinusitis meliputi semprotan salin ke rongga hidung untuk membersihkan
ruang hidung, kortikosteroid nasal untuk meredakan peradangan, dekongestan untuk
meringankan hidung mampet, dan antinyeri untuk meringankan rasa sakit pada wajah
atau kepala. Jika sinusitis bersifat berat, persisten dan juga progresif, diperlukan
antibiotik sebagai tindak pengobatan yang harus dilakukan. Sinusitis bakterial yang
ringan dapat sembuh tanpa antibiotik.

Tatalaksana non-medikamentosa meliputi istirahat, konsumsi cairan yang banyak,


melembapkan rongga hidung dengan cara menaruh handuk hangat ke wajah atau
menghirup uap panas, dan tidur dengan beberapa bantal, sehingga kepala lebih tinggi
dari tubuh dengan tujuan mempermudah pengosongan sinus.

6. Komplikasi
Seperti halnya penyakit-penyakit yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi sinusitis di antaranya:
a.Otak (infeksi pada otak atau timbunan nanah pada otak)
b.Mata (infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola mata, pecahnya bola
mata)
c.Infeksi tulang sekitar sinus (dapat terjadi kebocoran nanah keluar dari wajah,
perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)
d.Radang tenggorok yang sering kambuh
e.Radang amandel
f.Radang pita suara (sering batuk atau serak)
g.Sesak napas atau asma
h.Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah, diare)
7. WOC

B. Landasan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
2) Riwayat Penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu :
a) Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
b) Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
c) Pernah menedrita sakit gigi geraham
4) Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang
lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

b. Pengkajian Fungsional Gordon


1) Pola persepsi dan penanganan kesehata
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan
efek samping.
2) Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3) Pola eliminasi
Tidak terganggu
4) Pola aktivitas dan olahraga
Untuk klien yang tidak punya riwayat penyakit lain dan hanya sinusitis,
aktivitas dapat dilakukan secara mandiri.
5) Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
6) Pola Persepsi dan kognitif
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri
menurun. Klien juga akan sering merasakan sakit kepala sebelah atai migrain.
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus
menerus (baik purulen, serous, mukopurulen).
7) Pola hubungan-peran
Tidak terpengaruh
8) Pola seksualitas/reproduksi
Tidak terpengaruh
9) Pola koping-tolerasi stress
Klien akan merasa cemas akan kondisinya.
10) Pola keyakinan-nilai
Klien akan semakin kuat pada kepercayaannya atau semakin lemah.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b) Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa
merah dan bengkak), terdapat sekret yang kental atau cair.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas

4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
Kriteria hasil: Observasi :
 Verbalisasi kebingungan  Identifikasi nyeri dengan PQRST.
dipertahankan pada 3 ditingkatkan  Identifikasi nyeri non verbal.
pada 5.  Identifikasi fator yang memperberat dan
 Verbalisasi khawatir dipertahankan memperingan nyeri.
pada 3 ditingkatkan pada 5.  Identifikasi keyakinan dan pengetahuan
 Perilaku tegang dipertahankan pada tentang nyeri.
3 ditingkatkan pada 5.
 Perilaku gelisah dipertahankan Terapeutik :
pada 3 ditingkatkan pada 5.  Berikan teknik non farmakologis.

Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Ajarkan teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri.

Kolaborasi :
 Jika perlu pemberian analgetik.
Bersihan Bersihan jalan nafas Latihan batuk efektif
jalan nafas Kriteria hasil: Observasi :
tidak efektif 1. Batuk efektif dipertahankan pada 3, 1. Identifikasi kemampuan batuk.
ditingkatkan pada 5. 2. Monitor adanta retensi sputum.
2. Mengi dipertahankan pada 3, 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
ditingkatkan pada 5. nafas.
3. Wheezing dipertahankan pada 3, 4. Monitor input dan output cairan.
ditingkatkan pada 5.
4. Dispnea dipertahankan pada 3, Terapeutik :
ditingkatkan pada 5. 1. Atur posisi semi-fowler atau fowler.
5. Sulit berbicara dipertahankan pada 3, 2. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan
ditingkatkan pada 5. pasien.
6. Sianosis dipertahankan pada 3, 3. Buang sekret pada tempat sputum.
ditingkatkan pada 5.
7. Gelisah dipertahankan pada 3, Edukasi :
ditingkatkan pada 5. 1. Jelaskan tujuan dan prosedur.
8. Frekuensi nafas dipertahankan pada 2. Anjurkan tarik nafas dalam selama 4 detik,
3, ditingkatkan pada 5. ditahan 2 detik, keluarkan lewat mulut dengar
9. Pola nafas dipertahankan pada 3, bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik.
ditingkatkan pada 5. 3. Anjurkan mengulangi trik nafas dalam 3
kali.
4. Anjurkan batuk dengan kuat serelah tarikan
nafas ke-3.

Kolaborasi :
1. Pemberian mukotilik atau ekpektoran.
Gangguan Pertukaran gas Pemantauan respirasi
pertukaran Kriteria hasil: Observasi :
gas 1. Dispnea dipertahankan pada 3, 1. Monitor frekuesi, irama, kedalaman dan
ditingkatkan pada 5. upaya nafas.
2. Bunyi nafas tambahan dipertahankan 2. Monitor pola nafas (bradipnea, takipnea atau
pada 3, ditingkatkan pada 5 lainya).
3. Pusing dipertahankan pada 3, 3. Monitir kemampuan batuk efektif.
ditingkatkan pada 5. 4. Monitir adanya sumbatan jalan nafas.
4. Penglihatan kabur dipertahankan 5. Auskultasi bunyi nafas.
pada 3, ditingkatkan pada 5. 6. Monitor satutasi oksigen.
5. Nafas cuping hidung dipertahankan
pada 3, ditingkatkan pada 5. Terapeutik :
6. Takikardia dipertahankan pada 3, 1. Atur interval pemantauan respirasi.
ditingkatkan pada 5. 2. Dokumentasikan hasil pemantauan.
7. Sianosis dipertahankan pada 3,
ditingkatkan pada 5. Edukasi :
8. Pola nafas dipertahankan pada 3, 1. Informasikan pemantauan.
ditingkatkan pada 5.
9. Warna kulit dipertahankan pada 3,
ditingkatkan pada 5.

5. Evaluasi
Lakukan evaluasi dan penilaian terhadap respon klien setelah intervensi dilakukan.
Evaluasi dapat dinilai dengan format.
S : Respon subjektif klien dan apa yang dirasakan klien.
O : Merupakan penilaian objektif perawat kepada klien dan dapat berupa nilai pasti.
A : Analisa dan bandingkan keterkaitan informasi subjektif dengan objektif.
P : Merencanakan tindak lanjut dan hasil yang didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai